Penyaji Ridwan/157885405
Kelas P2TK IPS
Bab I HAKIKAT PENDIDIKAN IPS
Pada bahagian I Sapria menyajikan hakikat
pendidikan IPS merinci pembahasanya berkaitan.
A. Pengertian Pendidikan IPS
1.
Istilah
IPS dan Pendidikan IPS
Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama
mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata
pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran
Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya.
Ciri khas IPS sebagai
mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sifatnya terpadu (integrated)
dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih
bermakna bagi peserta didik disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan
kebutuhan peserta didik.
Sedangkan istilah Pendidikan IPS menurut Prof. Nu’man Soemantri
digunakan pada tingkat perguruan tinggi sebagai sub disiplin ilmu atau cabang
dari disiplin ilmu tetapi belum dikenal secara baik.
Dalam istilah asing untuk Pendidikan IPS
istilah yang sering digunakan adalah Sosial
Studies, Sosial Education, Sosial Studies Education, Sosial Science Education,
Citizenship Education, Studies of Society and Environment.
2.
Perkembangan
Pengertian IPS (Sosial Studies)
Pada tahun 1896-1897 pengertian
IPS awal kelahirannya Sosial Studies. Menurut National Herbart Society papers of 1896-1897
yang menegaskan bahwa Sosial Studies
sebagai delimiting the sosial science for pedagogical use (upaya untuk membatasi ilmu-ilmu
sosial untuk penggunaan secara pedagogic) Dalam buku karya Saxe (1991) berjudul
sosial studies in Schools: A history of the early Years
Pada tahun 1913 Sosial
Studies adalah a specific field to utilization of sosial sciencies data as a
force in the improvement of human welfare (bidang
khusus dalam pemanfaatan data ilmu-ilmu sosial sebagai tenaga dalam memperbaiki
kesejahteraan umat manusia) Selanjutnya pengertian sosial studies diatas
sebagai dasar dalam dokumen :Statement of the Chairman of Committee on Sosial
Studies (CSS) Sosial studies
sebagai specially selected from the sosial sciences for the purpose of
improving the lot or the poor and suffering urban worker Dikemukakan oleh Heber Newton.
Pada tahun 1921 dimaksimalkan
hasil-hasil pendidikan untuk tujuan kewarganegaraan BerdiriNational Council
for the Sosial Studies (NCSS):sebuah
organisasi professional yang secara khusus membina dan mengembangkan Sosial
Studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan
disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu kependidikan
Pada tahun 1935 IPS sebagai inti dari
kurikulum NCSS dan pada tahun 1937 sosial studies are the sosial sciences
simpliefied for pedagogical purpose Dikemukan oleh Edgar Wesley dan dijadikan
definisi resmi sosial studies oleh “The
United States of Education Standart terminology for Curriculum and Instruction.
Selanjutnya pada tahun 1993 pendidikan IPS adalah studi terpadu dari ilmu sosial dan
humaniora untuk mempromosikan kompetensi sipil. Dalam program sosial, studi
sosial terkoordinasi, menggambar studi sistematis pada disiplin sebagai
antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu
politik, pshicology, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari
humaniora, matematika dan ilmu alam. Tujuan utama dari ilmu sosial adalah untuk
membantu orang muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan
beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga budaya yang beragam,
masyarakat demokratis di dunia yang saling tergantung pagar dijadikan rujukan
lengkap murah Dalam, Berbagai aktifitas Pendidikan paling lengkap dan dijadikan
rujukan dalam berbagai aktifitas pendidikan
3.
Pengertian
Pendidikan IPS dalam konteks Indonesia
Menurut Prof. Nu’man Soemantri yang
dikemukakan dalam Forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosal Indonesia (HISPIPSI sekarang dibah menjadi Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia, disingkat HISPISI) Pendidikan IPS adalah persekolahan dan
pendidikan IPS perguruan tinggi.
Pengertian Pendidikan IPS yang berlaku untuk pendidikan
dasar dan menengah adalahpenyederhanaan/adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan
secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.Yang dimaksud
istilah penyederhanaan
adalah bahwa tingkat kesukaran bahan sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat
peserta didik.
Sedangkan Pengertian
Pendidikan IPS yang berlaku untuk perguruan tinggi adalah seleksidari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Adanya pembedaan definisi membawa konsekuensi bahwa PIPS
dapat di bedakan menjadi dua yaitu: (1) PIPS sebagai mata pelajaran (dalam dalam kurikulum sekolah mualai
SD, SMP/MTS, SMA/MA/SMK sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 39) dan (2) PIPS sebagai kajian akademik. Sedangkan
sebagai kajian akademik disebut juga IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu-ilmu
sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis,
pedagogis dan sosial kultural untuk tujuan pendidikan.
4.
Pendidikan Sosial sebagai
Pendidikan Disiplin Ilmu
Pendidikan
sosial sebagai pendidikan disiplin ilmu dapat dilihat ciri penandanya, yaitu: (1) IPS
sebagai transmisi kewarganegaraan (Sosial Studies as citinzenship
transmission), (2) IPS
sebagai ilmu-ilmu-ilmu sosial (Sosial Studies as sosial sciences), (3) IPS sebagai penelitian mendalam (Sosial
Studies as reflective inquiry) lalu sekarang berkembang menjadi lima
tradisi, (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Sosial
Studies as sosial critism), (5) IPS
sebagai pengembangan diri individu (Sosial Studies as personal development of
the individual).
Menurut Soemantri PIPS sebagai pendidikan
disiplin ilmu dan pendidikan disiplin ilmu sosial.menurut Dufty (1986)
karakteristik disiplin ilmu, yaitu: (1) community of scholars, (2) a body of thinking, speaking, writing
by these scholars, (3) a method of approach to knowledge.
B. Landasan Pendidikan IPS
1.
Landasan Filosofis
Landasan filosofis memberikan aspek pemikiran yang mendasar yang menentukan
apa obyek kajiannya beraiatan aspek-aspek, yaitu: (1) aspek ontologis pengembangan
PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan (2) aspek
epistemologis bagaimana
cara, proses atau metode membangun dan mengembangkan PIPS hingga menentukan
pengeta sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dibangun serta dikembangkan dan
manfaat PIPS.
2.
Landasan Ideologis
Landasan ideologis dimaksudkan
sebagai sistem gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab
pertanyaan bagaimana keterkaiatan antara das sein PIPS sebagai pendidikan
disiplin ilmu dan das sollen PIPS.
3.
Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis memberikan
sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita, kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi,
serta pola kehidupan masa depan.
4.
Landasan Antropologis
Landasan antropologis memberikan sistem
gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan
disiplin ilmu.
5.
Landasan Kemanusiaan
Landasan kemanusiaan memberikan sistem gagasan
mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses
pendidikan.
6.
Landasan Politis
Landasan politis memberikan sistem gagasan
mendasar untuk menentukan
arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS.
7.
Landasan Psikologis
Landasan psikologis memberikan sistem gagasan
mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin
pengetahuannya baik dalam tataran personal maupun komunal.
8.
Landasan Religius
Landasan religius memberikan sistem gagasan mendasar tentang nilai-nilai,
norma, etika dan moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan
bangunan PIPS, khususnya pendidikan Indonesia.
BAB II IPS DAN
ILMU-ILMU SOSIAL
A.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Nama IPS dikenal di Indonesia sebgai hasil kesepakatan
para ahli ketika Seminar Nasional tentang Civic
Education tahun 1972 di
Tawangmangu, Solo. Sedangkan dinegara lain lebih dikenal dengan nama sosial studies. Pengertian IPS ditingkat
persekolahan memiliki perbedaan makna disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didiknya.
- Untuk materi IPS jenjang pendidikan dasar
nerupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
- Tingkat SMP
berarti gabungan (integrated) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin
ilmu.
- Tingat SMA
bisa berarti program studi (Program IPS) yang kedua bias berarti sejumlah
mata pelajaran yang termasuk kedalam disiplin ilmu-ilmu sosial meliputi:
Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Antropologi dan Sejarah lmu-Ilmu Sosial
Para ahli
ilmu-ilmu sosial telah memerinci sekitar 8 disiplin ilmu
sosial yang mendukung program sosial studies adalah sebagai berikut.
1.
Antropologi
Para ahli
antropologi mempelajari tentang budaya manusia mulai dari kebudayaan prasejarah
(kebudayaan yang diviptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan
pada zaman modern saat ini. Para ahli antropologi dibedakan menjadi beberapa
spesialisasi ahli antropologi sosial, yaitu: (1) antropologi budaya, (2) ahli etnografi, (3) ahli
antropologi Bahasa, (4) ahli antropologi fisik (biologi), (5) ahli arkeologi, dan (6) ahli primatology.
2.
Ilmu
Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu
studi tentang bagaimana langkanya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak
terbatas. Pentingnya manajemen kelangkaan secara khusus dibagi kedalam dua
bagian: analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi. Ilmu sosial ekonomi bagian yang berhubungan dengan analisis
ekomomi dibagi kedalam dua bidang utama: ekonomi mikro dan ekonomi makro.
3.
Geografi
Geografi mempelajari permukaan bumi dan bagaimana manusia mempengaruhi serta dipengaruhi
oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi kedalam dua spesialisasi pokok yaitu
geografi fisik dan geografi budaya (manusia).
4.
Sejarah
Sejarah adalah semua aspek kehidupan manusia di masa
lampau:politik, hukum, militer, sosial, keagamaan dan kreativitas.
5.
Ilmu
Politik
Ilmu politik mempelajari kebijakan umum (public policies).
mereka tertarik dengan perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia didalam
masyarakat khususnya yeng tercermin dalam pemerintahan.
6.
Psikologi
Ilmu Psikologi mempelajari perilaku individu dan
kelompok-kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk
meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia, manusia normal dan
abnormal, individu dan kelompok, fisik dan mental dan secara insting maupun
dengan dipelajari.
7.
Sosiologi
Sosiologi mempelajari perilaku manusia dalam
kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah hubungan sosial manusia-perilaku
manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok
dan institusi.
BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPS
Perkembangan Pendidikan IPS sebagai mata
pelajaran di Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan Sosial Studies
di Negara lain yang telah maju. Pada bahagian ini
menelaskan tentang perkembangan IPS sebagai berikut.
A. Perkembangan Sosial Studies di Negara lain
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
Sosial Studies telah dijadikan sebagai istilah resmi dalam kurikulum pendidikan,
khususnya di Amerika Serikat. Berdasarkan
hasil rumusan Dewan Direktur NCSS tahun 1992 mengenai Sosial Studies sehingga menunjukkan bahwa
materi Sosial Studies semakin meluas karena merupakan gabungan dari berbagai
disiplin ilmu, bukan hanya ilmu sosial melainkan juga dari humanities,
metematika bahkan agama. Dari definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa sosial
studies untuk Amerika Serikat menggunakan pendekatan integrasi (Integrated
Approach).
B.
Perkembangan
PIPS dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Perkembangan Sosial Studies di dunia khususnya
Amerika Serikat telah banyak mempengaruhi pemikiran IPS (PIPS) di Indonesia. Periodisasi pendidikan
IPS di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Pada tahun 1945-1964
Istilah IPS belum dikenal.tetapi pendidikan IPS yang
dusederhanakan untuk tujuan pendidikan sudah ada seperti ada mata pelajaran
sejarah, geografi, civics, koperasi yang disampaikan secara terpisah di sekolah
dasar dan matpel ekonomi, sosiologi dan antropologi di sekolah menengah.
2.
Kurikulum tahun
1964-1968
Dalam kurikulm 1964 ada perubahan pengajaran dalam ilmu
IPS disitilahkan Dimyati pendekatannya bersifat
korelatif. Pada
kurikulum 1968 istilah IPS muncul dalam Seminar Nasional Tentang Civic
Education di Tawangmangu Solo. Pada tahun 1972-1978 IPS pertama kali muncul
dalam dunia persekolahan yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung.
3.
Kurikulum
tahun 1975 dan 1984
Kurikulum tahun 1975 dan 1984 IPS sebagai mata pelajaran diberikan untuk jenjang
SD, SMP, SMA menggunakan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum
yang berbasis pada materi pembelajaran (Content Based Curriculum). Kurukulum
1975 menampilkan pendidikan IPS dalam empat profil, yaitu: (1) pendidikan moral Pancasila menggantikan
pendidikan kewarganegaraan Negara, (2)
pendidikan IPS terpadu (integrated) untuk SD, (3)
pendidikan IPS terkonfederasi meliputi matpel geografi, sejarah, ekonomi dan
koperasi di SMP, dan (4)
pendidikan IPS terpisah-pisah mencakup mata pelajaran sejarah, geografi, dan
ekonomi untuk SMA atau sejarah dan geografi untuk SPG. Sedangkan pada kurikulum
1984 pelajaran IPS tidak banyak mengalami perubahan artinya kurikulum yang
berlaku adalah kurikulum 1975.
4.
Pendidikan
IPS dalam Permendiknas1
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
BAB IV DIMENSI DAN
STRUKTUR PENDIDIKAN IPS
A. Dimensi Pendidikan IPS
1. Dimensi
Pengetahuan (Knowledge), berkaitan dengan (a) fakta
adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang
terjadi (peristiwa), (b) konsep
adalah kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori dan memberi arti
terhadap kelompok fakta yang berkaitan, dan (c) generalisasi adalah ungkapan/pertanyaan dari dua atau
lebih konsep yang saling terkait.
2. Dimensi
Ketrampilan (Skills)
a. Ketrampilan meneliti,
berhubungan dengan (a) mengidentifikasi dan
mengungkapkan masalah atau isi, (b) mengumpulkan dan
mengolah data, (c) menafsirkan data, (d) menilai bukti-bukti yang ditemukan,
(e) menyimpulkan, (f) menerapkan hasil temuan
dalam konteks yang berbeda, dan (g) membuat
pertimbangan nilai.
b. Ketrampilan berfikir,
berhubungan degan (a) mengkaji dan menilai data secara kritis, (b) merencanakan, (c) merumuskan faktor sebab dan
akibat, (d) memproduksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa, (e) menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa
atau perbuatan, (f) curah pendapat
(brains torning), (g) berspekulasi tentang masa depan, (h) menyarankan
berbagai solusi alternative, (i) mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda.
c. Ketrampilan
Partisipasi Sosial, berhubungan degan (a) mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan
terhadap orang lain, (b) menunjukkan
rasa hormat dan perhatian kepada orang lain, (c) berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain, (d) berbuat efektif sebagai anggota kelompok, (e) mengambil berbagai peran kelompok, (f) menerima kritik dan saran, (g) menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus
diselesaikan
d. Ketrampilan
Berkomunikasi. Aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya
dalam inkuiri sosial, siswa mampu mengungkapkan gagasan pemahaman dan
perasaannya secara jelas, efektif dan kreatif.
3. Dimensi
Nilai Dan Sikap (Values and
Attitude)
a. Nilai
Subtanstif adalah keyakinan
yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar bukan sekedar
menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
b. Nilai
Prosedural adalah peran
guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih siswa sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas.
4. Dimensi Tindakan
(Action), meliputi: (1) percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas
seperti, (2) berkomunikasi dengan
anggota masyarakat dapat diciptakan, dan (3) pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas,
khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.
B. Struktur PIPS
1.
Model
pembelajaran yang menekankan pembelajaran secara efektif antara lain: (1) model inkuiri, (2) problem
solving, (3) berpikir
kritis, dan (4) pengambilan keputusan.
2.
Model Struktur Ilmu Pengetahuan meliputi unsur-unsurnya, yaitu: (1) atribut berarti karakteristik atau sifat
sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat dibedakan, (2) konsep berarti suatu pengertian abstrak
yang disosialisasikan dengan symbol sekelompok benda, peristiwa atau ide, (3) generalisasi berarti suatu pengertian (berupa
pernyataan) yang dibentuk oleh sejumlah konsep yang saling berkaitan dan
kebenarannya masih perlu diuji, (4) konstruk berarti suatu organisasi dari generalisasi dan konsep yang saling
berkaitan.
BAB V BEBERAPA PEMIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN IPS
Pendekatan inkuiri berpusat pada kebutuhan
siswa (student centered instruction). Konsepsi
higher-order thinking ketrampilan
memecahkan masalah.
A. Upaya Pembaharuan Sosial Studies di Amerika
Serikat
Ada dua
isi pokok dalam pembaharuan sosial studies di Amerika Serikat yaitu: (1) perumusan bahan
pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk sosial studies. Di
dalam bahan pembelajaran diorganisasikan secara terpadu (Integrated),
bukan hanya antar disiplin ilmu-ilmu sosial melainkan juga antar disiplin ilmu sosial,
ilmu alam dan humanitis, dan (2) strategi
belajar yang diusulkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
B. Upaya Pembaharuan Sosial Studies Di Australia
Di Australia, pembaharuan sosial studies
dengan cara belajar inkuiri. Ada tiga aktivitas utama dalam pendekatan inkuiri,
yaitu: (1) tahap investigation ialah kegiatan untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam meneliti, memproses dan mengintrepresikan
data dan informasi, (2) tahap
communication ialah kegiatan untuk mengembangkan kecakapan siswa dalam
penggunaan bermacam-macam bentuk komunikasi, (3) tahap
participation ialah kegiatan mengembangkan kecakapan dan rasa percaya diri
siswa dalam kerja kelompok dan dalam proses pengambilan keputusan.
C. Upaya Pembaharuan Pembelajaran IPS Di
Indonesia
Di Indonesia, ada pembaharuan kurikulum IPS beberapa kali menurut zamannya, yaitu: (1) kurikulum 1964 menggunakan istilah pendidikan
kemasyarakatan, (2) kurikulum
1968 mata pelajaran di sekolah dibedakan menjadi pendidikan jiwa Pancasila,
pembinaan pengetahuan dasar dan pembinaan kecakapan khusus, (3) kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit
istilah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang merupakan perpaduan dari
mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi, (4) kurikulum 1984 menggunakan pendekatan
integratif dan stuktural untuk IPS SMP, pendekatan disiplin terpisah untuk SMA
dan untuk SD pendekatan integrative, (5) kurikulum
1994 IPS kajiannya geografi, sosiologi, antropolog, tata Negara dan sejarah
sedangkan untuk SD bahan pokoknya pengetahuan sosial dan sejarah, (6) kurikulum KTSP beserta Permendiknas Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi dan
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dengan panduan yang
dikeluarkan BSNP.
D. Kemampuan Berpikir untuk Siswa
Sekolah Dasar
Menurut Savage dan Armstront (1996) untuk
mendorong siswa mengembangkan kemampuan berfikir dalam IPS melalui: (1) kemampuan
berpikir kreatif (creative thinking), (2) berfikir
kritis (critical thinking), (3) kemampuan
memecahkan masalah (problem solving), (4) kemampuan
mengambil keputusan (decision making), dan (5) pendekatan inkuiri untuk siswa sekolah menengah, meliputi (a) perumusan masalah (problem formulation), (b) perumusan hipotesis (formulation of
hypotheses), (c) definisi
istilah/konseptualisasi, (d) pengumpulan
data (collection of data), (e) pengujian
dan analisis data (evaluation and analysis of data), (f) penguji Hipotesis untuk memperoleh generalisasi
dan teori, dan (7) memulai
inkuiri lagi.
BAB VI KONSEP ILMU, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT
A. Kedudukan Konsep Ilmu,
Teknologi Dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS
1.
Konsep ITM dimasukkan dalam pembelajaran IPS memberikan
kontribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan
warga negara memiliki kemampuan, yaitu: (1) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, (2) pengambilan keputusan warga negara, (3) membuat
koneksi antar pengetahuan, dan (4) mengingatkan generasi pada
sejarah bangsa-bangsa beradab.
2.
Konsep ITM dalam
IPS sesuai Project Analysis
yang dikemukakan oleh Noris Harms, yaitu: (1) konsep ITM menfokuskan pada
kebutuhan-kebutuhan pribadi siswa, (2) ITM menfokuskan pada
isu-isu kemasyarakatan,dan (3) ITM memfokuskan pada masalah pekerjaan dan karir
B. Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran Ilmu Teknologi dan Masyarakat
Ada tiga altenatif pendekatan atau srategi untuk
mengembangkan ITM dalam pembelajaran IPS, yaitu: (1) infusi ITM kedalam mata pelajaran yang ada, (2) perluasan melalui topik kajian dalam mata
pelajaran, dan (3) penciptaan atau pembuatan mata pelajaran yang baru.
Karakteristik dari program terintegrasi ITM dalam IPS adalah sebagai berikut:
1.
Hasilnya
dinyatakan dengan jelas. Beberapa tujuan yang sangat relevan dengan pembelajaran
ITM, yaitu: (1) melek ilmu dan teknologi, (2) membuat
keputusan yang rasional yang dapat digunakan dalam penelitian dan pemecahan
masalah krusial, (3) kemampuan melakukan sintesa informasi, (4) memahami
kemajuan dalam IPTEK
merupakan bagian integral dari warisan masyarakat terdahulu, dan (5) sadar akan
banyaknya pilihan untuk berkarir dibidang ilmu dan teknologi
2. Mengembangkan organisasi yang efektif. Pengorganisasian pembelajaran melalui startegi ini meliputi: (1) mengklarifikasi isu-isu dan identifikasi
kejadian untuk pengambilan keputusan, (2) pengumpulan
data empiris dan data yang berkaitan dengan nilai, (3) pertimbangan alternative tindakan dan akibat-akibatnya, (4) identifikasi tindakan, (5) rencana tindakan, (6) sistem
dukungan, dan (7) strategi instruksional.
BAB VII PENDIDIKAN GLOBAL
Pendidikan global merupakan upaya untuk
menanamkan suatu pandangan (perspective) tentang dunia kepada para siswa
dengan memfokuskan bahwa ada keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi
alam. Fokus pendidikan global adalah hal-hal mendunia yang berciri pluralism,
interdependensi dan perubahan.
Tujuan pendidikan global, mengembangkan knowledge, skills, dan attitudes yang
diperlukan secara efektif dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis
dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralism budaya dan semakin saling
ketergantungan.
Gambaran kondisi dunia berupa (a) kemajuan teknologi, (b)
perdagangan antarnegara, (c) pertukaran budaya, (d) pariwisata, (e) kepedulian
terhadap lingkungan, (f) persaingan pasar, (g) kelangkaan sumber daya alam, dan
(h) ketatnya perlombaan senjata antar negara adi kuasa.
Adanya saling ketergantungan antarbangsa
menimbulkan bentuk-bentuk kerja sama dalam segala bidang yang akhirnya
menimbulkan konflik dan persaingan. Misalnya
MEE, Masyarakat Ekonomi Eropa, APEC. Proses ini adalah proses globalisasi yang
berpengaruh pula dalam dunia pendidikan. Era globalisasi telah mengharuskan
kita mengubah cara pandang terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain,
jika tidak mengikuti maka akan terisolir. Dalam era globalisasi tak ada satu bangsa yang dapat
menghindar dari arus ini. Globalisasi menurut pengertian World Bank adalah
fenomena yang tak terhindarkan dalam sejarah kehidupan manusia. Fenomena ini
membawa seluruh belahan dunia menjadi semaikn dekat satu sama
lain.
Hubungannya dengan pendidikan adalah adanya saling
keterkaitan atau ketergantungan hidup di dunia ini menimbulkan peningkatan pentingnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan profesional dari warga dunia yang menjadi syarat
dalam memahami dimensi global baik dari fenomena politik, ekonomi maupun
budaya. Adapun materi pendidikan global menurut Kniep (1986)
ada empat kajian, yaitu: (1) Human values, (2) Global
system, (3) Global problems and issues, dan (4) History
of contact and interdependence.
Kajian tentang nilai manusia pasti berhubungan dengan
nilai-nilai yang sifatnya universal, secara historis termaktub dalam The Universal Declaration of Human
Rights oleh PBB tahun 1948,
yaitu, hak atas life, liberty,
property, equality, justice, freedom of religion, free speech. Nilai-nilai ini berasal dari tradisi
budaya, nasional dan nilai-nilai agama.
Kajian nilai manusia juga akan ditemukan perbedaan nilai
manusia, bahwa kita di dunia ini adalah beragam, keragaman ini meliputi
perasaan, pikiran, gaya hidup dan pandangan dunia tiap masyarakat. Pendidikan
global berusaha membantu siswa dalam melihat kebersamaan dalam keragaman atau
dikenal dengan istilah unity
in diversity, kita bersatu dalam kebhinnekaan, keberagaman. Hal ini tepat
dan sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia dengan dasar falsafahnya Pancasila,
dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Kajian sistem global meliputi sistem ekonomi
dunia, sistem politik global, sistem ekologi, sistem teknologi. Sementara
kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global meliputi isu-isu perdamaian
dan keamanan, isu-isu pembangunan, isu-isu lingkungan dan isu-isu hal asasi
manusia. Kajian sejarah hubungan antarbangsa dan saling ketergantungan
masih sangat minim. Kesimpulannya adalah para pendidik harus berusaha
mendorong pemikiran dan dialog agar para siswa memiliki dasar untuk
mengembangkan perspektif global.
BAB VIII MODEL PEMBELAJARAN IPS
A. Hakikat dan Peranan Model
Pembelajaran IPS
Salah satu desain pembelajaran IPS yang sangat dianjurkan
adalah desain pembelajaran inkuiri (Inquiry Approach). Secara umum istilah “Inquiry“
berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab masalah, berikut istilah
inkuiri menurut beberapa ahli, sebagai berikut.
1.
Roger (1969) suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong
semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
2.
Hagen (1969) metode pemecahan masalah, berfikir reflektif dan atau
discovery.
3.
Beyer (1971) suatu proses mempertanyakan makna/arti
tertentu yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide
atau pemikirannya dapat dipahami.
B. Model-model Pembelajaran IPS
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri cukup ampuh dalam
mengatasi kebosanan siswa karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa
(student-centred instruction). Guru yang baik haruslah memiliki metode yang
baik dan guru yang terbaik ditentukan oleh metode yang dikuasainya (Wesley,
1950). Lebih lanjut menurut wesley metode yang baik memerlukan sikap guru yang
akurat, artistik, berkepribadian dan selalu menyesuaikan dengan tingkat
pengalaman siswa, dan salah satu metode yang mengatasi kebosanan siswa karena
karena metode ekspositori adalah metode inkuiri. Pendekatan inkuiri sosial
dalam pembelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi
dan teori. Sehingga metode ini dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan
masalah-masalah sosial dan digunakan para pengambil kebijakan dalam
menghasilkan keputusan-keputusannya.
Alternatif model pembelajaran IPS adalah model
pembelajaran ketrampilan berfikir (thinking skills) yang terbagi menjadi dua
model, yaitu ketrampilan berfikir kritis (Critical thinking skill) dan
ketrampilan berfikir kreatif (Creative thinking skill). Kedua model
pembelajaran ini memiliki kesamaan dengan pendekatan inkuiri yaitu sama-sama
membantu siswa berlatih berfikir dan memecahkan masalah pribadi maupun
kemasyarakatan.
Implementasi model pembelajaran di atas adalah dengan
model pembelajaran problem solving. Menurut
Wilkins (1990) ada enam langkah model pembelajaran problem solving yang juga
digunakan dalam model pembelajaran individual (individual instruction)
yaitu: (1) mengklasifikasi dan mendefinisikan masalah, (2) mencari alternatif solusi, (3) menguji alternatif solusi, (4) memilih solusi, (5) bertindak
sesuai dengan pilihan solusi, dan (6) tindak
lanjut (follow
up).
Pada model pembelajaran pengambilan keputusan
(decision making)
berkaitan dengan kemampuan berfikir tentang alternatif pilihan yang tersedia,
menimbang fakta dan bukti
yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Perbedaan
mendasar dari model pembelajaran inkuiri sosial dan pengambilan keputusan yaitu
pembelajaran inkuiri sosial menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta,
konsep, generalisasi dan teori sehingga mengakumulasi sebanyak mungkin
pengetahuan, sedangkan model pengambilan keputusan fokus pada bagaimana
pengetahuan yang dihasilkan dapat membantu memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
Langkah-langkah proses pembelajaran IPS yang dapat membantu memecahkan masalah yaitu: (1) mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah, (2) mengemukakan
jawaban-jawaban alternative, (3) menggambarkan bukti yang
mendukung setiap alternatif, (4) mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan setiap
alternatif, (5) menggambarkan kemungkinan akibat setiap alternatif, (6) membuat pilihan dari
setiap alternatif, dan (7) menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam
membuat pilihan.
BAB IX PENGEMBANGAN KETRAMPILAN MEMBACA DALAM IPS
Membaca adalah salah satu ketrampilan dalam
belajar untuk memperoleh sejumlah pengalaman dan atau pengetahuan, sikap dan
ketrampilan tertentu. Dalam belajar IPS, mengetahui apa pengetahuan dan
mengetahui bagaimana untuk mengetahui atau menyadari apa yang dipelajari
sangatlah penting.
A. Pengembangan Ketrampilan Pemahaman
Tujuan penting dari kemampuan membaca adalah
pemahaman, menurut James Banks (1990) kemampuan yang dimaksud adalah kesadaran
metakognitif (Metacognitive awareness) atau yang sering diartikan mengetahui
tentang mengetahui (knowing about knowing) atau mengetahui bagaimana
untuk mengetahui (knowing how to know).
Empat langkah yang diperlukan untuk mengontrol pemahaman
siswa (kesadaran metakognitif) dalam membaca, yaitu: (1) siswa harus mengetahui kapan mereka melakukan dan tidak
melakukan sesuatu, (2) siswa harus mengetahui apa yang mereka ketahui, (3) siswa harus mengetahui
apa yang mereka perlukan untuk mengetahui, (4) siswa harus mengetahui keguanaan teknik-teknik yang
membantu mereka dalam belajar.
1.
Ketrampilan Membaca Buku Ajar
Ketrampilan membaca buku ajar berbeda dengan ketrampilan membaca buku fiksi, sejarah,
biografi, peta dan buku-buku referensi lainnya. Menurut Jarolimek & Parker
(1993) siswa IPS adalah pembaca yang mampu (a) membaca secara fleksibel, (b) menggunakan judul bab dan subbab sebagai alat bantu
membaca, (c) menggunakan kunci kontekstual
untuk mendapatkan makna, (d) menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan, (e) menduga hubungan sebab
akiba, (f) menggunakan bahan
referensi, bila perlu, untuk memahami istilah-istilah kosakata penting, (g) mmencari data pada peta,
chart, gambar, ilustrasi dan menafsirkan data, (h) menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar
isi, pengantar,dan sebagainya) sebagai alat bantu membaca, (i) menunjukkan pilihan agar
terbiasa dengan struktur ajar dan menerka pengertian umum, (j) menempatkan fakta dan
menduga ide-ide utama, (k) embandingkan penjelasan satu dengan yang lainnya, (l) mengenal kalimat-kalimat
topik, dan (m) menggunakan ketrampilan
untuk menemukan bahan kepustakaan
2.
Mengembangkan Ketrampilan Vokabuler
Siswa
Volabularium sosial adalah semua kata,
perbendaharaan kata atau kosakata yang biasa digunakan dalam IPS. Rendahnya
penguasaan vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab utama rendahnya
pemahaman dan banyaknya kesalahan membaca dalam IPS. Berikut istilah vokabuler
sosial yang sering muncul dalam IPS adalah sebagai beriut:
1)
Istilah
teknis ialah istilah, kata-kata
atau ungkapan yang asing bagi IPS dan biasanya dijumpai ketika membaca. Misal:
veto, meridian, legislatif, temperatur, kapitalisme, dll.
2)
Istilah
figuratif (kiasan) ialah
ungkapan yang bersifat metaporis. Misal: platform politik, perang dingin, teori
domino, politik adu domba, surat sakti, dll.
3)
Kata-kata yang berarti
ganda, ialah kata-kata
yang memiliki ejaan yang sama, tetapi memiliki makna berbeda sesuai dengan
konteks. Misal: Kamar, Kursi, meja hijau, dll.
4)
Istilah-istilah
khas untuk suatu wilayah tertentu, ialah
ungkapan-ungkapan khusus di suatu wilayah tertentu yang tidak biasa digunakan
di tempat lain. Misal: desa, udik, marga, nagari,dll.
5)
Kata-kata
yang sama atau hampir sama pengucapannya, ialah
kata-kata yang sama atau hampir sama baik ucapan maupun penulisannya namun
maknanya berbeda. Misal: malang dengan Kota Malang, KKN (kuliah Kerja
Nyata) dengan KKN (Korupsi, Kolusi Nepotisme), dll.
6)
Akronim, ialah
kata-kata singkatan. Misal:
OPEC, ASEAN, KADIN, DEPDIKNAS, dll.
7)
Istilah-istilah
penjumlahan, ialah
kata-kata atau istilah yang menunjukkan jumlah waktu, ruang atau objek. Misal:
Tak lama kemudian, abad, windu, dll.
BAB X PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PARTISIPASI SOSIAL
A. Pengembangan Kepekaan Sosial
Pengembangan keterampilan partisipasi sosial
dilakukan melalui pengembangan kepekaan sosial dan penerapan strategi
pengembangan partisipasi sosial. Kepekaan sosial adalah kondisi seseorang yang mudah
bereaksi terhadap aspek-aspek atau kemasyarakatan. Sedangkan kesadaran
sosial adalah kemampuan
individu menjadi paham dan peka terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, dan
politik didalam masyarakat (Campbell, 1989).Kepekaan dalam bidang
sosial-ekonomi mensyaratkan pendidikan menyiapkanpembangunan manusia produktif,
kepekaan sosial-politik menempatkan sekolah sebagai agen pembaharuan generasi
yang demokratis mampu berpartisipasi dan berkontribusi dengan cara memahami dan
mengkretisi terhadap perubahan sosial.
Kepekaan dan kesadaran sosial seseorang terbangun dari
pengalaman masa lampau hasil interaksi dengan lingkungannya, ketrampilan
berbuat dari motivasi diri dan kesadaran mempertimbangkan akibat yang logis
(proses berpikir dan mencoba). Berdasarkan
pada teori belajar dari Bandura, kesadaran dan kepekaan sosial dapat
dikembangkan,dipelajari atau dibelajarkan dalam pembelajaran IPS. Dalam proses
pembelajaran perlu diperkenalkan konsep-konsep, norma, prinsip, nilai-nilai
maupun masalah-masalah sosial actual seperti kemiskinan, kebodohan,
pengangguran, kejahatan, KKN
dll. Teori belajar dari Bandura (1977)
menyatakan bahwa perilaku individu yang berbeda-beda dapat dipelajari melalui
proses pengkondisian kelas, pengkondisian peran perilaku (simulasi) dan belajar melalui pengamatan.
Bagaimana mengembangkan strategi ketrampilan
kepekaan sosial dilakukan dalam proses pembelajaran? Siswa tentu mempunyai
pengalaman individu dan guru dapat mengembangkannya melalui rekonstuksi dengan
melibatkan siswa dalam aktivitas sosial dan proses pembelajaran. Aktivitas yang
melibatkan aspek sensor motorik member kesempatan yang luas untuk berkreasi,
berfikir, berbuat sesuai keinginan dan bekerja menggunakan alat tentu
bermanfaat dalam pembelajaran IPS.
Jerolimek dan Parker (1993) mengemukakan sejumlah aktivitas dalam
pembelajaran IPS di kelas yang melibatkan siswa agar mereka memiliki kepekaan
sosial seperti melalui seni, drama,music, bahkan olah raga. Melalui seni music
atau menyanyi misalnya halo-halo Bandung dapat member inspirasi bagi semangat
patriotisme, cinta tanah ar, loyalitas dan kesetiaan kepada bangsa dan Negara.
Melalui music perasaan dan emosinya dapat tumbuh dan terlatih. Dengan seni nencipta dan baca puisi
siswa dapat mengugkapkan perasaan, unek-unek, emosi dan keinginannya, begitu
juga melalui seni lukis mereka juga
dapat mengekspresikan pada kanvas atau hasil lukisannya.
B. Pengembangan Partisipasi Sosial
- Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial adalah keterlibatan siswa
dalam belajar berfikir peka
terhadap masalah-masalah sosial dan bertindak sesuai dengan kedudukan
dan fungsinya guna memper siapkan diri terjun dalam kehidupan masyarakat.
Kosasih Djhiri (1979)
mengemukakan bahwa anak muda perlu berturut serta dalam realita kehidupan bukan
hanya sebagai penonton melainkan langsung sebagai pelaku. Namun sebelum dan
selama dalam proses partisipasi tersebut, para remaja perlu dibina,
dijembatani, dan dibimbing sehingga tidak akan terjadi gap(kesenjangan) yang
terlalu lebar antara generasi baru dan lama.
Lebih lanjut, Kosasih Djahiri (1979) mengemukakan
beberapa keuntungandan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kegiatan partisipasi social, yaitu: (1) kegiatan kemasyarakatan yang
melibatkan siswa memiliki kegunaan timbale balik, baikbagi siswa maupun bagi
masyarakat setempat, (2) kegiatan tersebut akan mendapat bantuan atau dukungan
pihak lain sepanjang kegiatan itu bersifat positif, (3) kegiatan tersebut akan merangsang, menbantu, dan
mengembangkan intelektual, etika, dan moral siswa, (4) kegiatan partisipasi sosial akan membentuk siswa
memiliki kematangan dan kemampuan untuk bekerja di
masyarakat, dan (5) kegiatan tersebut berhasil guna maka program pembelajaran
hendaknya disusun secara sistimatis dan terorganisir sehingga sesuai dengan
tingkat pengetahuan, mekemampuan, danperkembangan siswa.
2.
Langkah-Langkah Kegiatan Partisipasi Sosial
Langkah-langkah kegiatan
partisipasi sosial yaitu: (1) penetapan
tujuan intraksional, (2) pembelajaran
konsep, (3) penentuan pilihan topic/masalah untuk proyek
partisipasi, (4) pembuatan
scenario pilihan partisipasi, (5) diskusi
kelas, (6) latihan dan persiapan proyek partisipasi, (7) pelaksanaan proyek partisipasi, (8) membuat laporan kerja (reporting), (9) diskusi kelas, dan (10) penyimpulan
proyek,.
Pembelajaran IPS memerlukan tindakan
nyata(real action) baik ketika menerapkan teori ataupun dalam rangka
melakukan percobaan di masyarakat. Welton dan Mallan (1988) menyarankan bahwa
untuk belajar partisipasi dalam
masyarakat, maka siswa perlu dibelajarkan sejumlah ketrampilan, yaitu: (1) belajar dalam kelompok secara efektif, meliputi
belajar mengorganisir, merencanakan, mengambil keputusan, dan mengambil
tindakan, (2) membentuk koalisi kepentingan dengan kelompok
lain, (3) melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan
bargaining, (4) bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan, dan (5) berusaha memperbanyak
pengalaman dalam situasi buaya yang berbeda-beda.
Bentuk kegiatan
partisipasi sosial yang dapat dipelajarkan dalam IPS menurut Kosasih Djahiri (1979) mengemukakan
sejumlah kegiatan kemasyarakatan, yaitu: (1) kegiatan sosial politik, (2) proyek kemasyarakatan,
(3) pro yek sosial (sukarelawan), (4) studi kemasyarakatan, (5) pemagangan, dan
(6) program model.
Kegiatan pertisipasi
sosial tersebut dapat diwujutkan
dengan beberapa partisipasi membantu pemerintah berkampanye mensukseskan
pembangunan, keluarga berencana, membantu korban banjir, membantu dalam bidang
kemanusiaan seperti PMR, polisi sekolah, dan sebagainya. Apabila
kondisi tidak memungkinkan dilaksanakan partisipasi sesungguhnya maka kegiatan
partisipasi sosial dapat dilakukan melalui simulasi dan
permainan (games).
BAB
XI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPS
A. Jenjang SD/MI
Pengorganisasian materi pelajaran IPS di jenjang SD/MI
menganut pendekatan terpadu (integrated), yaitu materi pelajaran dikembangkan
dan disusun tidak mengacu disiplin ilmu yang terpisah, melainkan mengacu pada
pada aspek kehidupan nyata (Factual/real). Dalam Permendiknas (2006) di
kemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, serta memuat materi geografi,
sejarah, sosiologi, dan ekonomi.
B. Jenjang SMP/MTs
Jenjang SMP/MTs,
pengorganisasian mater pelajaran IPS menggunakan pendekatan korelasi
(correlated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada
beberapa disiplin ilmu secara terbatas kemudian dikaitkan dengan aspek
kehidupan nyata (factual/real). Melalui pembelajaran IPS peserta didik
diarahkan menjadi warga negara yang demokratis dan bertangguang jawab, serta
warga dunia yang cinta damai.
C. Jenjang SMA/MA/SMK
Pada jenjang SMA/MA/SMK, pengorganisasian materi
pembelajaran IPS menggunakan pendekatan terpisah (Separated), yaitu materi
pembelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu
sosial secara terpisah. Pembelajaran IPS di SMA/MA menjadi suatu rumpun dengan
nama disiplin ilmu sosial tradisional, yaitu Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Sosiologi dan Antropologi. Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran IPS di SMK
dan SMALB, nama IPS adalah
nama mata pelajaran seperti di SD/Mi dan SMP/MTs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar