Penulis : Eva Oktavia
Th. Terbit, hal : Oktober 2015, 212-227
Nama Jurnal :
Jurnal Pendidikan IPS (Interaksi)
Vol. No. Th. : 02, 02, 2015
A.
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII, semester
II terdapat materi yang menggam-barkan keanekaragaman sosial dan budaya di
Indonesia. Materi tersebut merupakan penja-baran dari kondisi bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang majemuk. Bangsa yang memiliki keragaman corak kehidupan
sosial dan budaya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang unik dan besar.
Alur perjalanan bangsa dalam memba-ngun negara yang
besar dilandasi oleh perbedaan suku, agama, bahasa bahkan adat istiadat yang
diwarnai oleh berbagai polemik sosial, baik yang berkaitan dengan isu sosial,
politik maupun ekonomi.
Kondisi lingkungan sekitar di wilayah kabupaten
Tulungagung secara luas dan pada lingkungan sekitar SMPN 2 Ngunut secara
khusus. Kabupaten Tulungagung merupakan sebuah kawasan administratif yang
memiliki karakter geografis yang cukup bervariatif dan dilengkapi oleh kondisi
sosial ekonomi yang cukup dinamis.
Secara umum, kabupaten Tulngagung memiliki
keanekaragaman kehiduapan sosial dan budaya layaknya wilayah lainnya di
Indonesia. Kondisi sosial masyarakat kabupaten Tulungagung terdiri dari
berbagai macam latar belakang, yang menonjol adalah dari sisi perekonomian
masyarakat. Mayoritas penduduk kabupaten Tulngagung merupakan tenaga kerja yang
bekerja di luar negeri,sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat pendapatan
daerah yang berasal dari devisa luar negeri cukup tinggi.
Segi negatif yang
muncul dari kondisi di atas adalah meningkatnya tingkat kenakalan anak yang
notabene merupakan anak yang ditinggal orang tuanya untuk bekerja di luar
negeri. Fakta ini secara jelas dapat ditemukan khususnya pada lingkungan
sekolah. Penyebab secara langsung maupun tidak langsung dari perubahan perilaku
anak tersebut adalah tidak adanya nperhatian dari orang tua dan faktor
lingkungan sekitar yaitu lingkungan teman yang cukup berpengaruh dalam
interaksi sehari-hari.
Kondisi tersebut
merupakan fakta yang ditemukan di lapangan. Berkaitan dengan keberlangsungan
proses pembelajaran anak di lingkungan pendidikan formal, khususnya di SMPN 2
Ngunut pada kelas VII yang menunjukkan bahwa peserta didik seringkali
menunjukkan sikap yang kurang tertarik, pasif dan cenderung kurang memiliki
apresiasi yang bersifat positif dan sikap kritis, baik ketika guru menyajikan
materi di depan kelas maupun ketika guru menyajikan tugas yang akan dibebankan
kepada peserta didik.
Fakta lainnya ditunjukkan pada rata-rata nilai
akademik, baik nilai hasil ulangan harian, tugas, UTS maupun ulangan semester yaitu sekitar 75% peserta didik
memperoleh rentang nilai antara 50-70, sementara pencapaian nilai akademik IPS
berdasarkan KKM ditentukan batas minimal adalah 75. Dengan demikian dapat
disimpulkan behwa sebagian besar peserta didik kelas VII di SMPN 2 Ngunut belum
mampu memenuhi kriteria ketuntasan keterca-paian kompetensi secara maksimal.
Oleh karena itu
peneliti menyimpulkan bahwa perlu digunakannya metode yang tepat sebagai
pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode peta
konsep ddalam kegiatan pembelajaran di kelas VII bagipeneliti merupakan salah
satu metode yang sesuai dan tepat dengan karakter peserta didik di SMPN 2
Ngunut. Menyadari dengan seksama berdasar atas karakter yang mendominasi para
peserta didik di SMPN 2 Ngunut, khususnya pada kelas VII metode ini merupakan
metode paling sederhana dan dapat digunakan.
Metode tersebut merupakan pilihan yang mampu
merangsang sikap aktif dan optimis dari peserta didik karena mereka tidak perlu
mengalami kesulitan untuk memahami dan selanjutnya dapat mengembangkannya ke
dalam bentuk kegiatan pembelajaran mandiri.
B.
Landasan Teori
Model pembelajaran langsung menurut Arends (Arends,
2008) yaitu model pengajaran yang bersifat sederhana yang dirancang untuk
meningkatkan penguasaan beberapa ketrampilan siswa (pengetahuan prosedural) dan
pengeta-huan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara
langkah demi langkah. Sedangkan Nur (2005: 3-6) menjelaskan bahwa pembelajaran
langsung merupakan salah satu pendekatan yang dapat membantu peserta didik
dalam mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi selangkah demi selangkah.
Sementara berkaitan dengan penggunaan metode
concept mapping, muteh (2009) menjelaskan bahwa metode concept mapping
merupakan teknik yang telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan yang
diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David Ausal (1963) yang
mengatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning) terjadi dengan mudah
apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih
inklusif.
Pengertian peta konsep yang lain dikemukakan oleh
Martin dalam Trianto (2010: 158) yaitu ilustrasi grafik konkret yang mengindi-kasikan
tentang sebuah konsep tunggal yang dihubungkan kepada konsep-konsep lain pada
kategori sama. Sedangkan Hudojo (2002: 24) menjabarkan bahwa petakonsep
merupakan hubungan saling berkaitan antara konsep dan prinsip yang di
presentasikan dalam jaringan konsep yang perlu dikonstruk.
Lebih lanjut Suparno dalam Basuki (2009: 9)
menjelaskan peta konsep sebagai suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu
pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan.
C.
Metode Penelitian
Desai penelitian yang digunakan adalah penelitian
pengembangan (research and development) dengan menggunakan model pengembangan
4D (define, design, develop and dessiminate) sesuai yang dikembangkan oleh
Thiagarajan dengan sedikit modifikasi dari peneliti.
Variabel penelitian terbagi dalam 3 tahap, mencakup
tahap define meliputi kualitas perangkat pembelajaran di sekolah dan
karakteristik siswa, tahap design meliputi kualitas RPP, buku ajar, LKS dan
lembar penilaian hasil belajar, serta tahap develop meliputi hasil belajar
sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan ketrampilan.
Subjek penelitian pada tahap define dilakukan terhadap guru IPS kelas VII yang
terkait dengan keberadaan dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran di sekolah.
Pada tahap design yaitu menyusun perangkat dan proses validasi serta revisis
dilakukan oleh peneliti dan validator ahli yaitu dosen dan guru IPS serta uji
coba dilakukan terhadap siswa kelas VII A SMPN 2 Ngunut yang berjumlah 28 siswa
melalui tes hasilbelajar. Pada tahap develop diberikan kepada kelas VII sebagai
populasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan kognitif dan kelas VII A sebagai
sampel pnelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan afektif dalam proses
pembelajaran IPS.
Teknik serta instrumen pengumpulan data pada tahap
define digunakan observasi dengan instrumen pengumpulan data dalam bentuk check
list, dan berkaitan dengan karakter siswa digunakan teknik observasi dan
dokumentasi dengan instrumen dalam bentuk angket. Pada tahap design teknik yang
diguna-kan adalah observasi dengan instrumen lembar validasi. Tahap develop
digunakan observasi dengan instrumen lembar pengamatan untuk ranah sikap
spiritual, sikap sosial dan keteram-pilan, sedangkan untuk ranah pengetahuan
yang digunakan adalah tes hasil belajar.
D.
Hasil Penelitian
Hasil validasi RPP menunjukkan bahwa rata-rata
validasi terhadap RPP diperoleh nilai 3,17 dan dikategorikan baik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa RPP yang dikembangkan layak untuk digunakan. Hasil
validitasi buku ajar siswa menunjukkan komponen yang digunakan untuk menyususn
buku siswa sudah termasuk pada kategori baik dengan rata-rata nilai 3,60. Hasil
validitasi LKS menunjukkan bahwa komponen yang digunakan menyususn lembar kerja
siswa (LKS) sudah termasuk kategori baik dan layak dengan perolehan nilai
rata-rata 3,41.
Sedangkan berkaitan dengan hasil belajar siswa
dapat digambarkan bahwa Hasil belajar IPS siswa kompetensi sikap spiritual
berdasarkan lembar pengamatan sebesar 68,42 yang apabila dikonversikan pada
skala penilaian diperoleh nilai sebesar 2,74 yang dikategorikan baik. Untuk
hasil belajarIPS siswa pada kompe-tensi sikap sosial, dari hasil pengamatan
sesuai indikator penilaian sebesar 65,05, yang apabila dikonversikan pada skala
penilaian diperoleh nilai sebesar 2,60 dengan kategori baik.
Hasil belajar siswa kompetensi penge-tahuan berdasarkan
pada data hasil pre test-post test diperoleh nilai pre test dengan rata-rata
68,58 atau ketercapaian ketuntasan belajar siswa sebesar 68,6%. Nilai tersebut
lebih rendah dibandingkan perolehan nilai post test dengan rata-rata nilai
81,65 atau ketercapaian ketuntasan belajar siswa sebesar 82%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan model pembe-lajaran langsung dengan metode concept
mapping meningkatkan hasil belajar siswa.
Sementara untuk uji t menggunakan teknik paired
sample test menunjukkan nilai rata-rata (mean) pada pretest sebesar 6,858
dengan jumlah sampel 29, standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,696 dan
rata-rata (mean) pada post test sebesar 8,224 dengan jumlah sampel 29 diperoleh
standar deviasi sebesar 0,211. Pada tabel paired sample coreelation menunjukkan
adanya korelasi sebesar 0,787 dengan taraf signifikasi 0,00.
Hal ini dapat disimpulkan korelasi antara hasil
pretest dan post test terdapat perbedaan signifikan atau α= 0,05≤sig (Ho
ditolak. Berdasarkan tabel paired sample test menunjuk-kan nilai t test sebesar
13,469, artinya nilai t test lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,048 (Ho
ditolak) sehingga dapat diketahui bahwa kualitas perangkat pembelajaran IPS ada
pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemam-puan kognitif siswa SMP.
Hasil belajar siswa kompetensi keteram-pilan hasil
belajar IPS siswa diperoleh nilai pencapaian hasil belajar sebesar 73,08.
Apabilai nilai itu dikonversikan pada sekala penilaian diperoleh nilai sebesar
2,92 yang dikategorikan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar