Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

24 Oktober 2016

Anotasi Jurnal 14. Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam Pembelajaran IPS Materi Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMPN 3 Luhak Nan Duo

14.    Anotasi Jurnal
Penulis                 :  Fitri Winda Yani
Th. Terbit, hal      :  Oktober 2015, 115-122
Nama Jurnal        : Jurnal Pendidikan IPS (INTERAKSI)

Vol. No. Th.        :  02,02, 2015

A.    Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Jurnal ini memaparkan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT (teams Games Tournament). Hal ini karena guru terbiasa menjelaskan dengan metode ceramah di mana guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi kurang maksimal menyerap materi yang diberikan karena proses pembe-lajaran yang terjadi hanya satu arah. Siswa belum menguasai konsep-konsep utama dari materi yang diberikan dan hanya bersifat hafalan. Selain itu, siswa juga tidak bisa bekerja-sama dan bertukar pikiran denga teman sebayanya.
Banyak model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pemebejaran yang dapat diterapkan  adalah Model Tipe Teams Games Tournament (TGT).  Tipe TGT merupakan salah satu model pembelajaran di aman siswa belajar dalam kelompok sehingga siswa  mempunyai kesem-patan untuk bertukar pikiran dengan teman kelompoknya yang mengakibatkan proses belajar mengajar lebih menarik dan siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan.
Keunggulan TGT dibandingkan dengan tipe belajar kelompok lainnya adalah adanya permainan atau game yang diadakan pada akhir minggu atau akhir unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerja. Selain itu karakteristik siswa seperti kurang berperan aktifnya siswa dalam proses pembelajaran memungkinkan diterap-kannya model pembelajaran tipe TGT.
Diharapkan dengan penerapan TGT dapat menimbulkan semangat belajar keaktifan siswa sehingga pada gilirannya prestasi belajar siswa yang menjadi tujuan dapat terpenuhi.

B.     Landasan Teori
Tipe TGT membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tingkat kemampuan siswa, dan etnis. Model pembelajaran tipe TGT memposi-sikan guru sebagai fasislitator. Guru memberi bantuan kepada siswa pada tahap-tahap awalnya saja dan mengurangi bantuan serta memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Hal ini menuntut setiap siswa untuk aktif dalam proses belajar.
Dalam TGT juga terdapat adanya unsur permainan yang diyakini akan membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Tipe TGT juga didasari atas tujuan pendidikan IPS yang terdapat dalam Permendikbud No.58  Ttahun 2014 yang menekankan pada pema-haman tentang bangsa, semangat kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat di mana manusia beraktivitas, koneksi antar ruang menggam-barkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat yang lain, dan waktu menggambarkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa kehidu-pan manusia itu terjadi.
Selain itu tipe TGT juga sesuai dengan hakikat IPS yang dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies yang beroientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.

C.    Metode Penelitian
Penelitian yang dipake adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 SMPN 3 Luhak Nan Duo Tahun Pelajaran 2014/2015. Kelas VII.1 dipilih berdasarkan beberapa alasan, diantaranya adalah b ahwa rata-rata kelas yang paling rendah, guru masih menggunakan metode ceramah.
Perlu dicoba model pembelajaran koope-ratif yang melibatkan peserta didik secara aktif, tingkat kemampuan siswa yang berbeda, etnis yang beragam (Minang, Jawa, dan Batak), serta perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perem-puan yang cukup imbang. Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru sekaligus peneliti dengan menggandeng guru lain sebagai observer.

D.    Hasil Penelitian
Hasil penelitian di kelas VIII.1 SMPN 3 Luhak Nan Duo Pasaman Barat, Sumatera Barat, menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe TGT sudah berhasil sehingga meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Prestasi belajar prasiklus menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes, 9 siswa mencapai nilai KKM, sedangkan 15 siswa lainnya belum mencapai nilai KKM.
 Ketuntasan klasikal pada prasiklus sebesar 37,5%. Setelah dilaksanakan model kooperatif tipe TGT, pada siklus 1 dari 24 siswa yang mengikuti tes, 18 siswa sudah mencapai nilai KKM, sedangkan 6 siswa lainnya belum mencapai nilai KKM. Ketuntasan klasikal pada siklus 1 adalah 75%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa karena ketuntasan klasikalnya naik sebesar 37,5 % meskipun berdasarkan hasil tersebut, penerapan model kooperatif tipe TGT belum berhasil dilanjutkan ke siklus 2.
Setelah dilakukan analisis kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1 dan memperbaikinya pada siklus 2, maka hasil prestasi belajar pada siklus 2 menunjukkan peningkatan. Perbaikan-perbaikan yang dilaku-kan pada siklus 2 adalah lebih memotivasi siswa tentang pentingnya kerja sama dalam kelompok, mengingatkan siswa kembali untuk fokus pada prosesmpembelajaran, pelaksanaan TGT dan tes prestasi belajar dilaksanakan pada jam yang sama.
Pada siklus 2, 23 siswa mencapai nilai KKM dan 1 siswa belum mencapai nilai KKM dari 24 siswa yang mengikuti tes. Ketuntasan klasikal pada siklus 2 adalah 95,83%. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan pada ketuntasan klasikal dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,83%.
Penerapan model TGT di kelas VII.1 SMPN 3 Luhak Nan Duo, Sumatera Barat, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan presentase klasikal aktivitas belajar pada siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1. Pada siklus 1, presentase klasikal aktivitas belajar siswa sebesar 89,16%. Pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap indikatornya.
Aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan cukup tinggi terdapat pada indi-kator mendengarkan dengan baik penjelasan guru dari skor 83 menjadi 96, siswa mende-ngarkan pendapat teman ketika diskusi berlang-sung dari skor 80 menjadi 92, dan siswa mencatat penjelasan guru dan hasil diskusi dari skor 80 menjadi 96.
Setelahmenganalisis kekurangan-kekura-ngan yang terjadi pada siklus 1 dan memper-baikinya pada siklus 2, maka presentase klasikal aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 94,38%. Ini berarti terjadi peningkatan presen-tase klasikal aktivitas belajar siswa sebesar 5,22%. Indikator aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan cukup tinggi adalah mampu menjawab pertanyaan guru dari skor 86 menjadi 92, siswa mampu memberikan pendapat ketika diskusi berlangsung dari skor 81 menjadi 88, dan siswa mampu memecahkan masalah ketika turnamen berlangsung dari skor 85 menjadi 92.
Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar karena terpenuhinya indikator-indikator yang menjadi acuan aktivitas belajar siswa.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar