Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

24 Oktober 2016

Anotasi Jurnal 8. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masya-rakat (STM) terhadap Sikap Sosial dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus II Bona, Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2012 /2013

8.    Anotasi Jurnal
Penulis            :  Ida Ayukade Dewi Rosalina, Wayan Lasmawan, Marhaeni

Th. Terbit, hal :  Februari 2013: hlm. 110
Nama Jurnal    : e-Journal Program Pascasar-jana Universitas Pendidikan Ganesha
Vol. No. Th.    :  3, 1, 2014

A.  Latar Belakang Masalah
Upaya tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan. Namun, padakenyataanya dunia pendidikan saat ini banyak dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan, baik proses maupun produknya.
Pendidikan IPS merupakan salah satu pembelajaran yang harus diberikan di sekolah dasar. Sesuai dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan IPS adalah program pendidikan yang wajib diberikan di sekolah, baik dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
Sayangnya, dalam realitas praktik Sistem Pendidikan Nasional, status, kedudukan, dan fungsi IPS justru termajinalkan. Akibatnya mutu pendidikan khususnya bidang IPS sangat rendah. Oleh karena itu, perlu reorientasi dan pendekatan baru  yang lebih efektif dalam pembelajaran IPS. Konsekuensinya adalah siswa akan berusaha mencapai hasil dengan segala cara, tidak dengan ketekunan, kejujuran, disiplin, dan kerja keras.
Bertolak dari beberapa temuan di atas, tampaknya model pembelajaran STM cukup teruji efektivitasnya dan dapat dijadikan sebagai alternatif strategis untuk menyelesaikan permasalahan pada pembelajaran IPS terutama dalam hal meningkatkan prestasi belajar IPS dan sikap sosial siswa di sekolah dasar. Berdasarkan teori-teori yang ada, dari temuan-temuan empiris yang sudah dilakukan, maka tujuan dari penelitian penelitian ini adalah :
1)    untuk mengetahui perbedaan sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan pembelajaran model Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan model konvensional pada kelas IV SD Negeri Gugus II Bona, Gianyar
2)    untuk mengetahui perbedaan prestasi   belajar IPS yang mengikuti pembelajaran dengan model Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan model konvensional pada kelas IV SD Negeri Gugus II Bona, Gianyar
3)    untuk mengetahui perbedaan sikap sosial dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan model pembela-jaran Sains- Teknologi-Masyarakat (STM).
          Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungan-nya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Dari uraian diatas, secara umum pembelajaran IPS bertujuan untuk melibatkan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya dengan menumbuh kembangkan kesadaran dankepekaan tentang gejala dan masalah social.

B.  Landasan Teori
       Sementara itu, Yager (1996) mengungkap-kan tujuan pengembanngan model STM dalam dimensi pembelajaran adalah: (1) membekali dan melatih peserta didik seperangkat kemam-puan dan keterampilan dalam merancang dan mendesain masa depan yang sesuai dengan realitas sosial yang ada dan dihadapi, (2) melatih peserta didik untuk dapat memformulasikan dan mengambil keputusan-keputusan sosial tekno-logi secara akurat, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kemajuan IPTEK terhadap kehidupan masyarakat, (3) membiasakan peserta didik untuk berpikir kreatif sehingga mampu memahami implikasi IPTEK terhadap kehi-dupan masyarakat termasuk dampak negatif positifnya, dan (4) membimbing peserta didik untuk merancang dan merencanakan masa depan termasuk karirnya demi kehidupan yang lebih baik.
             Pengembangan model STM dalam pembelajaran IPS lambat laun akan menggeser model konvensional, dimana pembelajaran cenderung berpusat pada guru sebagai otoritas tunggal pembelajaran. Menurut Yager dan Pederson (dalam Astra Winaya 2009) tahap-tahap pendekatan STM dalam pembelajaran adalah: (1) tahap apersepsi (inisiasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah sosial-teknologi aktual yang ada di masyarakat, (2) tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi, (3) tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang telah dipahami siswa, (4) tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa, dan (5) tahap evaluasi, dapat  berupa evaluai proses maupun evaluasi hasil.
             Pembelajaran IPS dengan model STM mengacu pada konteks kegiatan transaksional dan kehidupan riil masyarakat, yang merupakan reformasi dalam pembelajaran IPS yang telah dilakukan di banyak negara. Model STM dapat mempertemukan antara kebutuhan personal dan komunal untuk kemajuan dan kebertahanan hidup (Yager, 1996).
 Perkembangan sains dan teknologi dapat menimbulkan perubahan masyarakat. Caray (2010) mengatakan sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial yang dimaknai sebagai bentuk sikap yang diarahkan untuk kepentingan pengembangan kompetensi sosial.

C.  Metode Penelitian
           Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu menggunakan non-equivalent posttest only with control group design (Sugiyono, 2007:75). Desain eksperimen semu dilakukan mengingat peneliti tidak mungkin melakukan proses randomisasi baik dalam pemilihan subjek maupun pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Peneliti memilih subjek dan kelas sesuai dengan kondisi kelas yang sudah ada. Variabel yang menjadai fokus dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran IPS yang digunakan dan dibandingkan hasilnya dalam penelitian ini, yaitu model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan model pembelajaran konvensional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap sosial siswa dan prestasi belajar siswa. Data sikap sosial siswa dikumpulkan dengan cara memberikan kuisioner skala sikap sosial yang merupakan modifikasi dari skala Lickert.
        . Berdaskan analisis uji coba prestasi belajar IPS, karena koefesien validitas 1,00 lebih besar dari 0,70 (yang merupakan koefesien minimal yang boleh digunakan), maka instrumen prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD ini bisa digunakan dalam penelitian.

D.  Hasil Penelitian
            Hasil rekapitulasi analisis deskriptif data tentang model pembelajaran, sikap sosial data siswa dan data prestasi belajar IPS siswa tersebut diperoleh deskripsi data secara umum sebagai berikut.
Pertam efek utama ini dapat dilihat dari hasil analisis Manova untuk variabel sikap sosial siswa, dari analisis data dengan bantuan SPSS diperoleh nilai F= 3,578 dan Sig = 0,063. Ini berarti Data ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel. hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan perbedaan yang signifikan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran model STM dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013. Rata-rata sikap sosial pada kelompok eksperimen adalah 92,25 lebih tinggi dari rata-rata sikap sosial pada kelompok kontrol yaitu 85,55.
Kedua Untuk prestasi belajar yakni F= 151,156 dan Sig = 0,106. Data ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel. hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran model STM dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013. Rata-rata prestasi belajar IPS pada kelompok eksperimen adalah 21,58 lebih tinggi dari rata-rata prestasi belajar IPS pada kelompok kontrol yaitu 14,6.
Ketiga Uji hipotesis yang ke-tiga, yang menguji ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran STM secara bersamaan terhadap sikap sosial dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013, menunjukkan harga F hitung untuk illai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root lebih kecil 0,05.
Berdasarkan data tersebut, maka hipotesis nol yang menyatakan tidak ada pengaruh model STM terhadap sikap sosial dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona tahun 2012/2013, ditolak. Dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan tehadap sikap sosial dan prestasi belajar IPS siswa setelah diterapkan model STM.
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan secara keseluruhan bahwa prestasi belajar IPS maupun sikap sosial siswa pada kelompok pembelajaran model STM lebih tinggi daripada kelompok pembelajaran konvensional. Temuan ini juga membuktikan bahwa model STM dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar IPS dan sikap sosial siswa kelas IV SD Negeri Gugus II Bona, Gianyar tahun 2012/2013.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori dan konsep dasar yang ada dalam pembelajaran STM bahwa anak dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berpi-kirnya. Pembelajaran STM memberikan peluang lebih baik terhadap prestasi belajar IPS dan sikap sosial siswa dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran STM membuat siswa terlibat secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah atau isu sosial yang berkembang dimasyarakat.
            Belajar dengan pengalaman nyata sehari-hari, yang dilihat dan dialami akan membentuk siswa semakin memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Dengan demikian, akan tercipta pula kebermaknaan siswa dalam belajar serta siswa lebih senang dalam melaksanakan proses belajar yang diatur sendiri, bekerja sama, kritis, kreatif, serta membantunya untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik.
Berbeda dengan pembelajaran STM, pembela-jaran konvensional lebih didasari oleh paham behaviouristik.

Pembelajaran konvensional lebih didomi-nasi oleh guru daripada siswa. Sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung manja dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Siswa hanya menerima pengetahuan langsung tanpa mengetahui proses terbentuknya pengetahuan itu sendiri. Pembelajaran lebih bersifat teoritis dan abstrak. Disamping itu, siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan sikap sosialnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar