Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

24 Oktober 2016

Anotasi Jurnal 10. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kedisiplinan Beribadah dengan Perilaku Sopan Santun Peserta Didik

10.    Anotasi Jurnal
Penulis                 :  Putri Risthantri

Th. Terbit, hal      :  Februari 2010: hlm. 19
Nama Jurnal        : Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Vol. No. Th.        :  2, 2, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun peserta didik; (2) mengetahui hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun peserta didik; (3) mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik di SMP Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain korelasional.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, dan SMP Negeri 4 Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015. Populasi sebanyak 1.767 siswa. Sampel diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan melalui angket. Uji validitas menggu-nakan validitas konstrak dengan model Confirmatory Factor Analysis (CFA). Analisis data meliputi analisis deskriptif, pengujian persyaratan analisis, dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun peserta didik; (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun peserta didik; (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik.


A.  Latar Belakang Masalah
Sikap tidak menghormati dan tidak menghargai orang lain, bahkan sampai mela-kukan tidakan bullying termasuk penyerangan terhadap kelompok remaja lain memperlihat-kan remaja telah jauh dari kebiasaan berlaku sopan santun. Dari tiga kota pelaksanaan sur-vei mengenai gambaran bullying di sekolah, Yogyakarta mencatat angka tertinggi diban-ding Jakarta dan Surabaya. Ditemukan kasus bullying di 70, 65 persen SMP dan SMU di Yogyakarta.
Psikolog Universitas Indonesia (UI) Ratna Juwita, yang melakukan penelitian ini, mengatakan, tingginya kasus bullying di Yogyakarta belum diketahui sebabnya (http:// nasional.kompas.com, diakses tanggal 12 Juni 2015). Kondisi tersebut tentu kontraproduktif dengan upaya membangun moral bangsa. Da-lam hal ini perlu adanya revitalisasi nilai-nilai moral untuk membangun karakter bangsa.
Sebagai bentuk optimisme, pemerin-tah Indonesia telah menetapkan pembangunan karakter sebagai salah satu target yang harus direalisasikan ditengah program pembangun-an lainnya, contohnya dengan memberikan pendidikan karakter (La Raman dan Zamroni, 2014, p.14). Namun hal ini perlu adanya kerjasama antara pemerintah, orang tua dan sekolah agar nilai-nilai moral mewujud dalam sikap dan perilaku anak, salah satunya ditun-jukkan dengan perilaku sopan santun.
Sopan santun merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pe-ngalaman, pendidikan, dan teladan dari orang tua, guru, para pemuka agama, serta tokoh-tokoh masyarakat. Sopan santun merupakan tata krama dalam kehidupan sehari-hari se-bagai cerminan kepribadian dan budi pekerti luhur yang di dalam Islam lebih dikenal dengan konsep akhlak (Marzuki, 2009, p.8).
Sopan santun juga merupakan cerminan akhlak yang dapat dicapai melalui proses pembelajaran anak di sekolah. Transfer pengetahuan yang diukur dengan nilai belum mampu membentuk pribadi yang berakhlak mulia. Sopan santun justru bergantung pada bagaimana proses pembinaan akhlak anak. Akhlak selalu melekat dan tampak dalam bentuk perbuatan (Mu’niah, 2011, p.104).
Bentuk tingkah laku sosial anak, se-perti sikapnya terhadap orang lain dan ke-lompok orang sebagian besar berasal dari apa yang dipelajari. Sikap ini diperoleh dari pe-nyesuaian sosial, khususnya tata cara kehi-dupan keluarganya. Sikap dasar sosial yang didapat ini kelak masih dapat berubah, dise-babkan oleh pengalaman yang terjadi (Noto-soedirdjo & Latipun, 2011, p.208). Sopan santun yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk melalui pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Pola kepemimpinan orang tua dalam keluarga akan mem-pengaruhi perilaku dan sopan santun anak.
Pembentukan sopan santun dimulai dari keluarga. Anak akan meniru perilaku orang tua dalam kehidupan sehar-hari. Anak yang mempunyai perilaku sopan pada umumnya berasal dari keluarga yang juga sopan, demikian pula sebaliknya anak yang mempunyai perilaku kasar tentunya perilaku keluarga juga kasar. Upaya menanamkan sopan santun di dalam keluarga yaitu dengan cara orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan santun di depan anak. Demikian pula di sekolah, guru harus memberikan contoh perilaku sopan santun. Masalahnya, guru pada umumnya lebih fokus pada pencapaian prestasi akademik semata (Ujiningsih dan Antoro, 2010, p.2).

B.   Landasan Teori
1.      Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sopan Santun
Hasil penelitian didapatkan pola asuh orang tua mempunyai hubungan positif de-ngan perilaku sopan santun. Semakin baik po-la asuh orang tua semakin baik pula perilaku sopan santun siswa, begitu juga sebaliknya semakin kurang pola asuh orang tua semakin berkurang pula perilaku sopan santun siswa.
Orang tua akan menerapkan pola asuh tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing anak. Orang tua berupaya me-nanamkan kesopanan anak dengan meletak-kan nilai-nilai dan norma ke dalam diri anak sehingga anak memiliki kesopanan. Orang tua memberikan contoh dan keteladanan dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dan merealisasikan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
Moral merupakan acuan universal dalam bertingkah laku. Istilah “moral” mempunyai dua arti, yang pertama bertalian dengan kemampuan seseorang untuk memahami moralitas maupun kemampuan untuk membuat keputusan moral, sedangkan yang kedua bertalian dengan penampilan yang senyatanya dari tindakan moral. Santrock (2010, p.373) menjelasakan sebagai berikut.
Moral competencies include what in-dividuals are capable of doing, what they know, their skills, their aware-ness of moral rules and regulations, and their cognitive ability to construct behaviors.
Kompetensi moral termasuk apa yang orang mampu lakukan dan ketahui, keteram-pilan, kesadaran terhadap aturan untuk mem-bangun perilaku. Menurut Lerner, et al (2003, p.247), “...in which children’s moral values develop out of a unilateral respect for authority, to an autonomous stage, in which conceptions of reciprocity and equality emerge”. Pada masa anak-anak moral juga berkembang dari rasa hormat menjadi semua orang adalah sama.
Nilai-nilai moral dalam masyarakat bersumber pada nilai agama yang diyakini oleh suatu kelompok. Moral di dalam agama lebih dikenal dengan istilah akhlak. Batasan akhlak di dalam agama Islam, baik akhlak terhadap Sang Pencipta, sesama manusia maupun terhadap alam telah ditentukan oleh Alquran dan hadis sehingga manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakhlak. Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya adalah Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad (Marzuki, 2009, p.19).
Alquran sebagai sumber akhlak da-lam Islam. Berikut ini salah satu ayat mengenai akhlak:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang meng-harap (rahmat) Allah dan (kedatang-an) hari kiamat dan dia banyak me-nyebut Allah”. (Q.S. Al- Ahzab 33:21).

2. Ketaatan Beribadah dengan Perilaku Sopan Santun
Hasil penelitian didapatkan ketaatan beribadah mempunyai hubungan positif dengan perilaku sopan santun. Semakin tinggi ketaatan beribadah siswa semakin baik pula perilaku sopan santun siswa, begitu juga sebaliknya semakin rendah ketaatan beribadah siswa semakin berkurang pula perilaku sopan santun siswa.
Ketaatan beribadah anak akan terlihat dari perilakunya dalam sehari-hari baik di lingkungan masyarakat ataupun lingkungan sekolah. Ketaatan beribadah bukanlah sebagai rangkaian ritual semata akan tetapi mengandung nilai-nilai luhur yang dapat membawa manusia pada ketenangan dan kebaha-giaan jiwa.

3.      Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Ketaatan Beribadah terhadap Perilaku Sopan Santun
Ketaatan beribadah juga memotivasi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas yang berdasarkan nilai-nilai agama. Motivasi mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan maupun berkorban seperti tolong menolong dan sebagainya. Ketaatan beribadah yang dilakukan oleh seorang anak dapat memberikan motivasi dalam melakukan suatu perbuatan yang baik. Nilai-nilai keagamaan berhu-bungan positif dengan kesopanan anak. Hal ini memperkuat pendapat Christianingrum (2013) bahwa keluarga dan ketaatan beribadah terhadap sikap remaja dalam menghindari seks bebas.
Hasil penelitian didapatkan pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah mempunyai hubungan positif dengan perilaku sopan santun. Semakin baik pola asuh orang tua dan semakin taat beribadah siswa maka semakin baik perilaku sopan santun dan santun, de-mikian pula sebaliknya semakin berkurang pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah siswa, maka perilaku sopan santun akan berkurang.

C.  Metode Penelitian
Penelitian ini menurut metode yang digunakan termasuk dalam penelitian survei. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menekankan pada pengu-kuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dengan menggunakan analisis korelasi produck moment dan regresi linier berganda.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena di SMP-SMP di Kecamatan Ngaglik pada bulan Agustus 2014 sampai bulan Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman sebanyak 1767, dengan menggunakan Tabel Krejcie didapatkan sampel sebanyak 313.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku sopan santun. Pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat ber-interaksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberi-kan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. Pola asuh orang tua dalam penelitian ini dilihat dari aspek modelling (example of trustworthness), mentoring, organizing, dan teaching.
Taat adalah patuh, setia, ataupun tunduk. Tingkat ketaatan adalah tinggi rendahnya suatu kepatuhan, kesetiaan, kesalehan. Menurut syara’ ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridhaan Allah Swt dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat.
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku sopan santun. Perilaku sopan santun adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan cara atau tindakannya yang dianggap layak dan baik di mata masyarakat sekitar sehingga dapat dihargai seperti cara berpakaian, berperilaku, bersikap, bertutur kata, dan lain-lain. Perilaku sopan santun dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku terhadap orang lain.
Validitas instrumen diuji dengan menggu-nakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Azwar (2012, p.123) menyatakan bahwa CFA digunakan untuk memverifikasi banyaknya dimensi yang mendasari bangunan suatu tes (faktor) dan pola hubungan antara item dengan faktor (factor loading).
Hasil Analisis Faktor Variabel Pola Asuh Orang Tua menunjukkan uji berdasarkan nilai KMO > 0,5 dan pengujian Bartlett of Sphericity yang signifikan (p<0,05), maka analisis faktor layak dilakukan. Nilai MSA yang terlihat pada anti image matriks didapatkan semua lebih dari 0,5 dengan nilai terendah sebesar 0,533. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak ada item yang direduksi. Semua item dapat diprediksi oleh item lain dan bisa dianalisis lebih lanjut.

D.  Hasil Penelitian
1.      Analisis Deskriptif
Skor pola asuh orang tua diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan item sebanyak 20 item dengan skor 1 – 5, sehingga nilai tertinggi ideal sebesar 20 x 5 = 100. Berdasar-kan rentang skor tersebut, maka Standar De-viasi Ideal sebesar (80): 6 = 13,33 dan Mean Ideal = (80 : 2) + 20 = 60.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Pola asuh orang tua
No.
Kriteria
Skor
f
%
1.
Sangat Baik
> 80
6
1,92
2.
Baik
67 – 80
66
21,09
3.
Cukup
54 – 66
125
39,94
4.
Tidak Baik
41 – 53
92
29,39
5.
Sangat Tidak Baik
≤ 40
24
7,67
Total
313
100,00

Sebagian besar responden mempu-nyai skor pola asuh orang tua kategori cukup, yaitu 125 responden (39,94%). Hal ini didukung dengan nilai rata-rata sebesar 57,53 menunjukkan bahwa pola asuh orang tua peserta didik di SMP Negeri Sekecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.
Skor ketaatan beribadah diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan item sebanyak 20 item dengan skor 1 – 5, sehingga nilai tertinggi ideal sebesar 20 x 5 = 100. Ber-dasarkan rentang skor tersebut, maka Standar Deviasi Ideal sebesar (80): 6 = 13,33 dan Mean Ideal = (80 : 2) + 20 = 60.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Ketaatan Beribadah
No.
Kriteria
Skor
f
%
1.
Sangat Baik
> 80
4
1,28
2.
Baik
67 – 80
35
11,18
3.
Cukup
54 – 66
129
41,21
4.
Tidak Baik
41 – 53
112
35,78
5.
Sangat Tidak Baik
≤ 40
33
10,54
Total
313
100,00

Sebagian besar responden mempu-nyai skor ketaatan beribadah kategori cukup, yaitu 129 responden (41,21%). Hal ini didukung dengan nilai rata-rata sebesar 54,44 menunjukkan bahwa ketaatan beribadah pe-serta didik di SMP Negeri Sekecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.
Skor perilaku sopan santun diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan item sebanyak 20 item dengan skor 1 – 5, sehingga nilai tertinggi ideal sebesar 20 x 5 = 100. Berdasarkan rentang skor tersebut, maka Standar Deviasi Ideal sebesar (80) : 6 = 13,33 dan Mean Ideal = (80 : 2) + 20 = 60.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Sopan Santun
No.
Kriteria
Skor
f
%
1.
Sangat Baik
> 80
32
10,22
2.
Baik
67 – 80
89
28,43
3.
Cukup
54 – 66
127
40,58
4.
Tidak Baik
41 – 53
48
15,34
5.
Sangat Tidak Baik
≤ 40
17
5,43
Total
313
100,00

Sebagian besar responden mempu-nyai skor perilaku sopan santun kategori cukup, yaitu 127 responden (40,58%). Hal ini didukung dengan nilai rata-rata sebesar 63,58, menunjukkan bahwa perilaku sopan santun peserta didik di SMP Negeri Sekecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta termasuk dalam kategori cukup.

2.      Uji Persyaratan Analisis
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berdistribusi normal atau tidak menggunakan Kolmogorov Smirnov yaitu membandingkan nilai probabilitas dengan nilai kritisnya yaitu 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
Variabel
KS-Z
p
Ket.
Pola asuh orang tua (X1)
0,550
0,923
Normal
Ketaatan beribadah (X2)
1,086
0,189
Normal
Perilaku sopan santun (Y)
1,211
0,106
Normal

Berdasarkan hasil perhitungan diatas nilai p pada variabel pola asuh orang tua sebesar 0,669 atau lebih besar dari 0,05 maka data untuk variabel tersebut mempunyai sebaran yang merata (normal). Nilai p pada variabel ketaatan beribadah sebesar 0,189 atau lebih besar dari 0,05 maka data untuk variabel tersebut mempunyai sebaran yang merata (normal). Nilai p pada variabel perilaku sopan santun sebesar 0,106 atau lebih besar dari 0,05 maka data untuk variabel tersebut mempunyai sebaran yang merata (normal).

3.      Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilaksanakan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan yang sifatnya sementara benar-benar terbukti atau tidak. Persyaratan uji normalitas, linearitas dan multikoli-nearitas sudah terpenuhi dan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat maka dilakukan uji hipotesis. Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dan regresi ganda dengan dua prediktor untuk mengetahui hubungan variabel bebas secara yaitu pola asuh orang tua (X1) dan ketaatan beribadah (X2) secara bersama-sama dengan variabel terikat perilaku sopan santun (Y).
Hasil pengujian korelasi product moment dirangkumkan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengujian Korelasi Product Moment
Pola asuh orang tua
Ketaatan beribadah
Perilaku sopan santun
Pola asuh orang tua
r
p
1
.
0,480
0,000
Ketaatan beribadah
r
p
1
0,453
0,000
Perilaku sopan santun
r
p
0,480
0,000
0,453
0,000
1





Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis alternatif pertama (Ha1) dalam penelitian ini berbunyi ”Ada hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”. Pada pengujian secara statistik hipotesis alternatif dirubah menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nihil (H01) dan berbunyi ”Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan pola asuh anak dengan perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”
Berdasarkan hasil pengujian korelasi product moment pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun didapatkan nilai r-hitung sebesar 0,480 dengan p sebesar 0,000. Berdasarkan nilai p < 0,05, maka H0 ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang positif antara pola asuh orang tua dengan perilaku sopan santun. Semakin baik pola asuh orang tua maka semakin baik pula perilaku sopan santun siswa.

Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis alternatif kedua (Ha2) dalam penelitian ini berbunyi ”Ada hubungan yang positif dan signifikan ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”. Pada pengujian secara statistik hipotesis alternatif dirubah menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nihil (H02) dan berbunyi ” Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”
Berdasarkan hasil pengujian korelasi product moment ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun didapatkan nilai rhitung sebesar 0,453 dengan p sebesar 0,000. Berdasarkan nilai p < 0,05, maka Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang positif antara ketaatan beribadah dengan perilaku sopan santun. Semakin baik ketaatan beribadah maka semakin baik pula perilaku sopan santun siswa.

Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis alternatif ketiga (Ha3) dalam penelitian ini berbunyi ”Ada hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”. Pada pengujian secara statistik hipotesis alternatif dirubah menjadi hipotesis statistik atau hipotesis nihil (H03) dan berbunyi” Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan pola asuh anak dan ketaatan beribadah secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik di seluruh SMP Negeri Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman”.

1 komentar: