Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

08 Desember 2015

Latar Belakang dan Rumusan Masalah Penerapan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

 Penerapan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas VII-A SMP N 1

      A.  Latar Belakang Masalah
Hudojo (2005) mengatakan peningkatan hasil belajar siswa tentunya tidak terlepas dari pengalaman belajar yang dialami oleh siswa sebagai suatu proses belajar. Proses belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan yang melibatkan pendidik dan para siswa di intitusi pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Proses belajar akan berjalan sebagaimana mestinya jika siswa ikut aktif dalam belajar. Pemilihan pengalaman belajar mengarah pada bagaimana mengaktifkan siswa dalam mempelajari materi matematika.
Pemilihan pengalaman belajar bagi siswa merupakan salah satu tugas guru sebagai fasilitator yang bertugas menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Ketidaksesuaian metode yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini terjadi di sekolah-sekolah, salah satunya SMP N 1, dari data perolehan nilai yang diberikan oleh salah seorang guru bidang studi matematika memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan siswa hampir di setiap kelas kurang dari 70%. Data menunjukkan bahwa kelas VII-A yang terdiri dari 45 siswa, sekitar 64% (29 siswa dari 45 siswa) sudah tuntas belajar dengan nilai minimum 75 sedangkan 36% (16 siswa dari 45 siswa) sisanya tidak tuntas belajar.
Semiawan, 1985 (dalam Syadzili,dkk: 2012 ), pengembangan pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, banyak teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi pembelajaran aktif adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara berkelompok. Problem Based Learning (PBL) pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok.
Menurut Saryantono (2013), Problem Based Learning (PBL) dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar efektif, perilaku kerjasama dan menghargai keanekaragaman di masyarakat. Dalam pembelajaran, guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri demokrasi dan proses ilmiah. Problem Based Learning (PBL) merupakan jawaban terhadap praktik pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan dinamika sosial masyarakat. Dengan demikian, pendekatan Problem Based Learning (PBL) memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Santyasa (dalam Ghofur: 2013), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses belajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap. Problem Based Learning (PBL) tidak disusun untuk membantu guru dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator.
Menurut Dasna (2007), PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

B.     Rumusan Masaalah
Adapun yang menjadi rumusan masaalah adalah:
1.      Bagaimana penerapan PBL di SMP...
2.      Bagaimana peningkatan hasi belajar siswa dengan penerapan PBL di SMP....

C.    Daftar Bacaan:

1.      Arends, Richard. 2007. Learning to Teach Seventh Editions. New York: The MC Graw-Hill Companies, Inc.
2.      Arikunto, Suharsimi. 2006a. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
3.      Arikunto, Suharsimi. 2006b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
4.      Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP). 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BNSP.
5.      Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. tersedia di http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-masalah/ diakses pada tanggal 15 Juli 2013
6.      Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
7.      Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.
8.      Ghofur, Abd., 2010. Pembelajaran sastra berbasis masalah – problem based learning pada pembelajaran puisi. [Online]. tersedia di http://kampungtadris.wordpress.com/2010/01/09/ pembelajaran-sastra-berbasis-masalah-problem-based-learning-pada-pembelajaran-puisi/ diakses pada tanggal 20 April 2013
9.      Miles, Matthew B. and Huberman A. Michael (alih bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi). 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
10.  Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
11.  Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
12.  Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
13.  Saryantono, Buang. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [online]. tersedia di http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-model-problem-based-learning.html. diakses tanggal 20 April 2013.
14.  Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran (Teori dan Praktek). Malang: Elang Mas.
15.  Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
16.  Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
17.  Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA.
18.  Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
19.  Syadzili, As’ad Furqon, dkk. 2012. Makalah Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika Pada Konsep Arus Listrik. [online]. tersedia di http://kumpulanmakalah474.blogspot.com/ di akses tanggal 20 April 2013.

20.  Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodologi Penelitian (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Action Research). Malang: FIP UM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar