Pembelajaran IPS di sekolah menuntut untuk dicapainya standar-standar terbaik demi pengembangan kemampuan siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif, serta psikomotor. Proses pembelajaran IPS di kelas hendaknya juga dapat mengarahkan, membimbing, dan mempermudah mereka dalam penguasaan sejumlah konsep dasar sehingga mereka dapat membentuk struktur ilmu pengetahuannya sendiri. Tugas ini sebenarnya tidak mudah mengingat kemampuan siswa sekolah memiliki latar belakang kemampuan dan lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencarian dan langkah-langkah penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih berkualitas.
Bagaimana cara para guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mampu mencapai standar kompetensi yang diinginkan ?. Untuk menjawab hal ini, maka perlu dipahami terkait dimensi dan struktur Pendidikan IPS itu sendiri. Dalam buku Expectations of Excellence: Curiculum Standards for Social Studies. Developed by NCSS / Ntional Council for the Social Studies dijelaskan bahwa untuk mencapai hal tersebut salah satunya ialah dengan mengaplikasikan Knowledge (Pengetahuan), Skill (keterampilan), Values(nilai-nilai), dan Civic Action (tindakan). Sebenarnya, keempat dimensi tersebut dalam praktek pembelajaran tidak saling terpisah, namun saling terkait satu sama lain.
A. Dimensi Knowledge (Pengetahuan).
Di dalam buku NCSS tersebut, dijelaskan bahwa pengetahuan dikonstruksi melalui pembelajaran dimana para siswa menerima informasi-informasi baru di dalam pikirannya. Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pengalaman, perasaan, dan hubungan diantara intelektual/cara berpikir di dalam keberadaan lingkungan siswa, serta pembangunan rasa emosional diri siswa. Secara umum dan khusus, bahwa keberadaan pengetahuan sangatlah banyak dan luas, akan tetapi tidak semuanya selalu dapat dikembangkan dalam situasi pemahaman konteks siswa yang sedang belajar. Karena itu maka para guru harus mampu memilih tema-tema yang cocok bagi siswa sesuai dengan karakteristiknya. Pengetahuan yang harus dipilih tersebut dapat beupa ide/pikiran, prinsip hidup, konsep, serta informasi dari sejumlah pengetahuan yang relevan dengan topik pembelajaran.
Dari penjelasan buku NCSS tersebut, nampak bahwa proses pencapaian pengetahuan melalui kegiatan rekonstruksi sangat ditekankan. Proses rekonstruksi dapat dilaksanakan dengan mengambil beberapa tema penting terkait kehidupan sekitar siswa. Namun disisi lain, belum dijelaskan terkait cakupan pengetahuan secara konseptual. Dalam buku Sapriya berjudul Pendidikan IPS [1] dijelaskan bahwa secara umum, setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Namun, secara konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupan. Pada dasarnya fakta yang disajikan untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berfikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat konkret.
Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkatagori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Namun konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan konsep menurut disiplin ilmu-ilmu sosial, Contoh konsep sbb:
tradisi
perubahan
kontinuitas
konflik
kooperasi
nasionalisme
kolonialisme
imperalisme
|
perilaku
kerja kelompok
hubungan antar-kelompok
persepsi
fungsi individu
keragaman
pengembangan
|
lokasi
pola ruang
jarak
saling
wilayah
distribusi
lingkungan
perubahan
|
budaya
tradisi
keyakinan
akulturasi
kekerabatan
adaptasi
ritual
perubahan
| ||
SEJARAH
|
PSIKOLOGI
|
GEOGRAFI
|
ANTROPOLOGI
| ||
Pendidikan IPS
| |||||
POLITIK
|
SOSIOLOGI
|
EKONOMI
| |||
pengambilan
keputusan
otoritas
kekuasaan
negara
|
masyarakat
sosialisasi
peran
status
stratifikasi social
|
produksi
distribusi
spesialisasi
pembagian kerja
konsumsi
| |||
Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru. Hubungan antara generalisasi dan fakta bersfat dinamis. Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk menkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, pada siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Di dalam pembelajaran IPS, para guru hendaknya mendesain secara luas dari sejumlah disiplin ilmu untuk merekonstruksi pengalaman siswa secara terus-menerus agar mereka menjadi aktif menghubungkan pengetahuan dengan pemahaman keberadaan mereka di lingkungannya.
Apabila kita ingin membuat para siswa kita menjadi lebih baik dalam berpikir dan membuat keputusan-keputusan, maka mereka harus memiliki kemampuan dalam menghubungkan dengan kebiasaan berpikir secara urut, jelas, serta logis. Sebagai pendidik, kita harus mendorong para siswa untuk menjadi kritis dan memiliki kemampuan membaca informasi dari media masa, media cetak, isi video dan audio, hasil-hasil karangan tulisan, serta kritis terhadap fenomena-fenomena sosiial di sekitar. Disisi lain, kita juga harus mendorong mereka agar memiliki kesadaran dalam menghubungkan antara isi pelajaran IPS, keterampilan, dan situasi belajar. Hal ini bertujuan agar mereka dapat secara reflektif melakukan penyelidikan-penyelidikan sosial. Perencanaan menuju cara berpikir reflektif seperti ini sangat penting untuk membentuk masyarakat yang berpikir dan bertindak secara demokratis.
2. Dimensi Keterampilan (Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, dalam buku NCSS diuraikan uraian sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran, yaitu keterampilan meneliti (acquiring information and manipulating data), keterampilan berkomunikasi (developing and presenting policies, argument, and stories), keterampilan berpikir (constructing new knowledge), serta keterampilan berpartisipasi sosial (participating groups). Semua keterampilan tersebut sebenarnya tidak terpisah, namun menjadi satu/saling melengkapi dalam proses pembelajaran. Artinya masing-masing dimensi tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Namun untuk memudahkan pemahaman kita, maka dijelaskan secara bagian demi bagian.
a. Keterampilan Meneliti
Dalam buku NCSS dijelaskan bahwa untuk mengembangkan keterampilan meneliti, maka pendidikan IPS harus di desain untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca, belajar, serta mencari informasi dengan menggunakan teknik metode ilmu sosial, serta kemampuan menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya. Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data.
Dalam buku NCSS tidak dijelaskan secara detail tentang indikator keterampilan meneliti, namun di dalam buku Sapriya Pendidikan IPS digambarkan bahwa secara umum penelitian mencakup sejumlah aktivitas sebagai berikut:
- Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
- Mengumpulkan dan mengolah data
- Menafsirkan data
- Menganalisis data
- Menilai bukti-buki yang ditemukan
- Memyimpulkan
- Menerapkan hasil temuan dan konteks yang berbeda
- Membuat pertimbangan nilai
b. Keterampilan Berkomunikasi
Pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Dalam buku NCSS dijelaskan bahwa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran IPS, maka para guru harus mendorong kemampuan siswa untuk menulis, mengklasifikasi, menginterpretasi, menganalisis, merangkum, mengevaluasi, dan mempresentasikan informasi dengan alasan-alasan yang baik demi mendukung pengambilan keputusan diantara kehidupan idividu dan sosial.
Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi yang paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik.
c. Keterampilan Berpikir
Dalam buku NCSS dijelaskan bahwa pengembangan kemmapuan berpikir dapat dilakukan dengan mendesain pembelajaran yang mendorong kemampuan siswa untuk memahami konsep/kategori informasi, hubungan dari sebab akibat, membedakan antara informasi dan pendapat, dan mengembangkan suatu cerita baru, model, gambar, atau menambahkan pemahaman ide siswa dalam sebuah penlitian sosial.
Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada diri siswa, perlu ada pengusaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berfikir tersebut serta melatihnya di kelas. Beberapa keterampilan berfikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi:
- Mengkaji dan menilai data secara kritis
- Merencanakan
- Merumuskan faktor sebab dan akibat
- Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
- Menyarankan apa yang akan ditembulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
- Curah pendapat (brainstorming)
- Berspekulasi tentang masa depan
- Menyarankan berbagai solusi alternatif
- Mengajukan pendapat dan perspektif yang berbeda
d. Keterampilan Partisipasi Sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaiman berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Buku NCSS menjelaskan bahwa keterampilan berpartisipasi sosial dapat dilaksanakan dengan mendesain pembelajaran yang mendorong kemampuan siswa untuk membuat alasan pribadi di dalam kelompok, selalu mengingat tenggang rasa di dalam kelompok, berpartisipasi dalam proses negosiasi konflik dan menjaga posisi individu dalam kelompok. Hal ini karena dasar dari tenggang rasa, pijakan utama dalam bekerja kelompok, dan penerimaan secara penuh dalam hubungannya dengan kewarganegaraan yang demokratis.
Meskipun demikian, perlu ditambahkan pada buku NCSS bahwa beberapa keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
- Mengidentifikasi akibat dari perbuatan & pengaruh ucapan terhadap orang lain
- Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
- Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
- Mengambil berbagai peran kelompok
- Menerima kritik dan saran
- Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
Dapat disimpulkan, bahwa dalam buku NCSS telah dijelaskan bahwa dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi keterampilan (skill) memegang peranan penting dalam pembelajaran IPS. Dijelaskan pula bahwa masing-masing dimensi tidak dapat dipisahkan, Namun dalam buku NCSS belum dijabarkan secara rinci tentang aspek pengetahuan yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi. Disisi lain dalam dimensi keterampilan memang telah diuraikan empat aspeknya, namun juga belum dijelaskan indikator dari keterampilan tersebut. NCSS hanya menjelaskan tentang strategi umum mencapai keterampilan yang dimaksud (berpikir, meneliti, partisipasi sosial, dan berkomunikasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar