Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

24 Oktober 2016

Anotasi Jurnal 13. Pengembangan Perangkat Pembe-lajaran IPS Menggunakan Metode Concept Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS SMP

13.    Anotasi Jurnal
Penulis                 :  Eva Oktavia
Th. Terbit, hal      :  Oktober 2015, 212-227

Nama Jurnal        : Jurnal Pendidikan IPS (Interaksi)
Vol. No. Th.        :  02, 02, 2015

A.    Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII, semester II terdapat materi yang menggam-barkan keanekaragaman sosial dan budaya di Indonesia. Materi tersebut merupakan penja-baran dari kondisi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Bangsa yang memiliki keragaman corak kehidupan sosial dan budaya menjadikan Indonesia sebagai salah satu  negara yang unik dan besar.
Alur perjalanan bangsa dalam memba-ngun negara yang besar dilandasi oleh perbedaan suku, agama, bahasa bahkan adat istiadat yang diwarnai oleh berbagai polemik sosial, baik yang berkaitan dengan isu sosial, politik maupun ekonomi.
Kondisi lingkungan sekitar di wilayah kabupaten Tulungagung secara luas dan pada lingkungan sekitar SMPN 2 Ngunut secara khusus. Kabupaten Tulungagung merupakan sebuah kawasan administratif yang memiliki karakter geografis yang cukup bervariatif dan dilengkapi oleh kondisi sosial ekonomi yang cukup dinamis.
Secara umum, kabupaten Tulngagung memiliki keanekaragaman kehiduapan sosial dan budaya layaknya wilayah lainnya di Indonesia. Kondisi sosial masyarakat kabupaten Tulungagung terdiri dari berbagai macam latar belakang, yang menonjol adalah dari sisi perekonomian masyarakat. Mayoritas penduduk kabupaten Tulngagung merupakan tenaga kerja yang bekerja di luar negeri,sehingga tidak diragukan lagi bahwa tingkat pendapatan daerah yang berasal dari devisa luar negeri cukup tinggi.
            Segi negatif yang muncul dari kondisi di atas adalah meningkatnya tingkat kenakalan anak yang notabene merupakan anak yang ditinggal orang tuanya untuk bekerja di luar negeri. Fakta ini secara jelas dapat ditemukan khususnya pada lingkungan sekolah. Penyebab secara langsung maupun tidak langsung dari perubahan perilaku anak tersebut adalah tidak adanya nperhatian dari orang tua dan faktor lingkungan sekitar yaitu lingkungan teman yang cukup berpengaruh dalam interaksi sehari-hari.
            Kondisi tersebut merupakan fakta yang ditemukan di lapangan. Berkaitan dengan keberlangsungan proses pembelajaran anak di lingkungan pendidikan formal, khususnya di SMPN 2 Ngunut pada kelas VII yang menunjukkan bahwa peserta didik seringkali menunjukkan sikap yang kurang tertarik, pasif dan cenderung kurang memiliki apresiasi yang bersifat positif dan sikap kritis, baik ketika guru menyajikan materi di depan kelas maupun ketika guru menyajikan tugas yang akan dibebankan kepada peserta didik.
Fakta lainnya ditunjukkan pada rata-rata nilai akademik, baik nilai hasil ulangan harian, tugas, UTS maupun ulangan  semester yaitu sekitar 75% peserta didik memperoleh rentang nilai antara 50-70, sementara pencapaian nilai akademik IPS berdasarkan KKM ditentukan batas minimal adalah 75. Dengan demikian dapat disimpulkan behwa sebagian besar peserta didik kelas VII di SMPN 2 Ngunut belum mampu memenuhi kriteria ketuntasan keterca-paian kompetensi secara maksimal.
            Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa perlu digunakannya metode yang tepat sebagai pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode peta konsep ddalam kegiatan pembelajaran di kelas VII bagipeneliti merupakan salah satu metode yang sesuai dan tepat dengan karakter peserta didik di SMPN 2 Ngunut. Menyadari dengan seksama berdasar atas karakter yang mendominasi para peserta didik di SMPN 2 Ngunut, khususnya pada kelas VII metode ini merupakan metode paling sederhana dan dapat digunakan.
Metode tersebut merupakan pilihan yang mampu merangsang sikap aktif dan optimis dari peserta didik karena mereka tidak perlu mengalami kesulitan untuk memahami dan selanjutnya dapat mengembangkannya ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran mandiri.

B.     Landasan Teori
Model pembelajaran langsung menurut Arends (Arends, 2008) yaitu model pengajaran yang bersifat sederhana yang dirancang untuk meningkatkan penguasaan beberapa ketrampilan siswa (pengetahuan prosedural) dan pengeta-huan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Sedangkan Nur (2005: 3-6) menjelaskan bahwa pembelajaran langsung merupakan salah satu pendekatan yang dapat membantu peserta didik dalam mempelajari keterampilan dasar  dan memperoleh informasi selangkah demi selangkah.
Sementara berkaitan dengan penggunaan metode concept mapping, muteh (2009) menjelaskan bahwa metode concept mapping merupakan teknik yang telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan yang diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David Ausal (1963) yang mengatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning) terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif.
Pengertian peta konsep yang lain dikemukakan oleh Martin dalam Trianto (2010: 158) yaitu ilustrasi grafik konkret yang mengindi-kasikan tentang sebuah konsep tunggal yang dihubungkan kepada konsep-konsep lain pada kategori sama. Sedangkan Hudojo (2002: 24) menjabarkan bahwa petakonsep merupakan hubungan saling berkaitan antara konsep dan prinsip yang di presentasikan dalam jaringan konsep yang perlu dikonstruk.
Lebih lanjut Suparno dalam Basuki (2009: 9) menjelaskan peta konsep sebagai suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan.

C.    Metode Penelitian
Desai penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (research and development) dengan menggunakan model pengembangan 4D (define, design, develop and dessiminate) sesuai yang dikembangkan oleh Thiagarajan dengan sedikit modifikasi dari peneliti.
Variabel penelitian terbagi dalam 3 tahap, mencakup tahap define meliputi kualitas perangkat pembelajaran di sekolah dan karakteristik siswa, tahap design meliputi kualitas RPP, buku ajar, LKS dan lembar penilaian hasil belajar, serta tahap develop meliputi hasil belajar sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan ketrampilan.
Subjek penelitian pada tahap define  dilakukan terhadap guru IPS kelas VII yang terkait dengan keberadaan dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran di sekolah. Pada tahap design yaitu menyusun perangkat dan proses validasi serta revisis dilakukan oleh peneliti dan validator ahli yaitu dosen dan guru IPS serta uji coba dilakukan terhadap siswa kelas VII A SMPN 2 Ngunut yang berjumlah 28 siswa melalui tes hasilbelajar. Pada tahap develop diberikan kepada kelas VII sebagai populasi untuk mengetahui tingkat pengetahuan kognitif dan kelas VII A sebagai sampel pnelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan afektif dalam proses pembelajaran IPS.
Teknik serta instrumen pengumpulan data pada tahap define digunakan observasi dengan instrumen pengumpulan data dalam bentuk check list, dan berkaitan dengan karakter siswa digunakan teknik observasi dan dokumentasi dengan instrumen dalam bentuk angket. Pada tahap design teknik yang diguna-kan adalah observasi dengan instrumen lembar validasi. Tahap develop digunakan observasi dengan instrumen lembar pengamatan untuk ranah sikap spiritual, sikap sosial dan keteram-pilan, sedangkan untuk ranah pengetahuan yang digunakan adalah tes hasil belajar.

D.    Hasil Penelitian
Hasil validasi RPP menunjukkan bahwa rata-rata validasi terhadap RPP diperoleh nilai 3,17 dan dikategorikan baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa RPP yang dikembangkan layak untuk digunakan. Hasil validitasi buku ajar siswa menunjukkan komponen yang digunakan untuk menyususn buku siswa sudah termasuk pada kategori baik dengan rata-rata nilai 3,60. Hasil validitasi LKS menunjukkan bahwa komponen yang digunakan menyususn lembar kerja siswa (LKS) sudah termasuk kategori baik dan layak dengan perolehan nilai rata-rata 3,41.
Sedangkan berkaitan dengan hasil belajar siswa dapat digambarkan bahwa Hasil belajar IPS siswa kompetensi sikap spiritual berdasarkan lembar pengamatan sebesar 68,42 yang apabila dikonversikan pada skala penilaian diperoleh nilai sebesar 2,74 yang dikategorikan baik. Untuk hasil belajarIPS siswa pada kompe-tensi sikap sosial, dari hasil pengamatan sesuai indikator penilaian sebesar 65,05, yang apabila dikonversikan pada skala penilaian diperoleh nilai sebesar 2,60 dengan kategori baik.
Hasil belajar siswa kompetensi penge-tahuan berdasarkan pada data hasil pre test-post test diperoleh nilai pre test dengan rata-rata 68,58 atau ketercapaian ketuntasan belajar siswa sebesar 68,6%. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan perolehan nilai post test dengan rata-rata nilai 81,65 atau ketercapaian ketuntasan belajar siswa sebesar 82%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembe-lajaran langsung dengan metode concept mapping meningkatkan hasil belajar siswa.
Sementara untuk uji t menggunakan teknik paired sample test menunjukkan nilai rata-rata (mean) pada pretest sebesar 6,858 dengan jumlah sampel 29, standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,696 dan rata-rata (mean) pada post test sebesar 8,224 dengan jumlah sampel 29 diperoleh standar deviasi sebesar 0,211. Pada tabel paired sample coreelation menunjukkan adanya korelasi sebesar 0,787 dengan taraf signifikasi 0,00.
Hal ini dapat disimpulkan korelasi antara hasil pretest dan post test terdapat perbedaan signifikan atau α= 0,05≤sig (Ho ditolak. Berdasarkan tabel paired sample test menunjuk-kan nilai t test sebesar 13,469, artinya nilai t test lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,048 (Ho ditolak) sehingga dapat diketahui bahwa kualitas perangkat pembelajaran IPS ada pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemam-puan kognitif siswa SMP.

Hasil belajar siswa kompetensi keteram-pilan hasil belajar IPS siswa diperoleh nilai pencapaian hasil belajar sebesar 73,08. Apabilai nilai itu dikonversikan pada sekala penilaian diperoleh nilai sebesar 2,92 yang dikategorikan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar