Belajar 2S = Santai tapi Serius + S2 = Sabar menuju Sukse
Guru Inovatif Siswa Kreatif
Total Tayangan Halaman
31 Januari 2016
Konsep Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk medapatkan perubahan dalam dirinya, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.
Menurut Dalyono (2001 : 49), belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri seseorang mencakup perubahan tingakh laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya.
Berdasarkan perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, Slameto (2003 : 2) menyatakan bahwa ”belajar ialah suatu proses dan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
Robert M. Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009 : 2) memberikan batasan belajar sebagai : perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk medapatkan perubahan dalam dirinya, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.
Belajar adalah suatu proses mengubah performansi yang tidak terbatas pada ketrampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan kebaikan performansi. (Yatim Riyanto, 2009 : 6).
JADI : Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan (pengalaman).
Ciri-ciri belajar :
1. Dari segi proses
a. adanya aktivitas ( fisik, mental, emosional )
b. melibatkan unsur lingkungan
c. bertujuan kearah terjadinya perubahan tingkah laku (behavioral changes)
2. Dari segi hasil
a. bersifat relatif tetap : perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah – ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.
b. diperoleh melalui usaha : merupakan hasil latihan atau pengalaman
Mengapa perlu belajar ?
Potensi manusia bersifat laten dan terbuka
Pertumbuhan dan perkembangan manusia lebih banyak terjadi secara non instingtif/alamiah
PEMBELAJARAN
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran ?
Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Bagaimana ciri-ciri pembelajaran ?
Adanya unsur guru
Adanya unsur siswa
Adanya aktivitas guru dan siswa
Adanya interaksi antar guru – siswa
Bertujuan kearah perubahan tingkah laku siswa
Proses dan hasilnya terencana/terprogram
Mengapa perlu pembelajaran ?
Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu.
Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Perlunya lingkungan yang kondusif guna mencapai perkembangan individu secara optimal.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses dan hasil belajar-pembelajaran ?
1. Faktor Guru
Kondisi Fisik
Kondisi kesehatan fisik secara umum
Kondisi fungus inderawi
Kondisi Psikis
suasana kejiwaan :
kompetensi
– paedagogis : kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b. Pemahaman thd peserta didik
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yg mendidik dan dialogis
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik utk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
– kepribadian : Kemampuan kepribadian yg mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
– social : Kemampuan guru sbg bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul scr efektif dg peserta didik, sesama pendidik, masyarakat sekitar
– Professional : Kemampuan penguasaan materi pembelajaran scr luas dan mendalam yg memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yg ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan
2. Faktor Siswa
Kondisi Fisik
a. kondisi kesehatan fisik secara umum
b. kondisi fungsi inderawi
Kondisi Psikis
– Bakat : Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi dengan nyata apabila sudah belajar atau berlatih. Dari sini maka belajar dan bakat saling berpengaruh.
– Minat : Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
– Kemampuan : tingkat kemampuan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
– Motivasi : pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang berfungsi sebagai penggerak. Untuk itu siswa perlu di dorong dan di gerakkan dalam rangka proses belajar dan pembelajaran.
– Situasi :
– Kejiwaan : kondisi kejiwaan siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran
3. Faktor Tujuan
Kejelasan : kejelasan tujuan pembelajaran nantinya menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran.
Urgensi : tingkat kepentingan yang harus didahulukan.
Tingkat kesulitan
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
4. Faktor Materi
Kejelasan : kejelasan materi yang disampaikan oleh guru akan membuat siswa labih mudah paham dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru.
Kemenarikan : materi yang menarik biasanya lebih menarik keinmginan siswa untuk menadalami materi tersebut dengan lebih jauh
Sistematika : sistematika penyajian materi juga memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, materi yang disjikan dengan sistematis akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
Jenis materi : setiap materi yang diberikan masing-masing akan memiliki efek yang menimbulkan rangsangan dan tanggapan maing-masing yang nantinya juga akan menghasilkan output yang berbeda-beda. Di sini guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan metode yang sesuai sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas.
5. Faktor Instrumental
Kelengkapan : kelengkapan alat, fasilitas, sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar dan pembelajaran sangat menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Kuantitas : kemampuan suatu alat untuk menunjang proses pembelajaran.
Kualitas : mutu dari alat yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran.
Kesesuaian : antara alat peraga dengan materi yang sedang di bahas.
6. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan fisik
Suhu dan kelembapan udara : suhu yang panas akan mengganggu proses belajar dn pembeljarn. Keadaan yan g panas menjadikan sisw tidak nyaman berada di dalam kelas dan cenderung memecah konsentrasi.
2. Lingkungan sosial
manusia : keadaan manusia yang berhubungan dengan lingkungan pembelajaran.
3. representasi manusia :
keberadaan manusia yang sesuai dengan fungsinya dalam pembelajaran.
TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1. Apa yang dimaksud dengan tujuan belajar – pembelajaran ?Tujuan belajar-pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa sehubungan dengan aktivitas belajar – pembelajaran dilakukan
2. Apa urgensi penetapan dan perumusan
tujuan belajar-pembelajaran ?
Penetapan dan perumusan tujuan belajar – pembelajaran sangat
penting, karena sebagai dasar dalam :
Menyusun alat/instrumen evaluasi
Menentukan materi/ pengalaman yang diperlukan
Memilih dan menentukan sarana (alat pelajaran, alat peraga, media) yang diperlukan
Memilih dan menetukan metode belajar – pembelajaran yang diperlukan
3. Jenis tujuan dalam belajar-pembelajaran meliputi apa saja ?
Tujuan kurikuler ( standart kompetensi) Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang luas
Tujuan pembelajaran umum (kompetensi dasar) Menggambarkan perilaku internal dalam lingkup yang relatif terbatas
Tujuan pembelajaran khusus (indikator) Menggambarkan perilaku eksternal dalam lingkup yang spesifik
4. Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran meliputi apa saja ?
1. Perilaku ranah kognitif (Ranah proses berfikir (cognitive domain))
2. Perilaku ranah afektif (Ranah nilai atau sikap (affective domain))
3. Perilaku ranah psikomotor (Ranah keterampilan (psychomotor domain))
PERILAKU RANAH KOGNITIF
– Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi, (jenis perilaku yang berkaitan dengan kemampuan mengingat dan berfikir (memecahkan masalah)).
– Terdiri atas 6 (enam) kategori / jenjang jenis perilaku
Pengetahuan : kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus, dsb. Pengetahuan atau ingatan adalah proses berfikir yang paling rendah.
Perilaku internal : mengetahui ………..
Perilaku eksternal a.l : menyebutkan, menunjukkan, mengidentifikasi.
Contoh, dapat menghafal Al-Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar.
Pemahaman : kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. (kemampuan menangkap makna suatu obyek). Perilaku internal a.l : memahami ………., menginterpretasikan. Perilaku eksternal a.l : menjelaskan, menerangkan, memberi.
Contoh : peserta didik dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat Al-Ashar secara lancar dan jelas.
Penerapan : kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara, metode, prinsip, rumus, teori, dsb. Penerapan ini adalah proses berfikir yang setingkat lebih tinggi daripada pemahaman. (kemampuan menerapkan … dalam situasi yang baru/konkrit). Perilaku internal a.l : menggunakan…, membuat. Perilaku eksternal a.l : mendemonstrasikan, menghitung, membuktikan.
Contoh : peserta didik mampu memikirkan tentang konsep penerapan kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis : kemampuan seseorang untuk memerinci atau mengurikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau faktor yang satu dengan yang lainnya. Jenjang analisis setingkt lebih tinggi dari jenjang penerapan. (kemampuan menguraikan suatu kesatuan kedalam bagian-bagian).
Perilaku Internal a.l : menganalisis, merinci.
Perilaku eksternal a.l : membandingkan, membagi, memisahkan, memilih.
Contoh : peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumh, di sekolah, dan di masyarakat sebagai bagian dari ajaran Islam.
Sintesis : kemampuan berfikir yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjadi suatu pola yang berstruktur dan berbentuk pola baru. Salah satu hasil dari sintesis adalah : peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana yang telah di ajarkan oleh Islam. (kemampuan mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan).
Perilaku internal a.l : menyususun ,menghasilkan.
Perilaku eksternal a. l : merangkaikan, menyimpulkan.
Evaluasi kemampuan seseorang untuk melakukan pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai, atau ide, misalkan seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan dan kriteria yang ada.
Contohnya : peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin, dan dapat menunjukkan manfaat dan akibat-akibat negatif yang akan menimpa bila seseorang tidak berlaku disiplin (kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu).
Perilaku internal a.l : mempertimbangkan, menilai.
Perilaku eksternal a.l : membedakan, mengkritik
Keterangan :
Pengetahuan adalah jenjang berpikir paling dasar, pemahaman mencakup pengetahuan, penerapan mancakup pemahaman dan pengetahuan, analisis mencakup penerapan, pemhaman dan pengetahuan, sintesis meliputi analisis, penerapan, pemahaman dan pengetahuan, penilaian meliputi sintesis, analisis, penerapan, pemahaman, dan pengetahuan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mancakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana , yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah.
PERILAKU RANAH AFEKTIF
– Ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak, perilaku, seperti perasan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri – ciri hasil belajar ranah afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku antra lain : perhatiannya terhadap mata pelajarn pendidikan Agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama di sekolahnya, motivasi yang tinggi untuk mengetahui ajaran agama Islam, dan rasa hormat terhadap guru yang menyampaikan. (Jenis perilaku yang berkaitan dg nilai, norma, sikap, perasaan, kemauan).
– Terdiri atas 5 (lima) kategori / jenjang jenis perilaku
Penerimaan kepekaan seseorang terhadap rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Yang termasuk pada jenjang ini adalah keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Penerimaan juga sering diberi pengertian dengan kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada tahap ini peserta didik dibina agr mereka bersedia menerima nilai – nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu. (adanya kesadaran dan perhatian terhadap stimulan yang datang ).
Perilaku internal: menunjukkan ….
Perilaku eksternal : mengikuti, menyatakan, menjawab.
Partisipasi ( memberikan tanggapan secara verbal ataupun tindakan). Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomene tertentu dan membuat reaksi terhadap salah satu cara. Contoh : peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari sesuatu lebih jauh dan menggali lebih dalam lagi.
Perilaku internal : mematuhi, berperan secara aktif.
Perilaku eksternal : melaksanakan, menyumbangkan, melaporkan.
Penilaian/Penetuan sikap (penyesuaian diri sesuai dengan penilaian yang telah dilakukannya).Menilai, menghargai atau memberikan nilai dan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak di kerjakan, dirasakan akan membawa kerugian dan penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, peserta didik tidak hnya mau menerima nilai yang di ajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep dan fenomena baik dan buruk.
Contohnya : tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Perilaku internal : mengakui, menyepakati, menyukai, menghargai. Perilaku eksternal : mengajak, menolak, melaksanakan, membela, ikut serta.
Organisasi (menghubungkan antar nilai menjadi suatu sistem nilai)
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal yang membawa pada perbaikan secara umum.
Contohnya : peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan tahun 1995. Perilaku internal : membentuk sistem nilai.
Perilaku eksternal : merumuskan, mengatur,.
Pembentukan pola hidup (menjadikan sistem nilai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya)Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribaduian dan tingkah lakunya. Pada tahap ini sikap batin peserta didik telh bener-benar bijaksana. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentuk karakteristik yang menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contohnya : siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya pesertta didik menjadikan perintah Alloh SWT yang menyangkut kedisiplinan.
Perilaku internal : menunjukkan …… melibatkan diri ……..
Perilaku eksternal : memperlihatkan, bertahan, membuktikan
Keterangan :
Ranah afektif tidak dapat di ukur sebagaimana ranah kognitif karena dalam anah afektif kamampuan yang di ukur adalah menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi, dan pembentukan pola hidup. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung, menolak dan netral.
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap yakni berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, dan berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut.
RANAH PSIKOMOTORIK
– Merupakan ranah yang berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (merupakan perilaku yang menyangkut aspek ketrampilan/gerakan). Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan kegiatan tertentu sesuai dengan makna yeng terkandung dalam ranah kognitif dan afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam.
Contohnya :
Peserta didik bertanya pada guru agama tentang contoh-contoh sikap disiplin yang telah ditunjukkan oleh Rosululloh.
Peserta didik berusaha mencari sumber-sumber yang mebahas tentang kedisiplinan.
Peserta didik menganjurkan kepada teman-temannya untuk berbuat disiplin baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
– Terdiri atas 7 (tujuh) kategori jenis prilaku
Persepsi (kemampuan mengenal obyek motorik dengan panca indera). Perilaku internal : membedakan, menafsirkan.
Perilaku eksternal : mengidentifikasi, membedakan, memilih
Kesiapan (kemampuan mempersiapkan diri untuk melakukan suatu gerakan). Perilaku internal : berkonsentrasi, menyiapkan diri.
Perilaku eksternal : menunjukkan, mengawali, mempersiapkan.
Gerakan terbimbing (kemampuan melakukan gerakan dengan mengikuti contoh).
Perilaku internal : meniru contoh.
Perilaku eksternal : mengikuti, memasang, mencoba, membuat.
Gerakan terbiasa (kemampuan melalukan gerakan tanpa melihat contoh). Perilaku internal :terampil.
Perilaku eksternal : memainkan, mendemonstrasikan, mengatur.
Gerakan kompleks ( kemampuan melakukan serangkaian gerakan secara tepat, lancar, luwes).
Perilaku internal : terampil ….
Perilaku eksternal : memasang, membongkar,mendemonstrasikan.
Penyesuaian pola gerakan (kemampuan menyesuaikan gerakan dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya).
Perilaku internal : menyesuaikan diri, bervariasi.
Perilaku eksternal : mengubah,mengatur, membuat variasi.
Penciptaan pola gerakan (kemampuan membuat pola gerakan baru). Perilaku internal : menciptakan sesuatu yang baru.
Perilaku eksternal : merancang, menciptakan, mendesain.
PERAN GURU DALAM BELAJAR PEMBELAJARAN
1. Merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran.
Agar kegiatan belajar dan pembelajaran terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, guru harus merencanakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan diselenggarakan. Secara administratif rencana ini dituangkan dalam RPP. Secara sederhana RPP dapat diumpamakan sebagai sebuah skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam interval waktu yang telah ditentukan. RPP akan dijadikan pegangan guru dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
2. Menyiapkan Kegiatan Belajar dan Pembelajaran.
Kegiatan ini meliputi: administrasi, bahan ajar, peralatan, dan sarana non fisik, seperti kesiapan psikologis dan intelektual guru dlm menyajikan materi serta mengevaluasi hasil belajar
3. Menyelenggarakan Kegiatan Belajar dan Pembelajaran.
Dalam kegiatan ini pertanyaan yang harus diajukan guru pada dirinya sendiri bukan hanya apa materi yg hrs dipelajari siswa tetapi juga bagaimana cara yg terbaik siswa mempelajari materi tersebut. Terkait dengan pertanyaan yeng terakhir maka guru diharapkan kehadirannya di dalam kelas.
4. Mengevaluasi hasil belajar dan pembelajaran
Evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar
Evaluasi meliputi evaluasi terhadap proses belajar dan evaluasi terhadap hasil belajar
Hasil evaluasi digunakan utk mengambil langkah2 tindak lanjut
Jika hasil evaluasi menunjukkan ada masalah maka tindak lanjutnya adalah memberikan solusi.
Jika hasil evaluasi menunjukkan keberhasilan maka tindak lanjutnya adalah pengayaan atau pengembangan.
KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI GURU
1. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan peserta didik, meliputi;
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis pada mata pelajaran, guru seharusnya guru memiliki kesesuaian dengan subjek yang dibina. Selain itu guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang di akreditasi pemerintah.
Pemahaman terhadap peserta didik.
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-msa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadapa latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
Pengembangan kurikulum/silabus.
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
Perancangan pembelajaran.
Guru memiliki perencanaan sistem pembelajaran yang memanfatkan sumberdaya yang ada. Semua aktifitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yng direncanakan.
Pelaksanaan pembelajaran yg mendidik dan dialogis
Guru menciptakan suasana belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajr dan mengadministrasikn dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
Evaluasi hasil belajar.
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluai pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
Pengembangan peserta didik utk mengaktualisasikan berbagai potensi yg dimilikinya.
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
2. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Sehingga pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang harus digugu dan ditiru. Sebgai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian diantaranya :
kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama.
Kemampuan berperilaku yang sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku di masyarakat.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tata karma.
Bersikap demokratis dn terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
3. kompetensi sosial
Kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul scr efektif dg peserta didik, sesama pendidik, masyarakat sekitar yang sekurang-kurangnya meliputi :
– Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
– Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
– Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan,
– Bergaul secara santun dengan lingkungan sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut ruang lingkup dari kompetensi professional antara lain:
– Kemampuan untuk menguasai landsan kependidikan, misalnya paham dengan tujuan pendidikan, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran, dsb.
– Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dsb.
– Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang di ajarkan.
– Kemampuan mengaplikasikan berbagai metode dan strategi pembelajaran.
– Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
– Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.
– Kemampuan dlam melaksanakan unsure-unsur penunjang misalnya bimbingan dan penyuluhan.
– Kemampuan dlam melaksanakan penelitin dan berpikir secara alamiah.
SEPERANGKAT TUGAS GURU
TUGAS PENGAJAR SEBAGAI PENGELOLA PEMBELAJARAN :
Tugas manajerial, memimpin dirinya sendiri, anak didik dan masyarakat terkait yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan. Tugas administrasi (memimpin kelas) baik internal maupun eksternal :
– berhubungan dengan peserta didik
– alat perlengkapan kelas
– tindakan-tindakan profesional
Tugas edukasional : seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar saja tetapi juga mendidik yaitu mengarahkan anak didik untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Menyangkut fungsi mendidik, bersifat :
– Motivasional : mampu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
– Pendisiplinan : mendidik siswa uintuk lebih berdisiplin dalam segala hal, memberikan contoh perilaku disiplin dari kegiatan sekolah maupun di lingkungan sekitar.
– sanksi sosial (tindakan hukuman) : memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran dengan cara yang mendidik.
Tugas instruksional : merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengevaluasi hasil belajar siswa serta mengevaluasi program pengajaran yang telah dilaksanakan. Sebagai seorang pengajar dan pendidik, guru mamiliki peran yang aktif antara peserta didik dan ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan seorang guru adalah mengajak manusia menuju sesuatu yang lebih baik.
Menyangkut fungsi mengajar, bersifat :
– penyampaian materi
– pemberian tugas2 pada peserta didik
– mengawasi dan memeriksa tugas
TUGAS PENGAJAR SEBAGAI PELAKSANA (EXECUTIVE TEACHER)
Secara umum : sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kbm agar mencapai hasil yang baik.
Lingkungan belajar yang kondusif : lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Secara khusus tugas guru sebagai pengelola pembelajaran.
Menilai kemajuan program pembelajaran
Mampu menyediakan kondisi yg memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing)
Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dlm menggunakan alat2 belajar
Mengkomunikasikan semua info dari dan/atau ke peserta didik
Mengkoordinasikan, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas
Membuat keputusan instruksional dlm situasi tertentu
Bertindak sebagai manusia sumber
Membimbig pengalaman peserta didik sehari-hari
Mengarahkan peserta didik agar mandiri
Mampu memimpin kegiatan belajar yg efektif dan efisien utk mencapai hasil yg optimal.
Kemampuan yang dituntut dimiliki oleh guru agar dapat menumbuhkan minat dalam proses pmbelajaran.
Mampu menjabarkan bahan pembelajaran ke dalam berbagai bentuk cara penyampaian
Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi
Menguasai cara belajar yg efektif sesuai dg tipe dan gaya belajar yg dimiliki peserta didik scr individual
Memiliki sikap positif terehadap tugas profesinya , mata pelajaran yg dibinanya sehingga selalu berupaya meningkatkan kemampuan dlm melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai dg kebutuhan dan tuntutan mapel yg dibinanya
Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran
Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik
Memahami sifat dan karakteristik peserta didik
Terampil dlm menggunakan sumber2 belajar yg ada sbg bahan atau media belajar peserta didik
Terampil dlm mengelola kelas shg tercipta suasan yg menyenangkan.
Syarat Guru
Syarat umum :
Memiliki kualifikasi/berijasah
Sehat jasmani dan rohani
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Orang yang bertanggung jawab
Berjiwa nasional
Syarat lain
Adil dan dapat dipercaya.
Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didik
Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis.
Bersikap baik kepada rekan, staf di sekolah dan masyarakat.
Memiliki wawasan yg luas dan menguasai mapel yang dibinanya.
Selalu introspeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun.
Selalu berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi.
DIMENSI BELAJAR
Suatu paradigma yang dapat digunakan pengajar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yg berpijak pada teori kognitif.
Dimensi belajar dikembangkangkan berdasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar.
MARZANO,PICKERINGDAN MC TIGHE (1993) MEMILAH BELAJAR MENJADI 5 DIMENSI
Pengembangan sikap dan persepsi yg positif terhadap belajar
Menjadi modal dasar utk memunculkan prakarsa belajar.
Tanpa sikap ini belajar mungkin tdk akan pernah terjadi
Tanpa sikap ini siswa akan merasa tidak nyaman di kelas
Tanpa sikap ini siswa mungkin tdk akan mengerahkan seluruh kemampuannya utk mengikuti aktivitas kbm
Perolehan dan pengintegrasian pengetahuan
Merupakan aspek belajar yg sangat penting. Oleh karena itu guru perlu berupaya seoptimal mungkin membantu siswa utk memperoleh pengetahuan, mengintegrasikan pengetahuan itu dg struktur pengetahuan yg telah dimilikinya, dan mempertahankannya dalam ingatannya
Perluasan dan penyempurnaan pengetahuan
Perolehan dan pengintegrasian pengetahuan bukan merupakan akhir dari proses belajar
Siswa perlu memperluas dan memperdalam serta menyempurnakan pengetahuannya dg cara menambah atau mengaitkan dg hal2 yg baru
Aktivitas mental yg muncul pada tahap ini : membandingkan, mengklasifikasi, membuat induksi, membuat deduksi, menganalisis kesalahan, dll
Penggunaan pengetahuan secara bermakna
Belajar baru dpt dikatakan efektif bila siswa mampu menggunakan pengetahuan yg telah dipelajarinya utk mengerjakan tugas2 secara bermakna.
Contoh : pengambilan keputusan, penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, dan penemuan
Pembiasaan mental berpikir produktif
Pemerolehan memang penting tetapi bukan tujuan yg terpenting dlm pembelajaran
Tujuan terpenting dlm pembelajaran adalah mengembangkan kebiasaan mental yg memungkinkan siswa dpt belajar menurut caranya sendiri apa yg ia ingin pelajari
Kebiasaan mental yg dimaksud adalah : selalu mencari kejelasan, openminded, kritis thd pikiran sendiri, mengevaluasi tindakan, meningkatkan batas pengetahuan dan kemampuan, terlibat secara intensif dlm tugas meskipun pemecahannya tidak segera nampak
Cara Merancang Pembelajaran
Dengan mempertimbangkangayabelajar, rentangan perhatian-minat-kegemaran, ingatan, tahap perkembangan, dan kecerdasan siswa sangat bervariasi, maka dlm merancang pembelajaran guru perlu melakukan hal2 :
Sediakan pilihan tugas (tidak semua siswa mengerjakan tugas yg sama)
Sediakan pilihan bagaimana cara memperlihatkan bahwa siswa telah menguasasi apa yg dipelajari
Sediakan waktu yg cukup utk memikirkan dan mengerjakan tugas
Jangan terlalu banyak menggunakan tugas/tes yg telah ditetapkan waktunya
Sediakan kesempatan utk berpikir ulang dan melakukan perbaikan
Libatkan pengalaman2 konkrit
Dengan Mempertimbangkan Bahwa Siswa Berbakat Cenderung Memiliki Rasa Ingin Tahu Yg Sangat Kuat Akan Banyak Hal, Perlu Memasukkan Strategi Yg Dapat
Mendorong munculnya berpikir divergent, kaitan dan pemecahan ganda, bukan hanya ada satu jawaban benar
Mendorong munculnya berbagai jenis luapan pikiran/aktivitas seperti main peran, simulasi, debat, pemberian penjelasan pada teman
Menekankan pada ketrampilan berpikir kritis; analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi, menghipotesis
Memberikan kesempatan pada siswa utk melakukan evaluasi diri/kelompok
Dengan Mempertimbangkan Bahwa Siswa Sangat Membutuhkan Suasana Yg Bebas Dlm Melakukan Kontrol Diri, Guru Perlu :
Memberikan kesempatan utk menerapkan cara berpikir dan belajar yg paling cocok dg dirinya
Memberikan kesempatan kpd siswa melakukan evaluasi diri tentang cara berpikirnya, tentang cara belajarnya, tentang mengapa ia menyukai tugas tertentu, dll
Memotivasi siswa dg tugas2 riil dalam kehidupan sehari-hari dan kaitkan tugas tsb dengan pengalaman pribadi
Mendorong siswa utk memahami kaitan antara usaha dan hasil
Dengan Mempertimbangkan Bahwa Belajar Pada Dasarnya Memiliki Aspek Sosial, Dan Siswa Berbakat Harus Tetap Mampu Belajar Bersama dengan Siswa Yg Lain, Maka Perlu Rancangan Pembelajaran Yang:
Memberikan kesempatan kpd siswa yg berbakat utk melakukan kerja kelompok
Menggabungkan kelompok2 yg hiterogen
Mendorong siswa utk memainkan peran yg bervariasi
Dalam evaluasi memperhitungkan proses dan hasil kelompok
KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA
Gayakognitif : cara bagaimana seseorang mengolah informasi
Dimensigayakognitif :
Bruner, goodnow, dan austin(1956) memperkenalkan gayakognitif focussing-scanning.
yg termasuk kelompok focussing : bila dihadapkan masalah masalah cenderung menunda pemecahannya sampai memperoleh data yg cukup utk melakukannya.
SCANNING :
Cenderung cepat mengambil keputusan pemecahan masalah, dan memilih alternatif pemecahan lainnya apabila alternatif yg pertama gagal memecahkan masalah
2. Kagan (1966) : gayakognitif reflektif dan impulsif
individu yg masuk kelompok reflektif cenderung jarang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan tugas2 yg sulit dibandingkan dg individu kelompok impulsive individu yg masuk kelompok reflektif memiliki keinginan yg besar utk bertindak benar sejak awal penyelesaian tugas2nya, selalu berpikir sebelum menjawab pertanyaan. Sementara individu kelompok impulsif cenderung menggunakan pendekatan “shotgun” dg segera menetapkan pemecahan masalah atau mengemukakan beberapa kemungkinan jawaban dg harapan ada salah satu yg benar. Kelompok impulsif cenderung ingin cepat mengerjakan tugasnya dan melakukan banyak kesalahan sedangkan kelompok reflektif menyelesaikan tugasnya lebih analitis dan banyak pertimbangan sehingga cermat.
WITKIN (1954) : FIELD DEPENDENT(GLOBAL) – FIELD INDEPENDENT (ARTICULATED)
FIED DEPENDENT :
Kurang mampu memisahkan hal2 yg relevan dengan hal2 yg kurang relevan
Kurang mampu mengingat hal2 yg rinci bila dihadapkan pada tes yg bersifat mengingat
Cenderung menerima informasi apa adanya
Cenderung mudah dipengaruhi
Cenderung menaruh perhatian pada hubungan sosial dan banyak berkecimpung pada bidang humaniora dan ilmu sosial lainnya.
FIELD INDEPENDENT
Dapat dengan mudah memisahkan hal2 yg relevan dg hal2 yg kurang relevan
Cenderung melakukan analisis dan sintesis thd informasi yg diterima/dipelajari
Cenderung berminat pada bdang sains.
TEORI BELAJAR ALIRAN BEHAVIORISTIK
A. ASUMSI
Manusia dipandang sebagai organisme yang pasif. Prilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu perilaku manusia dapat dikontrol/ dikendalikan melalui pemanipulasian lingkungan
B. CIRI- CIRI ALIRAN BEHAVIORISTIK
Mementingkan pengaruh lingkungan
Mementingkan bagian-bagian
Mementingkan peranan reaksi
Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Dalam pemecahan masalah ciri khasnya adalah “trial and error”
Pada teori behavioristik terdapat beberap teori antara lain sbb:
1. Teori Koneksionisme
Belajar berlangsung melalui pembentukan koneksi (asosiasi, bond) antara stimulus dan respon (learning by selecting and connecting atau trial and error learning) berdasarkan hokum tertentu antara lain :
Hukum Kesiapan (Law Off Readness)
semakin siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
Misalnya :
Jika anak merasa senang dengan pelajaran jahit menjahit maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila ini dilaksanakan maka ia akan puas dan belajar menjahit akan mengkasilkan prestasi yang memuaskan.
Hukum Latihan/Pengulangan (Law Of Exercise)
semakin sering tingkah laku di ulang/dilatih (digunakan) maka asosiasi itu semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi yang merupakan perangsang dengan tindakan yang akan lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi di antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering di ulangi materi pelajaran akan semakin di kuasai.
Hukum Efek/Akibat (Law Of Effect).
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak mnemuaskan. Sesuatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahaankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak diulangi.
Selanjutnya Thorndike menjabarkan hukum tambahan sebagai berikut :
Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response).
Hokum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat memecahkan masalah yang dihadapi.
Hukum Sikap (Set/Attitude)
Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Propertency of Element)
Hokum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif)
Hukum Respon By Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah didalami karena sesungguhnya individu dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga transfer atau pemindahan unsur-unsur yang telah di kenal ke situasi baru. Makin banyak unsure yang sama maka transfer akan semakin mudah.
Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang di kenal ke situasi yang belum di kenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsure baru dan membuang sedikit demi sedikit unsure yang lama.
S
Stimulus
Bond
R
Respon
2. Teori Operan Kondisioning (B.F. Skinner)
Operant conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Tingkah laku yang muncul karena stimulus tertentu akan lebih kuat jika diikuti dengan adanya stimulan penguat (reinforcing stimuli).
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting daam belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku atau penghargaan. Bentuk penguatan negatif antara lain menunda memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
– Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguatan.
– Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
– Materi pelajaran digunakan sebagai modul.
– Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah guna menghindari hukuman.
– Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
– Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
3. Condition Of Learning (Robert Gagne)
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dangayabelajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
4. Teori Bandura
Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
¡ Mementingkan pengaruh lingkungan
¡ Mementingkan bagian-bagian
¡ Mementingkan peranan reaksi
¡ Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
¡ Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
¡ Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
¨ Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini :
¨ guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru.
¨ Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
¨ Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
¨ Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.
¨ Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.
¨ Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
¨ Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
¨ Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
¨ Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak
Kritik terhadap behavioristik
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Abdorrakhman Ginting, 2008, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran,Bandung : Humaniora
Nana Sudjana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Yatim Riyanto, 2010, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
W. Gulo.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia
Winkel. 1981. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar