Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

16 Maret 2016

TEORI BELAJAR CLASSICAL CONDITIONING IVAN PAVLOV

Dalam sub judul ini penulis banyak mengutip uraian Hendry C. Ellis, tentang eksperimennya Pavlov di laboratorium pada seekor anjing.[1] Beliau melakukan operasi kecil pada pipi anjing itu sehingga bagian dari kelenjar liur dapat dilihat dari kulit luarnya.[2] Sebuah saluran kecil di pasang pada pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. Kondisi anjing itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, atau diletakkan pada panel gelas.

Rita L. Atkinson, et.al mengungkapkan; lampu dinyalakan.[3] Anjing dapat bergerak sedikit, tetapitidak mengeluarkan liur. Setelah beberapa detik, bubuk daging diberikan; anjing tersenut lapar dan memakannya.[4] Alat perekam mencatat pengeluaran air liur[5] yang banyak. Prosedur ini beberapa kali. Kemudian lampu dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun anjing tetap mengeluarkan air liur. Binatang itu telah belajar mengasosiasikan dinyalakan lampu dengan makanan.[6]

Secara sederhana dari peristiwa ini, Pavlov kemudian mengeksplorasi fenomena eksperiment tersebut, dan kemudian mengembangkan satu study perilaku (behavioral study) yang dikondisikan. yang dikenal dengan teori Clasical Conditioning.[7] Classical conditioning adalah model pembelajaran yang menggunakan stimulus untuk membangkitkan rangsangan secara alamiah melalui stimulus lain.[8]

Secara sederhana pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan dimana satu stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon, bahwa prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya seperti dikembangkan oleh Pavlov.[9]

Kata clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya.[10]

Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan lampu[11] (dinyalakan lampu disebut sebagai the conditioned or learned stimulus-stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka dinyalakan lampu akan menghasilkan respons yang sama yaitu keluarnya air liur dari anjing percobaan. Peristiwa ini menurut Pavlov merupakan refleks bersyarat[12] dari adanya masalah fungsi otak, sehingga masalaah yang ingin dipecahkan oleh Pavlov dengan eksperimen itu ialah bagaimanakah refleks bersyarat itu terbentuk.[13]Pavlov melakukan eksperimen itu berulang-ulang dengan berbagai variasi.

Referensi
----------------------
[1] Menurut penulis, anjing bukan menjadi persoalan kita sacara normative, sebagaimana Allah telah memberikan makna bahwa seluruh alam ini akan tunduk kepada kita sabagai Khalifahtullah fii Ardhi, lalu dari seluruh binatang yang ada di dunia ini, yang telah masuk surga adalah seekor anjing sebagaimana ceritanya ada dalam Al-Qur’an dengan ashabul kahfi.

[2] Hendry C. Ellis, Fundamnental Of Human Learning,Memory, and Cognition, second edition (Unitied States Of America: Wn.C. Bowrn Company publishers, 1978), h. 10.

[3] Analisis penulis mengemukakan ini sebagai stimulus. Istilah stimulus mengacu pada semua hal atau perubahan yang ada dalam lingkungan. Stimulus dapat berasal dari luar (external stimulus), dan juga dari dalam (internal stimulus).

[4] Stimulus II

[5] Respon. Respons mengacu pada perubahan perilaku yang melibatkan adanya aktivitas yang disebabkan oleh otot dan kelenjar. Sama halnya dengan stimulus, respons bisa berupa respons luar (external) dan respons dari dalam (internal).

[6] Rita L. Atkitson, et.al, Intruduction To Psychology, Eight Edition, Terj. Nurjannah Taufiq, Rukmini Barnana, Editor Agus Gharma, Michael Adrianto (Jakarta: Erlangga, 1983), h. 294-295.

[7] Perkembangan teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar

[8] Wayne Weiten, Psychology Theme & Variations, (California: An International Thomson Publishing Company, 1996), h. 151.

[9] Hendry C Ellis, Fundamnetal Of Human Learning Memory, and Cognition, h. 10. Pengkondisian klasik pada manusia telah digunakan pula seperti dikutip oleh Lewis Lipsit dengan memperagakan keadaan seorang bayi dalam hembusan udara ditiupkan pada mata, respon yang lazim adalah mengedipkan mata. Bila suatu nada dibunyikan segera sebelum hembusan udara, bayi tersebut akan belajar mengasosiasikan nada dengan hembusan udara dan mengedipkan matanya pada waktu mendengarkan nada saja. Prosedur ini bermanfaat untuk menyelidiki proses belajar pada bayi yang sangat muda usia. Lihat juga Rita L. Atkinson, et.al, Introduction to Psychology, h. 299.

[10] Henry Gleitmen, Pscychology, second edition, (New York: W.W. & Company, 1986), h.

[11] Rita L. Atkinson meletakkan conditioned response dalam contoh yakni dinyalakan lampu, sedang Ellis meletakkan conditioned response dalam contoh yakni tombol bel (tuning fork), akan tetapi menurut penulis dalam meletakkan conditioned response bukan merupakan persoalan yang harus dibedakan.

[12] Substansi penelitian Pavlov tentang masalah fungsi otak (dalam bidang fisiologi).

[13] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 265. Selanjutnya Pavlov juga melakukan kegiatan eksperimen untuk memastikan refleks bersyarat itu yang telah terbentuk dapat ditingkatkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov memberikan kesimpulan, bahwa refleks bersyarat yang telah terbentuk itu dapat hilang/dihilangkan. Diantaranya yang dapat dilakukan :

a. Refleks bersyarat yang telah terbentuk itu dapat dihilangkan karena perangsang yang mengganggu (hilang untuk sementara) dan
b. Refleks bersyarat itu dapat dihilangkan dengan proses persyaratan kembali dengan tanpa pengukuhan seperti semula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar