Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

16 Juni 2016

Anotasi Jurnal 35 International Journal of Asian Social Science The Effect Of Learning Motivation On Student’s Productive Competencies In Vocational High School, West Sumatra

35.    Anotasi Jurnal

Judul          : The Effect Of Learning Motivation On Student’s Productive Competencies In Vocational High School, West Sumatra
Penulis               :  Ramli Bakar
Th. Terbit, hal    :  2014: hlm. 722-732
Nama Jurnal      : International Journal of Asian Social Science
Vol. No. Th.        :  13, 1, 2014

A.      Latar Belakang * Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan: "Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan membentuk karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencapai bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa untuk menjadi orang yang beriman dan takut akan Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ".
Selanjutnya, Pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Formula ini menjadi dasar untuk meningkatkan motivasi siswa SMK. Peningkatan motivasi belajar tidak semata-mata bergantung pada pendidik, sarana, prasarana pendidikan, melainkan peran aktif dalam mengajar siswa menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.
Siswa yang sangat termotivasi akan cenderung memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, berani mengambil risiko, memiliki rencana studi, harus serius, rajin, aktif dalam pembelajaran, tidak merasa puas, selalu berusaha untuk mempelajari hasil terbaik). "Siapapun yang bersungguh-sungguh akan sukses" (Fuadi, 2009). QS Ar -Ra'd ayat 11 yang berarti bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang (orang) jika mereka tidak berubah, sesuai dengan potensi yang ada dalam dirinya (Surin, 1991). Ayat ini memerintahkan umat manusia untuk sungguh-sungguh belajar bahwa ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam masyarakat, bangsa dan negara.

B.       Landasan Teori
Motivasi adalah bagian kompleks psikologi manusia dan perilaku yang mempengaruhi bagaimana individu memilih untuk menginvestasikan waktu mereka, berapa banyak energi yang mereka mengerahkan dalam setiap tugas yang diberikan, bagaimana mereka berpikir nd merasa pertarungan t sk, nd berapa lama mereka bertahan. Hal ini mencerminkan dalam pilihan siswa tugas belajar, dalam waktu dan usaha mereka curahkan untuk mereka, dalam ketekunan mereka pada tugas-tugas belajar, dalam mereka menghadapi rintangan yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.
Ada banyak ahli yang telah memberikan definisi motivasi. Sardiman (2012) mengatakan bahwa motivasi dapat dianggap sebagai kekuatan penggerak keseluruhan siswa yang mengarah pada kegiatan belajar. Hikmat (2009) mengatakan motivasi adalah dorongan atau stimulus yang diberikan kepada seseorang untuk memiliki kemauan untuk bertindak. Motivasi sangat penting dalam menentukan aktivitas belajar, karena kelompok termotivasi akan lebih berhasil daripada mereka yang tidak memiliki motivasi (Hamalik, 2002).
Selanjutnya Nashar (2004) menjelaskan motivasi untuk belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau melakukan mencapai tujuan, sehingga perubahan perilakunya diharapkan terjadi. Hamzah (2011) berpendapat bahwa sifat motivasi untuk belajar adalah dorongan internal dan eksternal untuk siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari perilaku mereka dalam belajar, siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar rajin mengerjakan tugas, wajah tangguh kesulitan, menunjukkan minat dalam berbagai masalah, lebih memilih untuk bekerja secara independen, dan tidak mendapatkan bosan dalam melakukan tugas.
Motivasi belajar siswa dalam pendidikan itu penting. Tanpa motivasi belajar tidak mungkin. Jadi dalam pendidikan peran motivasi adalah efektif pada siswa belajar. Karena siswa motivasi melakukan tugas apapun dan mencapai tujuan. Motivasi peningkatan kecepatan kerja dan seseorang melakukan segalanya untuk mencapai tujuan. Motivasi meningkatkan kinerja pembelajaran.
Ini memberikan energi dan pelajar mencapai tugas karena dia memiliki arah dan kinerja peserta didik adalah peningkatan, dalam pendidikan efek motivasi pada keberhasilan siswa. Motivasi adalah faktor tinggi atau rendah dari tujuan (Brown, 2001). Motivasi merupakan faktor signifikan yang penting untuk belajar akademik dan prestasi di masa kanak-kanak sampai remaja (Elliott dan Dweck, 2005).
Baron dan Donn (2000) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjukkan oleh beberapa karakter, seperti, inisiatif, deligent dan aktif dalam belajar, tidak mudah untuk memuaskan, tepat waktu dan disiplin, selalu berusaha untuk belajar dengan hasil terbaik. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mendorong dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi memiliki kemauan untuk mengaktifkan, memobilisasi, saluran dan mengarahkan sikap dan perilaku pembelajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Selanjutnya (Sukmadinata, 2003) menga-takan motivasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, antara lain, kembali sikap siswa, minat, kecerdasan; dan faktor ekstrinsik adalah faktor luar siswa, seperti, faktor lingkungan, antara lain, keluarga, sekolah, atau lingkungan masyarakat.

C.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi deskriptif kuantitatif, yaitu teknik yang dirancang untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Variabel bebas adalah variabel dependen motivasi dan kompetensi produktif siswa SMK belajar. Variabel independen motivasi belajar (X). Variabel dependen adalah kompetensi produktif (Y).
Populasi penelitian adalah seluruh siswa sekolah menengah kejuruan di Sumatera Barat kelas XII, sebanyak 2.929 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage random sampling. Langkah pertama, yaitu pemilihan dua sekolah kejuruan di cluster, masing-masing jenis berbasis sekolah internasional (RSBI) dan Standar Nasional Sekolah (SSN), dan terpilih untuk SMA RSBI SMK 1 Bukittinggi untuk SSN adalah dan SMK SMA 1 Padang .
Langkah kedua, baik menurut sampel SMK dari 160 orang yang diambil secara acak, sebanyak 80 orang dari SMK SMA 1 Bukittinggi dan 80 orang dari SMK SMA 1 Padang.
Data alat pengumpulan motivasi belajar kuesioner yang dikembangkan oleh model skala Likert peneliti dengan langkah-langkah berikut (1) membangun kisi sesuai dengan indikator masing-masing variabel. (2) penyusunan laporan butir indikator masing-masing variabel, dan (3) tes, yang menguji validitas dan uji reliabilitas dengan jumlah responden sebagai uji coba dari 30 orang berdasarkan.
Uji validitas dilakukan dengan Product Moment analisis korelasi dan reliabilitas Pearson menggunakan Alhpa Cronbach rumus (a) = 0,05. Dalam pengujian validitas, ditentukan tingkat signifikansi Titik deklarasi berlaku, jika product moment koefisien korelasi atau r hitung lebih besar dari r tabel, sesuai tingkat signifikansi yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas 0,94. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan reliabilitas instrumen adalah jika koefisien keandalan yang lebih besar dari atau sama dengan 0,50 (Gay, 1985).
Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan inferensial. analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan skor motivasi belajar produktif dan kompetensi siswa SMK di Sumatera Barat diperoleh dibandingkan dengan pengukuran skor rata-rata. Jika skor motivasi belajar di atas skor rata-rata dari pengukuran, itu berarti bahwa siswa sekolah menengah kejuruan memiliki motivasi belajar yang baik.
Sebaliknya, jika skor motivasi belajar di bawah skor rata-rata dari pengukuran, ini menunjukkan bahwa motivasi belajar di sekolah kejuruan tidak baik. Hal yang sama juga dilakukan untuk mengukur kompetensi produktif. Selanjutnya, untuk mengukur apakah atau tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar kompetensi siswa SMK laba yang dianalisis dengan regresi.
Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum analisis dan pengujian hipotesis, yaitu, (1) uji normalitas, dan (2) tes homogen. Normalitas pengujian dilakukan dengan estimasi kesalahan dan dilanjutkan dengan uji Lilliefors, dan untuk uji homogenitas varians dilakukan dengan uji Bartlett.

D.      Hasil Penelitian
Berdasarkan data penelitian untuk mencetak motivasi belajar, memiliki jangkauan skor empiris 143 104 dengan skor terendah dan nilai tertinggi dari 247. Dari analisis data diperoleh harga rata-rata 197,92, standar deviasi 21,588, 197.00 median , modus 181, jumlah kelas 8, dan kelas 13 serta distribusi frekuensi panjang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini:
Berdasarkan perhitungan ditunjukkan pada Tabel 1, tampak bahwa sebagian besar siswa melaporkan memiliki motivasi yang baik dalam belajar. Namun demikian masih ada siswa telah motivasi belajar pada kategori rendah.

  1. Kompetensi Produktif
Berdasarkan data penelitian untuk skor kompetensi produktif diperoleh empiris skor kisaran 26,70-70,70 dan skor terendah dari skor tertinggi 97,40. Hasil analisis data menunjukkan skor rata-rata 83,53, standar deviasi 5,62, median 82,91, 80,00 modus, jumlah kelas 8 dan panjang kelas 3,5 dan distribusi frekuensi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh baik kompe-tensi produktif. Namun demikian, masih ada sebagian kecil siswa perlu ditingkatkan kompetensi produktif. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana pada pasangan data antara variabel motivasi belajar (X) untuk kompetensi produktif (Y), menghasilkan arah koefisien regresi b dari 0.088 dan konstan 66,070. Dengan demikian, bentuk pengaruh kedua variabel dapat dinyatakan dengan persamaan regresi Y = 66,070 + 0,088 X.
Sebelum digunakan untuk tujuan prediksi, persamaan regresi linear dan harus berarti memenuhi syarat. Untuk menentukan tingkat signifikansi, persamaan regresi F-test selanjutnya dilakukan seperti pada Tabel 3 di bawah ini: Berdasarkan analisis ditemukan bahwa motivasi belajar memberikan efek positif dan signifikan terhadap kompetensi produktif. Sehingga motivasi untuk belajar adalah salah satu variabel penting yang harus dipertim-bangkan untuk meningkatkan kompetensi produktif.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mappeasse (2009) yang menyimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dan efek positif bermakna terhadap hasil belajar siswa kelas III PLC Departemen SMK Listrik SMA 5 Makassar.
Temuan ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamdu dan Agustina (2011) yang menyimpulkan bahwa motivasi belajar dan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan. Siswa yang belajar dengan motivasi tinggi diharapkan untuk mencapai kompetensi produktif yang tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi siswa, semakin tinggi kompetensi produktif dicapai.
The nding underst dari le rners 'motiv tion adalah kunci untuk kompetensi sukses penuh. Namun, kita tahu sedikit tentang keyakinan motivasi dan strategi belajar peserta didik pendidikan. Kita tahu th t dalam pengaturan tr disi l, bility siswa untuk Sust di atau incre se kesediaan mereka untuk terlibat dalam kegiatan akademik yang lengkap telah dilihat sebagai penting untuk belajar memahami dan kinerja (Wolters, 1999). Studi tentang motivasi dan pembelajaran strategi juga telah menunjukkan th motiv tion l keyakinan t siswa nd le rning str tegies terkait dengan keterlibatan dalam belajar (Pintrich dan Schunk, 2002).
Meningkatkan kompetensi usaha produktif harus dikondisikan oleh siswa sekolah melalui motivasi siswa meningkat, berarti kehidupan sekolah menengah kejuruan harus mencer-minkan nilai-nilai dan norma-norma yang membangun kompetensi produktif. Sebagai contoh: (1) mirip dengan disiplin sekolah yang sama untuk mendisiplinkan bekerja di industri, dan mahasiswa selalu pulang dari sekolah pada jadwal yang ditentukan, (2) jam kerja sama dengan sekolah yang sama dengan jam kerja di industri, siswa kurang jam belajar harus dipenuhi pada saat yang lain, (3) workshop/laboratorium mirip dengan sekolah yang sama dengan lokakarya di industri, selalu bersih, mesin selalu siap untuk dioperasikan dan dipelihara dengan baik, alat dan peralatan tertata dengan baik, dan (4) pakaian bersama-sama dengan pakaian kerja praktikum yang sama di industri, masing-masing praktik pembelajaran, siswa selalu berdandan dan memperhatikan bekerja praktik keselamatan.
Temuan ini sejalan dengan Sardiman (2012), Hamzah (2011), Hikmat (2009), dan Nashar (2004) yang mengatakan bahwa motivasi dapat dianggap sebagai kekuatan pendorong keseluruhan, baik dorongan internal dan eksternal bagi siswa yang belajar mengadakan perubahan perilaku. Motivasi sebagai salah satu faktor internal hanya dapat diaktifkan oleh siswa sendiri, tetapi stimulus dapat dimulai dari luar yang biasanya berasal dari guru atau lingkungan, baik di dalam dan di luar sekolah.
Oleh karena itu, guru, staf, orang tua dan masyarakat perlu mendorong, motivasi siswa asuh 'dalam belajar baik melalui sikap, kinerja itu sendiri, memberikan lingkungan belajar yang baik, serta metode dan strategi melalui pengajaran yang baik, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut yang pada gilirannya dapat mencintai apa yang ia pelajari.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, antara lain, (1) membuat suasana baru dalam belajar, dengan melakukan perubahan ke keadaan sebelumnya, (2) memberikan sentuhan emosional tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran saja, (3 ) memberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang hal-hal yang menarik baginya, (4) membuat hal-hal asing menjadi biasa dan membuat hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa, dan (5) membimbing siswa untuk menyelidiki mereka sendiri sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman yang dapat memberikan pemahaman tahan lama, dan mampu menyelesaikan masalah.
Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa harus dibantu agar mereka sungguh-sungguh tertarik dan belajar, dan mampu menghargai dan memahami fenomena di lingkungan. Segala sesuatu yang tidak dapat dicapai jika ajaran yang disampaikan hanya secara lisan saja, tetapi siswa harus didorong untuk melihat, pengalaman dan belajar objek tertentu secara lebih detail, sehingga dapat menemukan konsep linkage sendiri dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.
Agar kondisi untuk mewujudkan dan memotivasi siswa ingin mencoba untuk menemukan dan belajar sendiri. Oleh karena itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merencanakan apa yang harus dilakukan, membuat keputusan, membuat kesalahan, dan membiarkan mereka memutuskan sendiri bagaimana untuk memperbaiki kesalahan, dan perasaan kepuasan dalam mencapai kesuksesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar