The Development and
Problematic of Social Studies
Education in Indonesia
Pembangunan dan Bermasalah Studi Sosial
Pendidikan di Indonesia
Nasution
Abstrak:
Penelitian ini mengeksplorasi
pengembangan pendidikan IPS di Indonesia
dan menganalisis masalah
dalam praktek pembelajaran di sekolah. Ilmu-ilmu sosial
subyek di Indonesia mulai
diajarkan di sekolah-sekolah pada tahun 1975. Dari waktu ke
waktu, pendidikan IPS telah
terus-menerus mengalami pertumbuhan
baik didacticly dan metodis. Baru-baru ini, dalam Keputusan Miniter dari
Pendidikan Nasional Nomor 22
(2006), dianjurkan bahwa ilmu-ilmu sosial
pendidikan atau pembelajaran
harus terintegrasi, tetapi untuk didaktik metodis
alasan, pendidikan IPS
terpadu masih belum diterapkan dengan baik di
banyak sekolah.
Kata kunci: Pengembangan,
Bermasalah, Ilmu Sosial Pendidikan, Indonesia.
A. PENDAHULUAN
IPS merupakan subjek penting
bagi siswa, karena pelajaran
mengembangkan keterampilan
mereka untuk hidup dalam masyarakat serta warga dunia.
Pendidikan ilmu sosial
merupakan bentuk penyederhanaan pengetahuan
humaniora, ilmu sosial atau
ilmu alam yang relevan untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan mendasar antara Ilmu Sosial dan Sosial
Pendidikan penelitian adalah
bahwa istilah sebelumnya adalah untuk mempelajari konsep-konsep dasar
ilmu-ilmu sosial untuk
memperluas lebih lanjut, sedangkan yang kedua adalah untuk mempelajari
konsep-konsep dasar
ilmu sosial untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hidup selalu dihadapkan
dengan pilihan. Setiap
opsi harus memiliki dampak,
apakah positif atau negatif. Sayangnya, kita harus memilih antara ini
pilihan, bahkan tidak memilih
juga pilihan. Salah
satu tujuan dari sosial
pendidikan penelitian adalah
untuk mengembangkan keterampilan siswa sebagai pengambil keputusan di mereka
masalah kehidupan nyata. NCSS (1994: 3) mengemukakan tujuan utama dari Sosial
pendidikan penelitian adalah
untuk mempromosikan kompetensi warga, yang merupakan
Nasution
Surabaya State University,
Indonesia
Pembangunan dan Bermasalah
Studi Sosial
Pendidikan di Indonesia
2
Nasution
Kegiatan yang dirancang untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka, "untuk membuat beralasan dan
diinformasikan pilihan
sebagai warga negara dari, masyarakat demokratis budaya yang beragam dalam
dunia saling tergantung. "
Hidup dalam masyarakat selalu
berubah dari waktu ke waktu, sehingga Sosial
pendidikan studi diperlukan
untuk selalu diperbarui, sesuai dengan
tantangan yang ada. Oleh karena itu, ini membuat pengajaran studi sosial
adalah
selalu menantang dan selalu
dibutuhkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk
merespon perubahan tersebut.
IPS sebagai upaya untuk
mengembangkan kemampuan warga negara dalam merespon
untuk tantangan era ini
awalnya dikembangkan di Amerika pada tahun 1916,
kemudian diadopsi oleh banyak
negara termasuk Indonesia. Implementasi
dari
Pendidikan ilmu sosial pasti
berbeda di setiap negara tergantung pada
perbedaan kendala dan
tantangan. Dalam
tulisan ini pengembangan
Pendidikan ilmu sosial di
Indonesia akan dianalisis dan dijelaskan, bersama
dengan berbagai masalah, dan
menemukan jalan keluar bagaimana studi Sosial
pendidikan harus diadakan.
B. PENGEMBANGAN STUDI SOSIAL
DI INDONESIA
Pendidikan IPS diperkenalkan
di Indonesia sejak rilis
Kurikulum pada tahun 1975.
Sebelum kelahiran studi Sosial, di Indonesia sebenarnya
subjek yang memiliki
karakteristik serupa di 1968 Kurikulum, yaitu
Pendidikan Kewarganegaraan,
telah dikembangkan. Bukti
karakteristik yang sama bisa
dilihat dari didaktik /
petunjuk metodis dalam kurikulum yang
menyatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan di 1968 kurikulum adalah kain
elemen Ilmu Bumi, Sejarah,
dan PKn. Selanjutnya, memberikan
pendidikan kewarganegaraan
dapat dimulai dari salah satu elemen di atas. Itu
elemen yang digunakan sebagai
titik awal selalu terkait dengan unsur-unsur lain,
sehingga pendidikan
kewarganegaraan adalah rasa persatuan. Dilihat dari didaktik /
instruksi metodis, dapat
dikatakan bahwa subjek Pendidikan Kewarganegaraan
bisa disamakan dengan Ilmu
Sosial.
Dalam kurikulum 1975 studi
Sosial didefinisikan sebagai ilmu manusia di
lingkungan Hidup. Studi IPS meliputi kegiatan kehidupan manusia
dalam kelompok, yang disebut
masyarakat, menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah,
sosiologi, antropologi, dan
sebagainya. Selanjutnya,
dijelaskan dalam kurikulum
bahwa pelaksanaan Sosial
mempelajari lead pendidikan untuk pembentukan
sikap atas dasar Pancasila
(Isi ideologie dasar Indonesia dari
Lima Prinsip). Struktur kurikulum di tingkat junior termasuk seperti
mata pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila sebagai, Sejarah, Geografi / Demografi, dan
Ekonomi Koperasi; sedangkan SMA mata pelajaran termasuk Pancasila
3
Pembangunan dan Bermasalah
Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia
Pendidikan Moral, Sejarah,
Geografi / Demografi, Antropologi, Budaya,
Koperasi Ekonomi, dan
Akuntansi.
Tujuan dasar dari Social
studi pendidikan di tahun 1975 kurikulum adalah
membentuk students'attitudes
atas dasar Pancasila. Hal
ini didasarkan pada kenyataan
bahwa pada tahun 1965 ada
pemberontakan komunis; sehingga
mencegah kekambuhan
pemberontakan, perlu untuk
menggabungkan ideologi negara Pancasila di
pendidikan di sekolah. Target kewarganegaraan yang baik adalah untuk
mengembangkan pembelajaran yang
sikap untuk hidup berdasarkan
ideologi Pancasila. Nama
IPS di
1975 kurikulum mengacu pada
studi sosial di Amerika Serikat berdasarkan
konsensus para ahli kami
dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972
di Tawangmangu, Solo
(Sapriya, 2009: 19; Winataputra S. Udin, 2010,1.30-
1,31).
Dibandingkan dengan tahun
1968 kurikulum, konsep ilmu sosial di 1975
kurikulum tercantum empat hal
penting untuk diperhatikan: 1) Pancasila Moral
Pendidikan mendapat
penguatan, dan pengajaran subjek ini dipisahkan dari
IPS untuk mengirimkan ke
aspek-aspek dasar dari warisan budaya 2)
Terpadu IPS untuk Sekolah
Dasar; 3) Dalam SMP yang
IPS adalah payung untuk
Sejarah, Geografi / Demografi, Koperasi
Ekonomi; 4) di studi Sosial tingkat SMA diajarkan secara terpisah
dan
dibagi menjadi mata pelajaran
seperti Pendidikan Moral Pancasila, Sejarah, Geografi /
Demografi, antropologi,
Budaya, Ekonomi Koperasi, dan Akuntansi:
6) lebih menekankan pada
tujuan (Dep P dan K, 1975;. Winataputra S. Udin,
2010: 1,31).
Dalam kurikulum 1975,
pembelajaran lebih menekankan pada pencapaian tujuan. Di
kemajuan awal kurikulum ini
dianjurkan bahwa setiap guru membuat
unit pelajaran dikenal
sebagai model PPSI. Setiap
unit terdiri Umum Instruksional
Tujuan (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), Metode, Content,
Belajar Media, Kegiatan
Belajar Mengajar, dan Evaluasi.
Setelah tahun 1975 kurikulum,
pada tahun 1984 kurikulum baru diperkenalkan
dan dikenal Kurikulum 1984. Jika 1975 kurikulum menekankan pada
tujuan, maka kurikulum 1984
menekankan pada proses. Kurikulum
ini
merekomendasikan bahwa setiap
subjek harus menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar-mengajar. Conny Semiawan, salah satu pengembang kurikulum,
mengatakan bahwa pendekatan
adalah pengembangan keterampilan proses yang memungkinkan siswa
untuk belajar sistem dengan
mengembangkan keterampilan proses akuisisi pengetahuan
sehingga peserta didik akan
menemukan, mengembangkan fakta dan konsep sendiri, dan menumbuhkan
sikap dan nilai-nilai yang
dibutuhkan oleh di tujuan pembelajaran tertentu. Sejak tanggal ditetapkan
kurikulum 1984 ini, siswa
mulai mempertimbangkan peran mengajar yang
proses belajar. Saat ini ada muncul pendekatan yang lebih baik untuk
mengaktifkan
4
Nasution
siswa dalam belajar yang
dikenal sebagai Mahasiswa Pembelajaran Aktif (Cara Belajar
Siswa Aktif, CBSA). Pendidikan ilmu sosial juga mulai berubah dari
teacher-centered pendekatan
yang berpusat pada siswa.
C. STUDI SOSIAL DI INDONESIA
SAAT INI
Pada tahun 1998 terjadi
krisis moneter, yang mempengaruhi semua aspek Indonesia
kehidupan sehari-hari,
termasuk perubahan rezim dan tuntutan demokratisasi. Setelah
akhir rezim Suharto (Disebut
Era Reformasi), kurikulum baru itu
lahir pada tahun 2004,
dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kemudian
halus menjadi 2.006 kurikulum
yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Kurikulum (KTSP).
Dalam kurikulum baru
dinyatakan bahwa studi sosial pendidikan harus
berkontribusi pada kemajuan
dan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini karena kesejahteraan adalah
ditangguhkan tidak hanya dari
hasil sumber daya alam, tetapi juga harus didukung
oleh modal intelektual,
sosial, dan keyakinan. IPS
juga diminta untuk
merespon positif perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan tuntutan dengan kebutuhan
lokal belajar. Reformasi
ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan relevansi
program dengan kehidupan nyata di sekitar siswa.
Masalah mendesak Sosial studi
pendidikan yang dituangkan dalam 2006
Kurikulum tidak dapat
sepenuhnya dilaksanakan di sekolah-sekolah. Pendidikan IPS di
sekolah masih cenderung
berdasarkan hafalan.
D. PEMBARUAN SOSIAL STUDI
PENDIDIKAN: Dari Terpisah ke
Terpadu
Beberapa saran memperbarui
studi Sosial pendidikan telah banyak
dilakukan, namun dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia masih
melebihi harapan. Dalam Keputusan Miniter Pendidikan Nasional No.
22 (2006) disebutkan bahwa
studi sosial adalah campuran dari berbagai sosial
ilmu seperti Sosiologi,
Geografi, Ekonomi, Sejarah. Namun,
karena di dalamnya tidak ada
contoh dalam praktek kelas, studi sosial adalah
masih diajarkan secara
terpisah atau discretely. Mempelajari
Sosial guru di sekolah
umumnya masih menekankan
pemahaman kognitif tentang bagaimana anak-anak bisa
memahami konsep materi
sehingga mereka bisa latihan kedua sekolah
dan ujian nasional, yang
masih benar-benar menekankan pada pemahaman
informasi sederhana dari
sejarah dan ilmu sosial.
Dalam rangka melaksanakan
dekrit Miniter, maka model terpadu
Pendidikan IPS dikembangkan. Model pembelajaran terpadu adalah
dikembangkan, misalnya dalam
Surat Keputusan Miniter Pendidikan Nasional No.
22 (2006) Konten Standar
telah menetapkan SK (Standar Kompetensi, identik
5
Pembangunan dan Bermasalah
Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia
General Instruksional Tujuan)
dan KD (Basic Comptenece, identik
untuk Tujuan Instruksional
Khusus) untuk masing-masing mata pelajaran seperti: sejarah,
geografi, ekonomi, dan
sosiologi, namun masih belum dijelaskan dalam
terpadu studi Sosial. Untuk mengajar studi sosial secara terpadu, sebuah
Upaya tersebut ditempuh untuk
merekonstruksi isi standar agar setiap dasar
kompetensi setiap mata
pelajaran menjadi terintegrasi dan saling berhubungan dalam suatu hal
bahan pembelajaran.
Rekonstruksi konten standar
dapat dikembangkan melalui
dua model, yaitu berkorelasi
(terhubung) model terintegrasi dan.
Langkah-langkah rekonstruksi
kedua model akan dijelaskan berikut ini
deskripsi:
1. Terpadu Model
Model terpadu dimaksudkan
oleh tim pengembangan adalah dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner
yang konsep yang tumpang tindih satu sama lain untuk
menjadi terintegrasi. Langkah-langkah dari blending berdasarkan model ini
dapat dijelaskan
adalah sebagai berikut:
Sebuah. Mengidentifikasi materi pelajaran atau kompetensi dasar
(KD) dari beberapa
mata pelajaran, termasuk
dalam studi sosial (sejarah, geografi, sosiologi,
ekonomi).
b. Merumuskan tema ditangkap dari KDS dari beberapa mata
pelajaran di Sosial
studi.
c. Desain silabus dan rencana pelajaran
d. Mengembangkan bahan ajar.
Mengintegrasikan pengajaran
studi sosial model ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Model Terpadu di
Studi Sosial Pendidikan
Sumber: Tim pengembang IPS
Pembelajaran: KONSEP Dan Pembelajaran, 2010. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah, Kementrian Pendidikan Nasional.
6
Nasution
Dalam model ini konsep (lihat
irisan tengah), atau bisa disebut tema
atau topik, dapat
dikembangkan berdasarkan
(1) Masalah atau peristiwa
yang benar-benar terjadi di masyarakat, seperti bencana,
tawuran, pemilu, penemuan
situs bersejarah, dan sebagainya;
(2) Potensi utama yang ada di
suatu tempat, seperti perkebunan, Borobudur
Temple, Peran Sungai Solo,
pariwisata dan sebagainya;
(3) Masalah yang ada di
masyarakat seperti perumahan kumuh, polusi air,
kenakalan remaja, kemacetan
lalu lintas, obat, dan sebagainya.
Dalam model ini, SK
dan KD dari berbagai bidang
ilmu-ilmu sosial yang memiliki kesamaan dapat
ditunjuk sebagai konsep atau
tema.
2. Terhubung / Berkorelasi
Model
Koneksi atau model
berkorelasi adalah koneksi yang berasal dari dasar
kompetensi (Indonesia =
Kompetensi Dasar (KD) / bahan dan ditentukan
hubungan dengan Kompetensi
Dasar / bahan / aspek lainnya. Terhubung
model pembelajaran terpadu
diterapkan oleh menghubungkan Kompetensi Dasar atau
subjek dengan Kompetensi
Dasar atau topik lain. Integrasi
Sosial
Studi menggunakan terhubung /
model berkorelasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Korelasi Model di
Ilmu Sosial Pengajaran
Sumber: Tim pengembang IPS
Pembelajaran: KONSEP Dan Pembelajaran, 2010. Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar Dan Menengah, Kementrian Pendidikan Nasional.
7
Pembangunan dan Bermasalah
Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia
E. BEBERAPA KESULITAN SELAMA
PELAKSANAAN DI
SEKOLAH
Pendidikan ilmu sosial
dimaksudkan untuk menjawab kondisi kehidupan nyata saat ini.
Dari sudut pandang akademis,
ilmu sosial diharapkan untuk membantu siswa membangun
pemahaman yang lebih mendalam
tentang bagaimana untuk mengetahui, bagaimana menerapkan apa yang mereka
ketahui, dan
bagaimana berpartisipasi
dalam perencanaan masa depan. Pendidikan
IPS berfokus pada
kontribusi spesifik sejarah,
ilmu-ilmu sosial, humaniora, seni, alam
ilmu dan disiplin ilmu
lainnya, dan secara bersamaan menyediakan payung untuk
berbagai disiplin ilmu
terpadu. Konsep dasar dari
terintegrasi dan berkorelasi
Model terpadu untuk
pendidikan ilmu sosial secara teoritis cara yang bagus untuk
mengajar studi sosial secara
terpadu, tapi kami masih menemukan banyak kesulitan
dalam pelaksanaannya.
Beberapa kesulitan dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu meliputi
berikut: Pertama, sebuah
studi yang terintegrasi pembelajaran sosial yang diterapkan
di Indonesia disarankan
dimulai tidak dari subjek tertentu atau isu aktual
atau masalah yang ada di
masyarakat, atau potensi masalah di daerah-daerah tertentu;
sebaliknya, guru harus
pertama mengidentifikasi kompetensi dasar yang muncul di
satu semester dalam mata
pelajaran milik IPS (sejarah, ekonomi,
geografi, dan sosiologi
materi pelajaran). Setelah
itu, guru dapat menemukan
tema yang mencakup kompetensi
dasar, di mana kadang-kadang sulit
untuk mencari tema pemersatu
untuk setiap tujuan kompetensi dasar.
Kedua, kurikulum tidak ada
menjelaskan jika ada penelitian pembelajaran sosial yang terdiri
mata pelajaran sejarah,
ekonomi, geografi, dan sosiologi harus dilakukan
dengan cara itu. Ketiga, jika ditemukan menjadi tema pemersatu,
kompetensi dasar
disajikan dalam subjek yang
tidak dibahas dalam pembelajaran, sehingga tujuan
belajar sejarah ilmu sosial,
ekonomi, geografi, dan sosiologi sebagai
digariskan dalam standar
kompetensi (Indonesia = Standar Kompetensi (SK))
dan competenced dasar
(Kompetensi Dasar (KD))) adalah kabur. Keempat,
pelaksanaan pencapaian tes
IPS, baik di akhir nasional
ujian dan di ujian masuk
perguruan tinggi, masih memprioritaskan pengetahuan kognitif
sejarah, ekonomi, geografi,
dan sosiologi.
F. PENUTUP
Dalam studi sosial model
pembelajaran terpadu dan berkorelasi, seperti yang dijelaskan
di atas, guru harus memilih
tema. Tema dapat diambil dari yang
sudah ada
atau potensi masalah dalam
masyarakat; namun
dalam prakteknya, masih banyak guru
yang mengalami kesulitan
dalam menentukan tema. Penyebabnya
adalah bahwa ditentukan
tema harus mencakup dari
berbagai kompetensi dasar dalam ilmu pengetahuan, sejarah,
geografi, ekonomi, dan
sosiologi yang telah kadang-kadang sulit untuk
8
Nasution
mengumpulkan. Jadi pelajaran di sini tidak didasarkan pada masalah,
tetapi berdasarkan
tema desicion yang dapat
menutupi berbagai ilmu dalam kompetensi dasar.
Kelemahan lain dari model
yang terintegrasi dan berkorelasi ini ketika akan
dilakukan, karena tidak ada
waktu tertentu yang disarankan dalam standar nasional
kurikulum untuk pembelajaran
terpadu. Oleh karena itu, harapan
pembelajaran sebagai
dijelaskan dalam kurikulum
tidak dapat dilaksanakan, dan pembelajaran IPS
di sekolah-sekolah masih
berorientasi pada buku teks atau menghafal konsep dasar
sejarah, geografi, ekonomi,
dan sosiologi.
Tujuan pendidikan IPS bukan
tentang bagaimana mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu sosial
dan humaniora, tapi bagaimana mengembangkan
kemampuan anak dalam
memecahkan masalah kewarganegaraan dengan menggunakan
pengetahuan multidisiplin
sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi
dan sebagainya secara terpadu. Untuk alasan bahwa pembelajaran IPS
Model harus ditekankan pada
aspek bagaimana mengembangkan pembelajar
kemampuan untuk berpikir atau
memecahkan masalah kewarganegaraan. Pemecahan masalah
kewarganegaraan yang dapat
mulai dari sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi
dan menempatkan masalah yang
harus diselesaikan secara terpadu.
Kompetensi anak-anak
untuk memahami konsep sejarah
ilmiah, geografi, ekonomi, dan
sosiologi juga diperlukan
untuk memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan dayly dari
siswa. Dengan model ini pembelajaran IPS tujuan yang mengarah
penciptaan warga kompetensi
lebih dapat direalisasikan dan diimplementasikan di
sekolah.
BIBLIOGRAFI
Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006. Model Silabus Dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran,
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP /
MTs. Jakarta.
Harada Tomohito, eds, 2002.
Syakaika Kyoiku ada pendekatan. Osaka:
Kyoiku
Joho Syuppan.
Kurikulum SD 1968
Kurikulum 1975
Kurikulum 2004
Kurikulum 2006
Muhammad Nukman Sumantri,
M.sc. Prof. 2001. Menggagas
Pembaharuan
Pendidikan IPS. Bandung: Rosda.
NCSS, 1994, Harapan
Keunggulan: Standar Kurikulum Sosial
Studi (Washington).
Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006, TENTANG standar isi.
Sapriya, 2009. Pendidikan IPS
Bandung: Rosda.
9
Pembangunan dan Bermasalah
Pendidikan Ilmu Sosial di Indonesia
Tim pengembang IPS
Pembelajaran: KONSEP Dan Pembelajaran, 2010.
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Dan Menengah, Kementrian
Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar