Penulis : Putri Risthantri
Th. Terbit, hal : Februari 2010: hlm. 1–9
Nama Jurnal :
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Vol. No. Th. : 2, 2, 2010
Penelitian
ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perilaku sopan santun peserta didik; (2) mengetahui hubungan antara ketaatan
beribadah dengan perilaku sopan santun peserta didik; (3) mengetahui hubungan
antara pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan
perilaku sopan santun peserta didik di SMP Negeri se Kecamatan Ngaglik
Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan
desain korelasional.
Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, dan SMP Negeri 4
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
2014 sampai Juni 2015. Populasi sebanyak 1.767 siswa. Sampel diambil secara simple
random sampling. Data dikumpulkan melalui angket. Uji validitas menggu-nakan
validitas konstrak dengan model Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Analisis data meliputi analisis deskriptif, pengujian persyaratan analisis, dan
pengujian hipotesis.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan
antara pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun peserta didik; (2) ada
hubungan yang positif dan signifikan antara ketaatan beribadah dengan perilaku
sopan santun peserta didik; (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara
pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan perilaku
sopan santun peserta didik.
A.
Latar
Belakang Masalah
Sikap tidak menghormati
dan tidak menghargai orang lain, bahkan sampai mela-kukan tidakan bullying termasuk
penyerangan terhadap kelompok remaja lain memperlihat-kan remaja telah jauh
dari kebiasaan berlaku sopan santun. Dari tiga kota pelaksanaan sur-vei
mengenai gambaran bullying di sekolah, Yogyakarta mencatat angka
tertinggi diban-ding Jakarta dan Surabaya. Ditemukan kasus bullying di
70, 65 persen SMP dan SMU di Yogyakarta.
Psikolog Universitas
Indonesia (UI) Ratna Juwita, yang melakukan penelitian ini, mengatakan,
tingginya kasus bullying di Yogyakarta belum diketahui sebabnya (http://
nasional.kompas.com, diakses tanggal 12 Juni 2015). Kondisi tersebut tentu
kontraproduktif dengan upaya membangun moral bangsa. Da-lam hal ini perlu
adanya revitalisasi nilai-nilai moral untuk membangun karakter bangsa.
Sebagai bentuk optimisme,
pemerin-tah Indonesia telah menetapkan pembangunan karakter sebagai salah satu
target yang harus direalisasikan ditengah program pembangun-an lainnya,
contohnya dengan memberikan pendidikan karakter (La Raman dan Zamroni, 2014,
p.14). Namun hal ini perlu adanya kerjasama antara pemerintah, orang tua dan
sekolah agar nilai-nilai moral mewujud dalam sikap dan perilaku anak, salah
satunya ditun-jukkan dengan perilaku sopan santun.
Sopan santun merupakan
perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pe-ngalaman, pendidikan,
dan teladan dari orang tua, guru, para pemuka agama, serta tokoh-tokoh
masyarakat. Sopan santun merupakan tata krama dalam kehidupan sehari-hari
se-bagai cerminan kepribadian dan budi pekerti luhur yang di dalam Islam lebih
dikenal dengan konsep akhlak (Marzuki, 2009, p.8).
Sopan santun juga
merupakan cerminan akhlak yang dapat dicapai melalui proses pembelajaran anak
di sekolah. Transfer pengetahuan yang diukur dengan nilai belum mampu membentuk
pribadi yang berakhlak mulia. Sopan santun justru bergantung pada bagaimana
proses pembinaan akhlak anak. Akhlak selalu melekat dan tampak dalam bentuk
perbuatan (Mu’niah, 2011, p.104).
Bentuk tingkah laku sosial
anak, se-perti sikapnya terhadap orang lain dan ke-lompok orang sebagian besar
berasal dari apa yang dipelajari. Sikap ini diperoleh dari pe-nyesuaian sosial,
khususnya tata cara kehi-dupan keluarganya. Sikap dasar sosial yang didapat ini
kelak masih dapat berubah, dise-babkan oleh pengalaman yang terjadi
(Noto-soedirdjo & Latipun, 2011, p.208). Sopan santun yang dimiliki
anak-anak sebagian besar terbentuk melalui pendidikan keluarga. Sejak dari
bangun tidur hingga akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan
pendidikan dari lingkungan keluarga. Pola kepemimpinan orang tua dalam keluarga
akan mem-pengaruhi perilaku dan sopan santun anak.
Pembentukan sopan santun dimulai dari
keluarga. Anak akan meniru perilaku orang tua dalam kehidupan sehar-hari. Anak
yang mempunyai perilaku sopan pada umumnya berasal dari keluarga yang juga
sopan, demikian pula sebaliknya anak yang mempunyai perilaku kasar tentunya
perilaku keluarga juga kasar. Upaya menanamkan sopan santun di dalam keluarga
yaitu dengan cara orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan
santun di depan anak. Demikian pula di sekolah, guru harus memberikan contoh
perilaku sopan santun. Masalahnya, guru pada umumnya lebih fokus pada
pencapaian prestasi akademik semata (Ujiningsih dan Antoro, 2010, p.2).
B.
Landasan Teori
1. Pola
Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sopan Santun
Hasil penelitian
didapatkan pola asuh orang tua mempunyai hubungan positif de-ngan perilaku
sopan santun. Semakin baik po-la asuh orang tua semakin baik pula perilaku
sopan santun siswa, begitu juga sebaliknya semakin kurang pola asuh orang tua
semakin berkurang pula perilaku sopan santun siswa.
Orang tua akan menerapkan
pola asuh tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing anak. Orang
tua berupaya me-nanamkan kesopanan anak dengan meletak-kan nilai-nilai dan
norma ke dalam diri anak sehingga anak memiliki kesopanan. Orang tua memberikan
contoh dan keteladanan dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dan
merealisasikan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
Moral merupakan acuan
universal dalam bertingkah laku. Istilah “moral” mempunyai dua arti, yang
pertama bertalian dengan kemampuan seseorang untuk memahami moralitas maupun
kemampuan untuk membuat keputusan moral, sedangkan yang kedua bertalian dengan
penampilan yang senyatanya dari tindakan moral. Santrock (2010, p.373)
menjelasakan sebagai berikut.
Moral competencies include
what in-dividuals are capable of doing, what they know,
their skills, their aware-ness of moral rules and regulations, and their
cognitive ability to construct behaviors.
Kompetensi moral termasuk
apa yang orang mampu lakukan dan ketahui, keteram-pilan, kesadaran terhadap
aturan untuk mem-bangun perilaku. Menurut Lerner, et al (2003, p.247), “...in
which children’s moral values develop out of a unilateral respect for
authority, to an autonomous stage, in which conceptions of reciprocity and
equality emerge”. Pada masa anak-anak moral juga berkembang dari rasa
hormat menjadi semua orang adalah sama.
Nilai-nilai moral dalam
masyarakat bersumber pada nilai agama yang diyakini oleh suatu kelompok. Moral
di dalam agama lebih dikenal dengan istilah akhlak. Batasan akhlak di dalam
agama Islam, baik akhlak terhadap Sang Pencipta, sesama manusia maupun terhadap
alam telah ditentukan oleh Alquran dan hadis sehingga manusia dapat menjadikan
kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakhlak. Sumber untuk menentukan akhlak
dalam Islam, apakah termasuk akhlak yang baik atau akhlak yang tercela,
sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya adalah Alquran dan Sunnah Nabi
Muhammad (Marzuki, 2009, p.19).
Alquran sebagai sumber
akhlak da-lam Islam. Berikut ini salah satu ayat mengenai akhlak:
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang meng-harap
(rahmat) Allah dan (kedatang-an) hari kiamat dan dia banyak me-nyebut Allah”.
(Q.S. Al- Ahzab 33:21).
2. Ketaatan
Beribadah dengan Perilaku Sopan Santun
Hasil penelitian
didapatkan ketaatan beribadah mempunyai hubungan positif dengan perilaku sopan
santun. Semakin tinggi ketaatan beribadah siswa semakin baik pula perilaku
sopan santun siswa, begitu juga sebaliknya semakin rendah ketaatan beribadah
siswa semakin berkurang pula perilaku sopan santun siswa.
Ketaatan beribadah anak
akan terlihat dari perilakunya dalam sehari-hari baik di lingkungan masyarakat
ataupun lingkungan sekolah. Ketaatan beribadah bukanlah sebagai rangkaian
ritual semata akan tetapi mengandung nilai-nilai luhur yang dapat membawa
manusia pada ketenangan dan kebaha-giaan jiwa.
3. Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua dan Ketaatan Beribadah terhadap Perilaku
Sopan Santun
Ketaatan beribadah juga
memotivasi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas yang berdasarkan
nilai-nilai agama. Motivasi mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan maupun
berkorban seperti tolong menolong dan sebagainya. Ketaatan beribadah yang
dilakukan oleh seorang anak dapat memberikan motivasi dalam melakukan suatu
perbuatan yang baik. Nilai-nilai keagamaan berhu-bungan positif dengan kesopanan anak.
Hal ini memperkuat pendapat Christianingrum (2013) bahwa keluarga dan ketaatan
beribadah terhadap sikap remaja dalam menghindari seks bebas.
Hasil penelitian didapatkan pola asuh
orang tua dan ketaatan beribadah mempunyai hubungan positif dengan perilaku
sopan santun. Semakin baik pola asuh orang tua dan semakin taat beribadah siswa
maka semakin baik perilaku sopan santun dan santun, de-mikian pula sebaliknya
semakin berkurang pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah siswa, maka
perilaku sopan santun akan berkurang.
C. Metode
Penelitian
Penelitian ini menurut
metode yang digunakan termasuk dalam penelitian survei. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
menekankan pada pengu-kuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistik dengan menggunakan analisis korelasi produck moment
dan regresi linier berganda.
Penelitian dilaksanakan di
SMP Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Lokasi ini
dipilih karena di SMP-SMP di Kecamatan Ngaglik pada bulan Agustus 2014 sampai
bulan Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP
Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman sebanyak 1767, dengan menggunakan
Tabel Krejcie didapatkan sampel sebanyak 313.
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah. Variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku sopan santun. Pola
asuh orang tua merupakan pola interaksi antara orang tua dan
anak yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat ber-interaksi
dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma,
memberi-kan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku
baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. Pola asuh orang tua dalam
penelitian ini dilihat dari aspek modelling (example of
trustworthness), mentoring, organizing, dan teaching.
Taat adalah patuh, setia,
ataupun tunduk. Tingkat ketaatan adalah tinggi rendahnya suatu kepatuhan,
kesetiaan, kesalehan. Menurut syara’ ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang
bertujuan memperoleh keridhaan Allah Swt dan mendambakan pahala dari-Nya di
akhirat.
Variabel terikat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku sopan santun. Perilaku sopan
santun adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan cara atau tindakannya
yang dianggap layak dan baik di mata masyarakat sekitar sehingga dapat dihargai
seperti cara berpakaian, berperilaku, bersikap, bertutur kata, dan lain-lain.
Perilaku sopan santun dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku terhadap
diri sendiri dan perilaku terhadap orang lain.
Validitas instrumen diuji
dengan menggu-nakan Confirmatory
Factor Analysis (CFA). Azwar (2012, p.123) menyatakan bahwa CFA digunakan
untuk memverifikasi banyaknya dimensi yang mendasari bangunan suatu tes (faktor)
dan pola hubungan antara item dengan faktor (factor loading).
Hasil Analisis Faktor
Variabel Pola Asuh Orang Tua menunjukkan uji berdasarkan nilai KMO > 0,5 dan
pengujian Bartlett of Sphericity yang signifikan (p<0,05), maka
analisis faktor layak dilakukan. Nilai MSA yang terlihat pada anti image
matriks didapatkan semua lebih dari 0,5 dengan nilai terendah sebesar 0,533.
Berdasarkan hal tersebut, maka tidak ada item yang direduksi. Semua item dapat
diprediksi oleh item lain dan bisa dianalisis lebih lanjut.
D.
Hasil Penelitian
1.
Analisis Deskriptif
Skor pola asuh orang tua
diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan item sebanyak 20 item dengan skor 1
– 5, sehingga nilai tertinggi ideal sebesar 20 x 5 = 100. Berdasar-kan rentang
skor tersebut, maka Standar De-viasi Ideal sebesar (80): 6 = 13,33 dan Mean
Ideal = (80 : 2) + 20 = 60.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Variabel Pola asuh orang tua
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
f
|
%
|
||
1.
|
Sangat Baik
|
> 80
|
6
|
1,92
|
||
2.
|
Baik
|
67 – 80
|
66
|
21,09
|
||
3.
|
Cukup
|
54 – 66
|
125
|
39,94
|
||
4.
|
Tidak Baik
|
41 – 53
|
92
|
29,39
|
||
5.
|
Sangat Tidak Baik
|
≤ 40
|
24
|
7,67
|
||
Total
|
313
|
100,00
|
||||
Sebagian besar responden
mempu-nyai skor pola asuh orang tua kategori cukup, yaitu 125 responden (39,94%).
Hal ini didukung dengan nilai rata-rata sebesar 57,53 menunjukkan bahwa pola
asuh orang tua peserta didik di SMP Negeri Sekecamatan Ngaglik Sleman
Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.
Skor ketaatan beribadah
diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan item sebanyak 20 item dengan skor 1
– 5, sehingga nilai tertinggi ideal sebesar 20 x 5 = 100. Ber-dasarkan rentang
skor tersebut, maka Standar Deviasi Ideal sebesar (80): 6 = 13,33 dan Mean
Ideal = (80 : 2) + 20 = 60.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Variabel Ketaatan Beribadah
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
f
|
%
|
||
1.
|
Sangat Baik
|
> 80
|
4
|
1,28
|
||
2.
|
Baik
|
67 – 80
|
35
|
11,18
|
||
3.
|
Cukup
|
54 – 66
|
129
|
41,21
|
||
4.
|
Tidak Baik
|
41 – 53
|
112
|
35,78
|
||
5.
|
Sangat Tidak Baik
|
≤ 40
|
33
|
10,54
|
||
Total
|
313
|
100,00
|
||||
Sebagian besar responden
mempu-nyai skor ketaatan beribadah kategori cukup, yaitu 129 responden
(41,21%). Hal ini didukung dengan nilai rata-rata sebesar 54,44 menunjukkan
bahwa ketaatan beribadah pe-serta didik di SMP Negeri Sekecamatan Ngaglik
Sleman Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.
Skor
perilaku sopan santun diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan item sebanyak
20 item dengan skor 1 – 5, sehingga nilai tertinggi ideal sebesar 20 x 5 = 100.
Berdasarkan rentang skor tersebut, maka Standar Deviasi Ideal sebesar (80) : 6
= 13,33 dan Mean Ideal = (80 : 2) + 20 = 60.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Variabel Perilaku Sopan Santun
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
f
|
%
|
||
1.
|
Sangat Baik
|
> 80
|
32
|
10,22
|
||
2.
|
Baik
|
67 – 80
|
89
|
28,43
|
||
3.
|
Cukup
|
54 – 66
|
127
|
40,58
|
||
4.
|
Tidak Baik
|
41 – 53
|
48
|
15,34
|
||
5.
|
Sangat Tidak Baik
|
≤ 40
|
17
|
5,43
|
||
Total
|
313
|
100,00
|
||||
Sebagian besar responden
mempu-nyai skor perilaku sopan santun kategori cukup, yaitu 127 responden
(40,58%). Hal ini didukung dengan nilai rata-rata sebesar 63,58, menunjukkan
bahwa perilaku sopan santun peserta didik di SMP Negeri Sekecamatan Ngaglik Sleman
Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.
2.
Uji Persyaratan Analisis
Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah model regresi berdistribusi normal atau tidak
menggunakan Kolmogorov Smirnov yaitu membandingkan nilai probabilitas
dengan nilai kritisnya yaitu 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
Variabel
|
KS-Z
|
p
|
Ket.
|
Pola asuh orang tua (X1)
|
0,550
|
0,923
|
Normal
|
Ketaatan beribadah (X2)
|
1,086
|
0,189
|
Normal
|
Perilaku sopan santun
(Y)
|
1,211
|
0,106
|
Normal
|
Berdasarkan hasil perhitungan
diatas nilai p pada variabel pola asuh orang tua sebesar 0,669 atau lebih besar
dari 0,05 maka data untuk variabel tersebut mempunyai sebaran yang merata
(normal). Nilai p pada variabel ketaatan beribadah sebesar 0,189 atau lebih
besar dari 0,05 maka data untuk variabel tersebut mempunyai sebaran yang merata
(normal). Nilai p pada variabel perilaku sopan santun sebesar 0,106 atau lebih
besar dari 0,05 maka data untuk variabel tersebut mempunyai sebaran yang merata
(normal).
3.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis
dilaksanakan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan yang sifatnya
sementara benar-benar terbukti atau tidak. Persyaratan uji normalitas,
linearitas dan multikoli-nearitas sudah terpenuhi dan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat maka dilakukan uji hipotesis. Penelitian
ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dan regresi
ganda dengan dua prediktor untuk mengetahui hubungan variabel bebas secara
yaitu pola asuh orang tua (X1) dan ketaatan beribadah (X2) secara bersama-sama dengan variabel terikat
perilaku sopan santun (Y).
Hasil pengujian korelasi product
moment dirangkumkan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengujian Korelasi
Product Moment
Pola asuh orang tua
|
Ketaatan beribadah
|
Perilaku sopan santun
|
|||
Pola asuh orang tua
|
r
p
|
1
.
|
0,480
0,000
|
||
Ketaatan beribadah
|
r
p
|
1
|
0,453
0,000
|
||
Perilaku sopan santun
|
r
p
|
0,480
0,000
|
0,453
0,000
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis alternatif
pertama (Ha1) dalam penelitian ini
berbunyi ”Ada hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua dengan
perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik
Kabupaten Sleman”. Pada pengujian secara statistik hipotesis alternatif dirubah
menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nihil (H01) dan berbunyi ”Tidak ada hubungan
yang positif dan signifikan pola asuh anak dengan perilaku sopan santun peserta
didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”
Berdasarkan hasil pengujian
korelasi product moment pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun
didapatkan nilai r-hitung sebesar 0,480 dengan p sebesar 0,000. Berdasarkan
nilai p < 0,05, maka H0 ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang positif antara pola asuh
orang tua dengan perilaku sopan santun. Semakin baik pola asuh orang tua maka
semakin baik pula perilaku sopan santun siswa.
Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis alternatif kedua
(Ha2) dalam penelitian ini
berbunyi ”Ada hubungan yang positif dan signifikan ketaatan beribadah dengan
perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik
Kabupaten Sleman”. Pada pengujian secara statistik hipotesis alternatif dirubah
menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nihil (H02) dan berbunyi ” Tidak ada hubungan
yang positif dan signifikan ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun
peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”
Berdasarkan hasil
pengujian korelasi product moment ketaatan beribadah dengan perilaku
sopan santun didapatkan nilai rhitung sebesar 0,453 dengan p sebesar 0,000.
Berdasarkan nilai p < 0,05, maka Ho ditolak sehingga disimpulkan ada
hubungan yang positif antara ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun.
Semakin baik ketaatan beribadah maka semakin baik pula perilaku sopan santun
siswa.
Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis alternatif
ketiga (Ha3) dalam penelitian ini
berbunyi ”Ada hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua dan
ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta
didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”. Pada pengujian
secara statistik hipotesis alternatif dirubah menjadi hipotesis statistik atau
hipotesis nihil (H03) dan berbunyi” Tidak ada hubungan yang positif
dan signifikan pola asuh anak dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan
perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik
Kabupaten Sleman”.
Wah seru sip mantap
BalasHapus