BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori-teori
sosial bukan lagi merupakan suatu
istilah baru bagi masyarakat, karena setiap
pembangunan masyarakat pasti para sosiolog mengunakan teori-teori social ilmuan terkenal. Dalam
tulisan ini akan membahas panjang lebar tentang
teori David McClelland yang merupakan sosiolog yang terkenal pada masa modernisasi. Dalam
teori McClelland yang paling terkenal adalah konsep Virus N-Ach yang terdapat
pada tiga jenis kebutuhan
motivasi yang terdapat pada bukunya yang berjudul The Achieving Society
yang diidentifikasikan pada tahun 1961.
David McClelland
juga menulis tentang sebuah artikel berjudul “Dorongan Hati
Menuju Modernisasi” dimana
merupakan salah satu inti dari buku yang populer dengan judul “The Achieving Society”. Dalam
buku tersebut telah memberikan manfaat sangat besar terhadap orang-orang yang
telah membaca buku karyanya tersebut. Orang
yang sudah membaca buku tersebut akan meras termotivasi dalam menyelesaikan
masalah hidupnya. David McClelland
memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis
teori dan model motivasi, dan perbaikan dipromosikan dalam metode penilaian
karyawan, mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan alasan
mereka untuk menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian berbasis
tes.
Ide-idenya telah diadopsi secara luas dibanyak organisasi, dan berhubungan
erat dengan teori Frederick Herzberg. Selain itu teori McClelland juga
memberikan kelanjutan tentang teori Max Weber. Jadi teori McClelland mempunyai
keterkaitan dan dalam tulisan ini akan memberikan sebuah penjelasan tentang
keterkaitan tersebut. Selain itu konsep Virus N-Ach ini juga mendapatkan respon
baik pagi umat islam serta konsep tersebut juga dapat meyelamatkan bangsa
Indonesia dari keterpurukan jika virus tersebut bisa meyebar di seluruh
komponen masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi David
McClaland
David
C. McClelland (20 Mei 1917 - 27 Maret 1998) adalah
seorang ahli teori psikologis Amerika. Ia
lahir di kota Mt. Vernon negara Amerika. Beliau mendapatkan
penghargaan sebagai sarjana seni
dari Wesleyan University di tahun 1938 dan mendapatkan gelar MA dari University of Missouri. Serta
ia mencapai gelar doktor di
bidang psikologi di Yale pada tahun 1941 dan menjadi profesor di Wesleyan
University. Kemudian ia mengajar
dan kuliah, termasuk mantra di Harvard dari tahun 1956, di mana dengan rekan-rekan
selama dua puluh tahun ia belajar tentang motivasi
dan kebutuhan berprestasi.
Pada
tahun berikutnya beliau menerima gelar Ph.D
dari Universitas Yale dan
mengajar di Connecticut College dan Wesleyan University sebelum bergabung
dengan fakultas di Universitas Harvard pada tahun 1956, dan
ia sudah bekerja selama 30 tahun dan menjabat
sebagai ketua Departemen Hubungan Sosial. Pada
tahun 1961, Guru besar psikologi di Harvard University bernama David C.
McClelland menulis tentang sebuah artikel berjudul “Dorongan
Hati Menuju Modernisasi” artikel ini merupakan salah
satu inti dari buku yang populer dengan judul “The
Achieving Society”.
Tulisan
tersebut merupakan salah satu dari beberapa pemikiran para sarjana Amerika dalam menghadapi tantangan terbesar di awal abad ke 19 yakni ‘Depresi’ ekonomi pada dekade
1920-1930an. Artikel yang ditulis David C. McClelland tersebut juga
bertujuan sebagai panduan sebuah negara menuju modernisasi. Dia
mulai konsultasi McBer di tahun 1963, membantu industri menilai dan melatih
staf, kemudian ia pindah ke
Boston University pada tahun
1987 untuk mengajar
di Boston University, sejak tahun 1987 hingga kematiannya.
David
McClaland ini terkenal akan karyanya tentang motivasi berprestasi, namun kepentingan
penelitian diperpanjang dengan kepribadian dan kesadaran. David McClelland
memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis
teori dan model motivasi, dan perbaikan dipromosikan dalam metode penilaian
karyawan, mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan alasan mereka
untuk menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian berbasis
tes.
Ide-idenya telah sejak diadopsi secara luas di banyak organisasi,
dan berhubungan erat dengan teori Frederick Herzberg. Selanjutnya David McClaland telah menerbitkan beberapa karyanya
selama karirnya yaitu: Pertama Motif Prestasi (1953). Kedua The Achieving Society (1961). Ketiga Akar Kesadaran (1964). Keempat Menuju Sebuah Teori Motivasi Akuisisi (1965). Kelima Power Pengalaman Batin (1975).
Karya-karya besar di atas membuat David McClaland
terkenal, namun karyanya yang terpopuler
adalah David McClaland The
Achieving Society telah diadopsi oleh banyak organisasi karena penjelasannya
terhadap tiga jenis kebutuhan motivasi yang terdapat pada bukunya tersebut pada
tahun 1961.
B. Teori David MC
Clelland
McClelland
dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland mepelopori
motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model
motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta
advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. McClelland (1975). Idenya
telah diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan
teori Frederick Herzberg.Teori McClelland yang paling terkenal adalah tentang
penjelasan 3 jenis motivasi yang diidentifikasi dalam karyanya buku “The
Achieving Society”.
1.
Motivasi untuk berprestasi (N-Ach)
Need
For Achievement (N-Ach)
hasrat untuk meraih setinggi-tingginya
prestasi dalam hidup disebut motivasi untuk berprestasi. Seseorang karyawan akan berusaha mencapai prestasi
tertingginya untuk mencapai tujuannya. McClelland (1961).
N-Ach juga merupakan dorongan untuk mengunguli dengan cara bertarung untuk
mencapai kesuksesan Selain itu prestasi
atau Achievment adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh David McClelland
ke dalam bidang psikologi yang menunjukkan keinginan individual untuk
berprestasi, menguasai skiil, pengendalian atau standard tinggi.
Menurut McClelland (1961) N-Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk
memilih tugas yang dijalankan. Contohnya seseorang yang memiliki N-Ach tinggi
cenderung memiliki karakteristik untuk mencari tantangan dan tingkat
kemandirian tinggi. Orang yang mempunyai high achiever harus diberikan
pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi
mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah
umpan balik atas apa yang telah dilakukannya.
Sedangkan jika seseorang mempunyai N-Ach rendah memungkinkan memilih tugas
yang mudah, untuk meminimalisasi resiko kegagalan. Orang-orang yang berprestasi
tinggi menghindari situasi dengan resiko rendah. Karena jika jalan yang
ditempuh untuk mencapai kesuksesan itu mudah, maka mereka mengangap itu bukan
pencapaian kesuksean yang sungguh-sungguh.
Individu yang mempunyai N-Ach yang tinggi cenderung bekerja pada situasi
dengan tingkat kesuksesan yang modern. Selanjutnya mereka lebih suka bekerja
sendiri atau dengan orang lain yang mempunyai achievers yang tinggi juga. Mereka
dapat kita ketahui banyak pengusaha yang mungkin gagal didalam kelompoknya
tetapi tidak pada pekerjaannya. Mereka sangat puas dengan prestasi yang
dicapainya.
Sumber N-Ach meliputi:
a. Orang tua yang mendorong kemandirian
dimasa kanak-kanak
b. Menghargai dan member hadia dan kesuksesan
c. Asosiasi prestasi dengan perasaan positif
d. Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memilki
kompetensi dan usaha sendiri bukan karena keberuntungan
e. Kekuatan pribadi
f. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau rancangan
McClelland (1961) pernah menyebutkan bahwa dongeng dan cerita anak inggris abad
ke-16 terdapat virus yang dapat menyebabkan terjangkitnya n-ach.Adapun cerita
spanyol justru meninabobokan rakyatnya. Dongeng dan cerita di Inggris
memperlihatkan optimisme tinggi, keberanian mengubah nasib, dan sikap tidak
cepat menyerah. Cerita-cerita itu dianggap memiliki nilai N-Ach tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pun selalu diawali oleh N-Ach. Cerita atau
dongeng yang mengandung nilai N-Ach tinggi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi
yang tinggi di negara itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.
2.
Motivasi untuk berkuasa (N-Pow)
N-Pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Menurut McCleland (1961) kebutuhan
akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam
suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian
atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan memengaruhi
oranglain. Hal ini sangat berbeda dengan konsep kebutuhan akan kekuasaan pada
umumnya dipahami oranh yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan diri dan untuk
mengendalikan dan memengaruhi orang lain tanpa ada paksaan.
Menurut McCleland (1961) kebutuhan kekuasaan sangat berhubungan dalam
pencapaian posisi kepemimpinan. Karena seorang pemimpin membutuhkan kekuasaan
yang besar untuk dapat mengendalikan anggota atau rakyatnya agar dapat terwujud
tujuannya sebagai seorang pemimpin. Contoh dari N-Pow adalah karyawan memiliki
motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya dan memiliki karakter kuat
untuk memimpin dan mempunyai ide serta hasrat untuk menang.
3.
Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (N-Affil)
N-Affil
adalah motivasi terhadap persahabat/afiliasi. Menurut McCleland (1961) kebutuhan akan afiliasi adalah
hasrat untuk berhubungan antara pribadi yang ramah dan akrab. Individu
mempunyai keinginan untuk mempunyai hubungan erat atau bersahabat dengan pihak
lain. Contohnya, karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi membutuhkan
lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
Hal ini dapat diterima olah orang banyak karena memang biasanya jika
individu mempunyai afiliasi yang tinggi dalam dia bekerja dapat berhasil atau
sukses karena dalam pekerjaan membutuhkan interaksi sosial yang tinggi. Masih menurut
McClelland (1961) kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik, akibatnya
akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Karakteristik
dan sikap motivasi menurut McClelland yaitu:
a. Pencapaian adalah lebih penting daripada
materi
b. Mencapai tujuan atau tugas kepuasan pribadi
yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan
c. Umpan balik sangat penting,karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang
diandalkan,kuantitatif dan factual)
C. Keterkaitan
teori Max Weber Dengan teori David McClelland
McClelland (1961) mengemukaan bahwa teori klasik Max Weber yang berhubungan dengan
etika protestan serta semangat kapitalisme, karena
“kemampuan berdiri diatas kaki sendiri” dan
diserta keyakinan yang penuh serta
dapat diduga oleh orang tua mereka. Menurut Max Weber orang protestan bekerja keras dan lama menabung untuk
tujuan hidupnya dimasa depan nanti. Serta agar dapat menyusul maupun mendahului
orang lain dalam pencapian kesuksean.
Di lain pihak McClelland (1961) menemukan korelasi yang ketat antara N-Ach disatu
pihak dan pendapatan nasional kotor, tenaga listrik, atau keduanya secara
bersamaan di pihak lain. Motivasi keberhasilan terbukti berhubungan dengan
perkembangan ekonomi baik di dunia dewasa ini maupun dalam sejarah, bahwa N-Ach
dapat merangsang anak-anak dan menjadi pengaruh pembangunan.
Berdasarkan pendapat di atas dalam waktu yang akan datang menurut para ahli ekonomi,
negara-negara miskin agaknya harus puas dengan sumber motivasi keberhasilan
apapun yang telah dimiliki oleh penduduknya yang dewasa. McClelland (1961) telah merinci beberapa saran yang langsung dapat diturunkan dari
kesimpulan-kesimpulannya antara lain:
1. Kepemipinan negara hendaknya mengembangkan
mistik keberhasilan dengan menggunakan setiap sarana yang ada padanya
2. McClelland menganjurkan latihan motivasi untuk
pengusaha, dan mengemukakan suksesnya berbagai seminar latihan selama sepuluh
hari, yang dikembangkan di India untuk keperluan itu
3. Orang harus mendesak agar diadakan pendidikan
tinggi, baik untuk wanita maupun pria
Landasan pemikiran McClelland ini didasari atas pandangan:
1. Ada semangat untuk berpikir rasional dan
bekerja keras diantara pribadi-pribadi untuk membuat sesuatu sempurna, sesuai
dengan posisi mereka di dunia seperti yang dikehendaki Tuhan.Jadi dalam
pemikiran ini sebetulnya McClelland melanjutkan teori Max Weber tentang ‘Etika
Protestan’.
2. Konsep ‘need
for achievement’ adalah suatu ‘semangat baru yang sepurna’ dalam menghadapi
pekerjaan, yang kemudian mendorong kebutuhan untuk berprestasi. Dorongan untuk
tidak sekedar mendapatkan ibalan material, tetapi mencapai kepuasan batin,
apabila telah menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna.
3. Kemiskinan dan keterbelakangan di asyarakat
Dunia Ketiga atau Negara Berkembang adalah akibat dilingkungan mereka tidak
terjangkit virus ‘need for achivement’ (N-Ach).
4. Apabila dilingkungan masyarakat terjangkit
virus ‘n Ach’ maka dapat diharapkan masyarakat tersebut akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
5. Virus ‘need for
achievement’ beget panting traumata unstuck dulia basins, air harus
ditingkatkan nilainya sehingga semakin banyak kelompok masyarakat usia muda
yang memiliki dorongan jiwa ‘kewiraswastaan’atau dikenal dengan
‘enterpernership’.
D. Penelitian
David McClelland terhadap para usahawan
Penelitian
McClelland terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna
mengenai motivasi berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan
lain. Artinya para usahawan mempunyai N-Ach yang lebih tinggi dibanding dari
profesi lain. Kewirausahaan
adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan
sumberdaya untuk mencari peluang sukses. Kreativitas
adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah
dan menemukan peluang. Serta inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan masalah dan menemukan peluang.
Menurut McClelland (1961) biasanya para pengusaha ataupun para wiraswasta mempunyai
kreatifitas, inovasi serta motivasi yang tinggi. Seorang pengusaha mempunyai
resiko kegagalan yang tinggi jika N-Achnya rendah, namun jika mereka mempunyai N-Ach
yang tinggi peluang kesuksesan itu ada di depan matanya. Dari hasil
penelitiannya, menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandung risiko yang tak
terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada
prestasi – dibanding pekerjaan lain.
Seorang
wirausaha untuk melakukan inovasi atau pembaharuan perlu semangat dan aktif.
Mereka bisa bekerja dalam waktu yang panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per
minggu. Bukan lama waktu yang penting, namun karena semangatnya mereka tahan
bekerja dalam waktu yang panjang. Bagi individu yang memiliki N-Ach tinggi
tidak begitu tertarik pada pengakuan masyarakat atas sukses mereka, akan tetapi
mereka benar-benar memerlukan suatu cara untuk mengukur seberapa baik yang
telah dilakukan.
Dari
penelitiannya, McClelland menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari
pengambilan prakarsa untuk bertindak sehingga sukses, dan bukannya dari
pengakuan umum terhadap prestasi pribadi. Selain itu juga diperoleh kesimpulan
bahwa orang yang memiliki N-Ach tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan
uang, mereka tertarik
pada prestasi. Standar untuk mengukur sukses bagi wirausaha adalah jelas, misal
laba besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.
E.
Manfaat Virus N-Ach bagi Negara Indonesia
Negara
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alamnya. Namun kondisi
rakyatnya masih tetap dikukung dengan berbagai permasalahan hidup. Memang suatu
permasalahan adalah hal yang wajar. Namun bagaimana kita bisa menyikapi setiap
permasalahan tersebut. Contohnya saja tentang banyaknya reaksi masyarakat
menentang kenaikan harga BBM yang masih berlangsung sampai sekarang ini. Namun
setiap kalangan hendaknya mampu menyikapinya dengan hati yang bersih, demi
penyelamatan bangsa Indonesia.
Kunci keselamatan bangsa ini, tentu terletak pada pundak para penghuni
bangsa itu sendiri. Dapat kita lihat bahwa banyak komponen masyarakat Indonesia
mengalami keterpurukan mental maupun material. Mungkin penyebab dari
permasalahan tersebut karena banyak komponen masyarakat tidak mempunyai
keberadaan virus N-Ach dalam tubuh masyarakat Indonesia, termasuk di dalamnya
para pemimpin bangsa. Padahal Virus N-Ach merupakan virus yang tidak
membahayakan manusia, tapi justru dialah sebagai penyelamat eksistensi
kekhalifahannya di muka bumi. Virus N-Ach ialah kepanjangan dari Need for Achievement. Yakni
virus kebutuhan dasar berprestasi bagi tiap manusia.
Seandainya masyarakat dan pemimpin negeri ini telah memiliki virus
NAch,tentu keperpurukan model apapun akan disikapinya secara bijaksana dan
benar. Untuk itu,
setiap kita harus belajar dari model virus N-Ach. Keberadaan
virus ini, akan mampu mengkondisikan manusia selalu dalam keadaan kreatif.
Dampaknya sungguh luar biasa, manusia model ini mampu berpikir benar. Keberhasilan
atas penyebaran virus N-Ach ini paling tidak, pernah
dibuktikan secara gemilang oleh Dr. David McClelland di Kakinada, India.
Sementara itu, seperti dikutip
Zainal (1994), pertumbuhan ekonomi di Amerika pada beberapa periode tertentu
ternyata juga terkait langsung dengan peredaran buku-buku perangsang prestasi.
Semakin sedikit suatu penggal jaman memproduksi buku ber-virus N-Ach tersebut,
semakin menurun tingkat pertumbuhan ekonominya (baca: The Achieving Society (1961). Lebih jauh diungkapkan, hasil observasinya
inilah yang kemudian diterjemahkan menjadi model perangsang prestasi,
dipraktikan di Kakinada, India. McClelland membagi sekelompok masyarakat yang
terbelakang menjadi dua demplot.
Melalui Virus N-Ach yang dirancang sedemikian rupa, McClelland berhasil
membuktikan bahwa pada kelompok yang divirus, belakangan, ternyata berhasil
menunjukkan peningkatan pertumbuhan usaha yang spektakuler dibanding dengan
yang wilayah yang tidak terkena divirus N-Ach. Ini artinya, mengembangkan prestasi kelompok itu sangat
mungkin.Dengan demikian,bagi bangsa Indonesia pemberian virus N-Ach adalah
merupakan sesuatu yang harus segera diberikan, dibangun dan dikembangkan.
Agar komponen masyarakat Indonesia dapat termotivasi untuk selalu
berprestasi supaya permasalah-permasalahan yang ada di Indonesia dapat
terpecahkan, menurut Zainal (1994) perlu kita ketahui bahwa orang yang telah
diberi virus N-Ach ini, dengan kata lain dinamakan sebagai seorang achiever. Biasanya
ciri seorang achiever itu akan mencerminkan dirinya sebagai bagian dari pemecah
masalah, memandang sesuatu yang rumit menjadi sederhana, mampu memotivasi, adanya
kendala menjadi peluang, sesuatu itu sulit tapi mungkin dan bangkit dari setiap
kegagalan.
Untuk
mencapai pribadi seorang achiever diperlukan suatu proses yang amat panjang dan
penuh kesabaran. Setidaknya, ada beberapa ciri
dari pribadi achiever yaitu:
1. Percaya diri
Percaya diri adalah salah satu faktor mencapai keberhasilan jika kita tidak
punya rasa percaya diri maka untuk mencapai tingkat keberhasilan akan
terhambat. Contohnya saja saat kita mengerjakan soal ujian jika kita tidk
percaya diri terhadap kemampuan kita maka hasil dari ujian tersebut tidak akan
maksimal dan bahkan bisa juga kita mendapatkan hasilnya kurang memuaskan. Bagaimana
pun percaya diri yang kita miliki itu, perlu kita syukuri dan dipelihara karena
nilainya teramat mahal.
2.
Berani mengambil resiko
Setiap
tindakan itu mengandung resiko. Seorang achiever itu, ia mampu dan berani
mengambil resiko dari setiap tindakannya. Hal itu, didasari dengan suatu
pikiran yang matang dan telah dipertimbangkan efek positif dan negatifnya serta
berfikir panjang.
3. Senang
ambiquitas (mendua)
Ambiquitas
di sini, bukan berarti ia plin-plan. Tapi, konsep mendua ini, berarti dia tidak
hanya berpikir satu cara saja untuk mencapai visi dan keinginan yang telah
terpatri dalam jiwanya.
4.
Etos kerja kuat
Kita
melihat, bagaimana orang-orang Singapura begitu maju dan kaya raya, padahal
kekayaan alamnya tidak sekaya negeri Indonesia.Ternyata mereka mempunyai etos
kerja yang sangat kuat berbeda dengan etos kerja orang Indonesia.
Adapun ciri yang lain dari
pribadi achiever yaitu:
1. Visi intuitif
2. Ada keinginan
kuat menjadi trampil (konstan ritualiting)
3. Menerapkan
prinsip-prinsip pergaulan (human relation).
4. Berpikir
positif (positif thingking)
5. Berpikir besar
(back thingking)
6. Antusias.
Setelah kita mengetahui bahwa virus N-Ach itu sebenarnya sangatlah
bermanfaat untuk Indonesia dan bisa memberikn solusi kepada semua komponen
masyarakat untuk dapat menyelesaikan masalahnya Agar semua itu dapat terwujud pemerintah harus pandai-pandai
menyebarkan virus N-Ach kepada masyarakat, dan bukannya menyebarkan virus
kesengsaraan berupa kebijaksanaan yang benar-benar tidak berpihak kepada
rakyat.Semoga pemimpin kita bisa tersadar dan pemimpin kita semoga bisa
cepat-cepat terkena virus N-Ach.
BAB
III
PENUTUP
McClelland adalah
seorang ahli teori psikologis Amerika, McClelland
memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan
model motivasi, dan perbaikan dipromosikan dalam metode penilaian karyawan,
mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan alasan mereka untuk
menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian berbasis tes.
Teori
McClelland yang paling terkenal adalah tentang penjelasan 3 jenis motivasi yang
diidentifikasi dalam karyanya buku “The
Achieving Society” yaitu Motivasi untuk berprestasi (N-Ach), Motivasi untuk
berkuasa (N-Pow) dan Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (N-Affil). Namun
dari ketiga teori McClelland yang paling terkenal adalah teori motivasi untuk
berprestasi atau yang sering dikenal dengan sebutan virus N-Ach.
McClelland
telah melakukan beberapa penelitian di berbagai negara mereka melakukan riset
perbandingan tentang negara yang terjangkit virus N-Ach dengan negara yang
tidak terjangkit. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa
Negara yang mempunyai N-Ach tinggi peluang meraih kesuksesan yang tinggi
sedangkan negara yang tidak mempunyai virus N-Ach atu N-Achnya rendah maka
tingkat kesuksesannya juga rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
McClelland, David. 1976. The Achievement Motive. Irvington
Publishers, Inc. New York
Zainal, Danial. 1994. Metodologi Psikologi Islam.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Anastasi, Anne & Susana Urbina. 1997. Psychological Testing. New
Jersey: Prentice-Hall.
As’ad, Moh, 2004. Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty. Azwar,
Saifuddin, 2008. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. BAA Universitas Indonusa Esa Unggul
Dwinanda, Ferri. 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan
Kinerja Karyawan Pemasaran Perusahaan Perbankan ”XxX” Tangerang. Skripsi
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul.
Kaplan, R.M. & Saccuzzo, D.P. 1989. Psychological Testing:
Principles, Applications, and Issues. Brooks/Cole Publishing Company.
California.
McClelland, David. 1976. The Achievement Motive. Irvington
Publishers, Inc. New York.
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri Dan Organisasi.
Jakarta: UI Press.
Narbuko, Cholid., Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara.
Prasetyo, Bambang., Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta:
Rajagrafindo Persada. Rahmi, Sofrani. 2004. Perbedaan Motivasi
Berprestasi Anak Pertama Dan Anak Bungsu Pada Remaja Kelas 2 SMUN 65 Jakarta
Barat. Skripsi . Jakarta: Fakultas Psikologi UPI-YAI.
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Robbins,
Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Media.
Sjamsoeddin, 1993. Pengantar Statistik. Jakarta: Universitas
Tarumanagara
Subiyanto, Ibnu. 1998. Metodologi Penelitian (Manajemen Dan Akuntansi).
Yogyakarta: UPP AMPYKPN.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. 88
Trimartati, Ani. 1999. Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Motivasi Berprestasi.
Studi Kasus : PT. Dyno Indria Jakarta.
Tesis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, 2003.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta:
Bumi Aksara. www.daftar lowongan kerja.com, 2008.
Winardi, J. 2004. Motivasi & Pemotivasian Dalam Manajemen.
Cetakan Ketiga. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Yulianto, Aries. 2005. Diktat Pengantar Psikometri. Jakarta
Mantap lengkap teorinya sip oke oke okee
BalasHapusoke membantu
BalasHapusmantap oke sip
BalasHapus