Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

16 Juni 2016

Anotasi Jurnal 3 Berkala Fisika Indonesia Penerapan Kecerdasan Majemuk Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik di SMAN 2 Magelang, Jawa Tengah

3.    Anotasi Jurnal

Judul     :  Penerapan Kecerdasan Majemuk Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik di SMAN 2 Magelang, Jawa Tengah
Penulis            :  Setyowati, Meinani Dwi; Achmad A. Hinduan
Th. Terbit, hal : Januari 2009 ,27-31
Nama jurnal    : Berkala Fisika Indonesia
Vol. No. Th.    : 1, 2; 2009

A.  Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Campbell (1990) dalam penelitian tindakan kelas yang berdasarkan kecerdasan ganda, dan dilaksanakan selama tahun ajaran 1989/1990 pada tiga kelas siswa tingkat dasar dengan tujuh pusat belajar di Marysville, Amerika Serikat, menunjukkan adanya peningkatan keterampilan, sikap dan perilaku belajar siswa. Siswa belajar dengan membaca, menulis, komputer, memecahkan masalah, bergerak ,bernyanyi dan bermusik, serta melalui beragam bentuk seni. Dalam studi kasus yang dilaksanakan oleh Ali (1998:1-3) dijelaskan adanya hubungan antara gaya penulisan dengan teori kecerdasan ganda, sehingga didapat strategi yang tepat dalam proses penulisan untuk siswa dari berbagai macam latar belakang dan dari berbagai macam kemampuan.
Chan (2000) dalam penelitian tentang belajar dan mengajar dalam pandangan teori kecerdasan ganda: implikasi dari reformasi kurikulum di Honghong menyatakan bahwa penerapan teori kecerdasan ganda dalam proses pembelajaran, kurikulum Hongkong dan penilaian dapat meningkatkan pemahaman, kinerja dan prestasi belajar peserta didik.
Penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik di Sekolah Menengah Atas didasarkan pada pemikiran untuk memenuhi tiga visi yaitu: (1) mencocokkan pembelajaran dengan cara belajar peserta didik, (2) mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan membangun seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki semaksimal mungkin, dan (3) menghargai keragaman.
rumusan masalah sebagai berikut : (1) apakah dengan metode explicit instruction atau EI, peserta didik matematis-logis dapat memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan peserta didik verbal-linguistik dan kinestetik- badani (2) apakah dengan metode cooperative integrated reading and composition atau CIRC peserta didik verbal-linguistik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan peserta didik matematis-logis dan kinestetik- badani, dan (3) apakah dengan metode student facilitator and explaining atau SFE peserta didik kinestetik- badani dapat memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik matematis-logis dan verbal-linguistik.

B. Landasan Teori
Menurut Gardner (2003:23-25) kecerdasan seseorang mempunyai sembilan aspek yang disebut dengan istilah kecerdasan majemuk. Kesembilan aspek itu adalah kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan kinestetik badani, kecerdasan spasial (ruang-tempat), kecer-dasan bermusik, kecerdasan interpersonal, kecer-dasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial.
Explicit Instruction (EI) atau pembelajaran langsung yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemaha-man dan memberikan umpan balik, (5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan (Depdiknas, 2007:215).
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah sebuah metode yang memadukan antara keterampilan terpadu membaca dan menulis untuk memahami materi. Pada metode ini pendidik melakukan rangkaian tahapan sebagai berikut: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang, (2) memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana, (4) mempresentasikan dan membacakan hasil kelompok, dan (5) membuat kesimpulan bersama.Peserta didik bekerja dalam tim untuk menyelidiki bahan, mene-mukan informasi, memecahkan masalah, mendis-kusikan buku, menulis cerita, menyelesaikan proyek-proyek dan mengajar satu sama lain. Metode ini dimungkinkan dapat efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar pada peserta didik verbal-linguistik yang memiliki kelebihan kemampuan dalam menggunakan kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis (Depdiknas,2007: 216).
Student Facilitator and Explaining (SFE) adalah metode yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk mempresentasikan ide atau gagasan dan pendapat pada peserta didik lainnya. Pada metode ini pendidik melakukan rangkaian tahapan sebagai berikut: (1) pendidik menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) pendidik mendemonstrasikan dan menyajikan materi, (3) memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada peserta didik lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep, (4) pendidik menyimpulkan ide atau pendapat dari peserta didik, dan (5) pendidik menerangkan semua materi yang disajikan saat itu (Depdiknas, 2007:214).

C. Metode Penelitian
Metode pembelajaran dalam penelitian ini disampaikan dalam tiga bentuk yaitu model explicit instruction (EI), cooperative integrated reading and composition (CIRC) dan student facilitator and explaining (SFE).Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen yaitu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Wiriaatmadja, 2008:194).
Intrumen penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : (1) menyusun kisi-kisi, (2) analisis butir soal dengan menguji validitas dan reliabilitas.Materi yang diberikan meliputi suhu, kalor, optik dan listrik dinamis yang merupakan materi fisika semester genap untuk kelas X Sekolah Menengah Atas. Teknik analisis data terbagi menjadi dua yaitu uji peryaratan analisis yang meliputi uji linearitas,uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas (Sudarmanto, 2005:124), serta selanjutnya pengujian hipotesis.
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, berikut uji F untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap hasil belajar fisika, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata untuk mengetahui hasil belajar fisika mana yang lebih tinggi. Semua pengujian dalam penelitian ini dilakukan pada taraf signifikansi (α) = 5 %. Perhitungan dalam analisis diatas menggunakan SPSS versi 15.0 dan MS Excel 2003.

D. Hasil Penelitian
Pada pengujian persyaratan analisis, hasil perhitungan normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, karena nilai asymp. Sign-nya lebih besar daripada 0,05, tidak menunjukkan adanya multikolinearitas, tidak terdapat adanya gejala heteroskedastisitas dan tidak terjadi autokorelasi.
Hipotesis dalam penelitian ini dibuktikan dengan menggunakan uji beda rata-rata dan hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) peserta didik matematis-logis bila diajar dengan metode EI memperoleh hasil yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan verbal-linguistik, namun tidak signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil peserta didik kinestetik-badani, (2) peserta didik verbal-linguistik bila diajar dengan metode CIRC memperoleh hasil yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil peserta didik matematis-logis dan kinestetik-badani, (3) peserta didik kinestetik-badani dengan metode SFE memperoleh hasil tidak signifikan lebih tinggi dibanding dengan hasil peserta didik matematis-logis dan verbal-linguistik.
Pada hasil regresi linear berganda, diketa-hui bahwa ketiga metode tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar berdasarkan nilai uji F sebesar 25,832 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 pada peserta didik matematis-logis, nilai uji F sebesar 4,566 dengan nilai signifikansi sebesar 0,10 pada peserta didik verbal-linguistik dan nilai uji F sebesar 7,338 dengan nilai signifi-kansi sebesar 0,009 pada peserta d Pada deskripsi data telah diungkapkan bahwa rata-rata nilai untuk metode EI pada peserta didik matematis-logis lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik verbal-linguistik , dan pada uji beda rata-rata diperoleh hasil yang signifikan.
Sedangkan pada peserta didik matematis-logis dan peserta didik kinestetik-badani tidak ada perbedaan secara signifikan walaupun rerata untuk peserta didik matematis-logis sedikit lebih besar dari pada peserta didik kinestetik-badani. Artinya secara umum metode EI tidak signifikan berbeda untuk ketiga kelompok kecerdasan. Perbedaan ini ada kemungkinan disebabkan oleh kesalahan klasifikasi kecerdasan yang digunakan dimung-kinkan belum sepenuhnya mengukur secara tepat pada masing-masing kelompok dan pada alat uji kompetensi yang dimungkinkan masih ada kesalahan.
Diduga pula metode pembe-lajaran yang digunakan untuk masing-masing kelompok dapat digunakan secara bersama-sama dengan kelompok kecerdasan yang lain. Dimungkinkan kecerdasan intrapersonal dipe-ngaruhi oleh kecerdasan lain, seperti verbal linguistik dan matematis logis (Gardner, 2003:72).
Pada metode CIRC hasil belajar peserta didik verbal- linguistik lebih tinggi daripada peserta didik matematis – logis dan kinestetik-badani. Baik pada perhitungan nilai rata-rata maupun pada uji beda rata-rata, sehingga dapat diartikan bahwa metode CIRC lebih sesuai untuk peserta didik dengan kecerdasan verbal-linguistik. Pada metode SFE, hasil belajar peserta didik kinestetik-badani tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan hasil peserta didik verbal-linguistik dan matematis-logis. Demikian juga hasil belajar peserta didik verbal-linguistik tidak berbeda secara signifikan dibandingkan hasil belajar peserta didik matematis-logis. Hal ini dapat diartikan bahwa metode SFE tidak menunjukkan perbedaan apabila diterapkan pada ketiga peserta didik tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar