PENDAHULUAN
Filsafat dan
ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat dan juga sebaliknya,
perkembangan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat
telah berhasil merubah pola pikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris. Menurtu Rachman, (2009) awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia
beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi para dewa. Karena itu
para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan
filsafat pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir
yang bergantung pada rasio.
Selnjutnya
perkebangan filsafat mengungkap kejadian alam seperti gerhana tidak lagi
dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam
yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi pada garis yang sejajar,
sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Sebagaimana
dituturan oleh Surajiyo, (2007).
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat
diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari
keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual.
Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan,
sehingga mereka dapat saling mengarahkan seluruh potensi keilmuwan yang
dimilikinya untuk kepentingan bersama umat manusia.
Mahasiswa pascasrjana sebagai bagian
dari sivitas akademika diharapkan memiliki penguasaan yang baik atas bidang
ilmu yang ditekuni untuk selanjutnya memanfaatkan ilmu tersebut, baik untuk
pengembangan kehidupan dirinya maupun kehidupan masyarakat pada umumnya. Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan konsep-konsep
serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga
landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang
dipelajari, metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah-kaidah moral
dan etika mengenai untuk apa ilmu itu harus dimanfaatkan. Atas dasar itulah
filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian
calon-calon ilmuwan pada umumnya
Di samping itu
pembahasan filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong manusia untuk
lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan
dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap
ilmu baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun aksiologi. Oleh karena
itu, penulis mencoba memaparkan mengenai tujuan dan manfaat
filsafat ilmu sehingga diharapkan para pembaca dapat
memahami pentingnya filsafat ilmu dalam kehidupan umat manusia.
BAB II
PENTINGNYA MEMPELAJARI
FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Filsfat
Kata filsafat berasal
dari bahasa Yunani; philosophia. Kata ini merupakan kata majemuk
yang berasal dari kata-kata philia (persahabatan, cinta dsb.)
dan sophia (kebijaksanaan). Sehingga arti secara bahasa filsafat
adalah seorang pencinta kebijaksanaan Suriansumantri, (1984).
Menurut Adib,
(2010) sebahagian mengurainya dengan kata philare atau philo (cinta)
dalam arti yang luas yaitu ‘ingin’ dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai
yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata sophia (kebijakan) dapat diartikan ‘pandai dan
pengertian yang mendalam’. Dengan
mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai
sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada
kebijakan.
Pada sisi yang
lain kajian filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang
juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai ‘cinta kearifan’. Unsur
pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos.
Philos maknanya ‘gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise)’ Suriasumantri, (2012). Menurut pengertiannya
yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun,
cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali, sophia tidak
hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang
bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang
disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara bahasa
filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran. Maksud sebenarnya adalah
pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan
kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya
seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian
filsafat dalam hakekatnya memang merupakan problem falsafi yang kaya
dengan banyak konsep dan pengertian.
B.
Hakikat
Filsafat Ilmu
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah
filsafat ilmu. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara
bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan
tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok
perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. The
Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu sebagai segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu Pertama filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan
yang menyangkut hubungan keluar dari kegiatan ilmiah, seperti: tata susila yang
menjadi pegangan penyelenggara ilmu. Kedua filsafat ilmu dalam arti
sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang
terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan
cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah Beerling, (1988).
Pengertian Filsafat Ilmu menurut beberapa ahli, antara lain:
Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which isthe systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines”. Filsafat ilmu, merurut Abidin, (2000) merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which isthe systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines”. Filsafat ilmu, merurut Abidin, (2000) merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
Suriasumantri,
(1984) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok
pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama
antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud
hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya
tangap manusia? Kelompok pertanyaan kedua: Bagaimana proses yang memungkinkan
diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa
yang harus diperhatikan Filsafat Imu agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok
pertanyaan ketiga: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu? Bagaimana kaitan
antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?.
Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu
secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan
tinjauan ilmu secaraepistemologis. Dan pertanyaanpertanyaan kelompok ketiga
sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis. Untuk
mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum
tiga medan telaah yang tercakup di dalam filsafat ilmu, yaitu:
Filsafat ilmu adalah telaah kritis
terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, seperti dituturkan oleh Ravertz, (2009) terhadap lambang
yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang
digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan
ilmu rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi
kesejarahan, antropologi, dll.
Filsafat ilmu adalah upaya untuk
mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana dan postulat
mengenai ilmu sebagaimana diungkapkan oleh Farid, (2003) upaya untuk membuka
tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan dan kepragmatisan. Dari pendappat
di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah studi gabungan yang
terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan
batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
C. Manfaat Filsafat dalam
Kehidupan
Berdasarkan pemahaman dasarnya,
persepsi ini tidak tepat, meskipun di dalamnya terkandung manfaat. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat
sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan
dari sesuatu apapun , tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya,
sedikitnya akan merugikan. Menurut Sebani, (2009) apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka
filsafat adalah akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan sumber
kehidupan pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah
menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian, ilmu pengetahuan
berhubungan dengan apa yang terlihat atau yang biasa disebut menggejala atau
mewujud. Terlebih lagi kaum awam, ia hanya dapat melihat sesuatu secara
langsung atau yang berhubungan secara langsung, khusunya menjawab kebutuhan
nyata dirinya sendiri. Menurut
Bertens, (1999) menuturkan dalam perbincangan lebih
nyata menurutnya filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali akar masalah, baik
berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat menyadarkan
manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan
dilakukannya.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan mengenai asumsi yang disebut aksioma, yaitu
anggapan dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari awal kehidupan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Wacana atau perbincangan
filsafat melahirkan asumsi tersebut. Hal tersebut disebut sebagai keyakinan
filsafati (philosophical belief). Asumsi tersebut jika terus-menerus ditelaah
ketepatannya, bukan tidak mungkin akan mengalami perubahan, entah itu bertambah
atau berkurang, atau justru berubah. Akhirnya, teori-teori baru dalam bidang
pengetahuan akan bermunculan sehingga lahirlah istilah filsafat ilmu. Filsafat
ilmu berperan fundamental dalam melahirkan, memelihara, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Masih berkaitan dengan manfaat
filsafat ilmu Semiawan, (2010) menuturkan cara berpikir filsafati telah
mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan, bahkan telah
menguak mitos dan miteserta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara
berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren,
metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis.
Sejalan dengan perebangan filsafat
ilmu, pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus
berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah
mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan
filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat
disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu
merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa
ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan
mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan
manusia.
Menurut Harry, (1981) dasar filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki
suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa
mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu
mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada,
bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
Menurut Thoyibi, (1999) keterbatasan filsafat
yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan. Itu karena
keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup
memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip
dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
ditarik benang merah baha manfaat filsafat ilmu mengintegrasikan atau
pengintegrasian ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang
hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya
pada saat dan tempat tertentu.
- Manfaat Dalam
Kehidupan Praktis
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat
sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret.
Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa
pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari. Kendali tidak memberi petunjuk
praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup
membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok
dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman
itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
Menurut Adib, (20011) filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman
yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan
perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang
jelas.
a. Manfaat filsafat ilmu secara umum
Secara umum daoat dilihat manfaat dari
filsafat ilmu adalah sebagai berikut:
1) Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu
tidak selalu tampak seperti apa adanya.
2) Filsafat
membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena
filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.
3) Filsafat membuat kita lebih
kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita terima
begitu saja ternyata salah atau menyesatkan—atau hanya merupakan sebagian dari
kebenaran.
4) Filsafat mengembangkan
kemampuan kita dalam:
a) menalar secara jelas
a) menalar secara jelas
b) membedakan argumen yang baik
dan yang buruk
c) menyampaikan pendapat (lesan
dan tertulis) secara jelas
d) melihat sesuatu melalui
kacamata yang lebih luas
e) melihat dan mempertimbangkan
pendapat dan pandangan yang berbeda.
5) Dengan mempelajari karya-karya para pemikir
besar, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa
besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni.
6) Filsafat memberi bekal
dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan
pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita
menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga
memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam
mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara
lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan
menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan
prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren semuanya ini merupakan
ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat.
b. Secara khusus manfaat filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat.
Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi
filsafat secara keseluruhan, yakni:
1) Sebagai alat mencari
kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2) Mempertahankan,
menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
3) Memberikan pengertian
tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4) Memberikan ajaran
tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
5) Menjadi sumber
inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut Agraha Suhandi
(1989)
6) Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan
keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik
7) Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri
kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya),
kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
8) Filsafat ilmu
memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara
dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya.
9) Filsafat ilmu
memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan
ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan diri sendiri).
10) Filsafat ilmu mengajak untuk
berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya
ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan
dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan
orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
11) Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik
untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu
pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan
sebagainya.
12) Filsafat ilmu
bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu
penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite,
melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu
membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
13) Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan
persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
14) Filsafat ilmu memberikan landasan
historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
15) Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi
yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
16) Filsafat ilmu memberikan
petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya
manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam
usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
17) Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan
fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami
berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk
membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula,
bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory
theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan
evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena
kecil ataupun besar secara sederhana.
2. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa
sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain:
a. Dengan mempelajari filsafat
ilmu diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori
yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
b. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan
bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
c. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat
praktis. Setelah
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
d. Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional
dalam Opini & argumentasi yang dikemukakan.
e. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan
pandangan (pluralitas). Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu
pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
f. Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak
kenal lelah.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
1. Filsafat ilmu adalah studi
gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan
untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
2. Filsafat ilmu bermanfaat
untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalammengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan alat untukmembuat hidup menjadi lebih baik.
3. Filsafat ilmu sangat penting bagi seorang
mahasiswa karena untuk membiasakan diri bersikap kritis, logis dan rasional
serta menumbuhka rasa toleransi dalam perbedaan pandangan.
B. Saran-saran
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari
filsafat ilmu agar dapat mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan
pandangan, mampu membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional Opini &
argumentasi, mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu
membiasakan diri untuk bersikap kritis. Sebagai manusia yang bermasyarakat,
mahasiswa juga harus bisa menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam
filsafat ilmu. Mahasiwa dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja tapi
harus bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakatIPS medel kontekstual.
DATAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2000. Filsafat manusia, memahami manusia melalui
filsafat. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Adib, M.
2010. Filsafat
ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adib, M.
2011. Filsafat ilmu:
ontologi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad, H. 1996. Pengantar
filsafat Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
.................. 1979. Teologi
Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Anton, B. 1986. Metode-metode
filsafat.
Jakarta: Ghlmia Indonesia.
Beerling dkk.,1997. Pengantar
filsafat ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Bertens, K. 1999. Ringkasan sejarah
filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Ensiklopedia
nasional Indonesia,
Jakarta: Cipta Adi Pustaka
Farid, I. F. & Hamid, M. A. 2003. Cepat
menguasai ilmu filsafat, Yogyakarta: IRSiSoD
Gie, T. L. 1999. Pengantar
filsafat ilmu. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Hadiwijono, H.
1998. Sari sejarah filsafat barat 1. Yogyakarta: Kanisius.
Harry, H. 1981. Pintu masuk ke dunia filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
http://amirdapir.blogspot.com/2012/11/pengertian-intelegensi_20.html diakses pada tanggal 29 Januari 2016.
http://bayutarawijaya.blogspot.com/2009/02/eksistensi-madzab-rasionalismerene.html.
diakses pada tanggal 29 Januari 2016.
http://carabuatblogerrr.blogspot.com/2012/11/akal-rasio-identikkah.html diakses pada tanggal 30 Januari 2016.
http://sayuraseum.tumblr.com/post/24613486557/potensial-dalam-diri-manusia diakses
pada tanggal 31 Januari 2016.
http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/24/wahyu-dan-akal-sebagai-petunjukhidup-554463.
diakses pada tanggal 31 Januari 2016.
http://www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/rasionalitas02.html diakses pada tanggal 31 Januari 2016.
http://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/filsafat-islam-vis-a-vis-filsafatbarat/. diakses pada tanggal 31
Januari 2016.
Ibrahim, H. 2002. Tasawuf
antara agama dan filsafat.
Bandung: Pustaka Hidayah
Lorens, Bagus. 2002. Kamus
filsafat,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Micheal, M.
H. 1987. Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam
sejarah. Terj Mahbub Djumadi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ravertz, J. R. 2009. Filsafat ilmu: sejarah &
ruang lingkup bahasan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rizal, M. 2008.
Filsafat ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saifudin, A. E. 1987. Ilmu filsafat dan agama.
Surabaya: Bina Ilmu.
Sebani, B. A. 2009. Filsafat ilmu: kontemplasi
filosofis tentang seluk-beluk sumber dan tujuan ilmu pengetahuan. Bandung:
Pustaka Setia.
Semiawan, C. R. & Yufiarti, S. 2010. Spirit inovasi dalam filsafat
ilmu. Jakarta: Indeks.
Suriansumantri, J.S. 1984. Filsafat ilmu, sebuah pengantar
populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Suriansumantri, J.S. 2012. Ilmu
dalam persprektif. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Suriasumantri, Y. 2007. Filsafat
ilmu: sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tafsir, A.
2010. Filsafat ilmu: mengurai ontologi, epistemologi dan aksiologi
pengetahuan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thoyibi, M.
1999. Filsafat ilmu dan perkembangannya. Surakarta: MUP Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar