Hudojo
(2005) mengatakan peningkatan hasil belajar siswa tentunya tidak terlepas dari
pengalaman belajar yang dialami oleh siswa sebagai suatu proses belajar. Proses
belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan yang melibatkan pendidik
dan para siswa di intitusi pendidikan yang melibatkan aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Proses belajar akan berjalan sebagaimana mestinya
jika siswa ikut aktif dalam belajar. Pemilihan pengalaman belajar mengarah pada
bagaimana mengaktifkan siswa dalam mempelajari materi matematika.
Pemilihan
pengalaman belajar bagi siswa merupakan salah satu tugas guru sebagai
fasilitator yang bertugas menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.
Ketidaksesuaian metode yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran akan berdampak
pada hasil belajar siswa. Hal ini terjadi di sekolah-sekolah, salah satunya SMP
N 1, dari data perolehan nilai yang diberikan oleh salah seorang guru bidang
studi matematika memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan siswa hampir di
setiap kelas kurang dari 70%. Data menunjukkan bahwa kelas VII-A yang terdiri
dari 45 siswa, sekitar 64% (29 siswa dari 45 siswa) sudah tuntas belajar dengan
nilai minimum 75 sedangkan 36% (16 siswa dari 45 siswa) sisanya tidak tuntas
belajar.
Semiawan,
1985 (dalam Syadzili,dkk: 2012 ), pengembangan pendekatan keterampilan proses
merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar
yang optimal. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar
kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang
dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan
titik awal berhasilnya pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, banyak teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan
bahwa tujuan pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi
pembelajaran aktif adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara
berkelompok. Problem Based Learning (PBL) pada dasarnya merupakan
pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok.
Menurut
Saryantono (2013), Problem Based Learning (PBL) dikembangkan dari
pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar efektif, perilaku kerjasama dan
menghargai keanekaragaman di masyarakat. Dalam pembelajaran, guru harus dapat
menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri
demokrasi dan proses ilmiah. Problem Based Learning (PBL) merupakan
jawaban terhadap praktik pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan
dinamika sosial masyarakat. Dengan demikian, pendekatan Problem Based
Learning (PBL) memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah
dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis
dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep esensial dari materi pelajaran.
Problem
Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi
pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Santyasa
(dalam Ghofur: 2013), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu
strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses belajar sesuai
dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai
dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap
tahap. Problem Based Learning (PBL) tidak disusun untuk membantu guru
dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai penyaji masalah, pengaju
pertanyaan, dan fasilitator.
Menurut
Dasna (2007), PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) Dengan PBL
akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada
konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2)
Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang
mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga
masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan
sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3) PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
B.
Rumusan
Masaalah
Adapun
yang menjadi rumusan masaalah adalah:
1.
Bagaimana penerapan PBL di SMP...
2.
Bagaimana peningkatan hasi belajar siswa dengan
penerapan PBL di SMP....
C.
Daftar
Bacaan:
1. Arends, Richard. 2007. Learning
to Teach Seventh Editions. New York: The MC Graw-Hill Companies, Inc.
2. Arikunto, Suharsimi. 2006a. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
3. Arikunto, Suharsimi. 2006b. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Badan Standart Nasional
Pendidikan (BNSP). 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.
Jakarta: BNSP.
5. Dasna, I Wayan dan Sutrisno.
2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. tersedia di
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-masalah/
diakses pada tanggal 15 Juli 2013
6. Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
7. Hudojo, Herman. 2005.
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.
8. Ghofur, Abd., 2010. Pembelajaran
sastra berbasis masalah – problem based learning pada pembelajaran puisi.
[Online]. tersedia di http://kampungtadris.wordpress.com/2010/01/09/
pembelajaran-sastra-berbasis-masalah-problem-based-learning-pada-pembelajaran-puisi/
diakses pada tanggal 20 April 2013
9. Miles, Matthew B. and Huberman A.
Michael (alih bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi). 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press.
10. Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
11. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
12. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
13. Saryantono, Buang. 2013. Pengaruh
Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
[online]. tersedia di
http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-model-problem-based-learning.html.
diakses tanggal 20 April 2013.
14. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan
Pembelajaran (Teori dan Praktek). Malang: Elang Mas.
15. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
16. Sugiyono. 2008. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
17. Suherman, dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA.
18. Suparno, Paul. 1997. Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
19. Syadzili, As’ad Furqon, dkk. 2012.
Makalah Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika Pada
Konsep Arus Listrik. [online]. tersedia di
http://kumpulanmakalah474.blogspot.com/ di akses tanggal 20 April 2013.
20. Wiyono, Bambang Budi. 2007.
Metodologi Penelitian (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Action Research).
Malang: FIP UM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar