Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

05 Februari 2016

Beberapa pertanyaan Penting tentang IPS Terpadu

  1. Apa yang anda ketahui dengan Pendidikan IPS, jelaskan dengan memberikan beberapa pendapat ahli, dan menurut anda ?
Jawab  :
 Menurut para ahli :
  1. National Council for Social Studies (NCSS)
Mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
2.      Somantri, 2001 : 103.
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
  1. Lasmawan ( 2008 )
Lasmawan (2008), memberikan penjelasan pendidikan IPS adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat sintetis dan diorganisir secara terintegrasi dalam rangka pengembangan disiplin ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis bagi kepentingan peserta didik. Makna synthetic discipline, adalah pendidikan IPS bukan sekedar mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Secara lebih tegas, pada dasarnya Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu: (1) sebagai pendidikan kewarganegaraan, (2) sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya bersumber dan berada dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan (3) sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.
4.      Mayhood dkk,(1991:10)
Pendidikan IPS (Social Studies) menurut Mayhood dkk., (1991: 10), adalah “The Social Studies are comprissed of those aspests of history, geography, and pilosophy which in practice are selected for instructional purposes in schools and collegs”.
  1. Edgar Weasley, (1937)
Weasley menyatakan bahwa “The social studies are the social sciences simplified for pedagogical purposes”.
  1. Barr et al., 1977 hal.69
Mendefinisikan IPS sebagai berikut : “The social studies is an integration of experience and knowledge concering human relations for the purpose  of citizenship education”.
  1. Banks,  (1990:3)
Mendefinisikan IPS sebagai berikut : “The social studies is that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping students to develop the knowledge, skills, attitudes, and values needed  to participate in the civic life of their local communities, the nation, and the world”.
  1. Saidiharjo (1996:4)
bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil   pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
9.      Mulyono Tj. (1980:8)
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
  1. Erwin Raiz
IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan social contoh sosiologi,antropologi,ekonomi sejarah hokum manajemen,dsb. 
  1. Pendidikan IPS
Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
12.  Welton dan Mallan, (1988 : 66-67)
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi.
  1. Catur (2004)
definisi  yang dikutip Catur (2004), bahwa IPS sebagai “the study of political, economic, culturals, and environment aspects of societies in the past, present and future”.
14.  (Stahl dan Hartoonian, 2003)
The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
15.  Columbia Encyclopedia
IPS adalah istilah untuk salah satu atau semua cabang studi yang berurusan dengan manusia dalam hubungan sosial mereka.
16.  Wikipedia
IPS adalah ilmu sosial sering digunakan sebagai istilah umum untuk merujuk pluralitas di luar bidang ilmu-ilmu alam. Bidang-bidang ini meliputi: antropologi, arkeologi, musikologi komparatif, studi komunikasi, studi budaya, demografi, ekonomi, sejarah, geografi manusia, pembangunan internasional, hubungan internasional, linguistik, studi media, filologi, ilmu politik, psikologi (setidaknya sebagian), pekerjaan sosial dan sosiologi.
17.  Science Dictionary
IPS adalah studi tentang bagaimana kelompok-kelompok orang berperilaku, sering dalam upaya untuk memprediksi bagaimana mereka akan berperilaku di masa depan.


Menurut penulis pendidikan IPS adalah :
 Pendidikan IPS menurut saya adalah : bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial. Selain itu, bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Materi dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya menjadi bahan baku bagi pelaksanaan pangajaran di sekolah dasar dan menengah  serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.  Selain itu didalam ilmu pengetahuan sosial terdapat tiga istilah yakni pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial.
2.      Jelaskan Pendidikan IPS sebagai program pendidikan disekolah, dan pendidikan IPS sebagai program pendidikan displin ilmu dalam kontek pendidikan nasional Indonesia !
Jawab :
a.       Pendidikan IPS sebagai program pendidikan
 Pendidikan IPS adalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu. Sehingga baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial, maupun ilmu pendidikan tidak akan ditemukan adanya sub-sub disiplin PIPS, yang dalam kepustakaan National Council for Social Studies (NCSS) dan Social Science Education Council (SSEC) disebut “social studies” dan “social science education”.
 Pendidikan IPS dalam program pendidikan sekolah merupakan Pendidikan IPS yang memuat tiga sub tujuan, yaitu; Sebagai Pendidikan Kewarganegaraan, Sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, Sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.
Dalam program pendidikan  pendidikan IPS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual.
 PIPS yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia pada prinsipnya identik dengan studi sosial (social studies) yang diajarkan di sekolah-sekolah di luar negeri, terutama di Amerika Serikat, tetapi isinya (content) disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Sanusi, 1998; soemantri). Berkenaan dengan PIPS yang diajarkan dilevel pendidikan dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) menerangkan bahwa PIPS adalah mata pelajaran yang mempelejari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian pokok geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. PIPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok : ilmu pengetahuan sosial dan sejarah; bahan kajian sejarah meliputi perkembangan bangsa Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini; sedangkan bahan kajian ilmu pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan.
Sementara untuk jenjang pendidikan menengah, menurut Depdikbud (1994), PIPS dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa melanjutkan dengan ilmu-ilmu sosial, baik dalam bidang akademik maupun pendidikan professional. Selain daripada itu, siswa juga diberikan bekal kemampuan, secara langsung atau tidak langsung, untuk bekerja di masyarakat. Dengan demikian untuk jenjang pendidikan menengah, dikenal mata pelajaran antropologi, sosiologi, geografi, sejarah, ekonomi, tata negara-yang keseluruhannya mengacu kepada social sciences.

b.       Pendidikan IPS sebagai program pendidikan  displin ilmu
 Pendidikan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dengan identitas bidang kajian ekletik yang dinamakan “an intregrated system of knowledge “, “synthetic disclipine”, “multidimensional”, dan “kajian konseptual sistemik” merupakan kajian (baru) yang berbeda dari kajian monodisplin atau disiplin ilmu “tradisional. Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan.
Selaku proponen PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu,( 2001 ) memberikan definisi pendidikan disiplin ilmu sebagai berikut pendidikan disiplin ilmu adalah suatu batang tubuh disiplin (baru) yang menyeleksi konsep, generalisasi dan teori dari struktur disiplin-disiplin ilmu (universitas) dan disiplin ilmu pendidikan yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
 Dengan pertimbangan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia maka pada tahun 1970an mulai diperkenalkan Pendidikan IPS (PIPS) sebagai pendidikan disiplin ilmu. ( Istilah Pendidikan disiplin ilmu pertama kali dikemukakan oleh Numan Somantri dalam berbagai karya tulis ). Gagasan tentang PIPS ini membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu ( integrated ), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-disipliner. Karakteristik ini terlihat dari perkembangan PIPS sebagai mata pelajaran disekolah yang cakupan materinya semakin meluas seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya permaslahan social yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu social, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan bahkan system kepercayaan.
 PIPS sebagai kajian akademik disebut juga IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu adalah PIPS sebagai seleksi dan integrasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan disiplin ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan social-kultural untuk tujuan pendidikan.
 IPS sebagai program pendidikan disiplin ilmu dalam konteks pendididkan Nasional Indonesia di harapkan akan dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar tentang perkembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dibangun dan dikembangkan serta ke mana arah, tujuan, dan sasaran pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat.
3.      Mengapa pendidikan IPS menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan di Indonesia ? muatan atau pesan apa yang dianggap penting dalam rangka membangun generasi muda Indonesia ?
Jawab :
 Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
 1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
 Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
 Menurut Mohammad Numan Somantri, 2001 pada dasarnya ada empat pendapat mengenai tujuan pengajaran IPS di sekolah, yaitu:
Pertama, ada yang berpendapat bahwa tujuan pengajaran IPS di sekolah adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya. Menurut paham ini, kurikulum pengajaran IPS harus diorganisasikan secara terpisah-pisah sesuai dengan body of knowledge masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut.
Organisasi pelajaran harus disusun menurut struktur disiplin ilmunya, baik proses penyusunan syntactical structure-nya maupun conceptual structure-nya. Tidak ada masalah dalam meramu bahan pelajaran dengan disiplin yang lainnya. Demikian pula tidak ada masalah untuk menjadikan para siswa menjadi warga negara yang baik.
Walaupun demikian, aliran ini mengakui pentingnya menumbuhkan ciri warga negara yang baik, karena hal itu akan datang dengan sendirinya setelah para siswa mempelajari masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut. Golongan yang menganut pahan ini tidak setuju apabila nama pengajaran IPS di sekolah di sebut “social studies”, tetapi harus disebut “social sciences”. Golongan ini menekankan pada “content continumm” dalam mencapai tujuan pembelajaran IPS.
Kedua, bahwa tujuan pengajaran IPS di sekolah adalah menumbuhkan warga negara yang baik. Pengajaran di sekolah harus merupakan “ a unified coordinated holistic study of men living in societies” (Hanna , 1962 dalam Dedi Supriyadi, 2001). Menurut paham ini, sifat warga negara yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaannya dari pada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu sosial yang terpisah-pisah seperti dilakukan di universitas. Karena itu, pengorganisasian bahannya harus secara ilmiah dan psikologis. Golongan ini menghendaki agar program pengajaran mengkorelasikan bahkan harus mungkin mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu sosial, dalam unit program studi. Golongan ini menekankan pada “process continum” dalam mencapai tujuan pengajaran IPS.
Ketiga, merupakan kompromi dari pendapat pertama dan kedua, golongan ini mengakui kebenaran masing-masing pendapat pertama dan kedua di atas. Tujuan program pengajaran IPS menurut kelompok ini adalah simplifikasi dan distilasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan ( Wesley, 1964 dalam Dedi Supriyadi dan Rohmat Mulyana, 2001). Golongan ini berpendapat bahwa bahan pelajaran IPS merupakan sebagian dari hasil penelitian dalam ilmu-ilmu sosial, untuk kemudian dipilih dan diramu agar cocok untuk program pengajaran di sekolah.
Keempat, berpendapat bahwa pengajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (closed areas). Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antar-personal. Bahan pelajaran IPS yang tabu tersebut dapat timbul dari bidang ekonomi, politik, sejarah, sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dengan mempelajari hal-hal yang tabu, para siswa akan memperoleh banyak keuntungan, yaitu :
  1. Dapat mempelajari masalah-masalah sosial yang perlu mendapatkan pemecahannya;
  2. Sifat pengajaran akan mencerminkan suasana yang mengarah pada prospek kehidupan yang demokratis;
  3. Dapat berlatih berbeda pendapat, suatu hal yang sangat penting dalam memperkuat asas demokrasi;
  4. Bahan yang tabu seringkali sangat dekat kegunaannya dengan kebutuhan pribadi maupun masyarakat.
Oemar Hamalik merumuskan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41). Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu, antara lain :
c.       Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
d.      Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
e.       Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadapa perkembangan nilai-nilai dan sikap anak.
f.        Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.
  1. Jelaskan hambatan dan tantangan, serta peluang pengembangan pendidikan IPS baik secara konsep maupun praktek disekolah, diera sekarang dan masa depan (global) .
Jawab  :
 a. Kendala yang di hadapi Pembelajaran IPS
Fakta-fakta menunjukkan adanya ketidakpuasan siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial. Hal ini terjadi karena mereka berpendapat guru kurang menguasai materi, dan metode pengajarannya. Mereka merasakan bahwa cara guru mengajar cenderung membosankan dan terlalu abstrak. Oleh karena itu mereka menginginkan dan menyarankan agar guru menggunakan variasi berbagai metode mengajar, sehingga tidak monoton dan juga sangat menginginkan agar para guru mengajak siswa untuk belajar di lapangan dan tidak hanya belajar dari buku (teksbooks) yang ada.
 Kelemahanya adalah kesulitan dalam melakukan pemilihan bahan yang tepat untuk suatu tingkat kelas. Kurang cermatnya mempersiapkan bahan yang tabu dapat menjadi masalah yang akan menyulitkan guru dan masyarakat itu sendiri, bahkan bukan tidak mungkin akan mengganggu ketertiban. Oleh karenanya, pilihan judulnya harus tepat dengan mengikutsertakan pendapat siswa dalam masyarakat.
 Beberapa Permasalahan PIPS pada Pendidikan Dasar dan Menegah
a. Permasalahan PIPS Pendidikan Dasar
Pengembangan kurikulum PIPS untuk sekolah dasar telah cukup lama dikembangkan. Format sistemnya lebih matang dibandingkan kurikulum PIPS untuk tingkat SMP. Hanya saja masih terdapat beberapa permasalahan kurikulum PIPS di SD, diantaranya adalah;

Pertama, bahwa pendekatan proses yang menjadi salah satu acuan kurikulum PIPS di SD masih kering. Terutama untuk SD-SD yang sangat jauh komunikasinya dengan sekolah-sekolah lainnya, pelaksanaan kurikulum kadang stagnan (jalan di tempat). Hal ini mengingat besarnya jumlah SD yang jauh dari jangkauan komunikasi ideal.
Kedua, bahwa persepsi PIPS sebagai pelajaran yang tidak terlalu penting, atau kadang disepelekan karena terlalu mudah, menggiring pembelajaran IPS hanya menekankan aspek kognitif. Aspek afektif dan psikomotorik jarang dibuat parameter secara lebih tegas.
Ketiga, bahwa pembelajaran IPS pada tingkat SD belum begitu besar peranannya secara realita sebagai problem solving dalam kehidupan sehari-hari.

b.  Permasalahan Kurikulum PIPS pada Pendidikan Menengah
Untuk waktu ke depan, terdapat karakteristik yang membedakan PIPS pada siswa SMP dan SMA. Pada masa sebelumnya, bahwa di SMP mata pelajaran IPS masih bersifat mono-disipliner, di mana terdapat mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi, seperti halnya di SMA, maka untuk waktu ke depan kurikulum PIPS untuk SMP telah menyatukan seluruh ilmu-ilmu sosial dalam mata pelajaran IPS.

Kurikulum Berbasis Kompetensi telah menyusun mata pelajaran IPS SMP dalam satu bidang studi. Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan berkaitan dengan konsep dan implementasi kurikulum IPS untuk SMP, antara lain :
Pertama, bahwa walaupun kurikulum IPS tersusun secara integral, tetapi belum menonjolkan sebagai sebuah pendekatan inter- dan transdisiplin. Fenomena ini kadang terjadi ‘penerjemahan’ yang berbeda antar guru.
Kedua, sulitnya membuat kelas berkolaborasi, terutama koordinasi waktu dan tenaga, sehingga guru akan memilih pembelajaran separated, sesuai dengan bidang studinya sendiri-sendiri.
Ketiga, bahwa pendekatan trans- dan inter-disiplin PIPS di SMP dikhawatirkan hanya sebagai formalitas kurikulum, yang hanya terlihat dalam pelaporan dan penilaian akhir yang menggabungkan tiga bidang studi.
Keempat, rendahnya motovasi guru untuk melakukan perubahan dan pembaharuan dalam pengajaran, sehingga mereka cenderung monoton melakukan yang biasanya mereka lakukan. Implikasinya bahwa IPS menjadi mata pelajaran yang kurang diminati, atau disukai karena terkesan sebagai mata pelajaran hapalan.

Kurikulum PIPS di SMA telah menerapkan konsep kurikulum monodisiplin, kecuali PKN. Untuk sekolah yang melakukan penjurusan IPA dan IPS, bahkan telah memasukkan beberapa mata pelajaran seperti Ilmu Politik, Hukum, dan Tata Negara. Kurikulum IPS untuk SMA memang sudah mempersiapkan siswa untuk menjadi akademisi.

Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan berkaitan dengan kurikulum PIPS di SMA., antara lain :
Pertama, terjadinya perbedaan antara SMA-SMA umum dan SMK, sementara belum terdapat konsep PIPS yang mantap.
Kedua, bahwa PIPS di SMA/SMK masih mengedepankan aspek kognitif, fenomena ini berangkat dari munculnya pragmatisme pendidikan.


Ketiga, bahwa munculnya penjurusan IPA dan IPS di SMA ternyata tidak berpengaruh signifikan dalam pembelajaran IPS di perguruan tinggi. Bahkan sering lulusan IPA mempunyai kelebihan-kelebihan di PT ketika mereka masuk jurusan ilmu-ilmu sosial.
Keempat, bahwa PIPS di SMA/SMK belum mampu secara signifikan menjadi pegangan problem solver para siswa.
B. Tantangannya secara konsep maupun praktek
Secara konsep PIPS harus mampu menyeleksi, mengadaptasi, mengabsorbsi, dan mengaplikasikan nilai-nilai yang ada dalam agama, kebudayaan, negara, dan negara-negara lain. Selain itu bahwa siswa mampu menyelesaikan permalasahan-permasalahan sosial sederhana yang mereka hadapi, disamping permasalahan-permasalahan akademis. Dalam pembelajaran, bukan meletakkan kemampuan kognitif sebagai tujuan pembelajaran, tetapi melakukan keseimbangan dengan afektif dan psikomotorik.
Sedangkan secara praktek adalah PIPS dapat mengembangkan  media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan, antara lain :
1. Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat,

2. Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi,
3. Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa daripada dari orang lain,
4. Para guru IPS perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya; dan
5. Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya.
Untuk lebih meningkatkan kadar inovasi dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran IPS digunakan berbagai pendekatan pengorganisasian materi pelajaran, dapat digunakan pendekatan lingkungan yang semakin meluas, pendekatan pemecahan masalah-masalah yang aktual serta pendekatan partisipasi sosial. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, siswa akan diajak secara langsung mengenal dunia nyata apa yang ada dalam hidup dan kehidupannya di masyarakat, yaitu dari mulai lingkungan masyarakat terdekat sampai lingkungan masyarakat terjauh.
Selain itu siswa juga diajak untuk terampil dalam memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupannya, yaitu melalui upaya terjun langsung di masyarakat. Kalau hal ini dapat terlaksana dengan efektif maka proses pembelajaran IPS di sekolah menjadi jauh lebih menarik karena siswa tidak hanya diajak untuk belajar secara abstrak dan verbalistik saja, akan tetapi siswa akan terjun secara langsung dalam kehidupan di masyarakat.

  1. Bandingkan pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah dengan pendidikan bidang studi (geografi/ekonomi|)sebagai bidang keahlian diperguruan tinggi, jelaskan beserta contohnya.!
Jawab :
Soemantri mendefinisikan Pendidikan IPS dalam dua jenis, yakni pendidikan IPS untuk persekolahan dan pendidikan IPS untuk perguruan tinggi sebagai berikut:
  1. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. ( Soemantri, 2001:92),
  1. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. (soemantri, 2001:92).
Pengertian Pendidikan IPS yang pertama berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah sedangkan yang kedua berlaku untuk perguruan tinggi atau PLTK. Perbedaan dari dua definisi ini terletak pada istilah ”penyederhanaan” untuk pendidikan dasar dan menengah sedangkan untuk perguruan tinggi ada istilah ”seleksi” .
Menurut Soemantri, istilah penyederhanaan digunakan pada PIPS pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik sedangkan tingkat kesukaran untuk perguruan tinggi adalah sama dengan tingkat kesukaran untuk perguruan tinggi.  Pada dasarnya pendidikan di sekolah tidak sepenuhnya mendidik siswa menjadi calon tenaga ahli.
Adanya pembedaan definisi PIPS di Indonesia ini berimplikasi bahwa PIPS dapat dibedakan atas dua, yakni PIPS sebagai mata pelajaran dan PIPS sebagai kajian akademik. PIPS sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah mulai tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah ( SMP/MTs dan SMA/MA/SMK). PIPS pada kurikulum sekolah ( satuan pendiidkan ), pada hakikatnya merupakan mata pelajaran wajib sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar