Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

31 Januari 2016

Teori Belajar

  1. Teori Belajar Humanistik
Implikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Adapun penerapan dalam pembelajaran yaitu :
  1. peran guru menjadi fasilitator dan memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
  2. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
  3. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Dan diharapkan peserta didik bias memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative.
Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan daam konteks yang lebih praktis. Teori ini diangagap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih kongkret dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Semua komponen pendidikan temasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ni amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
  1. Teori Belajar Behavioristik
 Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif. Unsur-unsur penting dalam behavioristik, hubungan S-R, siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yg tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi yang ketat, reinforcement dan hukuman. Aplikasi teori tergantung, tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran Sesuatu yang ada didunia nyata menurut teori ini, terstruktur rapi, teratur maka orang belajar harus dihadapkan aturan yang jelas Tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan Evaluasi menekankan respon pasif, biasanya menggunakan paper and pencil test.
Langkah-langkah pembelajaran Menentukan tujuan pembelajaran Menganalisis lingkungan kelas Menentukan materi pelajaran Memecah materi menjadi bagian kecil-kecil (pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb) Menyajikan materi pelajaran Memberi stimulus Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. Memberikan penguatan/reinforcement ataupun hukuman Memberikan stimulus baru Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman Evaluasi hasil belajar
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.  Pembelajran yang dirancang dan dilaksanakan pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.  Pengetahuan telah terstruktur denga rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengjar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa.  Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.  Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa aau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dahulu secara ketat.  Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.  Kegagalan dan ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.  Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.  Siswa atau peserta didik adalah objek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
  1. Teori Belajar kognitif
Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam proses pembelajaran:
  1. Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan individu.
  5. Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi lain.
Jadi, pada Teori Belajar ini Implementasi terhadap pendidikan yaitu bahwa keaktifan dalam belajar itu sangat penting. Peserta didik yang belajar secara aktif dan bisa optimal proses asimilasi dan akomodasi antara pengetahuan dan pengalaman akan terjadi dengan baik.
  1. Teori Belajar Kontruktivisme
Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam proses belajar pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode belajar, seperti penjelasan/ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, bermain peran. Pada teknik penjelasan/ceramah, guru menjelaskan tentang suatu materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Pada teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran berlangsung, guru dan siswa dapat melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dengan memanfaatkan pengetahuan awal (dasar) yang dimilikinya. Pada teknik diskusi, siswa mendiskusikan dengan siswa lainnya dan guru mengenai materi pelajaran tersebut. Metode penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas ini juga dapat dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lainnya.
tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
  1. Teori Belajar Classical Conditioning
Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya
  1. Teori Belajar Operant Conditioning
Operant conditioning merupakan teori belajar yang menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung diulang-ulang. Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
  2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
  3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
  5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
  6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
  7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
  8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
  9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
  10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
  11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
  12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
  13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
  14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
  15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,administrasi kompleks.
  16. Teori Belajar Koneksionisme
Aplikasi pada teori ini yaitu :
  1. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
  2. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
  3. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
Penerapan konsep koneksinisme pada proses pembelajaran Kimia. Sebagai contoh: Guru memberikan kesempatan kepada siswa mengerjakan soal di papan tulis, jika salah maka masih ada kesempatan berikutnya, jika benar maka siswa tersebut memperoleh nilai dari guru.
Referensi :
Asri, Budiningsih C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharudin & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Asrori, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Putr
Yatim, Riyanto. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Pranada Media Group.
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Bandung: PT. RajaGrafindo Persada.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar