Apakah Allah
langsung menciptakan burung yang bisa terbang, ikan yang terlahir luwes dalam
berenang? Apakah Allah serta merta menganugerahkan kaki-kaki yang kuat pada
kuda dan badan yang kuat pada gajah, tanpa membuat hewan itu mengenal arti
belajar...Saya kira tidak, Allah menitipkan sepasang sayap pada burung
agar mereka bisa terbang tapi juga menyandingkan dengan terpaan angin dan
teriknya sinar matahari agar burung bisa bertahan di udara. Allah mengamanatkan
sirip pada ikan untuk berenang tapi juga memberikan derasnya arus dan
lekukan-lekukan karang agar mereka luwes berkelit dalam air.
Setiap mahluk mempunyai keunikan masing-masing. Allah menitipkan kepada burung sepasang sayap untuk terbang.
Setiap mahluk mempunyai keunikan masing-masing. Allah menitipkan kepada burung sepasang sayap untuk terbang.
Allah juga mengamanatka sirip pada ikan agar bisa berenang. Allah
menunjukan kepada kita sepasang kaki yang kuat dari kuda agar hewan itu dapat
berlari kencang, juga memperlihatkan kepada kita kuatnya badan gajah saat
mereka membawa beban.
Allah menitipkan begitu banyak kemudahan pada manusia, tubuh yang sempurna, pikiran yang cerdas dan beragam kemuliaan yang kita miliki. Tapi, Allah juga menyandingkan semua itu dengan cobaan, terpaan, tantangan, hambatan dan beragam ujian buat kita. Itu semua adalah bagian dari perjalanan kita dalam belajar, dalam berusaha. Itu semua adalah bagian dari rencana Allah untuk kita, agar kita memahaminya. layakkah kita untuk berhenti, pantaskah kita untuk mengeluh?... Saya yakin semua ujian itu adalah rahasia Allah agar kita makin sempurna, pikiran kita semakin terbuka,dan kemuliaan kita makin nampak.
Sebuah kisah inspirasi belajar menggunakan potensi. Di sebuah
taman burung bersarang di pohon yang rindang, di pucuk dekat dahan yang
terjulur ke tengah kolam. Ada seekor burung kecil yang tinggal di sana,
sementara kedua induknya terbang bolak-balik untuk mencari makan. Kadang kedua
sejoli itu membawa ranting kering untuk penghangat burung yang baru menetas itu. Cericit nyaring kerap
terdengar, tanda si kecil butuh makan dan butuh kehadiran induknya.
Dua minggu telah berlalu, burung kecil itupun sudah mulai tumbuh dewasa. Bulu-bulu di tubuhnya sudah mulai rapat. Paruhnya pun tampak lebih runcing, bulu yang muncul di kedua sayap semakin banyak, itu berarti si burung kecil harus mulai belajar terbang dan mengepakan sayap-sayap kecil di udara. Kedua induk itu mulai tidak sabar utuk melatihnya terbang beriring. Maka beberapa pekan selanjutnya mulailah mereka mengajak burung beranjak muda itu keluar dari sarang.
Dua minggu telah berlalu, burung kecil itupun sudah mulai tumbuh dewasa. Bulu-bulu di tubuhnya sudah mulai rapat. Paruhnya pun tampak lebih runcing, bulu yang muncul di kedua sayap semakin banyak, itu berarti si burung kecil harus mulai belajar terbang dan mengepakan sayap-sayap kecil di udara. Kedua induk itu mulai tidak sabar utuk melatihnya terbang beriring. Maka beberapa pekan selanjutnya mulailah mereka mengajak burung beranjak muda itu keluar dari sarang.
"Ayooo, sekarang saatnya belajar terbang," cericit Ayah kepada kedua anaknya. " sayap-sayapmu sudah tumbuh, cobalah kepakan di udara.." Namun sang Ayah mendapatkan jawaban pendek ." Aku tak mau belajar terbang, aku malas."
sang Ayah yang sudah bertengger disisi dahan kembali terbang ke sarang. " Kenapa " tanyanya. " Sayapku masih kecil" jawab si burung kecil, lagipula, aku belum mau terbang, tempat ini pun terlalu tinggi, tentu sakit sekali jika aku terjatuh." mendengar kata-kata tersebut sang Ayah mengepak-ngepakan sayapnya. Ia terbang berkeliling, berputar-putar di sarangnya. burung kecil hanya memperhatikan. " Kita bangsa burung, pasti punya sayap. Namun harus ingat bahwa bukan sayap itu semata yang membuat kita bisa terbang. Tetapi kemampuankita mengepakkan sayaplah yang membuat kita bertahan diudara.
Cobalah kepakan
sayapmu jangan berhenti!..." Cericit kecil dari induk terdengar ramai. kepakan sayap itu tak
henti-henti. Biarkan sayapmu berlatih. Biarkan angin dan udara membuatnya kuat.
bairkan sinar matahari yang membuatnya gesit. Biarkan tanah yang dibawahnya
sebagai ujian dan tantangan yang harus kita lalui dan mempertimbangkan."
Kepakan sayap Ayah membuat si kecil terpesona. Ia mulai bangkit dari sarang dan
berjalan meniti dahan." Biarkan saja air hujan yang jatuh mengenai kedua
sayapmu. Jadikan dahan-dahan ini tempatmu berkelit. Jangan berhenti
menggerakan sayapmu jika ingin terbang seperti Ayah. Jangan berhenti."
Burung kecil mulai bergerak, ia mulai mengayuh kedua sayapnya. Plap...Plap, sayap kecil itu terangkat perlahan. Plap...plap...plap....badanya mulai naik ke atas. Lihat si kecil mulai terbang. Ups...badannya mulai oleng sedikit tapi plap..plap..plap....ia mulai terangkat kembali, burung kecil mulai belajar terbang. Ia pun belajar kalo angin, udara, sinar matahari dan dahan-dahan itulah yang menjadi karibnya belajar.
Burung kecil mulai bergerak, ia mulai mengayuh kedua sayapnya. Plap...Plap, sayap kecil itu terangkat perlahan. Plap...plap...plap....badanya mulai naik ke atas. Lihat si kecil mulai terbang. Ups...badannya mulai oleng sedikit tapi plap..plap..plap....ia mulai terangkat kembali, burung kecil mulai belajar terbang. Ia pun belajar kalo angin, udara, sinar matahari dan dahan-dahan itulah yang menjadi karibnya belajar.
Begitu juga manusis jangan pernah berhenti mengepakan sayapmu teman . Biarkan cobaan itu mebuatmu kuat. biarkan derasnya terpaan membuatmu gesit berkelit. Biarkan jiwa-jiwa pemenang itu memenuhi rongga hati mu, biarkan jiwa-jiwa sabar itu menjadi penyejuk bagimu. Selamat terbang, selamat tak henti mengepakan sayap-sayapmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar