Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

08 Februari 2016

Situs Sangiran Indonesia ditinjau dari Sejarah, Sosiologi, Geografi dan Ekonomi

Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Visi pengembangan situs Sangiran adalah menjadi pusat informasi peradaban manusia purba bertaraf internasional. Didalamnya terkandung misi :
Mewujudkan pelestarian tinggalan alam dan tinggalan budaya Situs Sangiran dalamfungsinya sebagai laboratorium dan pusat informasi tentang kehidupan manusia untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan.
Mewujudkan usaha-usaha pengemvbangan kawasan Situs Sangiran sebagai destinasi pariwisata dunia yang bertumpu pada data tarik dan informasi peradaban manusia (The Early Man Site) yang dikelola secara berkelanjutan dan memeberikan nila manfaat signifikan bagi masayarakat lokal.
Mengembangkan kawasan Situs Sangiran sebagai destinasi pariwisata dunia yang mampu mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan kegiatan pariwisata di destinasi-destinasi pariwisata di sekitarnya.

Situs Sangiran memiliki Balai Pelestarian Situs manusia Purba Sangian yang diatur dalam Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Repulik Indonesia Nomor : PM. 17/HK.001//MKP-2007, tanggal 12 Februari 2007. Badan organisasi ini mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengamanan, penyelamatan, penerbitan, perawatan, pengawetan, penataan lahan, survei, analisis, penyajian, bimbingan edukasi, kerjasama, pemberdayaan masyarakat, dokumentasi, publikasi, dan ketatausahaan.

Di dalam UU No. 11/ 2010 tentang larangan penggalian penambangan maupun pencarian fosil di area situs sangiran. Artinya masayarakat umum dilarangatau tidak diperbolehkan mengadakan penggalian penambangan maupun pencarian fosil. Apabila terjadi pelanggaran, maka yang melanggar akan dikenakan hukuman selama 15 tahun penjara dan atau membayar denda sebesar Rp 500.000.000,00.

Sangiran dulunya berupa lingkungan laut dalam. Ini terjadi pada kala Pliosen yaitu usia 2,4 juta tahun yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai Formasi Kalibeng.

Pada kala awal kala Plestosen Bawah, sekitar 1,7 juta tahun yang lalu, diendapkan lahar volkanik Gunung Lawu Purba yang berada pada bagian bawah lempeng hitam, formasi Pucangan. Lapisan lahar ini mengubah lingkunan Sangiran, dari lingkungan laut dalam menjadi lingkungan darat. Pada kala ini lingkungan Sangiran berupa daerah rawa.

Pada sekitar 0,9 juta tahun lalu terjadi erosi di Pegunungan Selatan. Material erosi berupa pecahan gamping pisoid, dan kerikil vulkanik. Material ini menyatu di daerah Sangran dan membentuk lapisan grenzbank setebal 1-4 meter. Saat ini Sangiran telah total menjadi daratan secara permanen.

Pada periode berikutnya terjadi letusan gunug yang berada di sekitar Sangiran yang memuntahkan endapan vulkanik melalui sungai-sungai, sehingga menutupi grenzbank di Sangiran. Endapan vulkanik setebal kurang lebih 40 meter ini dikenal dengan Formasi Kabuh. Lapisan ini berusia sekitar 700.000-250.000 tahun yang lalu.

Lapisan tanah berikutnya yaitu Formasi Notopuro. Lapisan ini menutupi Formasi Kabuh dengan material batuan andesit berukuran kerikil hingga boulder. Pengendapan lahar ini berlansung kurang lebih selama 70.000 tahun.

Akibat dari tenaga eksogen yang berasal dari permukaan bumi dan endogen yang berasal dari bawah bumi mengakibatkan kini menjadi Sangiran Dome. Berbentuk pegunungan/perbukitan yang di tengahnya dialiri sungai Cekung yang mengikis puncak Dome Sangiran akhirnya Sangiran menjadi cekungan yang luasnya 56 km2.

Sangiran memiliki banyak koleksi temuan-temuan fosil manusia purba. Akan tetapi, di wilayah Sangiran hanya ditemukan1 jenis manusia purba, yaitu homo erectus. Fosil homo erectus pertama kali ditemukan pada tahun 1934 oleh Von Koenigswald. Von Koenigswald merupakan seorang yang berasal dari Jerman tetapi bekerja untuk Belanda. Pada tahun 1936 menemukan atap tengkorak yang diberi nama Pithecantropus erectus / Homo erectus. Manusia purba tersebut memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
Tinggi badan kurang lebih 185 cm
Volume otak 900 – 1350 cc
Tidak memiliki dagu
Tulang kening tebal melintang dari pelipis ke pelipis
Memiliki hidung besar
Hidup di Sangiran sekitar 1,5 juta – 300 ribu tahun yang lalu.

Sejak fosil pithecantropus erectus ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1934, Sangiran telah menjadi pusat perhatian dunia karena temuan di Sangiran mampu memberikan gambaran jelas mengenai evolusi budaya, evolusi fauna, evolusi flora, dan yang paling penting adalah evolusi manusia.

Di sangiran, manusia telah hidup berdampingan secara harmonis dengan alam. Binatang merupakan bagian dari lingkungan purba mereka. Artinya binatang-binatang tersebut menjadi sasaran perburuan manusia purba tersebut.

Situs Sangiran tidak hanya memiliki fosil manusia purba saja. Situs Sangiran juga menyimpan banyak temuan fosil-fosil binatang dan tumbuhan. Fosil-fosil ini ditemukan pada lapisan tanah yang berbeda sesuai dengan usia kala tersebut.

Lapisan Kalibeng merupakan lapisan yang tertua di Sangiran. Lapisan ini dahulu berupa laut. Maka, pada laisan ini ditemukan fosil binatang laut yang tidak bertulang belakang atau avertebrata. Contoh fosil yang ditemukan yaitu sejenis moluska, seperti : peleycipoda dan gastropoda.

Kemudian pada lapisan pucangan ditemukan fosil hewan-hewan rawa. Pada lapisan ini ditemukan 2 fosil buaya. Buaya yang pertama yaitu buaya rawa dengan panjang 6,2 m dan massa 1,2 ton. Fosil ini ditemukan sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Kemudian fosil buaya yang kedua yaitu buaya sungai dengan panjang 2,5 m – 6,2 m. Buaya ini memiliki massa 159-181 kg. Buaya ini diperkirakan hidup sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. pada lapisan Pucangan juga ditemukan fosil kura-kura, kudanil, kepiting, serta gigi kambing.

Pada lapisan tanah 1,3 tahun yang lalu ditemukan fosil Megantropus Paleojavanicus. Penemuan ini berada pada lapisan tengah. Pada lapisan ini ditemukan juga fosil gajah mastodon dan stegodon trigonostepanus. Gajah ini diperkiraan hidup pada 1,5 juta tahun yang lalu.

Pada lapisan selanjutnya yaitu lapisan Kabuh. Pada lapisan ini ditemukan fosil binatang vertebrata dan fosil manusia purba. Fosil binatang yang ditemukan antara lain : fosil kerbau purba, rusa, banteng, harimau, babi, badak, dsb. Untuk fosil manusia yang ditemukan yaitu fosil pithecantropus erectus.

Lapisan yang paling atas yaitu lapisan Notopuro. Pada lapisan ini ditemukan sedikit fosil mamalia dan artefak-artefak. Pada lapisan ini, penemuan fosil jumlahnya sedikit karena dipengaruhi struktur tanah, dan proses alam yang terjadi dalam lapisan tanah.

Sisa-sisa binatang-binatang yang menjadi fosil ditemukan kembali pada berbagai tingkatan stratigrafi, sehingga rangkaian penemuan fosil tersebut telah mampu memberikan gambaran mengenai evolusi faunal yang pernah terjadi di Sangiran selama kurang lebih 1 juta tahun.

Sekarang kita dapat mengetahui usia fosil-fosil yang ditemukan. Menentukan usia fosil ini tidak dilakukan dengan cara yang mudah. Para ahli menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk meneliti usia fosil-fosil tersebut. Salah satu cara menentukan usia fosil yaitu dengan cara geologis.

Penentuan usia fosil secara geologis yaitu cara penentuan usia fosil mengacu pada tingkatan lapisan tanah, jenis, dan struktur tanah. Pada cara ini ada 2 metode yang dipergunakan. Metode yang pertama yaitu metode relatif / mutlak. Metode yang kedua yaitu metode dengan kira-kira.

Metode relatif / mutlak merupakan metode yang digunakan untuk menentukan usia fosil berdasarkan kandungan zat kimia karbon. Dari fosil yang telah ditemukan, para ahli meneliti kandungan unsur karbon pada fosil tersebut. Maka, ilmu kimia berperan dalam hal ini. Usia dapat ditentukan dari prosentase karbon yang terkandung dalam fosil tersebut.

Sedangkan metode kira-kira yaitu dengan melihat lapisan tanah dimana fosil ditemukan. Usia dapat dibedakan dengan mengetahui perbedaan struktur tanah penyusun lapisan tersebut. Metode ini banyak digunakan di Situs Sangiran.

Dalam penelitian menentukan usia fosil, sejarwan banyak dibantu dengan berbagai ilmu bantu. Ilmu bantu yang dimaksud antara lain : kimia, biologi, arkeologi, geologi, paleontropologi, dan masih banyak lagi. Masing- masing ilmu bantu memiliki perannya sendiri. Misalkan untuk ilmu kimia, ilmu kimia berperan untuk mencari dan menghitung unsur karbon dalam sebuah fosil yang ditemukan.

Di area Situs Sangiran tidak hanya ditemukan fosil manusia purba saja. Di situs ini banyak ditemukan artefak-artefak yang merupakan peralatan dari manusia purba tersebut. Artefak ini memliki ukuran yang bervariasi. Ukuran dari artefak tersebut dapat diketahui fungsi-fungsinya.

Artefak dapat dibagi menjadi 3, antara lain : alat batu masif, bola batu, dan alat non masif. Artefak-artefak tersebut memiliki bentuk, fungsi, dan tekstur yang berbeda-beda. Untuk tekstur pada artefak berdasarkan perkembangan kehidupan manusia purba.

Artefak jenis alat batu masif merupakan artefak yang memiliki ukuran yang besar. Artefak jenis ini digunakan untuk pekerjaan yang berat. Artefak jenis ini berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak. Kapak-kapak ini biasa digunakan oleh manusia purba untuk menghancurkan dan memotong tulang yang berukuran besar. Alat-alat tersebut digunakan oleh jenis manusia Pitecanthropus Erectus dan Homo Soloensis. Artefak ini merupakan hasil kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

Bola batu merupakan artefak peninggalan jenis Pitecanthropus Erectus. Bola batu biasa digunakan oleh Pitecanthropus Erectus untuk berburu. Bola batu digunakan untuk melempari hewan buruan mereka. Bola batu ini juga digunakan untuk rangkaian penjebakan hewan buruan.

Artefak jenis non masif yaitu artefak yang memiliki bentuk dan ukuran lebih kecil. Artefak ini terbuat dari batu, kayu, dan tulang. Biasanya artefak jenis ini digunakan untuk keperluan dapur. Alat non masif antara lain : alat serpih, flakes, alat-alat tulang, mata tombak, mata panah, pisau batu. Alat non masif juga memiliki fungsi untuk berburu yaitu mata panah, dan mata tombak. Artefak jenis ini digunakan oleh manusia purba dengan tingkat kecerdasan lebih baik yaitu Homo Sapien. Dapat disimpulkan bahwa alat non masif sudah digunakan oleh manusia purba pada tahap bercocok tanam dan kehidupan sudah menetap.

Di sangiran telah banyak ditemukan fosil berbagai manusia purba. Fosil yang ditemukan yaitu fosil Megantropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapien. Dari ketiga jenis manusia purba tersebut banyak terdapat perbedaan dari segi fisik dan kehidupan sosialnya.

Megantropus Paleojavanicus merupakan manusia raksasa dari Jawa. Manusia jenis ini memiliki ukuran yang besar, rahang yang kuat, volume otak kecil, gigi geraham besar, dan badannya yang tegap. Manusia ini memakan tumbuh-tumbuhan. Dari sisi kehidupan sosialnya, Megantropus Paleojavanicus hidup secara nomaden. Mereka masih melakukan perburuan di alam, artinya mereka melangsungkan kehidupannya masih bergantung pada alam. Meraka berburu tumbuh-tumbuhan untuk makanannya. Megantropus Paleojavanicus belum mengenal sistem perkawinan yang pasti. Mereka masih melakukan perkawinan secara bebas.

Pithecanthropus Erectus merupakan manusia kera yang berjalan tegap. Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, tulang kening sangat menonjol, memliki tinnggi badan 160 cm – 180 cm, dibagian belakang mata terdapat penyempitan yang sangat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa manusia ini memiliki volume otak yang belum berkembang.

Kehidupan sosial Pithecanthropus Erectus sudah hidup berkelompok. Mereka melakukan perburuan secara berkelompok. Meraka membuat kelompok yang terdiri dari 20-50 individu. Pithecanthropus Erectus hidup secara nomaden, dengan mengikuti arah mata angin dan binatang bermigrasi. Manuisia ini telah api sekita 450.000 tahun yang lalu. Dengan penemuan api ini, menandakan bahwa makanan yang dimakan Pithecanthropus Erectus sudah mulai dimasak.

Pithecanthropus Erectus hidup di dekat sumber mata air. Mereka tinggal di dekat sumber air karena mereka memiliki keyakinan bahwa air adalah sumber kehidupan. Mereka tinggal di pesisir pantai, bantaran sungai, dan sekitar danau.

Berdasarkan kronologinya, kehadiran Pithecanthropus Erectus / Homo Erectus di sangiran mempunyai rentang waktu antara 1,5 juta hingga 0,3 juta tahun yang lalu, dengan masa evolusi lebih dari 1 juta tahun.

Analisis morfologis terhadap fosil hominid Sangiran telah mengklasifikasikan adanya 2 tingkatan evolutif, yaitu : Homo Erectus Arkaik dari tingkatan kala Plestosen Bawah, dan Homo Erectus Tipikal dari tingkatan kala Plestosen Atas.

Homo Erectus Arkaik hidup pada 1,5 juta – 1 juta tahun yang lalu. Ukuran tubuhnya paling besar diantara jenis Homo Erectus lain. Manusia ini memiliki volume otak 870-900 cc. Manusia ini masih memiliki bentuk muka yang mirip dengan kera. Tulang mata masih sangat menonjol.

Homo Erectus Tipikal hidup pada 0,9 juta hingga 0,3 juta tahun silam. Manusia ini memiliki volume otak 1000 – 1100 cc. Pada manusia ini tulang mata sudah tidak terlalu menonjol.

Kemudian dari kedua jenis Homo Erectus tadi, ternyata masih ada jenis Homo Erectus yang lebih maju dan lebih pintar. Jenis manusia purba ini yaitu Homo Erectus Progresif. Tetapi fosil jenis ini tidak ditemukan di Sangiran, melainkan di Ngandong (Blora), Sambung Macan (Sragen), dan Selopuro (Ngawi). Manusia ini hidup antara 200 ribu – 100 ribu tahun yang lalu. Volume otak jenis ini yaitu 1100 – 1350 cc.

Jenis manusia purba selanjutnya yaitu Homo Sapien. Homo Sapien lahir di Afrika sekitar 200 ribu – 150 ribu tahun yang lalu. Kemudian menyebar ke seluruh dunia sekitar 100 ribu – 15 ribu tahun yang lalu. homo sapien datang ke Indonesia pada 45.000 tahun yang lalu. Homo Sapien sudah lebih maju dari pendahulunya.

Homo Sapien memiliki ciri fisik seperti manusia modern. Volume otak Homo Sapien sebesar 1400 cc. Homo Sapien memiliki ciri fisik antara lain : bemuka lebar, hidung dan mulut menonjol, dahi menonjol tetapi tidak semenonjol jenis Pithecanthropus Erectus, atap tengkorak lebih bundar dan lebih tinggi.

Homo Sapien sudah tinggal menetap. Mereka bercocok tanam dan beternak. Mereka sudah mengenal adat istiadat dan sudah memiliki kehidupan yang teratur. Mereka sudah hidup saling berdampingan setiap kelompoknya. Setiap kelompok manusia memiliki seorang kepala suku yang disebut Primus Interpares. Mereka juga sudah mengenal interaksi sosial dan mulai bertransaksi dengan cara barter.

Perkembangan manusia di Sangiran terus berkembang, sampai terbentuklah suatu tatanan masyarakat Sangiran yang teratur. Masyarakat modern di sekitar Situs Sangiran memanfaatkan objek wisata ini sebagai mata pencahariannya.

Masyarakat sangiran masih hidup secara tradisional dan dalam perkembangan menuju non tradisional.. Mereka masih menjunjung tinggi asas gotong royong. Masyarakat Sangiran termasuk masyarakat yang peka terhadap potensi daerahnya. Mereka memanfaatkan Situs Sangiran untuk sumber mata pencahariannya. Sekitar 40% masyarakat Sangiran merupakan buruh, 30% pedagang, 10% pegawai, 5% Penyedia jasa, dan sisanya adalah petani.

Salah satu pekerjaan minoritas masyarakat Sangiran yaitu menjadi pemandu wisata di Situs Sangiran. Pemandu wisata ini bertugas untuk menjelaskan berbagai hal yang terdapat di Situs Sangiran kepada para pengunjung.

Taraf ekonomi masayrakat Sangiran tergolong menengah kebawah. Perekonomian masyarakat Sangiran masih mengandalkan pasar tradisonal. Ada juga yang memanfaatkan benda-benda temuan di Sangiran. Mereka membuat kerajinan atau souvenir khas Sangiran untuk dijual sebagai cindremata. Cindramata ini dikumpulkan oleh agen yaitu koperasi di Situs Sangiran, dan kemudian dijual kepada pengunjung Situs Sangiran.

Tingkat pendidikan masyarakat Sangiran tergolong menengah. Mayoritas masyarakatnya adalah lulusan SMA/sederajat. Hanya sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Beberapa msayarakat Sangiran sudah ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi di bidang sejarah. Mereka ingin lebih mendalami tentang ilmu sejarah, agar dapat memajukan Situs Sejarah Besar yaitu Sangiran.

Budaya daerah Sangiran masih dilestarikan di dalam kalangan masyarakat Sangiran. Masyarakat Sangiran masih menguri-uri budaya leluhur. Kebudayaan ini sering ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti kunjungan dari pemerintah.

Masyarakat Sangiran memiliki kebudayaan sendiri. Salah satunya yaitu teater rodatan. Teater rodatan merupakan hasil akulturasi budaya Islam dengan Budha. Teater rodatan ini berbentuk semacam reog, tetapi lebih sederhana dan didominasi oleh atraksi seperti debus.

Seperti telah diketahui, masyarakat Sangiran masih tergolong masyarakat tradisional. Oleh karena itu, masyarakat Sangiran masih menjunjung tinggi adat istiadat jawa yang cukup kuat. Sopan santun masih dijunjung tinggi.

Disisi lain, selain adat istiadat atau norma dalam masayarakat yang dijunjung tinggi, masyarakat Sangiran juga terikat aturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keberadaan Situs Sangiran. Sesuai dengan UU No. 11/ 2010 tentang larangan penggalian penambangan maupun pencarian fosil di area situs sangiran. Artinya masayarakat umum dilarangatau tidak diperbolehkan mengadakan penggalian penambangan maupun pencarian fosil. Apabila terjadi pelanggaran, maka yang melanggar akan dikenakan hukuman selama 15 tahun penjara dan atau membayar denda sebesar Rp 500.000.000,00.

Kemudian, terdapat juga Undang-Undang cagar budaya. Undang-undang ini mengatur tentang hasil temuan fosil atau apapun yang berharga, wajib diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk dijadikan aset pengetahuan. Hal ini diberlakukan untuk menghindari hilangnya aset pengetahuan yang terkandung di Indonesia. Jika ada masyarakat yang menemukan fosil ataupun peninggalan masa purba dan diserahkan kepada pihak yang berwenang, maka orang tersebut akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Sebaliknya jika masayarakat menjual secara ilegal, maka akan dikenakan sanksi. Selebihnya masayarakat Sangiran menggunakan UUD 1945 dan dasar dengara Pancasila sebagai dasar negara dan hukum di Indonesia.

Situs Sangiran berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Situs Sangiran terletak di 3 kecamatan di wilayah Kabupaten sragen, meliputi Kecamatan Gemolong, Kecamatan Kalijambe, dan Kecamatan Plupuh. Kemudian, situs Sangiran juga terletak di 1 kecamatan di wilayah Kabupaten Karanganyar, yaitu kecamatan Gondangrejo. Situs Sangiran luasnya mencapai 56 km2.

Menurut letak astronomisnya, Situs Sangiran terletak antara 7025’ LS – 7030’ LS dan 40 BT – 7005’ BT. Letak astronomis ini menandakan bahwa Situs Sangiran berada pada daerah katulistiwa yang memiliki iklim tropis. Inilah yang menjadi alasan manusia-manusia purba banyak tinggal di Sangiran. Dengan demikian Sangiran menjadi pusat peradaban manusia purba.

Keadaaan alam Situs Sangiran berupa daerah perbukitan. Daerah ini terletak di kaki Gunung Lawu. Pada lapisan bawah kaki Gunung Lawu banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Fodil manusia purba ini ditemukan diberbagai lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran. lapisan tanah ini terdiri dari jenis – jenis tanah yang berbeda. Ada tiga jenis tanah yang terdapat di kawasan Dome Sangiran, antara lain : regosol, litosol, gromosol litosol.

Jenis tanah regosol berada di lapisan atas. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur berpasir konsistensu lepas, pH netral, dan strukturnya berbatu tunggal. Tanah regosol memiliki kesuburan sedang karena berasala dari bahan material vulkanik piroklastik.

Jenis tanah litosol berada di bawah tanah regosol. Ketebalan lapisan tanah ini sekitar 30 cm. Tanah litosol berbahan induk batuan beku dan batuan sedimen.

Dengan banyak ditemukannya fosil manusia purba beserta alat – alat pendukungnya, maka Situs Sangiran djadikan sebagai pusat penelitian berbagai ilmu pengetahuan. Para pelajar, mahasiswa, pengajar, peneliti, dan ilmuwan dari berbagai daerah banyak berkunjung ke Situs Sangiran untuk melakukan studi mengenai kehidupan zaman pra aksara.

Situs sangiran memiliki potensi yang besar untuk memajukan berbagai bidang dalam kehidupan manusia. Selain sebagai pusat penelitian, secara tidak langsung Situs Sangiran menjadi objek pariwisata yang dapat diunggulkan. Pariwisata di sini yaitu pariwisata edukasi. Untuk itu pihak pengelola Situs Sangiran dan Pemerintah terus berupaya agar Situs Sangiran semakin menarik wisatwan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Semakin meningkatnya sektor pariwisata di Situs Sangiran, akan meningkatkan taraf perekonomian masayarakat sekitar Situs Sangiran.

Masyarakat sekitar Sangiran memanfaatkan objek wisata ini dalam berbagai hal. Situs Sangiran telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar Situs Sangiran. Pekerjaan ini dapat berupa pekerjaan yang terikat dengan Situs Sangiran atau tidak terikat denga Situs Sangiran. Pekerjaan yang terikat dengan Situs Sangiran antara lain : menjadi pemandu wisata, penjaga keamanan museum Sangiran, dan sebagainya. Untuk pekerjaan yang tidak terikat yaitu seperti menjadi pedagang di sekitar Situs Sangiran.

Pedagang-pedagang yang berada di Situs Sangiran sebagian besar merupakan pendudukan sekitar Sangiran. Para pedagang menjual berbagai barang, seperti : souvenir, makanan, pakaian, dan lain sebagainya. Para pedagang di Situs Sangiran ini membentuk suatu perkumpulan pedagang. Para pedangan tidak berjualan secara bebas di dalam areal museum Situs Sangiran. Para pedangang diatur dan di kelola oleh suatu bada koperasi milik Situs Sangiran. Koperasi tersebut bernama “Jasa Wisata”.

Koperasi Jasa Wisata bergerak dibidang simpan pinjam. Koperasi ini memberikan modal awal kepada masyarakat yang ingin berdagang di dalam area Situs Sangiran. Koperasi ini juga menetapkan sistem harga barang yang sama di setiap pedagang. Artinya barang dengan bentuk dengan kualitas yang sama memiliki harga yang sama walaupun beda pedagangnya.

Para pedagang di Museum Sangiran bertempat tinggal pada bangunan yang didirikan secara semipermanent oleh pemerintah. Yang artinya bahwa para pedagang tersebut bertempat tinggal di tempat tersebut dalam waktu tertentu dan tidak bisa berpindah-pindah. Sedangkan penduduk asli Sangiran bertempat tinggal tersebar merata akan tetapi mengelompok atau nucleated. Nukleated adalah suatu pola persebaran penduduk pada suatu tempat atau wilayah tertentu yang termasuk pola pemukimannya mengelompok.

Pola pemukiman mengelompok di Situs Sangiran memudahkan antara penduduk yang satu dengan yang lain dalam berkomunikasi akan tetapi jarak jangkauannya hanya lingkungan sekitarnya sedangkan untuk dapat berkomunikasi langsung dengan daerah lain relatif sulit karena jarak yang jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat berkomunikasi secara langsung. Hal ini di karenakan pola nukleated letaknya menggerombol di tengah hutan ataupun lembah.

Di dalam hidup bermasyarakat, penduduk Sangiran sudah mengenal sistem tatanan sosial yang baik yaitu di tandai dengan adanya interaksi sosialnya dalam hidup bermasyarakat antara lain hidup bersama dalam perbedaan agama,saling hormat menghormati,bekerjasama,gotong royong

Tatanan atau sistem perekonomian masyarakat Sangiran sudah baik dengan adanya obyek wisata Situs Sangiran sebagai penghasilan untuk minoritas masyarakat Sangiran. Sedangkan mayoritas penghasilan masyarakat Sangiran adalah bertani.

Perbandingan antara Sangiran dengan daerah lain misalnya Cilacap berbeda sekali dari etika dalam berbicara, letak wilayahnya,pola pemukiman penduduk, dan SDA yang ada pada daerahnya. Namun dibanding perbedaan itu juga memiliki beberapa persamaan seperti mayoritas mata penchariannya yaitu bertani

Sangiran juga termasuk daerah yang berada diatas perbukitan yang memiliki temperatur yang labil dapat diperkirakan pada siang hari temperatur di daerah ini berkisar 34-37oC dan merupakan temperatur yang tinggi pada daerah tropis dan pada malam hari dapat berkisar 20-25oc,di sangiran juga dapat dikatakan daerah yang gersang, karena pada daerah ini musim penghujan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jika dibandingkan musim kemarau pada daerah ini lebih lama dari pada musim penghujan,sehingga sangat tidak memungkinkan untuk bertani padi pada daerah ini,namun petani disini juga tidak membiarkan lahannya diam,mereka cenderung mengelola lahan mereka dengan tanaman yang mampu hidup di daerah yang sulit air seperti singkong,ubi dll.

Kenampakan biosfer pada daerah ini dapat dikatakan unik karena ternyata pada berapa tahun yang lalu daerah ini memeiliki hutan bakau(sekitar 2,4jt-1,1 juta tahun yang lalu) dan sabana diperkirakan (sekitar 0,9-0,2 juta tahun yang lalu) sehingga tidak heran pada masa dahulu daerah ini dijadikan daerah utama perpindahan manusia purba

Masyarakat pada daerah ini memanfaatkan lingkungan dengan cukup baik terbukti dengan adanya situs sangiran mereka memanfaatkan daerah ini untuk berjualan baju yang mengidenentifikasikan daerah mereka,mereka juga menjual berbagai sovenir seperti,replika benda peninggalan sangiran,gantungan kunci bertema daerah sangiran dan bermacam- macam jenis batu serta gelang dan kalung yang terbuat dari kayu,tidak semua masyarakat didaerah ini memanfaatkan lingkungan situs budaya sangiran mereka juga lebih cenderung bertani dan berternak sapi disamping rumah mereka.

Dalam kehidupan bermasyarakat di daerah Sangiran, terdapat berbagai macam interaksi, baik interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dalam kehidupan bermasyarakat mereka berinteraksi baik secara langsung ataupun tidak langsung atau dengan kata lain menggunakan alat komunikasi yang modern, seperti telepon genggam,telegram maupun media sosial seperti e-mail,facebook dll. Bentuk interaksi mereka dalam hal interaksi antara individu dengan individu contohnya adalah hubungan interaksi antara pedagang souvenir dengan pembeli di sangiran. Mereka berinteraksi secara langsung dengan pembicaraan tawar menawar barang yang dijual oleh pedagang tersebut. Contoh yang lainnya yaitu Interaksi antara satpam dengan pengunjung di sangiran. Diantara meraka terjadi interaksi secara langsung maupun tidak langsung, secara langsung mereka berinteraksi ketika memasuki area situs Sangiran dan secara tidak langsung menggunakan telepon genggam ketika jarak mereka saling berjauhan.

Contoh interaksi individu dengan kelompok yaitu tour guide dengan sekelompok siswa di musium Sangiran. Diantara mereka terjadi interaksi sosial yaitu tour guide menjelaskan tentang Sangiran,dan sekelompok siswa menjadi pendengar.

Contoh interaksi kelompok dengan kelompok yaitu sekelompok guru yang membimbing sekelompok anak TK di museum sangiran. sekelompok guru itu mengarahkan sekelompok TK agar tertib, dan mengikuti kegiatan dengan baik, dan lancar.

Di Sangiran terdapat struktur masyarakat yang sangat beragam dari berbagai kalangan profesi. Contohnya pedagang kerajinan, tour guide, juru pelihara museum, satpam, pedagang souvenir, pedagang pakaian,dll. Dari berbagai kalangan profesi tersebut akan menimbulkan bentuk-bentuk interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial ada 2 macam yaitu bersifat positif dan negatif.

Dalam bentuk-bentuk interaksi sosial, terjadi masalah-masalah sosial yang muncul dalam penerapan konsep nilai dan norma yang dijunjung dan diakui oleh masyarakat. Masalah-masalah sosial tersebut seperti beberapa pengunjung yang kurang hati-hati sehingga pengunjung ada yang memegang patung-patung, fosil dan tidak sengaja menjatuhkannya walaupun sudah ada larangannya. Lalu antara satpam dan pengunjung. Karena pengunjung yang banyak dengan satpam yang terbatas, terkadang ada pengunjung yang kurang tertib terutama anak-anak SD dan TK yang belum terlalu mengerti.

Walaupun di dalam bentuk-bentuk interaksi sosial terdapat masalah-masalah, tetapi masih ada nilai-nilai yang masih relevan dalam kehidupan masa kini. Yaitu nilai yang terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan masih dijunjung tinggi. Contohnya adanya gotong royong dan kerja sama dalam membangun sesuatu dan hal itu sudah dilakukan pada zaman pra aksara dan pada zaman sekarang masih dilakukan khususnya antar pedagang souvenir di sangiran yang membentuk koperasi simpan pinjam. Lalu adanya rasa saling mencintai antar sesama manusia yang ditunjukan dengan adanya sikap saling memberi dan mengasihi. Sekarang masih dilakukan khususnya antara guru yang mengecek kehadiran muridnya saat wisata di sangiran. Dan juga adanya sikap sistem masyarakat yang teratur dan saling bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah. Contohnya pada zaman sekarang yakni antar pedagang souvenir di sangiran yang saling bermusyawarah apabila terjadi masalah seperti kerugian, pencurian, persaingan yang kurang sehat antar pedagang.
2. Lembah Hijau

Lembah Hijau berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Sukoharjo. Lembah Hijau berada di Jl. Dr. Rajiman No.200Solo Dukuh Joholor, Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban. Lembah Hijau letak dekat dengan Kota Solo dan Jaten. Lembah

Menurut letak astronomisnya, Situs Sangiran terletak antara 7034’56” S dan 110053’19” E. Dari letak astronomis ini menunjukan bahwa Lembah Hijau memiliki udara sejuk dengan temperatur sedang. Inilah yang menjadi alasan Lembah Hijau dijadikan tempat pertanian dan peternakan.

Akses menuju lembah hijau tidak begitu sulit, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun bis. Ini meneandakan bahwa akses perjalanan dari Cilacap dan Sangiran menuju Lembah Hijau tergolong mudah karena kondisi jalan yang beraspal, jai mudah dilalui oleh alat transportasi. Jarak lokasi Lembah Hijau dari Cilacap sekita 165 km. Sedangkan, jarak Lembah Hijau dari Situs Sangiran sekitar 18 km. Dari Cilacap ke Lembah Hijau membutuhkan waktu sekitar 5 – 6 jam. Sedangkan dari situs Sangiran ke Lembah Hiju ditempuh dengan waktu 1,5 jam. Perjalanan dari Sangiran menuju Lembah hijau melewati jalan yang berkelok-kelok serta naik turun. Hal ini dikarenakan bahwa lokasi Lembah Hijau berada di sekitar pengunungan, dan saat perjalanan melewati pegunungan – pegunungan tersebut.

Dataran Lembah Hijau merupakan dataran tinggi yang berupa daerah perbukitan dan lembah. Lapisan tanah didaerah ini tersusun atas batuan-batuan.Batuan tersebut terdiri atas batuan kapur uang membentuk perbukitan dan lembah. Perbukitan dan lembah di Lembah hijau banyak ditumbuhi hutan jati. Pohon jati umumnya tumbuh di daerah gersang seperti area Lembah hijau, sudah diketahui bahwa pohon jati memiliki banyak manfaat bagi kita, manfaatnya yaitu sebagai pencegah erosi atau menjaga ketegaran tanah di perbukitan atau lembah tersebut, manfaat lainnya yaitu sebagai kayu bakar untuk kebutuhan masyarakat setempat dan daunnya bisa digunakkan sebagai pewarna alami yaitu pewarna merah. Oleh sebab itu daerah seperti ini sangat menguntungkan bagi masyarakat sekitar Lembah hijau.

Masyarakat di sekitar Lembah hijau juga memanfaatkan area ini untuk dijadikan sebagai pusat pendidikan mengenai pembudidayaan hewan dan tumbuhan,alasannya karena temperatur udaranya sedang oleh karena itu lembah hijau cocok untuk mengembangkan budidaya hewan dan tumbuhan,sehingga dengan adanya fenomena ini masyarakat di sekitarnnya secara tidak langsung memperoleh manfaatnya juga seperti menjadi penjual makanan, pemandu wisata, lahan parkir dsb.

Hasil pembudidayaan dari PT. LEMBAH HIJAU MULTIFARM dari ternak sapi antara lain :
Emas merah (daging sapi)
Emas hitam (kompos)
Emas kuning (kencing sapi)
Emas biru (biogas)
Emas putih (susu sapi)

Dari semua produk yang dihasilkan oleh PT. LEMBAH HIJAU MULTIFARM, produk tersebut diolah dengan menggunakan alat dan bahan mulai dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih, terutama dalam pengolahan susu segar dan ice cream yang terbuat dari susu sapi perah yang merupakan salah satu produk unggulan perusahaan tersebut. Dalam pengolahannya harus dipastikan bahwa alat-alat yang digunakan untuk mengolahnya benar-benar higenis dan terbebas dari bakteri penyebab penyakit. Produk unggulan lainnya yang dihasilkan oleh PT. LEMBAH HIJAU MULTIFARM yaitu pupuk kompos,bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos yaitu berasal dari kotoran sapi dan kemudian diolah dengan alat-alat yang modern hingga menjadi pupuk yang alami serta dapat menyuburkan tanaman, merk produk dari hasil pupuk kompos tersebut diberi nama “Black Gold”. Pupuk Kompos tersebut juga di produksi ke daerah-daerah lain di luar daerah tersebut dan ke luar negeri

PT Lembah Hijau Multifarm menjadi tempat pariwisata. Tempat ini sering dikunjungi oleh wisatawan. Mereka berkunjung ke Lembah Hijau hanya untuk berekreasi atau juga dapat untuk study lapangan dll.

PT Lembah Hijau dijadikan sebuah pusat penelitian dan pusat peternakan pengembangan sapi perah dan kotoranya. Selain itu tempat wisata ini merupakan pusat pembudidayaan ikan air tawar yaitu patin. Dengan dijadikannya pusat penelitian peternakan ini, maka PT Lembah Hijau sering dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan dari kalangan pelajar. Para pelajar berkunjung ke Lembah Hijau untuk mempelajari peternakan sapi perah serta pengolahan limbahnya. PT Lembah Hijau Multifarm juga menyediakan pemandu wisata yang dapat memandu wisatawan untuk lebih jauh mengenal tentang Lembah Hijau Multifarm dan menggali ilmu yang ada di dalamnya.

Di sekitar PT Lembah Hijau Multifarm, banyak terdapat pemukiman warga masyarakat. Mereka hidup di daerah perbukitan dan lembah dengan pola nucleated atau menggerombol,sehingga mereka dalam berkomunikasi mudah karena jarak yang dekat. Akan tetapi mereka sulit dalam mencari air, hal ini dikarenakan lembah hijau merupakan perbukitan dan lembah yang berbentuk batuan kapur. Ketika musim kering mereka sulit untuk mencari air dan biasannya masyarakat di Lembah hijau mencari sumber airnya di gunung lawu. Hal ini dikarenakan daerah kapur merupakan daereh yang sulit untuk menyerap air akan tetapi melalui proses kapilaritas maka di musim kemarau sumber air jauh di dalam tanah.

BAB III

PENUTUP

A.    Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai Laporan Observasi Sangiran Dan Lembah Hijau yang merupakan pokok bahasan dalam laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penyusun banyak berharap kepada para pembaca yang budiman agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya laporan ini dan penyusunan laporan di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga laporan observasi ini dapat berguna bagi penyusun sendiri dan khususnya kepada para pembaca yang budiman pada umumnya.

B.     Kesimpulan

Sangiran adalah nama situs yang terdapat di kabupaten Sragen,Jawa tengah, situs ini terletak di daerah perbukitan(dome). Situs Kepurbakalaan Sangiran adalah situs arkeologi di Pulau Jawa,Indonesia yang terlengkap. Tempat ini merupakan lokasi penemuan beberapa fosil manusia purba, sehingga sangat penting dalam sejarah perkembangan manusia purba dunia. Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko.. Museum Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan. Situs ini dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian di bidang sejarah, antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan bidang kepariwisataan. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak (hominid) yang terlengkap di Asia.

Lembah Hijau Multifarm merupakan agrobisnis yang bergerak dalam bidang Peternakan Sapi Perah, pertanian, perikanan, dan pengembangan bioteknologi, yang terletak di Jl.Rajiman No.200, desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo. Lembah Hijau Multifarm memiliki banyak produk yang dihasilkan, poduk yang dihasilkan antara lain emas putih, emas kuning, emas hitam, emas merah, emas biru. Beberapa produk tersebut telah didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia, bahkan di ekspor ke luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar