Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

01 Februari 2016

Review Buku BAB 1 s/d 4 Paradikma Baru Pembelajaran Karya Yatim Riyanto


BAB I
BELAJAR
  

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan cita-cita bangsa.  Anak  mempunyai  peranan  penting  dalam  menentukan  ara kehidupanbangsa dan pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masyarakatsangat  mendambakan  sosok  anak  yang  sehat  jasmani  maupun  rohani.  Ha inisejala  denga  visi   dan   mis  pendidika  nasiona  dala  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionlpada  Bab  II  Pasal   yang  menyebutkan bahwa,  pendidikan  nasional berfungsimengembangkan  kemampuan  da membentuk  watak  serta  peradabanpesertadidik  agar  menjadi  manusia  yang  beriman  da bertaqwa  kepada  Tuhan  YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan tersebut dapatdiwujudkan secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalammengoptimalkan segala aspek perkembangan anak.
Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat perlu bagi para orang tua dan  para pendidik untuk mengetahui dan memahaminya. Teori-teori perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, periodisasi-periodisasi perkembangan manusia sangat perlu untuk dikaji lebih dalam. Selain itu, perkembangan kognitif pada manusia pun menjadi kajian yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Dengan mengetahui dan memahami semua tentang Teori Perkembangan Manusia akan menjadikan kita lebih arif dalam menyikapi, menghadapi dan menyelesaikan permasalah-permasalan yang muncul dalam perkembangan manusia, dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada dan menjadikan kita lebih paham dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangannya dan dapat membelajarkan anak sesuai potensinya. Hal ini sangat bermanfaat pada penggunaan dan pemilihan strategi pembelajaran serta tahapan pembelajaran sehingga dapat mengimplemantasikan strategi pembelajaran yang  sesuai dan terlaksana dengan tepat.

1
 

 

 
BAB II
OPERANT CONDITIONING
Seorang pendidik seharusnya mengetahui dan paham teori belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Seperti diketahui bahwa dalam membelajarkan siswa guru memiliki kesempatan menyusun dan mendesain pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, maka akan lebih mantap lagi bila guru paham landasan filsafat dan aliran teori pembelajaran tersebut.
Berangkat dari kebutuhan seorang pendidik dalam membelajarkan siswa, perlu dibahas apa saja hal yang mendasari sebuah proses pembelajaran dilaksanakan. Teori beajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya.Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Memilik kondisi pembelajaran di lapangan, para pendidik banyak yang terjebak dalam formatisasi rencana pembelajaran. Bahwa sejatinya perencanaan dan perancangan pembelajaran itu bersumber  dari teori belajar secara hakikatnya. Dengan memahami teori belajar, pendidik memiliki landasan dalam menyusun strategi mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, para penilik dan pengawas juga tidak dengan mudah menyalahkan sebuah perencanaan pembelajaran hanya karena secara format tidak sesuai. Perlu diketahui, dengan perbedaan aliran teori belajar, maka format dan strategi perencanaan pembelajaran pun akan berbeda.

BAB III
BENTUK-BENTUK BELAJAR

Ragamnya bentuk kehidupan manusia yang ditempah oleh alam telah mengalami proses penyaringan dan bentuk dalam belajar. dengan membentuk model belajar sendiri seseorang dapat lebih mudah memahami sesuatu yang dipelajarinya. berikut adalah bentuk-bentuk belajar:


  1. Belajar teknis 
Mengembangkan keterampilan-keterampilan, dalam menangani  dan memeganag benda-benda serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu keseluruhan. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seseorang senang menyayi atau memiliki hobi menyanyi, untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyanyi maka ia akan mengikuti kursus atau perlombaaan menyanyi.

  1. Belajar sosial 
Mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: belajar konsep musyawarah yang  diemplementasikan melalui pemilihan ketua kelas.

  1. Belajar estetis 
Membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seorang murid akan mewarnai atau menggambar sesuai dengan kemampuan dan imajinasinya.












BAB IV
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.

1.    Prinsip Kesiapan (Readinees). Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.
2.    Prinsip Motivasi (Motivation). Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
3.    Prinsip Persepsi. Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
4.    Prinsip Tujuan. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajarpada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai olehseseorang.
5.    Prinsip Perbedaan Individual. Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalamkelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan seluruh siswa
6.    Prinsip Transfer dan Retensi. Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesoranguntuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
7.    Prinsip Belajar Kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajarkognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yangselanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai danberimajinasi.
8.    Prinsip Belajar Afektif. Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkandirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,dorongan, minat dan sikap.
9.    Prinsip Belajar Evaluasi. Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.
10.    Prinsip Belajar Psikomotor. Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampumengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik.

A.    Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

B.     Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

C.    Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “leaming by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

D.    Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise“, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar.

E.     Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha meneari dan menemukan konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah mendan saja kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat dan sungguh-sunggub. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

F.     Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan Penguatan Belajar
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im adalah law of effect – nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).
Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
Implikasi Prinsip Belajar
Bagi Siswa
Bagi Guru
Perhatian dan Motivasi           
Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
Mengunakan metode yang bervariasi...
Memilih bahan ajar yang diminati siswa..
Keaktifan       
Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
Keterlibatan langsung/
Pengalaman    
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.
Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.
Pengulangan   
Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang           
Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
Tantangan      
Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.   
Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
Balikan dan penguatan           
Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru     
Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
Perbedaan Individual
Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa        
Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa


1 komentar: