Jika kita mampu dan nurani kita mengatakan setuju, jangan biarkan orang lain mencuri impian itu. Dan jangan biarkan diri kita sendiri menghapus impian itu. Dan, Teman, janganlah menjadi pencuri impian orang lain. Yakinlah dengan itu semua, sebab Allah selalu akan bersama kita.
Teman, pernahkan Anda bertanya kepada siswa tentang cita-cita dan harapan mereka? Ya, bisa jadi kita akan mendapat beragam jawaban. Suatu ketika mereka berkata akan menjadi pilot dan dikali yang lain mereka memilih ingin menjadi dokter. Suatu saat mereka mengatakan ingin bisa terbang, tapi di saat lain berteriak ingin bisa berenang seperti ikan. Ketahuilah, pada akhirnya kita tahu hanya ada satu jawaban kelak. Tapi, pantaskah kita melarang mereka untuk punya harapan dan impian?
Begitulah, kenyataan yang diahadapi oleh generasi kita ada banyak pencuri impian yang berkeliaran di sekitar kita. Mereka mencuri semua impian dan merampas harapan-harapan yang kita lambungkan. Mereka selalu menghadang setiap langkah kita untuk mencapai tujuan-tujuan hidup.
Bisa jadi pencuri-pencuri itu hadir dalam wujud orang tua, teman, saudara, atau bahkan rekan kerja. Namun, yang sering terjadi adalah kita sendirilah si pencuri harapan dan impian itu. Kita sendirilah pencuri yang paling menghadang setiap langkah realisasi impian itu. Kita sering takut, ragu, dan bimbang dalam melangkah. Kita terlalu sering mendengarkan suara kecil yang mengatakan, “Saya tidak bisa, saya tidak mampu.” Atau, “Sepertinya, saya tak akan mungkin mengatasinya.” “Jangan, jangan lakukan ini sekarang, lakukan ini nanti saja.”
Kegagalan kerap kita jadikan alasan untuk berhenti melangkah. Namun, Teman, jika Anda bersikap seperti itu bisa jadi Anda keliru. Sebab, kegagalan adalah sebuah cara Allah mengajarkan kepada kita tentang arti kesungguhan.
Kegagalan adalah pertanda tentang sebuah usaha yang tak akan berakhir. Kegagalan adalah sebuah pelajaran tentang bagaimana meraih semua harapan yang terlewat. Memang, tak ada kesuksesan yang diraih dalam semalam. Karena itu, yakinlah dengan kesabaran yang kita jalani. Percayalah kita akan meraih semua harapan dan impian. Maka, yakinlah dengan semua impian kita.
Sebuah kisah inspirasi sebuah keluarga kaya. Anggota keluarga itu terdiri dari orang tua dan dua anak laki-laki. Kekayaan mereka sangatlah berlimpah. Ladang mereka luas. Lumbungnya penuh dengan padi dan gandum. Belum lagi hewan ternak yang ratusan jumlahnya.
Namun, suatu malam pencuri beraksi di lumbung mereka. Sebagian besar padi yang baru di tuai lenyap tak berbekas. Tak ada yang tahu siapa pencuri itu. Kejadian itu berulang hingga beberapa malam berikutnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu menangkap si pencuri.
Sang tuan rumah tentu berang dengan hal itu. “Pencuri terkutuk! Akan kuikat dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri,” begitu teriak sang tuan rumah. “Aku akan menangkap sendiri. Rasakan pembalasanku!”
Kedua anaknya mulai ikut bicara. “Ayah, biarlah kami saja yang menangkap pencuri itu. Kami sudah cukup mampu melawannya. Kami sudah cukup besar, tentu, pencuri-pencuri itu akan takluk di tangan kami. Izinkan kami menangkapnya Ayah.”
Tak disangka sang Ayah berpendapat lain. “Jangan. Kalian masih muda dan belum berpengalaman. Kalian masih belum mampu melawan mereka. Lihat tangan kalian, masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat kalian masih sedikit. Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku saja yang menangkap mereka.” Mendengar perintah itu, kedua anaknya terdiam.
Penjagaan memang diperketat, tapi tetap saja keluarga itu kecurian. Sang Ayah masih saja belum mampu menangkap pencurinya. Malah, kini hewan ternak yang menjadi target pencurian. Sang ayah putus asa. Dengan berat hati didatangilah kepala desa untuk minta petunjuk tentang masalah yang dialaminya. Diceritakannya semua kejadian pencurian itu. Kepala desa mendengarkan dengan cermat.
Setelah itu kepala desa bertukas, “Mengapa tak kau biarkan kedua anakmu menjaga lumbung? Mengapa kau biarkan semua keinginan mereka? Ketahuilah, wahai orang yang sombong, sesungguhnya engkau adalah “pencuri” harapan-harapan anakmu itu. Engkau tak lebih baik dari pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak hanya mencuri harta, tapi juga mencuri impian-impian dan semua kemampuan anak-anakmu. Biarkan mereka yang menjaganya dan kau cukup sebagai pengawas.”
Mendengar kata-kata itu sang Ayah sadar. Keesokan malam ia memberi izin kedua anaknya ikut menjaga lumbung. Dan tak berapa malam kemudian tertangkaplah pencuri-pencuri itu yang ternyata adalah penjaga lumbung mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar