BELAJAR
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan cita-cita bangsa. Anak mempunyai peranan penting dalam menentukan arah kehidupanbangsa dan pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masyarakatsangat mendambakan sosok anak yang sehat jasmani maupun rohani.
Hal ini sejalan dengan visi dan misi pendidikan nasional dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionlpada Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanpesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan tersebut dapatdiwujudkan secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalammengoptimalkan segala aspek perkembangan anak.
Anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat perlu bagi para orang tua dan
para pendidik untuk mengetahui dan memahaminya. Teori-teori perkembangan,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, periodisasi-periodisasi
perkembangan manusia sangat perlu untuk dikaji lebih dalam. Selain itu,
perkembangan kognitif pada manusia pun menjadi kajian yang menarik untuk
dibahas lebih lanjut.
Dengan mengetahui dan
memahami semua tentang Teori Perkembangan Manusia akan menjadikan kita lebih
arif dalam menyikapi, menghadapi dan menyelesaikan permasalah-permasalan yang
muncul dalam perkembangan manusia, dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada
dan menjadikan kita lebih paham dalam mendidik anak sesuai dengan
perkembangannya dan dapat membelajarkan anak sesuai potensinya. Hal ini sangat
bermanfaat pada penggunaan dan pemilihan strategi pembelajaran serta tahapan
pembelajaran sehingga dapat mengimplemantasikan strategi pembelajaran
yang sesuai dan terlaksana dengan tepat.
BAB II
OPERANT
CONDITIONING
Seorang pendidik seharusnya mengetahui dan
paham teori belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Seperti diketahui bahwa dalam membelajarkan siswa guru memiliki kesempatan menyusun dan mendesain pembelajaran
sesuai dengan karakteristik siswa, maka akan lebih mantap lagi bila guru paham
landasan filsafat dan aliran teori pembelajaran tersebut.
Berangkat dari kebutuhan seorang pendidik
dalam membelajarkan siswa, perlu dibahas apa saja hal yang mendasari sebuah
proses pembelajaran dilaksanakan. Teori beajar merupakan upaya untuk
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua
memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori
belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan
Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan
seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat
dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori
tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami
adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan
tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk
kawasan lainnya.Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Memilik kondisi pembelajaran di lapangan, para pendidik
banyak yang terjebak dalam formatisasi rencana pembelajaran. Bahwa sejatinya
perencanaan dan perancangan pembelajaran itu bersumber dari teori belajar
secara hakikatnya. Dengan memahami teori belajar, pendidik memiliki landasan
dalam menyusun strategi mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, para
penilik dan pengawas juga tidak dengan mudah menyalahkan sebuah perencanaan
pembelajaran hanya karena secara format tidak sesuai. Perlu diketahui, dengan
perbedaan aliran teori belajar, maka format dan strategi perencanaan
pembelajaran pun akan berbeda.
BAB III
BENTUK-BENTUK
BELAJAR
Ragamnya bentuk kehidupan manusia yang
ditempah oleh alam telah mengalami proses penyaringan dan bentuk dalam belajar.
dengan membentuk model belajar sendiri seseorang dapat lebih mudah memahami
sesuatu yang dipelajarinya. berikut adalah bentuk-bentuk belajar:
- Belajar teknis
Mengembangkan
keterampilan-keterampilan,
dalam menangani dan memeganag benda-benda
serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu keseluruhan. Cakupan: F, K, Struktur,
dan metode. Contoh: seseorang senang menyayi atau memiliki hobi menyanyi, untuk
meningkatkan kompetensinya dalam menyanyi maka ia akan mengikuti kursus atau
perlombaaan menyanyi.
- Belajar sosial
Mengekang dorongan dan kecenderungan spontan,
demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Cakupan:
F, K, Struktur, dan metode. Contoh:
belajar konsep musyawarah yang
diemplementasikan melalui pemilihan ketua kelas.
- Belajar estetis
Membentuk
kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seorang murid akan mewarnai atau menggambar sesuai dengan
kemampuan dan imajinasinya.
BAB IV
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir,
landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran
dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang
dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan
perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip
yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun
bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.
1.
Prinsip
Kesiapan (Readinees). Proses
belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa ialah
kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.
2.
Prinsip
Motivasi (Motivation). Tujuan
dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara kesungguhan.
3.
Prinsip
Persepsi. Seseorang cenderung untuk percaya sesuai
dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang
situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
4.
Prinsip
Tujuan. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan
diterima oleh para pelajarpada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus
yang hendak dicapai olehseseorang.
5.
Prinsip
Perbedaan Individual. Proses
pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalamkelas dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang
hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan seluruh
siswa
6.
Prinsip
Transfer dan Retensi. Belajar
dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar
dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya
akan digunakan dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses
transfer. Kemampuan sesesoranguntuk menggunakan lagi hasil belajar disebut
retensi.
7.
Prinsip
Belajar Kognitif. Belajar
kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajarkognitif mencakup
asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,penemuan masalah dan keterampilan
memecahkan masalah yangselanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar,
menilai danberimajinasi.
8.
Prinsip
Belajar Afektif. Proses
belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkandirinya dengan
pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,dorongan, minat dan sikap.
9.
Prinsip
Belajar Evaluasi. Jenis cakupan validitas
evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan selanjutnya pelaksanaan
latihan evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji kemajuan dalam
pencapaian tujuan.
10. Prinsip Belajar Psikomotor. Proses belajar psikomotor individu menentukan
bagaimana ia mampumengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor
mengandung aspekmental dan fisik.
A. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner,
1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran
itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi
untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka
siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
B. Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap
bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka
inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah
(John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari
kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan,
dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis
yang lain.
C. Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Dalam belajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya.
Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila
ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar
melihat bagaimana orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar
mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar
dikemukakan oleh John Dewey dengan “leaming by doing”-nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara
aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem
solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di
dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu
terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan
intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat
mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
D. Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya
pengulangan yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan
adalah teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan
tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law
of exercise“, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu
memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Seperti kata pepatah
“latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell,
terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi
conditioning respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi
juga oleh stimulus yang dikondisikan.
Banyak tingkah laku
manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas
karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna
merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat
dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan
pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat
juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya
prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang
pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan
ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan.
Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti
yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk
menerangkan semua bentuk belajar.
E. Sifat Merangsang Dan Menantang Dari
Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan
belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru,
demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar
haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menermakan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha meneari dan
menemukan konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan
belajar yang telah mendan saja kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri,
diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat
dan sungguh-sunggub. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa
dan menimbulkan motif untuk memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
F. Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan
Penguatan Belajar
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan
dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari
B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisin adalah
stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya.
Kunci dari teori belajar im adalah law of effect – nya Thomdike. Siswa akan
belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik.
Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu
menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada
yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif
dapat memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).
Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan
nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia
terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak
naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang
tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape
conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah
belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk
belajar lebih giat dan bersemangat.
Implikasi
Prinsip Belajar
|
Bagi
Siswa
|
Bagi
Guru
|
Perhatian dan
Motivasi
|
Dituntut
memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya
tujuan belajar.
|
Mengunakan
metode yang bervariasi...
Memilih
bahan ajar yang diminati siswa..
|
Keaktifan
|
Dituntut
dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik
secara fisik, intelektual dan emosional.
|
Memberikan
kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
|
Keterlibatan
langsung/
Pengalaman
|
Dituntut
agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.
|
Melibatkan
siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan
informasi.
|
Pengulangan
|
Kesadaran
siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang
berulang-ulang
|
Merancang
hal-hal yang perlu di ulang.
|
Tantangan
|
Diberikan
suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen,
belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi
perma-salahan.
|
Memberikan
tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
|
Balikan
dan
penguatan
|
Mencocokan
jawaban antara siswa dengan guru
|
Memberikan
jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah
dijelaskan atau di bahas.
|
Perbedaan
Individual
|
Belajar
menurut tempo kecepa-tan masing-masing
siswa
|
Menentukan
metode sehingga dapat melayani seluruh siswa
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar