Penulis : Ida Ayukade Dewi Rosalina, Wayan Lasmawan, Marhaeni
Th. Terbit, hal : Februari 2013: hlm. 1–10
Nama Jurnal :
e-Journal Program
Pascasar-jana Universitas Pendidikan Ganesha
Vol. No. Th. : 3, 1, 2014
A. Latar Belakang Masalah
Upaya tepat untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan. Namun,
padakenyataanya dunia pendidikan saat ini banyak dihadapkan pada masalah yang
berkaitan dengan mutu pendidikan, baik proses maupun produknya.
Pendidikan IPS
merupakan salah satu pembelajaran yang harus diberikan di sekolah dasar. Sesuai
dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan IPS adalah program pendidikan yang wajib diberikan di sekolah, baik
dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
Sayangnya, dalam
realitas praktik Sistem Pendidikan Nasional, status, kedudukan, dan fungsi IPS
justru termajinalkan. Akibatnya mutu pendidikan khususnya bidang IPS sangat
rendah. Oleh karena itu, perlu reorientasi dan pendekatan baru yang lebih efektif dalam pembelajaran IPS.
Konsekuensinya adalah siswa akan berusaha mencapai hasil dengan segala cara,
tidak dengan ketekunan, kejujuran, disiplin, dan kerja keras.
Bertolak dari
beberapa temuan di atas, tampaknya model pembelajaran STM cukup teruji
efektivitasnya dan dapat dijadikan sebagai alternatif strategis untuk
menyelesaikan permasalahan pada pembelajaran IPS terutama dalam hal
meningkatkan prestasi belajar IPS dan sikap sosial siswa di sekolah dasar.
Berdasarkan teori-teori yang ada, dari temuan-temuan empiris yang sudah
dilakukan, maka tujuan dari penelitian penelitian ini adalah :
1) untuk mengetahui perbedaan sikap sosial siswa
yang mengikuti pembelajaran IPS dengan pembelajaran model Sains-Teknologi-Masyarakat
(STM) daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan model konvensional
pada kelas IV SD Negeri Gugus II Bona, Gianyar
2) untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS yang mengikuti pembelajaran
dengan model Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran IPS dengan model konvensional pada kelas IV SD Negeri Gugus II
Bona, Gianyar
3) untuk mengetahui perbedaan
sikap sosial dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan model
pembela-jaran Sains- Teknologi-Masyarakat (STM).
Ilmu pengetahuan sosial
juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungan-nya, yaitu lingkungan
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya. Dari uraian diatas, secara umum pembelajaran IPS
bertujuan untuk melibatkan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya dengan
menumbuh kembangkan kesadaran dankepekaan tentang gejala dan masalah social.
B. Landasan Teori
Sementara itu, Yager (1996)
mengungkap-kan tujuan pengembanngan model STM dalam dimensi pembelajaran
adalah: (1) membekali dan melatih peserta didik seperangkat kemam-puan dan
keterampilan dalam merancang dan mendesain masa depan yang sesuai dengan
realitas sosial yang ada dan dihadapi, (2) melatih peserta didik untuk dapat
memformulasikan dan mengambil keputusan-keputusan sosial tekno-logi secara
akurat, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kemajuan IPTEK terhadap kehidupan
masyarakat, (3) membiasakan peserta didik untuk berpikir kreatif sehingga mampu
memahami implikasi IPTEK terhadap kehi-dupan masyarakat termasuk dampak negatif
positifnya, dan (4) membimbing peserta didik untuk merancang dan merencanakan
masa depan termasuk karirnya demi kehidupan yang lebih baik.
Pengembangan model STM
dalam pembelajaran IPS lambat laun akan menggeser model konvensional, dimana
pembelajaran cenderung berpusat pada guru sebagai otoritas tunggal
pembelajaran. Menurut Yager dan Pederson (dalam Astra Winaya 2009) tahap-tahap
pendekatan STM dalam pembelajaran adalah: (1) tahap apersepsi (inisiasi dan
eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah sosial-teknologi aktual yang ada di
masyarakat, (2) tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau
mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi,
(3) tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis
isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang
telah dipahami siswa, (4) tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan
pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa, dan (5) tahap
evaluasi, dapat berupa evaluai proses
maupun evaluasi hasil.
Pembelajaran IPS dengan
model STM mengacu pada konteks kegiatan transaksional dan kehidupan riil
masyarakat, yang merupakan reformasi dalam pembelajaran IPS yang telah
dilakukan di banyak negara. Model STM dapat mempertemukan antara kebutuhan
personal dan komunal untuk kemajuan dan kebertahanan hidup (Yager, 1996).
Perkembangan sains dan teknologi dapat
menimbulkan perubahan masyarakat. Caray (2010) mengatakan sikap adalah
kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan
sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan
yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial yang
dimaknai sebagai bentuk sikap yang diarahkan untuk kepentingan pengembangan
kompetensi sosial.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian eksperimen semu menggunakan non-equivalent posttest
only with control group design (Sugiyono, 2007:75). Desain
eksperimen semu dilakukan mengingat peneliti tidak mungkin
melakukan proses randomisasi baik dalam pemilihan subjek maupun pemilihan
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peneliti memilih subjek dan kelas sesuai
dengan kondisi kelas yang sudah ada. Variabel yang menjadai fokus dalam
penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran IPS yang digunakan dan dibandingkan
hasilnya dalam penelitian ini, yaitu model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan
model pembelajaran konvensional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
sikap sosial siswa dan prestasi belajar siswa. Data sikap sosial siswa
dikumpulkan dengan cara memberikan kuisioner skala sikap sosial yang merupakan
modifikasi dari skala Lickert.
. Berdaskan analisis uji coba
prestasi belajar IPS, karena koefesien validitas 1,00 lebih besar dari 0,70
(yang merupakan koefesien minimal yang boleh digunakan), maka instrumen
prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD ini bisa digunakan dalam penelitian.
D. Hasil Penelitian
Hasil rekapitulasi
analisis deskriptif data tentang model pembelajaran, sikap sosial data siswa
dan data prestasi belajar IPS siswa tersebut diperoleh deskripsi data secara
umum sebagai berikut.
Pertam efek utama ini dapat dilihat dari hasil analisis Manova untuk variabel
sikap sosial siswa, dari analisis data dengan bantuan SPSS diperoleh nilai F=
3,578 dan Sig = 0,063. Ini berarti Data ini menunjukkan bahwa F hitung > F
tabel. hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan
perbedaan yang signifikan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran
model STM dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional siswa
kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013. Rata-rata sikap sosial pada
kelompok eksperimen adalah 92,25 lebih tinggi dari rata-rata sikap sosial pada
kelompok kontrol yaitu 85,55.
Kedua Untuk prestasi belajar yakni F= 151,156 dan Sig = 0,106. Data ini
menunjukkan bahwa F hitung > F tabel. hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima,
sehingga dapat dinyatakan perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPS antara
siswa yang mengikuti pembelajaran model STM dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran model konvensional siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun
2012/2013. Rata-rata prestasi belajar IPS pada kelompok eksperimen adalah 21,58
lebih tinggi dari rata-rata prestasi belajar IPS pada kelompok kontrol yaitu
14,6.
Ketiga Uji hipotesis yang ke-tiga, yang menguji ada tidaknya pengaruh penerapan
model pembelajaran STM secara bersamaan terhadap sikap sosial dan prestasi
belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013, menunjukkan
harga F hitung untuk illai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace,
dan Roy’s Largest Root lebih kecil 0,05.
Berdasarkan data tersebut, maka hipotesis nol
yang menyatakan tidak ada pengaruh model STM terhadap sikap sosial dan prestasi
belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013, ditolak.
Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan tehadap sikap sosial dan
prestasi belajar IPS siswa setelah diterapkan model STM.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan secara
keseluruhan bahwa prestasi belajar IPS maupun sikap sosial siswa pada kelompok
pembelajaran model STM lebih tinggi daripada kelompok pembelajaran
konvensional. Temuan ini juga membuktikan bahwa model STM dalam pembelajaran
IPS dapat meningkatkan prestasi belajar IPS dan sikap sosial siswa kelas IV SD
Negeri Gugus II Bona, Gianyar tahun 2012/2013.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori
dan konsep dasar yang ada dalam pembelajaran STM bahwa anak dimungkinkan untuk
mengembangkan kemampuan berpi-kirnya. Pembelajaran STM memberikan peluang lebih
baik terhadap prestasi belajar IPS dan sikap sosial siswa dibandingkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran STM membuat siswa terlibat secara
aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah
atau isu sosial yang berkembang dimasyarakat.
Belajar dengan pengalaman
nyata sehari-hari, yang dilihat dan dialami akan membentuk siswa semakin
memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Dengan demikian,
akan tercipta pula kebermaknaan siswa dalam belajar serta siswa lebih senang
dalam melaksanakan proses belajar yang diatur sendiri, bekerja sama, kritis,
kreatif, serta membantunya untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang
lebih baik.
Berbeda dengan pembelajaran STM, pembela-jaran konvensional lebih didasari
oleh paham behaviouristik.
Pembelajaran konvensional lebih didomi-nasi
oleh guru daripada siswa. Sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung manja
dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Siswa hanya menerima pengetahuan
langsung tanpa mengetahui proses terbentuknya pengetahuan itu sendiri.
Pembelajaran lebih bersifat teoritis dan abstrak. Disamping itu, siswa kurang
memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan sikap sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar