Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

18 Maret 2016

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran di Kelas

Pendahuluan

Keberhasilan proses belajar pembelajaran sangat ditentukan oleh pemahaman seorang pendidik terhadap teori belajar. Menurut Gage dan Berliner (1984) salah satu fungsi dari teori belajar adalah fungsi rekomendatif. Artinya teori belajar sebagai ilmu terapan, tidak hanya memberikan wawasan konseptual tentang fenomena belajar-pembelajaran, tetapi dapat membantu memberikan rekomendasi untuk praktik pembelajaran. Meskipun rekomendasi tersebut berupa rambu-rambu umum dan tidak spesifik tertuju pada permasalahan yang dihadapi pendidik tetapi saran dan pertimbangan rekomendatif yang diajukan diharapkan tetap dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengambil keputusan instruksionalnya.

Teori belajar behavioristik adalah salah satu teori belajar, teori ini berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons (Uno, 2006). Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons. Oleh karena itu teori belajar behavioristik sangat penting untuk dipahami oleh seorang pendidik.

Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pendidik mengenai teori belajar behavioristik maka seorang pendidik dapat mengetahui bagaimana peserta didik belajar, serta bentuk dan jenis belajar. Dengan mengetahui cara peserta didik belajar maka pendidik dapat memilih cara yang lebih efektif untuk membantu memberikan kemudahan, mempercepat, dan memperluas proses belajar peserta didik.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang fungsi teori belajar, teori belajar behavioristik dan aplikasi teori belajar behavioristik sehingga dapat membantu pendidik dalam merencanakan pembelajaran yang tepat untuk peserta didiknya.

II. Pembahasan

Fungsi Teori Belajar dalam Proses Pembelajaran

Teori belajar memiliki beberapa fungsi dalam proses pembelajaran, antara lain:
Fungsi pemahaman.
Fungsi prediktif
Fungsi kontrol
Fungsi rekomendatif

Teori belajar berfungsi memberikan pemahaman mengenai sifat dan keterkaitan berbagai aspek dalam belajar dan pembelajaran. (Tarbiyah, 2009) Dalam hal ini teori belajar mengkaji tentang aspek perilaku manusia yang terlibat dalam belajar dan pembelajaran, serta lingkungan yang terkait. Aspek perilaku peserta didik terkait dengan pengamatan dan aktifitas psikis (intelegensi, berfikir,motivasi), gaya belajar, individual differencies, dan pola perkembangan peserta didik. Sedangkan perilaku pendidik terkait dengan pengelolaan pembelajaran kelas, metode, pendekatan, dan model mengajar. Sedangkan aspek lingkungan terkait lingkungan sosial dan instrumental.

Fungsi prediktif adalah fungsi memberikan prediksi-prediksi berkenaan saling terlibatnya aspek-aspek dalam belajar-pembelajaran. Terjadinya perubahan dalam satu aspek akan berpengaruh pada aspek lainnya. Misalnya, tingkat intelegensi dan motivasi peserta didik dapat dipergunakan untuk memprediksikan prestasi belajar yang akan dicapai. Selanjutnya, keadaan fisik dan kondisi psikologis anak dapat memprediksikan kemungkinan kesulitan yang akan ditemui dalam proses belajarnya. Dengan demikian, pendidik dapat melakukan upaya-upaya pemberian bantuannya.

Fungsi kontrol terkait dengan manipulasi yang mungkin dibuat terhadap peserta didik untuk melihat perbedaan hasil pembelajaran. Sedangkan fungsi rekomendatif, Sebagai ilmu terapan, teori belajar tidak hanya memberikan wawasan konseptual terkait dengan fenomena belajar-pembelajaran, tetapi menyediakan sejumlah rekomendasi untuk praktik pembelajaran. Meskipun rekomendasi tersebut berupa rambu-rambu umum dan tidak secara akurat tertuju pada kasus per kasus masalah pembelajaran yang dihadapi pendidik. Namun saran dan pertimbangan rekomendatif yang diajukan diharapkan tetap dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengambil keputusan instruksionalnya.

Rekomendasi dalam pengambilan keputusan itu dikaitkan dengan komponen pembelajaran. Mengenai hal ini, Gage & Berliner menggolongkannya menjadi lima hal utama, yaitu: dalam menentukan dan mengorganisasikan tujuan pembelajaran; memahami karakteristik peserta didik; memahami bagaimana belajar itu terjadi dan upaya membangkitkan motivasi peserta didik; memilih dan melaksanakan metode pembelajaran efektif; dan melaksanakan penilaian yang tepat.



Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adannya interaksi antara stimulus dan respon. (Uno, 2006) Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseoran dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, peserta didik belum dapat mempraktekkan cara membuat larutan NaOH seperti yang diajarkan oleh pendidiknya walaupun dia sudah berusaha mencoba membuat larutan dengan baik dan pendidiknya pun sudah mengajarkanya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat membuat larutan dengan benar, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukakn suatu perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan pendidik kepada peserta didik misalnya langkah-langkah pembuatan larutan NaOH, alat praktikum, dan demonstrasi pendidik, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidik tersebut. Menurut teori behavioristik, apa saja yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan kerena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan pendidik (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan peserta didik (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang juga dianggap penting penting oleh aliran behavioriatik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, bila peserta didik diberi tugas oleh pendidik, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon.



Prinsip-prinsip Teori Belajar Behavioristik

Dahar (2011)menjelaskan prinsip-prinsip teori belajar behavioristik, yaitu:
Konsekuensi-Konsekuensi

Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan “memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan “melemahkan perilaku. Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebutreinforser atau penguat, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman.
Kesegeraan (Immediacy) Konsekuensi

Prinsip kesegeraan konsekuensi ini penting artinya dalam kelas. Khususnya bagi murid-murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera setelah anak itu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, dapat menjadi suatu reinforser yang lebih kuat daripada angka yang diberikan kemudian.
3. Pembentukan (Shaping)

Istilah pembentukan atau shaping digunakan dalam teori belajar perilaku pada saat mengajarkan keterampilan baru atau perilaku dengan memberikan reinforcement pada para peserta didik dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan.

Macam-Macam Teori Belajar Menurut Aliran Behaviorisme
Teori belajar Classical Conditioning

Teori ini dihasilkan dari eksperimennya yang berhasil membuat anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk berliur walau tanpa makanan. Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan stimulus yang tidak disertai dengan penguatan. ( Rifai Achmad dan Tri Anni Catharina, 2009) Penekanan yang diberikan Pavlov pada observasi dan pengukuran yang teliti dan eksplorasinya secara sistematis tentang berbagai aspek belajar menolong kemajuan studi ilmiah tentang belajar. Akan tetapi hanya sedikit penemuan Pavlov yang diterapkan pada belajar di sekolah. (Dahar, 2011)
Teori Operant Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dari hasil eksperimennya Skinner berpandangan bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan eksperimen terhadap tikus lapar dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, pemampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). ( Rifai Achmad dan Tri Anni Catharina, 2009)Berdasarkan eksperimen tersebut dapat ditarik kesimpulan:

– Setiap respon yang diikuti dengan penguatan (reward atau reinforcing stimuli) cenderung akan diulang kembali.

– Reward atau reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.
Teori Modelling dan Observational Learning

Teori ini dapat pula dikenal dengan teori belajar sosial yang menerima konsep-konsep belajar perilaku namun dengan penekanan pada efek-efek isyarat pada perilaku dan proses mental internal. Bandura mengembangkan 4 tahap melalui pengamatan atau modelling.

– tahap perhatian, individu memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif dan populer.

– tahap retensi, bila pendidik telah mendapat perhatian dari peserta didik, pendidik memodelkan perilaku yang akan ditiru oleh peserta didik dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkannya atau mengulangi model yang telah ditampilkan.

– tahap reproduksi, peserta didik mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku model.

– tahap motivasional, peserta didik akan menirukan model karena merasakan bahwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh penguatan.

Teori Bandura ini sangat mementingkan pengaturan diri (self-regulation). Dalam kegiatan belajar individu mengamati perilakunya sendiri, menilai perilakunya sendiri dengan standar yang dibuat sendiri, dan memperkuat atau menghukum diri sendiri apabila berhasil ataupun gagal dalam berperilaku.
Teori Koneksionisme

Teori ini dikembangkan oleh Edward L Thorndike. Dalam eksperimennya Thorndike menggunakan kucing dan dia menghitung waktu yang dibutuhkan kucing untuk dapat keluar dari kandang percobaan (puzzle box). Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah trial dan error. Dari eksperimennya Thorndike mengemukakan 3 macam hukum belajar, yaitu:
Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Agar proses belajar mencapai hasil yang baik, maka perlu kesiapan dalam belajar. Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini, yaitu:

– Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dapat melaksanakannya, maka dia akan puas.

– Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku tapi tidak dapat melaksanakannya, maka dia akan kecewa.

– Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku dan dipaksa untuk melaksanakannya, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
Hukum latihan (Law of Exercise)

Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan.

c. Hukum akibat (Law of Effect)

Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi semakin kuat.
Teori Belajar Menurut Watson

Belajar menurut adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
Teori Belajar Menurut Clark Hull

Dalam menjelaskan pengertian tentang belajar, pemikiran Clark Hull dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell Gredler, 1991).
Teori belajar Conditioning

Edwin Guthrie menyatakan bahwa semua belajar dapat diterangkan dengan satu prinsip, yaitu prinsip asosiasi. Belajar merupakan suatu upaya untuk menentukan hukum-hukum, bagaimana stimulus dan respon itu berasosiasi. Guthrie menyatakan bahwa respon dapat menimbulkan stimuli untuk respon berikutnya. Perilaku manusia merupakan deretan perilaku yang terdiri atas unit-unit reaksi atau respon dari stimulus berikutnya.

Konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut sebagai penguat (reinforcement), dan yang tidak menyenangkan disebut sebagai hukuman (punishment). ( Rifai Achmad dan Tri Anni Catharina, 2009)

Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

Aliran psikologi belajar sangat besar kontribusinya dalam perkembangan praktek pendidikan dan pembelajaran, dalam hal ini aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan modal hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai peserta didik yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila berikan penguatan (reinforcement), dan akan menghilang bila dikenai hukuman (funishment).

Pelaksanaan pembelajaran di lapangan, mulai dari pendidikan formal maupun non formal sering dijumpai perubahan perilaku melalui metode Drill(pembiasaan). Sebagai contoh di pendidikan Taman Kanak-Kanak, pendidik selalu mengajarkan berbagai macam pembiasaan seperti bersalaman dengan yang lebih tua, mengucapkan salam jika bertemu, dan mengajarkan peserta didik untuk menghafal doa-doa melalui pembiasaan dan pengulangan tiap hari.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan teori behavioristik antara lain tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran akan berhasil dengan baik jika terjadi kesamaan dalam hal pemahaman antara pendidik dan peserta didik sehingga sehingga seorang pendidik sudah seharusnya merancang langkah instruksional yang tepat. Dalam pembelajaran yang berbasis behavioristik, peserta didik harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dahulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikatagorikan sebagai kesalahan yang perlu diukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikatagorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Peserta didik adalah objek yang harus diperilakukan sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar dari peserta didik.

Menurut teori behavioristik, tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedang belajar sebagai aktivitas yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila peserta menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan pendidik, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan peserta didik secara individual.

Contohnya :

Dalam pelajaran bahasa inggris pada anak sekolah lanjutan pertama kelas 7 kami sajikan potongan RPP untu kelas 7 semester ganjil

Standar Kompetensi : 5. Membaca

Memahami makna dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana berkaitan dengan lingkungan terdekat.
Kompetensi Dasar : 5.1 Membaca nyaring bermakna kata, frase dan kalimat dengan lingkungan terdekat
Indikator – Mengidentifikasi kosa kata dan structure yang terkait dalam teks- Membaca kata, frasa dan kalimat dengan intonasi yang benar



– Membaca nyaring dengan baik dan benar

– Menjawab pertanyaan dari teks








1. Tujuan Pembelajaran

Pada akhir pembelajaran peserta didik dapat :
Mengidentifikasi kosa kata dan structure yang terkait dalam teks
Membaca kata,frasa dan kalimat dengan intonasi yang benar
Membaca nyaring dengan baik dan benar
Menjawab pertanyaan dari teks



2. Materi Pembelajaran

a. Kosa kata terkait dengan shopping list dan instruction

* greengrocer * vegetable * rice * sugar * milk

* keep * warning * entrance * sale * acrros

b. Verb phrase



B. Kegiatan inti

– Membahas kata-kata sulit yang digunakan dalam teks

– Mendengarkan kata-kata yang diucapkan pendidik

– Membaca kata-kata yang disediakan

– Menirukan kata-kata yang diucapkan pendidik

Bentuk : Pertanyaan lisan

Instrumen
Find the meaning if those words !

a. greengrocer c. vegetable e. sugar

b. sale d. rice f. milk
Say these words

a. greengrocer c. rice e. etc

b. sale d. rice
Read these sentences carefully :

a. I need a spoonfull of sugar to mke a cup of tea

b. I drink two glasses of milk every morning

c. my sisters always waits for lebaran sale to buy clothes
Ana : How much are these Bananas?

Seller : They are Rp.4.000 a kg

Ana : Can I get them lower ?

Seller : a little glass. I’ll give them to you for Rp. 3.500 what do you think ?

Anak : Ok

Answer these questions based on the dialogue above
How much money did Ana spend to buy two kilogram of banana?
Did Ana bargain the banana?
Where did you go if want to buy bananas

5. Sit in your group and white the shopping list you need in a month

a. school need for group 1 c. bakso seller need for group IV

b. daily need for group II d. etc

Di awal pembelajaran Bahasa Inggris ini seorang pendidik baiknya memperhatikan perkembangan peserta didiknya, karana jika dari awal peserta didik merespon baik dan mendapatkan hasil yang baik dalam awal pembelajaran maka ditingkat-tingkat pembelajaran yang lebih lanjut peserta didik akan dapat hasil yang baik, sebaliknya jika dari awal pembelajaran saja peserta didik sudah menunjukan hasil yang buruk maka peserta didikpun akan mendapatkan kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, perhatian pendidik terhadap peserta didik di sini sangat penting. Contoh pembelajaran yang bisa diambil dari contoh pelajaran di atas antara lain :

Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat itu termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siawa.

Seorang pendidik wajib mengenal karakteristik murid-muridnya juga daya tangkap murid-muridnya dalam pembelajaran yang diberikan seperti di atas.

Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas.

Di dalam pelajaran yang diberikan di atas pendidik bisa memberikan perhatian pada peserta didik berupa memberikan tugas menghafal dengan tuntutan peserta didik-peserta didik nantinya maju ke depan dan diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang tugas-tugas hafalan itu sendiri dan untuk menambah semangat peserta didik, pendidik bisa memberikan nilai bagi peserta didik yang hafal lebih banyak dan peserta didik yang kurang hafal pendidik bisa memberikan teguran atau diberikan tugas-tugas agar bisa belajar lagi di rumah. Dalam pelajaran bahasa inggris di atas pendidik juga bisa membuat kuis atau permainan agar peserta didik bisa lebih semangat dalam belajar, misalnya pendidik membuat beberapa kelompok dari murid yang ada kemudian dari tiap kelompok wajib menunjuk satu anggotanya untuk memperagakan soal-soal yang ada di atas sesuai perintah pendidik kemudian teman-temannya menjawab apa yang diperagakan oleh temannya itu bahasa inggris apabila teman-temannya tidak bisa menjawab maka bisa dijawab kelompok lain jadi jika mereka tidak bisa menjawab nilai akan diambil kelompok lain, dengan begitu peserta didik akan berusaha berfikir lebih keras untuk mengingat.

Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik. Jika ada peserta didik yang bertanya pendidik harus bisa menjawab dsn menjelaskannya hingga peserta didik bener-benar mengerti, dan bila ada peserta didik yang kurang mengerti atau kurang aktif pendidik perlu memberikan pertanyaan-pertnyaan untuk memaksa peserta didik aktif di kalas.

Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman yang bersifat mendidik.

Jika di dalam kalas atau di dalam pelajaran itu peserta didik ada yang kurang memperhatikan atau mengabaikan pelajaran pendidik, pendidik bisa memberikan hukuman agar peserta didik jerah dan tidak berani mengulanginya lagi juga lebih memperhatikan pendidik saat pendidik mengajar.

Evaluasi hasil belajar.

Setelah pendidik melakukan langkah-langkah pembelajaran, pendidik hendaknya melakukan evaluasi tentang bagaimana hasil belajar peserta didiknya untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat mengetahui dan memahami pembelajaran yang telah diberikan. jika hasil evaluasi belajar peserta didik dapat merespon dengan baik dan menjadikan peserta didik merasa nyaman dalam belajar maka pembelajaran dianggap berhasil,tetapi sebaliknya jika hasil evaluasi belajar peserta didik tidak dapat merespon dengan baik dengan apa yang telah diberikan dan peserta didik tidak bisa nyaman dalam belajar,maka pembelajaran dianggap gagal yang berakibat peserta didik kurang aktif dan hasil belajar atau nilai yang kurang memuaskan.

Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya sehingga model yang paling cocok adalah Drill and Practice, contohnya: dimanfaatkan di pendidikan anak usia dini, TK untuk melatih kebiasaan baik, karena anak-anak sangat mudah meniru perilaku yang ada dilingkungannya dan sangat suka dengan pujian dan penghargaan. Sedangkan untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi teori behavioristik ini banyak digunakan antara lain untuk melatih percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.

Teori behavioristik cenderung mengarahkan peserta didik untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Peserta didik juga tidak dapat berimajinasi dan berkreasi sehingga teori belajar behavioristik cenderung membatasi peserta didik. Pembelajaran behavioristik cenderung dikaitkan dengan penegakan disiplin, kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu hukuman, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.

Teori behavioristik saat ini sudah jarang digunakan lagi oleh para pendidik, bukan hanya mematikan bakat dan imajinasi anak melainkan anak juga tidak dapat mengembangkan kemampuan yang dikehendaki oleh anak. (Budiningsih., 2005)
III. Kesimpulan

Teori belajar memiliki beberapa fungsi dalam proses pembelajaran, antara lain fungsi pemahaman, fungsi prediktif, fungsi kontrol, dan fungsi rekomendatif. Melalui fungsi rekomendatif, teori behavioristik dapat merekomendasikan pedoman instruksional kepada pendidik, yang berupa stimulus-stimulus yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga memunculkan respon peserta didik yang merupakan hasil belajar yang diinginkan.

Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dari beberapa teori belajar behavioristik yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa untuk memunculkan respon yang diharapkan dibutuhkan penguatan (reinforcement).

Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya sehingga model yang paling cocok adalah Drill and Practice, contohnya: dimanfaatkan di pendidikan anak usia dini, TK untuk melatih kebiasaan baik, karena anak-anak sangat mudah meniru perilaku yang ada dilingkungannya dan sangat suka dengan pujian dan penghargaan. Sedangkan untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi teori behavioristik ini banyak digunakan antara lain untuk melatih percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar