4. Anotasi
Jurnal
Penulis : Afrilia Safitri, Solihin Ichas H, Titing
Rohayati
Th. Terbit, Hal : Agustus 2015, 1 – 8
Nama Jurnal : Antologi UPI
Vol. No. Th. : 3, 2, 2015
A. Latar
Belakang dan Rumusan Masalah
Pendidikan adalah sebuah wahana untuk meningkatkan
dan mengembangkan kualitas manusia menjadi manusia ideal. Sejalan dengan
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar proses belajar dan pembelajaran dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi diri yang mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Penelitian dilaksanakan berdasarkan permasalahan
yang dialami siswa pada proses pembelajaran IPS yaitu proses pembelajaran yang
masih dilaksanakan satu arah sehingga pembelajaran menjadi tidak menantang dan
membosankan bagi siswa, akibatnya siswa menjadi sukar untuk mengembangkan kemam-puan
berpikir kritis yang berpengaruh pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu
perlu diadakannya penelitian dengan menggunakan metode pembe-lajaran yang dapat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta meningkatkan
hasil belajar siswa.
Permasalahan
yang diangkat pada penelitian ini adalah:
1) Bagaimana aktivitas berpikir kritis dalam pembelajaran IPS
dengan menggunakan probing-prompting?
2) Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan probing-prompting?
B. Landasan Teori
Probing-prompting merupakan proses
pembelajaran dengan menyajikan pertanyaan untuk menuntun dan menggali
pengetahuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Suherman (Miftahul Huda 2013,
h. 281) “probing adalah penyelidikan
dan pemeriksaan, sementara prompting adalah
mendorong atau menuntun. Pembelajaran probing
prompting adalah pembe-lajaran yang berupa menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan pada siswa sehingga
siswa dapat mengaitkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Menurut
Sudarti (Miftahul Huda 2013, h. 282) terdapat 7 tahapan probing-prompting yaitu 1) Menghadapkan siswa pada situasi batu
melalui gambar atau teks yang memiliki perma-salahan, 2) Waktu tunggu, 3)
Mengajukan pertanyaan sesuai tujuan pembelajaran, 4) Waktu tunggu, 5)
Konfirmasi jawaban, 6) Tanggapan jawaban, dan 7) Mengajukan pertanyaan akhir.
Dalam
penelitian ini indikator kemam-puan berpikir kritis yang dikembangkan berda-sarkan
tahapan pengembangan berpikir kritis menurut Arief pada tahun 2004 yaitu a)
kemampuan menganalisis dalam menguraikan konsep yang bersifat menyeluruh
menjadi komponen-komponen terkecil dan lebih terperinci, b) menyintesis,
menghubungkan bagian terkecil susunan baru, c) mengenal dan memecahkan masalah,
d) menyimpulkan, dan e) engevaluasi atau menilai (Susanto, 2013, hlm. 129).
Djahiri
(Sapriya dkk, 2006, hlm. 7) mengemukakan “IPS merupakan ilmu pengeta-huan yang
memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu
lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktif ...”.
Ditinjau
dari tujuan pembelajaran IPS dalam KTSP tahun 2006, IPS memiliki peranan
penting dalam pembentukan manusia Indonesia karena pada hakekatnya pembelajaran
IPS di sekolah dasar bertujuan untuk dapat mengem-bangkan berbagai pengetahuan,
karakter, dan keterampilan peserta didik.
Pujiati dan
Yuliati (2008, 190) menge-mukakan “masalah sosial terjadi karena ada suatu
kondisi atau keadaan yang tidak normal atau tidak semestinya terjadi di
masyarakat”.
Teori
belajar yang mendukung terhadap penerapan probing-prompting
untuk meningkat-kan kemampuan berpikir kritis adalah teori belajar dari John
Dewey, Vygotsky dan David P. Ausubel.
C. Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah PTK. Model penelitian yang digunakan adalah
model John Elliott, yang terdiri dari 3 siklus yang dalam setiap siklusnya
terdiri dari 3 tindakan, yaitu berupa temuan penelitian dan sebab kegagalan
dari penelitian yang dilakukan per siklus setelah penelitian dilaksanakan.
Psrtisipan
dan tempat penelitian dilaku-kan di kelas IV SDN Cikancung 3 dengan juml-ah
siswa 30 orang, laki-laki 12 orang dan perempuan 18 orang. Definisi operasional
dalam penelitian ini adalah pembelajaran Ips, kemam-puan berpikir kritis dan probing-prompting.
Instrumen penelitian berupa lembar observasi,
catatan lapangan, wawancara, tes kemampuan berpikir kritis, dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data didapatkan berda-sarkan hasil instrumen penelitian yang
diperoleh pada saat penelitian dilaksanakan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisisi data kualitatif diperoleh
dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan yang
kemudian dianalisis dan disajikan secara deskripsi yang berupa uraian. Analisis
data kuantitatif diperoleh dari hasil LKS dan tes evaluasi.
D. Hasil Penelitian
Pada siklus
I tindakan 1 siswa mempela-jari masalah kemiskinan, pada siklus I tindakan 2
materi ajar yang dipelajari siswa adalah mengenai masalah kependudukan dan pada
tindakan 3 membahas mengenai masalah peni-ngkatan tindak kejahatan. Pada tahap
pertama probing-prompting guru
menyajikan gambar serta teks bacaan yang mengandung permasa-lahan untuk
dianalisis, kemudian guru mem-berikan pertanyaan berdasarkan hasil analisis,
dan guru mengajukan pertanyaan yang ketig yaitu kesimpulan berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh dari hasil analisis dan pemecahan masalah. Adapun
temuan esensial pada siklus I yaitu siswa kesulitan membedakan penyebab akibat
masalah dan menentukan jawaban saat berdiskusi serta membuat kesimpulan.
Rata-rata perolehan nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I yaitu
52,22 yang termasuk kedalam kategori rendah.
Proses
pembelajaran pada siklus II tindakan 1 membahas mengenai masalah rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat, kemu-dian pada tindakan 2 membahas mengenai
masalah tingkat pengangguran yang tinggi serta pada tindakan 3 membahas
mengenai masalah tingginya buta huruf di Indonesia. Pada proses pembelajaran
siklus II siswa dihadapkan pada masalah-masalah sosial yang disajikan agar
dapat menganalisis masalah sosial yang dipelajari, sehingga dapat menemukan
cara untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa dapat membangun
pemahamannya sendiri.
Temuan esensial pada siklus II yaitu siswa kesulitan
untuk menghubungkan hasil analisis dan pemecahan masalah menjadi kesimpulan.
Rata-rata perolehan nilai kemampuan berpikir kritis siklus II yaitu 77,55
dengan kategori sedang. Pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus I yang
memperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis 52, 22.
Pada siklus
III pembelajaran dilaksana-kan dengan mempelajari masalah sosial yang berupa
masalah kenakalan remaja, sampah dan pencemaran lingkungan, materi ajar yang
dipelajari siswa dikaitkan dengan pengalaman siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipelajari.
Temuan esensial pada penelitian ini yaitu siswa
mampu menganalisis, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan dengan rata-rata
perolehan nilai kemampuan berpikir kritis pada siklus III adalah 86,67 yang
berarti mengalami peningkatan dari siklus II yang memperoleh nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis 77,55 sedangkan pada siklus I memperoleh rata-rata nilai
52,22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar