Penulis : Fitri Winda Yani
Th. Terbit, hal : Oktober 2015, 115-122
Nama Jurnal :
Jurnal Pendidikan IPS (INTERAKSI)
Vol. No. Th. : 02,02, 2015
A.
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Jurnal ini memaparkan penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe TGT (teams Games Tournament). Hal ini karena guru
terbiasa menjelaskan dengan metode ceramah di mana guru mendominasi kegiatan
pembelajaran. Siswa menjadi kurang maksimal menyerap materi yang diberikan
karena proses pembe-lajaran yang terjadi hanya satu arah. Siswa belum menguasai
konsep-konsep utama dari materi yang diberikan dan hanya bersifat hafalan.
Selain itu, siswa juga tidak bisa bekerja-sama dan bertukar pikiran denga teman
sebayanya.
Banyak model-model pembelajaran yang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pemebejaran yang dapat
diterapkan adalah Model Tipe Teams Games
Tournament (TGT). Tipe TGT merupakan
salah satu model pembelajaran di aman siswa belajar dalam kelompok sehingga
siswa mempunyai kesem-patan untuk
bertukar pikiran dengan teman kelompoknya yang mengakibatkan proses belajar
mengajar lebih menarik dan siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan.
Keunggulan TGT dibandingkan dengan tipe belajar
kelompok lainnya adalah adanya permainan atau game yang diadakan pada akhir
minggu atau akhir unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok
mengerjakan lembar kerja. Selain itu karakteristik siswa seperti kurang
berperan aktifnya siswa dalam proses pembelajaran memungkinkan diterap-kannya
model pembelajaran tipe TGT.
Diharapkan dengan penerapan TGT dapat menimbulkan
semangat belajar keaktifan siswa sehingga pada gilirannya prestasi belajar
siswa yang menjadi tujuan dapat terpenuhi.
B.
Landasan Teori
Tipe TGT membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tingkat kemampuan siswa, dan etnis. Model
pembelajaran tipe TGT memposi-sikan guru sebagai fasislitator. Guru memberi
bantuan kepada siswa pada tahap-tahap awalnya saja dan mengurangi bantuan serta
memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Hal ini menuntut setiap
siswa untuk aktif dalam proses belajar.
Dalam TGT juga terdapat adanya unsur permainan yang
diyakini akan membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan sehingga prestasi
belajar siswa dapat meningkat. Tipe TGT juga didasari atas tujuan pendidikan
IPS yang terdapat dalam Permendikbud No.58
Ttahun 2014 yang menekankan pada pema-haman tentang bangsa, semangat
kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang
atau wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep
ruang, koneksi antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat di mana manusia
beraktivitas, koneksi antar ruang menggam-barkan mobilitas manusia antara satu
tempat ke tempat yang lain, dan waktu menggambarkan mobilitas manusia antara
satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa kehidu-pan manusia itu
terjadi.
Selain itu tipe TGT juga sesuai dengan hakikat IPS
yang dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies
yang beroientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar,
rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap
lingkungan sosial.
C.
Metode Penelitian
Penelitian yang dipake adalah jenis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 SMPN
3 Luhak Nan Duo Tahun Pelajaran 2014/2015. Kelas VII.1 dipilih berdasarkan
beberapa alasan, diantaranya adalah b ahwa rata-rata kelas yang paling rendah,
guru masih menggunakan metode ceramah.
Perlu dicoba model pembelajaran koope-ratif yang
melibatkan peserta didik secara aktif, tingkat kemampuan siswa yang berbeda,
etnis yang beragam (Minang, Jawa, dan Batak), serta perbandingan jumlah siswa
laki-laki dan perem-puan yang cukup imbang. Pada penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai guru sekaligus peneliti dengan menggandeng guru lain sebagai
observer.
D.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian di kelas VIII.1 SMPN 3 Luhak Nan
Duo Pasaman Barat, Sumatera Barat, menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif
tipe TGT sudah berhasil sehingga meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar prasiklus menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes,
9 siswa mencapai nilai KKM, sedangkan 15 siswa lainnya belum mencapai nilai
KKM.
Ketuntasan
klasikal pada prasiklus sebesar 37,5%. Setelah dilaksanakan model kooperatif
tipe TGT, pada siklus 1 dari 24 siswa yang mengikuti tes, 18 siswa sudah
mencapai nilai KKM, sedangkan 6 siswa lainnya belum mencapai nilai KKM.
Ketuntasan klasikal pada siklus 1 adalah 75%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah
terjadi peningkatan prestasi belajar siswa karena ketuntasan klasikalnya naik
sebesar 37,5 % meskipun berdasarkan hasil tersebut, penerapan model kooperatif
tipe TGT belum berhasil dilanjutkan ke siklus 2.
Setelah dilakukan analisis kekurangan-kekurangan
yang terjadi pada siklus 1 dan memperbaikinya pada siklus 2, maka hasil
prestasi belajar pada siklus 2 menunjukkan peningkatan. Perbaikan-perbaikan
yang dilaku-kan pada siklus 2 adalah lebih memotivasi siswa tentang pentingnya
kerja sama dalam kelompok, mengingatkan siswa kembali untuk fokus pada
prosesmpembelajaran, pelaksanaan TGT dan tes prestasi belajar dilaksanakan pada
jam yang sama.
Pada siklus 2, 23 siswa mencapai nilai KKM dan 1
siswa belum mencapai nilai KKM dari 24 siswa yang mengikuti tes. Ketuntasan
klasikal pada siklus 2 adalah 95,83%. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan
pada ketuntasan klasikal dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,83%.
Penerapan model TGT di kelas VII.1 SMPN 3 Luhak Nan
Duo, Sumatera Barat, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini
dibuktikan dengan kenaikan presentase klasikal aktivitas belajar pada siklus 2
dibandingkan dengan siklus 1. Pada siklus 1, presentase klasikal aktivitas
belajar siswa sebesar 89,16%. Pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan aktivitas
belajar siswa pada setiap indikatornya.
Aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan
cukup tinggi terdapat pada indi-kator mendengarkan dengan baik penjelasan guru
dari skor 83 menjadi 96, siswa mende-ngarkan pendapat teman ketika diskusi
berlang-sung dari skor 80 menjadi 92, dan siswa mencatat penjelasan guru dan
hasil diskusi dari skor 80 menjadi 96.
Setelahmenganalisis kekurangan-kekura-ngan yang
terjadi pada siklus 1 dan memper-baikinya pada siklus 2, maka presentase
klasikal aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 94,38%. Ini berarti terjadi
peningkatan presen-tase klasikal aktivitas belajar siswa sebesar 5,22%.
Indikator aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan cukup tinggi
adalah mampu menjawab pertanyaan guru dari skor 86 menjadi 92, siswa mampu
memberikan pendapat ketika diskusi berlangsung dari skor 81 menjadi 88, dan
siswa mampu memecahkan masalah ketika turnamen berlangsung dari skor 85 menjadi
92.
Peningkatan aktivitas
belajar siswa tersebut berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar karena
terpenuhinya indikator-indikator yang menjadi acuan aktivitas belajar
siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar