Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
2. Kurun Waktu Masa Praaksara
Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal tulisan. Sebaliknya, bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20. Berarti penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal abad ke-20.
Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti tersebuttidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai member petunjuk bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.
Lingkungan alam pada masa praaksara
Keadaan alam di muka bumi selalu berubah-ubah, yang disebabkan oleh hal-hal berikut.
1) Orogenesis atau gerakan pengangkatan kulit bumi.
2) Erosi atau proses pengikisan lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh angin, air hujan, dan aliran air sungai
3) Vulkanisme atau kegiatan gunung berapi
Masa praaksara disebut zaman es atau kala plestosen, dimana bagian barat Indonesia berhubungan dengan daratan asia tenggara, sedangkan bagian timur wilayah Indonesia berhubungan dengan Australia.
Kala plestosen berlangsung kira-kira 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalu. Dalam keseluruhan sejarah bumi, kala plestosen merupakan masa geologi yang paling muda dan singkat. Akan tetapi, bagi sejarah umat manusia, kala plestosen merupakan merupakan bagian yang paling tua.
Pada masa plestosen, suhu di bumi menurun dan gletser yang biasanya hanya terdapat di daerah-daerah kutub serta puncak gunung dan pegunungan tinggi meluas, sehingga daerah yang berdekatan dengan tempat-tempat tersebut dan tempat-tempat lain tertutup oleh lapisan es, misalnya di daerah Amerika, Eropa dan Asia serta pegunungan tinggi lainnya.
Akibat dari masa pengesan pada zaman plestosen adalah turunnya permukaan laut sehingga laut yang dangkal berubah menjadi daratan. Daratan-daratan baru inilah yang berperan sebagai jembatan bagi manusia dan hewan dalam melakukan perpindahan ke daerah lain untuk menghindari bencana dan mencari sumber makanan baru.
b. Awal kehadiran manusia
Menurut hasil penelitian ahli purbakala, diperkirakan manusia muncul sekitar 3 juta tahun yang lalu bersamaan terjadinya proses glasisasi atau pengesan daratan di bumi, yang disebut kala plestosen. Pada masa itu terjadi penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan di kawasan Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan kondisi alam yang demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam serta dengan membuat alat-alat sederhana untuk membantu kegiatan hidupnya.
c. Kehidupan pada masa praaksara
Daerah daratan Sunda lebih banyak dihuni manusia daripada daratan Sahul. Pola kehidupan manusia pada masa plestosen adalah kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan makanan dan berburu. Mereka menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu, tulang dan tanduk.
Kondisi hewan pada masa plestosen tidak banyak berbeda dengan kehidpan manusia, yakni bahwa hidup hewan bergantung pada keadaan iklim dan tumbuh-tumbuhan. Tiap perubahan iklim dapat mengakibatkan berubahnya atau berpindahnya kelompok hewan. Di sapmping itu, adanya bencana alam juga menyebabkan proses berpindahnya hewan ke daerah lain.
Pada masa plestosen tingkat kehidupan manusia sangat bergantung pada alam dan kemampuan manusia dalam taraf berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari hasil alam sekitarnya. Oleh karena itu lenyapnya berbagai jenis hewan disebabkan karena usaha perburuan yang dilakukan manusia.
Migrasi hewan dan manusia dari dataran Asia ke kepulauan Indonesia dimungkinkan karena terbentuknya paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Sahul di sebelah timur pada kala plestosen akhir dan plestosen sebagai akibat turunnya permukaan laut.
Bagian barat yang mencakup Jawa, Sumatra dan Kalimantan bergabung dengan Asia. Sedangkan bagian timur yang mencakup Papua dan sekitarnya bergabung dengan Australia.
3. Jenis-Jenis manusia pada masa praaksara
Manusia pada masa praaksara tidak mewariskan peninggalan-peninggalan, namun kehidupannya dapat diketahui dari sumber-sumber informasi sebagai berikut.
a. Hasil penggalian fosil
Fosil adalah sisa-sia tumbuhan, hewan, dan bagian tubuh manusia yang telah membatu. Dengan ditemukannya fosil manusia merupakan petunjuk adanya kehidupan manusia pada masa praaksara. Fosil tersebut dinamakan fosil pandu.
b. Tempat perlindungan di bawah karang (abris sous rouches)
Tempat perlindungan di bawah karang berbentuk gua, dan merupakan tempat perkampungan manusia pada masa praaksara yang hanya ditempati sementara waktu. Gua karang tempat perlindungan manusia praaksara dinamakanabris sous rouches. Di daerah tersebut ditemukan berbagai alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan kerang. abris sous rouches banyak ditemukan di Teluk Triton (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan di gua Leang-Leang (Sulawesi Selatan).
c. Dapur sampah (kjokkenmoddinger)
Salah satu jenis makanan manusia pada masa praaksara adalah kerang. Kulit kerang tersebut banyak dibuang di tempat-tempat tertentu, yang disebut sebagai dapur sampah atau kjokkenmoddinger. Di dapur sampah tersebut berupa bukit kerang dan sering diketemukan bekas peralatan yang biasa dipergunakan manusia praaksara. Hal ini banyak dijumpai di Medan (Sumatera Utara) dan di Langsa (Aceh).
d. Alat-alat yang dipergunakan manusia praaksara
Manusia praaksara telah mengenal berbagai bentuk peralatan sederhana yang dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jenis peralatan yang ditemukan pasa penemuan fosil manusia Indonesia ada zaman praaskara adalah beliung persegi dan kapak lonjong yang kedua alat tersebut di buat dari batu.
Persebaran alat-alat manusia praaskara tersebut sekaligus menujjukan bukti persebaran manusia pada masa praaskara. Bardasarkan sumber-sumber informasi tersbut di peroleh data mengenenai manusia Indonesia yang hidup pada msa praaskara.
Zaman praaksara
Kehidupan masyarakat pra aksara dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:
kehidupan nomaden,
kehidupan semi nomaden, dan
kehidupan menetap.
Pola Kehidupan Nomaden
Nomaden artinya berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan alam. Apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam. Buah - buahan, umbiumbian, atau dedaunan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah. Mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian.
Apabila mereka ingin makan ikan, maka mereka tinggal menangkap ikan di sungai, waduk, atau tempat - tempat lain, di mana ikan dapat hidup. Apabila mereka ingin makan daging, maka mereka tinggal berburu untuk menangkap binatang buruannya. Adapun cara menangkap ikan atau binatang buruannya, tentu berbeda dengan yang kita lakukan sekarang. Mereka tidak pernah memelihara ikan atau binatang ternak lainnya.
Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan masyarakat pra aksara sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. Jika bahan makanan yang akan dikumpulkan telah habis, mereka kemudian berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap.
Mereka tinggal di alam terbuka seperti hutan, di bawah pohon, di tepi sungai, di gunung, di gua, dan di lembah - lembah. Pada waktu itu, lingkungan alam belum stabil dan masih liar atau ganas. Oleh karena itu, setiap orang harus berhati - hati terhadap setiap ancaman yang dapat muncul secara tiba - tiba. Ancaman yang paling membahayakan adalah binatang buas. merupakan musuh utama manusia dalam hidup dan kehidupannya.
Berkaitan dengan kehidupan yang kurang aman, maka untuk menuju ke suatu tempat, mereka biasanya mereka mem memilih jalan dengan menelusuri sungai. Perjalanan melalui sungai dipandang lebih mudah dan aman dari pada melalui daratan (hutan) yang sangat berbahaya. Sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi, akhirnya timbul pemikiran untuk membuat rakit - rakit sebagai alat transportasi. Bahkan dalam perkembangannya, masyarakat pra aksara mampu membuat perahu sebagai sarana transportasi melalui sungai.
Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat - alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana. Ciri - ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:
selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
sangat bergantung pada alam,
belum mengolah bahan makanan,
hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
Lama kelamaan, masyarakat pra aksara menyadari bahwa makanan yang disediakan oleh alam sangat terbatas dan akhirnya akan habis. Oleh karena itu, cara hidup yang sangat bergantung pada alam harus diperbaiki. Caranya adalah dengan menanami lahan - lahan yang akan ditinggalkan agar dapat menyediakan bahan makanan yang lebih banyak pada waktu yang akan datang. Di samping itu, para wanita dan anak kecil tidak harus selalu ikut berpindah untuk mengumpulkan bahan makanan atau berburu binatang.
Pola Kehidupan Semi Nomaden
Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara - cara mengolah bahan makanan.
Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri - ciri sebagai berikut:
mereka masih berpindah - pindah dari satu tempat ke tempat lain;
mereka masih bergantung pada alam;
mereka mulai mengenal cara - cara mengolah bahan makanan;
mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman;
sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba;
peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup masyarakat nomaden;
di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga lebih tajam.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara.
Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada waktu itu, anjing merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa - sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.
Pola Kehidupan Menetap
Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap orang harus membangun tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah, konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.
Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:
setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang lebih lama;
setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan hidup dari satu tempat ke tempat lain;
para wanita dan anak - anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan merepotkan;
wanita dan anak - anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain;
mereka dapat menyimpan sisa - sisa makanan dengan lebih baik dan aman;
mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
mereka mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;
mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:
memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam;
memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia;
lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah;
1. Pembabakan Zaman Praaksara berdasarkan Geologi
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan Praaksara yang terdiri dari:
a. ARKAEKUM/zaman tertua
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan muncul kehidupan? Untuk itu simak uraian berikutnya.
b. PALEOZOIKUM/zaman primer atau zaman hidup tua
Zaman ini berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung. Untuk lebih mengenal bintang-binatang tersebut amatilah gambar berikut ini.
MESOZOIKUM/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan
Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ijenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman reptil. Amati gambar berikut:
Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan. Selanjutnya berlangsunglah zaman hidup baru
d. NEOZOIKUM/zaman hidup baru
Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu:
1) Tersier/zaman ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primat, contohnya kera.
2) Kuartier/zaman keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu: 1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. 2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Corak kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pra aksara dapat dikelompokkan menjadi :
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Kehidupan masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana (zaman paleolitikum) masih sangat sederhana. Mereka hidup sangat tergantung dengan alam dengan cara menumpulkan makanan dan berburu hewan. Kegiatan tersebut dikenal dengan food gathering.
Perkakas yang dihasilkan pada masa ini adalah:
> Chopper ( kapak penetak / kapak genggam / kapak seterika, dinamakan demikian sesuai dengan bentuk dan cara penggunaannya.
> Flakes (serpih bilah) yaitu pecahan batu kecil dan pipih serta tajam yang digunakan sebagai pisau.
> Tulang dan Tanduk Hewan, alat ni digunakan sebagai mata panah, pengorek ubi dan ujung tombak.
Perkakas-perkakas tersebut ditemukan di Pacitan Jawa Timur, Ngandong dan Sangiran (Jawa Tengah)
Kebudayaan rohani yang ditemukan pada masa ini adalah penguburan orang yang telah meninggal, berbeda dengan binatang.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa ini disebut juga masa Mesolitikum. Berkembangnya pemikiran manusia menyebabkan peningkatan penggunaan pikiran dab meningkatnya kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya. Peningkatan jumlah anggota kelompok dan perpindahan tempat akan menyebabkan permasalahan baru. Perpindahan tempat ( nomaden) dalam rangka berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dianggap sudah tidak memadai lagi maka manusia purba mulai membuat tempat tinggal tetap untuk sementara (semi sedenter). Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan tetap berlangsung, namun kegiatan mengolah lahan tingkat sederhana dan berternak tingkat awal sudah dimulai.
Peninggalan budaya dari masa ini adalah budaya kjokkenmodding yang ditemukan di pantai timur Sumatra dari Langsa (NAD) sampai Medan berupa bukit kerang setinggi 7 meter, dan abris sous roche yang ditemukan di gua di darah Sampung Ponorogo Jawa Timur dan Lamoncong Sulawesi Selatan
Hasil kebudayaan:
Peable (Kapak Sumatra), hachecourte, pipisan batu, flakes, tulang dan tanduk
3. Masa Bercocok Tanam di Sawah
Masa bercocok tanam di sawah juga zaman neolitikum. Pada masa ini terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia atau revolusi dari food gathering menjadi food producing, dari nomaden menjadi menetap. Dengan perubahan tersebut, semua kebutuhan dan perkakas untuk memenuhi kebutuhan juga berubah. Perkakas menjadi lebih halus, manusia sudah mulai memasak, mulai mempercantik diri dengan ditemukan berbagai perhiasan.
Perkakas yang dihasilkan: kapak persegi; kapak lonjong; gerabah/tembikar; barang-barang perhiasan dari batu. Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam.
Ciri cirri bahwa manusia berkembang lebih maju :
· Pola hidupnya mulai menetap di dataran rendah secara berkelompok dan sudah memilih pemimpin
· Manusia pada masa ini, sudah mengenal cara bercocok tanam, mengolah tanah, dan memelihara hewan, namun jika tanah untuk bercocok tanam dirasa tidak lagi subur, maka mereka akan berpindah tempat yang lebih subur.
· Mereka mulai menguasai cara menyimpan makanan dan mengawetkan makanan secara sederhana.
· Mereka mengenal sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kekuatan alam. Sistem kepercayaan ini ditunjukan melalui simbol-simbol gambar berwarna, bangunan, dan arca yang terbuat dari batu besar
· Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu, dan bahan lainnya yang bentuknya sudah diasah. Pada masa bercocok tanam alat-alat yang digunakan antara lain:
Mata panah, digunakan untuk berburu binatang
Gerabah, barang pecah belah terbuat dari tanah liat, seperti tembikar untuk menyimpan …makanan
Beliung persegi, digunakan untuk menebang kayu dan mencangkul
Kapak lonjong besar, digunakan untuk mencangkul atau mengolah tanah, sedangkan yang berukuran kecil sering digunakan sebagai benda wasiat atau pada waktu upacara adat.
4. Masa Perundagian Logam
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuar perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakas-perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara; mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya
a. Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia tersebut dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari batu. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, maka zaman batu dibedakan lagi menjadi tiga periode adalah sebagai berikut :
1. Masa Batu Besar / Megalithikum
Kebudayaan baru besar atau Megalithikum sebenarnya bukan babakan budaya tersendiri. Kebudayaan ini berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan spiritual / rohani manusia purba. Manusia purba sudah mempercayai bahwa setelah kematian ada kehidupan, meski mereka belum faham benar tentang hal itu. Maka kemudian setiap kematian selalu ditandai dengan menggunakan bangunan batu yang besar.
Perkakas megalitikum:
> Menhir
> Dolmen
> Sarkofagus
> Waruga
> Kubur Batu
> Punden Berundak-undak
> Arca
2. Zaman batu tua (Palaeolithikum)
Zaman batu tua merupakan suatu masa yang di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak genggam. Hasil kebudayaan Palaeothikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
3. Zaman batu madya (Mesolithikum)
Zaman batu madya merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Misalnya pebble/kapak Sumatera.
4. Zaman batu muda (Neolithikum)
Zaman batu muda merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.
b. Zaman Logam
Dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami tiga pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dari Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
Penyelesaian masalah :
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau di sebut zaman prasejarah atau nirleka yang artinya belum ada tulisan.
Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sangat bergantung pada alam, belum mengolah bahan makanan, hidup dari hasil berburu, belum memiliki tempat tinggal menetap, peralatan hidup masih sederhana.
Ada, contohnya : lesung,halu, dan cobek.
Menjadi paham akan pola kehidupan masyarakat praaksara lebih mendalam dan mengetahui peninggalan-peninggalanya.
Kesimpulan :
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal tulisan. Kehidupan masyarakat pra aksara dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: kehidupan nomaden, kehidupan semi nomaden, dan kehidupan menetap.Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan Praaksara yang terdiri dari: ARKAEKUM/zaman tertua, PALEOZOIKUM/zaman primer atau zaman hidup tua, MESOZOIKUM/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan,NEOZOIKUM/zaman hidup baru. Corak kehidupan masyarakat Indonesia pada masa pra aksara dapat dikelompokkan menjadi : Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana, Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut,Masa Bercocok Tanam di Sawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar