Penulis : Setyowati, Meinani Dwi; Achmad A. Hinduan
Th. Terbit, hal : Januari
2009 ,27-31
Nama jurnal : Berkala Fisika Indonesia
Vol. No. Th. : 1, 2; 2009
A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Campbell
(1990) dalam penelitian tindakan kelas yang berdasarkan kecerdasan ganda, dan
dilaksanakan selama tahun ajaran 1989/1990 pada tiga kelas siswa tingkat dasar
dengan tujuh pusat belajar di Marysville, Amerika Serikat, menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan, sikap dan perilaku belajar siswa. Siswa belajar
dengan membaca, menulis, komputer, memecahkan masalah, bergerak ,bernyanyi dan
bermusik, serta melalui beragam bentuk seni. Dalam studi kasus yang
dilaksanakan oleh Ali (1998:1-3) dijelaskan adanya hubungan antara gaya
penulisan dengan teori kecerdasan ganda, sehingga didapat strategi yang tepat
dalam proses penulisan untuk siswa dari berbagai macam latar belakang dan dari
berbagai macam kemampuan.
Chan
(2000) dalam penelitian tentang belajar dan mengajar dalam pandangan teori
kecerdasan ganda: implikasi dari reformasi kurikulum di Honghong menyatakan
bahwa penerapan teori kecerdasan ganda dalam proses pembelajaran, kurikulum
Hongkong dan penilaian dapat meningkatkan pemahaman, kinerja dan prestasi
belajar peserta didik.
Penerapan
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan hasil belajar
fisika peserta didik di Sekolah Menengah Atas didasarkan pada pemikiran untuk
memenuhi tiga visi yaitu: (1) mencocokkan pembelajaran dengan cara belajar
peserta didik, (2) mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan
membangun seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki semaksimal mungkin, dan (3)
menghargai keragaman.
rumusan
masalah sebagai berikut : (1) apakah dengan metode explicit instruction atau
EI, peserta didik matematis-logis dapat memperoleh hasil belajar yang
lebih tinggi dibandingkan peserta didik verbal-linguistik dan kinestetik-
badani (2) apakah dengan metode cooperative integrated reading and
composition atau CIRC peserta didik verbal-linguistik dapat memperoleh
hasil belajar yang lebih tinggi, dibandingkan dengan peserta didik
matematis-logis dan kinestetik- badani, dan (3) apakah dengan metode student
facilitator and explaining atau SFE peserta didik kinestetik- badani dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
matematis-logis dan verbal-linguistik.
B. Landasan Teori
Menurut
Gardner (2003:23-25) kecerdasan seseorang mempunyai sembilan aspek yang disebut
dengan istilah kecerdasan majemuk. Kesembilan aspek itu adalah kecerdasan
verbal-linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan kinestetik badani, kecerdasan
spasial (ruang-tempat), kecer-dasan
bermusik, kecerdasan interpersonal, kecer-dasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial.
Explicit
Instruction (EI)
atau pembelajaran langsung yaitu pembelajaran yang dirancang untuk
mengembangkan tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif yang dapat
diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah, yaitu: (1) menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan peserta didik, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan
ketrampilan, (3)
membimbing pelatihan, (4) mengecek
pemaha-man
dan memberikan umpan balik, (5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
(Depdiknas, 2007:215).
Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah sebuah metode yang
memadukan antara keterampilan terpadu membaca dan menulis untuk memahami
materi. Pada metode ini pendidik melakukan rangkaian tahapan sebagai berikut:
(1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang, (2) memberikan wacana atau
kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) peserta didik bekerja sama saling
membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana, (4)
mempresentasikan dan membacakan hasil kelompok, dan (5) membuat kesimpulan
bersama.Peserta didik bekerja dalam tim untuk menyelidiki bahan, mene-mukan informasi,
memecahkan masalah, mendis-kusikan
buku, menulis cerita, menyelesaikan proyek-proyek dan mengajar satu sama lain.
Metode ini dimungkinkan dapat efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil
belajar pada peserta didik verbal-linguistik yang memiliki kelebihan kemampuan
dalam menggunakan kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis
(Depdiknas,2007: 216).
Student
Facilitator and Explaining (SFE)
adalah metode yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk mempresentasikan
ide atau gagasan dan pendapat pada peserta didik lainnya. Pada metode ini
pendidik melakukan rangkaian tahapan sebagai berikut: (1) pendidik menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai, (2) pendidik mendemonstrasikan dan
menyajikan materi, (3) memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan
kepada peserta didik lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep, (4)
pendidik menyimpulkan ide atau pendapat dari peserta didik, dan (5) pendidik
menerangkan semua materi yang disajikan saat itu (Depdiknas, 2007:214).
C. Metode Penelitian
Metode
pembelajaran dalam penelitian ini disampaikan dalam tiga bentuk yaitu model explicit
instruction (EI), cooperative integrated reading and composition (CIRC)
dan student facilitator and explaining (SFE).Penelitian ini menggunakan
desain penelitian eksperimen yaitu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih (Wiriaatmadja, 2008:194).
Intrumen penelitian
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : (1) menyusun kisi-kisi, (2) analisis
butir soal dengan menguji validitas dan reliabilitas.Materi yang diberikan
meliputi suhu, kalor, optik dan listrik dinamis yang merupakan materi fisika
semester genap untuk kelas X Sekolah Menengah Atas. Teknik analisis data
terbagi menjadi dua yaitu uji peryaratan analisis yang meliputi uji
linearitas,uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas (Sudarmanto, 2005:124), serta selanjutnya pengujian
hipotesis.
Untuk
menguji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, berikut
uji F untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap hasil
belajar fisika, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata untuk mengetahui hasil
belajar fisika mana yang lebih tinggi. Semua pengujian dalam penelitian ini
dilakukan pada taraf signifikansi (α) = 5 %. Perhitungan dalam analisis diatas
menggunakan SPSS versi 15.0 dan MS Excel 2003.
D. Hasil Penelitian
Pada pengujian persyaratan analisis, hasil
perhitungan normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, karena
nilai asymp. Sign-nya lebih besar daripada 0,05, tidak menunjukkan adanya
multikolinearitas, tidak terdapat adanya gejala heteroskedastisitas dan tidak
terjadi autokorelasi.
Hipotesis dalam penelitian ini dibuktikan dengan
menggunakan uji beda rata-rata dan hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1)
peserta didik matematis-logis bila diajar dengan metode EI memperoleh hasil
yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan verbal-linguistik, namun tidak
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil peserta didik
kinestetik-badani, (2) peserta didik verbal-linguistik bila diajar dengan
metode CIRC memperoleh hasil yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil peserta didik matematis-logis dan kinestetik-badani, (3) peserta didik
kinestetik-badani dengan metode SFE memperoleh hasil tidak signifikan lebih
tinggi dibanding dengan hasil peserta didik matematis-logis dan
verbal-linguistik.
Pada hasil regresi linear berganda, diketa-hui bahwa
ketiga metode tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil belajar berdasarkan nilai uji F sebesar 25,832 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,00 pada peserta didik matematis-logis, nilai uji F
sebesar 4,566 dengan nilai signifikansi sebesar 0,10 pada peserta didik
verbal-linguistik dan nilai uji F sebesar 7,338 dengan nilai signifi-kansi
sebesar 0,009 pada peserta d Pada deskripsi data telah diungkapkan bahwa
rata-rata nilai untuk metode EI pada peserta didik matematis-logis lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik verbal-linguistik , dan pada uji beda
rata-rata diperoleh hasil yang signifikan.
Sedangkan pada peserta didik matematis-logis dan
peserta didik kinestetik-badani tidak ada perbedaan secara signifikan walaupun
rerata untuk peserta didik matematis-logis sedikit lebih besar dari pada
peserta didik kinestetik-badani. Artinya secara umum metode EI tidak signifikan
berbeda untuk ketiga kelompok kecerdasan. Perbedaan ini ada kemungkinan
disebabkan oleh kesalahan klasifikasi kecerdasan yang digunakan dimung-kinkan
belum sepenuhnya mengukur secara tepat pada masing-masing kelompok dan pada
alat uji kompetensi yang dimungkinkan masih ada kesalahan.
Diduga pula metode pembe-lajaran yang digunakan
untuk masing-masing kelompok dapat digunakan secara bersama-sama dengan
kelompok kecerdasan yang lain. Dimungkinkan kecerdasan intrapersonal dipe-ngaruhi
oleh kecerdasan lain, seperti verbal linguistik dan matematis logis (Gardner,
2003:72).
Pada metode CIRC hasil belajar peserta didik verbal-
linguistik lebih tinggi daripada peserta didik matematis – logis dan
kinestetik-badani. Baik pada perhitungan nilai rata-rata maupun pada uji beda
rata-rata, sehingga dapat diartikan bahwa metode CIRC lebih sesuai untuk
peserta didik dengan kecerdasan verbal-linguistik. Pada metode SFE, hasil
belajar peserta didik kinestetik-badani tidak berbeda secara signifikan dibandingkan
dengan hasil peserta didik verbal-linguistik dan matematis-logis. Demikian juga
hasil belajar peserta didik verbal-linguistik tidak berbeda secara signifikan
dibandingkan hasil belajar peserta didik matematis-logis. Hal ini dapat
diartikan bahwa metode SFE tidak menunjukkan perbedaan apabila diterapkan pada
ketiga peserta didik tersebut.
Sip mantap cucok
BalasHapus