Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

08 Oktober 2016

Tesis Berbasis Jurnal International by Ridwan, MA

       BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Penelitian tentang percaya diri telah menarik perhatian banyak peneliti, beberapa penelitian yang dituangkan dalam jurnal international dilakukan dalam bidang psikologi, antara lain; dalam aspek interpersonal adanya penelitian effect of meditation on self confidence efek dari meditisai terhadap percaya diri (Singh dan Kaur, 2008), the relationship between academic self-confidence and cognitive performance hubungan antara percaya diri akademik dan kinerja kognitif (Alias dan Hafir, 2009), ability and self-confidence kemampuan dan percaya diri (Hendriana, Rahmat, dan Sumarmo, 2014). Dari aspek sosial telah dilakukan penelitian effects of social support on self-esteem efek dukungan sosial pada harga diri (Naeem, Shabir, Umar, Azhar, Nadvi, Hayat, dan Azher, 2014). Sedangkan dari aspek akademik dan hubungannya dengan percaya diri telah dilakukan penelitian students’ academic self-perception (Gibbons, Thorpe, Snell dan Hoskins, 2014), Self-confidence in mathematics (Waini, Hamzah, Said, Miswand, Zainal dan Ahmad, 2014).
Beberapa peneliti lain memfokuskan pembinaan percaya diri aspek struktur sosial dan lembaga pendidikan, terlihat dari beberapa model peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur (Afiatin dan Andayani, 1998), kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal (Siska dan Purnamaningsih, 2003), dan pengungkapan diri (Sari, Rejeki dan Mujab, 2006), dan hubungan percaya diri remaja dengan pola asuh orang tua etnis Jawa (Idrus dan Rohmiati, 2008). Sedangkan percaya diri yang erat kaitannya dengan kapasitas diri terlihat dari penelitian hubungan antara kepercayaan diri dengan employability (Saputro dan Suseno, 2010), pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri (Dwitantyanov, Hidayati, dan Sawitri, 2010),
Penelitian yang memfokuskan studi pembinaan percaya diri siswa di sekolah telah dilakukan dengan penggunaan teknik permainan dalam bimbingan siswa (Suhardita, 2011), hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa (Hamdan, 2009). Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan pembinaan percaya diri dalam pembelajaran telah dilakukan penilitan tentang peningkatan percaya diri dan kemandirian siswa dalam pembelajaran melalui pembelajaran attention relevance confidence satisfaction (Widiyanti, 2014), hubungan antara tingkat kecemasan komunikasi dan konsep diri dengan kemampuan beradaptasi (Muharomi, 2012)


Dalam penelitian tesis ini peneliti mencoba mengembangakan teori sosial David McClelland N-Ach hasrat untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Oleh karena itu berbagai penelitian yang berlatar belakang pentingnya percaya diri sebagai wujud nyata dari motivasi untuk meraih prestasi penulis kaji dengan cermat. Menurut hemat penulis penelitian tentang pembinaan percaya diri siswa sangat urgen dilakukan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Pembelajaran IPS pada dasarnya lebih difokuskan pada ranah afektif sebagaimana dituturkan Sapriya (2008) pembelajaran IPS tingkat SMP/MTs dilakukan secara terpadu dan penekanannya lebih besar ranah afektif dibandingkan dengan ranah psikomotor dan cognitif. Mengingat penekanan pembelajaran IPS lebih difokuskan pada ranah afektif, maka menurut penulis pembinaan percaya diri dalam pembelajaran IPS sangat mendesak untuk segera dilakukan penelitian, karena percaya diri merupakan suatu proses pengembangan diri dan hanya dapat diperoleh oleh orang yang betul-betul mahu dengan segala kemampuan dan kreatifitasnya untuk tampil sebagai sosok yang penuh percaya diri.
Dalam studi pembelajaran kontekstual telah banyak menarik minat peneliti, antara lain; tinjauan aspek hasil belajar adanya penelitian pengaruh metode pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar IPS Geografi ditinjau dari motivasi belajar siswa (Kristanti, 2010). Aspek pengembangan pendekatan dilakukan penelitian tentang bagaimana mengembangkan pembelajaran IPS yang kontekstual di sekolah dengan memasukkan konsep etos kerja, enterpreneurship, dan peningkatan rasa percaya diri siswa, (Atminingsih, 2010). Aspek nilai karakter telah dilakukan penelitian penerapan model kontekstual pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan nilai karakter (Yunita, Kuswadi dan Chumdari, 2013). Aspek peningkatan kreatifitas siswa telah dipaparkan dalam penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah (Rokhman, Aman, Mutiarsih, dan Sanjaya, 2013). Aspek peningkatan sikap demokrasi adanya penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan sikap demokrasi pada mata pelajaran IPS (Riati, 2015).
Dari berbagai penelitian di atas, peneliti mencoba mengembangkan salah satu rekomendasi penelitian (Suhardita, 2010), dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan percaya diri siswa setelah diberikan intervensi penggunaan teknik permainan dalam bimbingan. Dari hasil penelitian tersebut Suhardita merekomendasi agar guru dapat mengkolaborasikan bimbingan dengan teknik permainan agar suasana belajar yang diciptakan menyenangkan. Sedangkan alasan lain yang memperkuat dorongan peneneliti adalah rekomendasi kedua dari Suhardita untuk peneliti lanjutan jika ingin meneliti tentang peningkatan percaya diri perlu juga mengkaji pola pembinaan percaya diri dalam pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru agar pembinaan dapat terpadu, bukan hanya tugas masalah percaya diri siwa serta merta dilimpahkan tugas guru pembimbing. Perlu juga dikaji dalam sisi pemebelajaran di kelas guru menggunakan media apa, model apa atau pendekatan apa serta bagaimana bentuk penghargaan yang diberikan kepada siswa di sekolah, sehingga penelitian yang dilakukan lebih baik dan lebih luas dikaji dari berbagai disiplin ilmu.
Penelitian tesis ini berkaiatan dengan bagaiman peningkatan percaya diri siswa dalam pembelajaran kontekstual materi interaksi manusia mata pelajaran IPS, maka penekanannya adalah pada karakteristik pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan pola pembinaan percaya diri siswa dan bagaimana bentuk percaya diri siswa yang muncul dalam pembelajaran meteri interaksi manusia mata pelajaran IPS. Lebih lanjut berkaitan dengan pendekatan kontekstual, penulis juga mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh (Darma, Putu, Wayan dan Koyan, 2013) penelitian mereka bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual dan minat belajar terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian Darma dkk. yaitu: (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional (FA=21,29 < α=0,05), (2) terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar (FAB=71,32 < α=0,05), (3) untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional (Qhitung=13,06 < α=0,05), (4) untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual (Qhitung=3,83 < α=0,05). Atas dasar temuan di atas disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran dan minat belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
Menurut analisa penulis pengambilan kesimpulan hasil penelitan ini hanya berpatokan pada jawaban rumusan masalah semata sehingga tidak menghasilkan teori baru, karena hanya menjawab pengaruhnya signifikan atau tidak saja. Padahal penelitian ini menurut penulis telah menghasilkan teori baru yang sangat berguna bagi semua guru pada temuan penelitian poin ketiga dan keempat yaitu: (1) siswa yang tinggi minat belajarlah pendekatan kontektual dapat mendorong hasil belajar lebih tinggi, (2) siswa yang rendah minat belajar lebih baik menerapkan pendekatan konvesional daripada pendekatan kontekstual.
Penelitian di atas sangat menarik minat penulis untuk meneliti siswa yang minat belajar sedang menggunakan pendekatan kontekstual melihat bagaimana peningkatan percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. Posisi penelitian ini tidak melihat hasil akhir yang dicapai, tetapi lebih menspesifikasi penelitian pada proses pembelajaran kontekstual dengan mengintegrasikan peningkatan percaya diri siswa dalam pembelajaran. Meskipun percaya diri siswa dalam pebelajaran akan mempengaruhi hasil belajar yang signifikan sebagaimana disebutkan dalam penelitian terdahulu.
Berkaitan dengan kebutuhan manusia terhadap percaya diri, Kartono (1986) menuturkan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang bersifat vital, human, dan sosial dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut harus terpenuhi dengan baik agar tidak terjadi ketegangan batin. Lebih luas Partowisastro (1983) merincikan kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu: (1) kebutuhan fisik berupa makan, minum, tidur dan kesehatan, (2) kebutuhan rasa aman bebas ancaman, (3) kebutuhan kasih sayang, (4) kebutuhan percaya diri. Menurut analisa penulis semua kebutuhan di atas harus terpenuhi dengan baik, namun yang paling penting harus terpenuhi kebutuhan setelah fisik adalah manusia harus memenuhi kebutuhan percaya diri yang baik. Pada dasarnya percaya diri yang baik terrefleksi dari pengenalan diri sendiri yang baik, nilai diri, nilai percaya pada diri sendiri dan nilai percaya kepada  orang lain.
Masih berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan percaya diri menurut penulis haruslah dapat terpenuhi dengan baik, jika pemenuhan kebutuhan percaya diri terpenuhi dengan baik dan berkembang seimbang dengan perkembangan fisik anak, maka anak tersebut tidak lagi merasa terhambat hidupnya dengan rasa kelaparan, rasa ketakutan, kurang kasih sayang, rasa kurang pengakuan dan rasa kuranya penerimaan dirinya oleh keluarga, sekolah dan masyarakatnya. Ditinjau dari aspek kebutuhan Herawati (1996) memandang bahwa kebutuhan percaya diri merupakan kebutuhan primer bagi manusia yang sangat mempengaruhi seluruh kebutuhan dan perkembangan lainnya dalam kehidupan. Oleh karena itu, dapat diasumsikan anak yang memiliki percaya diri yang baik berarti ia telah siap untuk menghadapi dinamika kehidupan. Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri, tidak menutup-nutupi kelemahan diri, dan berfikir realistis akan mengantarkan sianak menjadi sosok manusia yang akan berkembang dengan baik menuju dewasa.
Namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki tingkat percaya diri yang baik yang desebabkan oleh berbagai faktor antara lain: (1) anak mengalami konflik keluarga, (2) ekonomi lemah, (3) ketelantaran kasih sayang, (4) tantangan hidup yang meresahkan, (5) pola pengajar satu arah, dan (6) penetapan tugas serta standar kemampun oleh guru di luar kesanggupan siswanya. Hal ini semua akan membuat siswa mengalami krisis percaya diri. Sangat berbahaya dan berdampak buruk terhadap siswa usia remaja. Masa remaja merupakan masa yang rawan dan rentan bagi pertumbuhan dan perkembangan percaya diri. Berkaitan dengan perkembangan remaja Pasiak (2006) memiliki pandangan bahwa pada masa usia remaja siswa mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, sosial maupun mental. Seiring tuntutan lingkungan terhadap dirinya juga semakin berat. Oleh karena itu, penulis berasumsi bahwa salah satu penyebab guncang pribadi siwa karena pengaruh usia remaja yang membuat mereka mengalami krisis identitas sebagai akibat dari kurangnya pengenalan dan pemahaman remaja terhadap diri mereka sendiri. Dampak dari kurang cermat menilai diri dan kemampuannya secara realistis akhirnya menimbulkan perasaan kurang percaya diri.
Gejala emosional seperti rendah diri sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja, karena kegagalan dalam faktor ini bisa mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri. Pada dasarnya kebahagiaan dan kesuksesan hanya diperoleh oleh orang-orang yang percaya diri. Kaitannya dengan pendidikan telah banyak peneliti menemukan bahwa rasa percaya diri sangat berpengaruh pada hasil belajar seseorang. Sebagai contoh adalah pada penelitian yang dilakukan oleh (Santrock, 2003) ia menemukan adanya hubungan yang kuat antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa. Kepribadian yang dimiliki siswa ikut berperan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Peran pembina atau pembimbing yang bersikap positif, memiliki kaitan dengan pembentukan kepercayaan diri. 
Menurut penulis perilaku siswa percaya diri tampak dilihat dari kemampuan bekerja secara efektif, melaksanakan tugas dengan baik, bertanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, optimis dan toleran. Perilaku inilah yang mendorong siswa dapat berinteraksi dengan baik dalam pembelajaran IPS yang bermuara pada pencapaian prestasi lebih baik. Siswa yang memiliki percaya diri yang baik ia akan berusaha keras dalam pencapaian prestasi belajar, sebaliknya siswa yang rendah diri menilai dirinya tidak memiliki kemampuan dan penilaian rendah diri akan menghambat usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan ia tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang ia miliki, padahal sebenarnya kemampuan tersebut dimilikinya.
Dampak lain dari kurang percaya diri Sobur (1991) menegaskan bahwa siswa yang kurang percaya diri juga menetapkan suatu tujuan diluar kemampuannya, sebagai kopensasi terhadap perasaan kurang percaya diri. Hal tersebut menyebabkan perasaan cemas dan tidak aman sehingga tujuan akan semakin sulit tercapai. Dalam hal ini termasuk dalam kegiatan belajar maka dapat mengakibatkan prestasi belajar kurang memuaskan. Lebih rinci Santrock (2003) menuturkan bahwa sebahagian besar individu, rendahnya atau hilangnya rasa percaya diri hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosiaonal yang bersifat sementara, tetapi bagi beberapa individu lain, rendahnya atau hilangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan masalah depresi, kecemasan yang tidak wajar, dan masalah penyesuaian diri lainnya.
Dalam kondisi demikian, pembelajaran kontekstual dapat menjadi penuntun, pencerah dan penunjuk arah siswa dalam pembelajaran dengan penuh percaya diri. Pembelajaran perlu dipikirkan suatu pendekatan yang tepat dan dapat membangkitkan percaya diri siswa agar pembelajaran menjadi bermakna dan mudah untuk dipahami. Percaya diri siswa akan mempengaruhi minat balajar dan sangat berhubungan erat dengan pemusatan perhatian, dan keingintahuan. Mengingat begitu pentingnya pembelajaran IPS bagi siswa dalam rangka penyiapan anggota masyarakat yang penuh percaya diri, diperlukan suatu pendekatan yang tepat dalam pembelajaran IPS, agar tujuayang diharapkan dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan.
Mengacu pada perkembangan pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak secara langsung mengalami sendiri apa yang dipelajari dan bukan mengetahuinya semata. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap relevan dalam upaya peningkatan percaya diri siswa pembelajaran IPS adalah pendekatan kontekstual. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS merupakan dua sisi yang saling mendukung dalam pencapaian hasil belajar yang memuaskan dan siswa mengikuti pembelajaran dengan penuh percaya diri.
Konsep kebermaknaan dalam proses pembelajaran Slameto (1995) mengatakan bahwa kebermaknaan tidak hanya terletak pada pembelajaran yang digunakan, tetapi juga diartikan sebagai kesesuaian antara perencanaan, pelaksanan, dan evaluasi belajar. Oleh karena itu, menurut penulis selama proses belajar berlangsung guru hendaknya memantau partisipasi siswa secara terus menerus agar terasah percaya diri siswa. Selnjutnya siswa juga harus dimotivasi dengan teknik penilaian di kelas yang lebih efektif dengan menggunakan berbagai cara.
Berkaitan dengan pendekatan kontekstual Slameto (1995) berpendapat bahwa pendekatan kontekstual dapat membangkitkan minat belajar siswa. Minat sisw mempengaruhi   kualitas   pencapian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Minat berhubungan erat dengan pemusatan perhatian, keingintahuan, dan kebutuhan. Jadi menurut penulis dapat ditarik benang merahnya minat belajar mempengaruhi percaya diri siswa. Apabila pembelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan minatnya, siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya.
Berbicara masalah minat dan percaya diri dalam pembelajaran adalah penentu siswa dapat atau tidaknya memusatkan perhatian. Pembelajaran yang dapat membangkitkan percaya diri siswa akan menimbulkan kegembiraan dan mendorong usaha belajar yang sungguh-sungguh penuh kegembiraan. Hal ini, menjadi barometer yang dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantu tidak melupakan apa yang dipelajarinya, karena dapat menimbulkan rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri dalam belajar IPS.
Percaya diri dalam pembelajaran berhubungan erat dengan pemusatan perhatian, keingintahuan, dan kebutuhan. Oleh karena itu, percaya diri dalam pembelajaran akan mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa, karena ia akan memusatkan perhatian lebih banyak. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi IPS memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat. Penerapan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang menunjang dasar pemikiran lingkungan belajar alamiah, dan pola belajar mengalami. Dari segi konsep Nurhadi (2004) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yanmembantu  guru  mengaitkan  materi yang  diajarkan  dengan  situasi  dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, sehingga hasil pembelajaran lebih  bermakna  bagi  siswa  karena  bekerja dan mengalami.
Karakteristik penerapan pembelajaran kontekstual Guniati (2013) menuturkan bahwa selalu berlandaskan pada tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) konstruktivisme (constructivism), (2) menemukan (inquiri), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) penilaian autentik (autentik assessment), dan (7) refleksi (reflection). Penerapan pembelajaran kontekstual mendorong siswa dapat mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan, sehingga mereka dapat menemukan makna pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermakna, menyenangkan dan penuh percaya diri. Di sisi lain, pembelajaran yang dilakukan selama ini belum banyak memperhatikan percaya diri siswa dalam pembelajaran, padahal percaya diri dalam pembelajaran sangat penting karena membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya menjalani kehidupan dengan baik dan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain di sekitarnya.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi dan komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang berupa  guru,  siswakurikulum,  biaya,  peralatan  dan hal-hal lainnya dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong sikap percaya diri, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Sedangkan belajar secara konvensional Indriastuti (1999) berpendapat bahawa belajar  dengan  strategi  konvensional yang komunikasinya satu arah, situasi belajar terpusat pada guru mengajar untuk memberikan informasi secara lisan kepada anak tidak adanya usaha mengembangkan ketrampilan intelektual anak secara aktif. Oleh karena itu, semakin memperkuat alasan penulis berasumsi bahwa menumbuhkan percaya diri siswa dalam pembelajaran sangat penting. Pembelajaran yang berpusat pada siswalah yang dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa.  Dalam pembelajaran kontekstual dapat melatih keterampilan informasi siswa, maka guru dituntut mengelola pembelajaran kontekstual yang menarik dan berpusat kepada siswa aktif secara bervariasi untuk merangsang sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya yang harus menjadi perhatian guru adalah kelemahan sebahagian siswa yang kurang percaya diri, mereka terus menerus merasa selalu kalah bersaing, takut untuk mencoba, merasa selalu ada yang salah dan sering khawatir yang tidak tepat sasaran diakibatkan kurang cermat membaca informasi, mengolah, menyaji dan menggunakan informasi tentang diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, tugas sekolah dan guru bukan hanya sekedar mengajarkan materi kepada siswa, tetapi strategi mendorong siswa mampu mengatualisasi diri, menghargai diri, mengeksistensikan dirinya melalui pembelajaran kontekstual dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan penuh percaya diri sangat diperlukan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk membahas tesis yang berjudul "Upaya Peningkatan Self Confidence Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Meteri Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sosial"

A.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1.    Pendidikan karakter belum sepenuhnya dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang saat ini dijalankan khususnya pembinaan percaya diri siswa.
2.    Pada umumnya siswa hanya diberikan seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil, sehingga kurang melatih siswa dalam mencerna dan menyeleksi informasi.
3.    Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih banyak berorientasi pada capaian materi untuk mengejar nilai ujian akhir saja, dengan mengabaikan proses pembentukan karakter khususnya percaya diri siswa.
4.    Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS yang mengarah pada pembentukan karakter khususnya percaya diri belum banyak dipraktekkan di sekolah.
5.    Pembelajaran yang dilakukan selama ini belum banyak memperhatikan pembinaan percaya diri siswa dalam pembelajaran.

B.     Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan  pembelajaran kontekstual meteri interaksi manusia dengan lingkungan sosial mata  pelajaran IPS kelas VII SMPN 3 Panga Aceh Jaya.

C.      Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.    Bagaimana peningkatan percaya diri siswa dengan pendekatan  pembelajaran kontekstual materi interaksi manusia dengan lingkungan sosial di SMPN 3 Panga Aceh Jaya?
2.    Bagaimana penerapan pendekatan  kontekstual dalam pembelajaran IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan sosisal di SMPN 3 Paga Aceh Jaya?

D.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.
1.    Peningkatan percaya diri siswa dengan pendekatan  pembelajaran kontekstual materi interaksi manusia dengan lingkungan sosial di SMPN 3 Panga Aceh Jaya
2.    Bagaimana penerapan pendekatan  kontekstual dalam pembelajaran IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan sosisal di SMPN 3 Paga Aceh Jaya

E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran IPS secara teoritis maupun praktis.

1.    Secara teoritis
a.    Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah metode pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS.
b.    Memberikan wawasan dan berpikir ilmiah kepada peneliti khususnya dan berbagai pihak pada umumnya yang selanjutnya menindaklanjuti penelitian ini berdasarkan temuan-temuan hasil pembelajaran keterampilan informasi.

2.    Secara Praktis
a.    Bagi guru
Diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan mendapat wawasan serta keterampilan menggunakan pendekatan yang tepat dalam  pembelajaran IPS.

b.    Bagi siswa
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar IPS yang menarik dan memberikan kemungkinan bagi dirinya untuk memiliki percaya diri lebih baik.

c.    Bagi sekolah
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya mata pelajaran IPS.

F.     Asumsi Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun asumsi tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Pendekatan  kontekstual dalam pembelajaran materi interaksi manusia mata pelajaran IPS dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran.
2.    Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran materi interaksi manusia mata pelajaran IPS untuk meningkatkan percaya diri siswa dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran.

G.      Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindarkan terjadinya kesalah pahaman dan kekeliruan pembaca, maka berikut ini penulis menjelaskan penjelasan istilah yang terdapat dalam variabel judul tesis, sebagai berikut.
1.    Percaya Diri Siswa dalam Pembelajaran
Percaya diri menurut (Anwar, 2003) adalah meyakinkan diri pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sikap percaya diri dapat dilihat dari perbuatan atau perilaku yang dapat menyesuaikan diri dalam  situasi  sosial  yang  mencakup  perasaan, penalaran dan tindakan siswa terhadap aspek diri dan lingkungan di sekitarnya. Sikap tersebut muncul berdasarkan keyakinan diri sendiri dan semangat berdiri diatas kaki sendiri.
Dalam tesis ini penulis akan membatasi pendalaman pembahasannya pada percaya diri siswa dalam pembelajaran berupa kemampuan siswa berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu degan cara yang baik.

2.    Pendekatan  pembelajaran kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual menurut (Sanjaya, 2006) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dalam tesis ini penulis membatasi pendalaman pembahasannya pada pendekatan pembelajaran kontekstual yang bertujuan membantu siswa menemukan keterkaitan antara apa yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan nyata) yang mendorong mereka penuh percaya diri dalam mengikuti setiap langkah pembelajaran IPS melalui pendekatan kontekstual.

1 komentar: