A.
Deskripsi Skala Sikap Likert
Sikap adalah afeksi positif atau negatif yang
berhubungan dengan beberapa objek psikologis. Objek sikap dapat berupa simbol,
ungkapan, slogan, orang, institusi, ideal, dan ide..
Sikap sebagai suatu kesatuan
kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi ke dalam pola yang
lebih luas. Dari sudut motivasi, sikap merupakan suatu keadaan kesediaan untuk
bangkitnya motivasi (Mar'at, 1981). Sikap belum merupakan tindakan/aktivitas,
melainkan berupa kecenderungan (tendency) atau predisposisi tingkah laku.
Sikap memiliki tiga komponen,
yaitu: (1) komponen afektif, merupakan bagian emosional individu, yakni
perasaan tertentu (positif atau negatif) yang mempengaruhi penerimaan atau
penolakan terhadap objek sikap, sehingga timbul rasa senang-tidak senang,
takun-tidak takut, (2) komponen kognitif, merupakan aspek intelektual yang
berhubungan dengan bilief, idea atau konsep terhadap objek sikap,
dan (3) komponen behavioral, berupa kecenderungan individu untuk bertingkah
laku tententu terhadap objek sikap (Mouly, 1967).
Teknik pengukuran sikap dapat dilikukan
dengan tiga metode, yaitu: (1) measurement by scales, pengukuran
sikap dengan menggunakan skala (skala sikap), (2) measurement by
rating, pengukuran sikap dengan meminta pendapat atau penilaian para ahli
yang mengetahui sikap individu yang dituju, dan (3) indirect method, pengukuran
sikap secara tidak langsung yakni mengamati (eksperimen) perubahan
sikap/pendapat orang yang bersangkutan.
Salah satu pengukuran skala
sikap yang populer dalam bentuk Skala Likert, yang dapat dipergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena pendidikan (Djaali, 2008). Skala Likert adalah suatu
skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang
paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari
nama Rensis Likert, pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat. Rensis Likert
telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932.
Skala itu sendiri berarti ukuran-ukuran
berjenjang, skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu
yang pilihannya berjenjang, misalnya 1, 2, 3, 4, dan 5. Skala Likert juga
merupakan alat untuk mengukur, mengumpulkan data dengan cara “mengukur-menimbang”
yang “itemnya” butir-butir pertanyaannya berisikan pilihan yang berjenjang. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala Likert, diukur dengan menjabarkan
variabel menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Skala Likert itu “aslinya”
untuk mengukur kesetujuan dan
ketidak setujuan seseorang
terhadap sesuatu objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas: (a) sangat setuju, (b) setuju,
(c) netral antara setuju dan tidak, (d) kurang setuju, dan (e) sama
sekali tidak setuju. Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan
jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal.
Selain pilihan dengan
lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh
atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa
karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut
ternyata sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang
mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat
skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa
orang memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia.
Pernyataan yang diajukan
mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang akan “dinilai” responden,
apakah setuju atau tidak setuju. Contoh di bawah ini pernyataannya berbunyi “Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang efektif untuk
meningkatkan percaya diri siswa” Objek
khasnya adalah efektivitas (kefektivan) pendekatan pembelajaran. Responden
diminta memilih satu dari lima pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-5,
masing-masing menunjukkan “sangat tidak setuju (1), tidak
setuju (2), netral atau tidak berpendapat (3), setuju (4), sangat setuju
(5)”.
Artinya setujukah responden
bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatana yang paling
efektif untuk meningkatkan percaya dii siswa? Responden tinggal milih: setuju
atau tidak setuju, atau tak memilih keduanya (netral saja, tidak berpendapat).
Hakikatnya skala Likert merupakan
angket pilihan setuju–tidak
setuju. segala macam
pernyataan diminta kepada responden untuk memilih menjawab setuju atau tidak
setuju. Skala Likert ada kalanya “menghilangkan” tengah-tengah kutub setuju dan
tidak setuju. Responden dipaksa untuk “masuk” ke “blok” setuju atau tidak
setuju. Ini contohnya.
Siswa boleh tidak aktif di
kelas, asalkan sungguh-sungguh belajar mandiri. Pilihannya hanya
disediakan 4 rentang, yaitu: (a) Sangat setuju, (b) Setuju,
(c) Tidak setuju, dan (4) Sangat tidak setuju
Pertanyaan dibuat demikian agar
orang berpendapat, tidak bersikap netral atau tidak berpendapat.
Berapa jenjang skala dibuat
dalam Skal Likert tergantung pada “kata-kata” yang digunakan di dalam butir
(item). Kalau digunakan model verbal (kata-kata) setuju–tidak setuju, maka paling tidak ada tiga, yaitu setuju–netral–tidak setuju. Perubahan lebih banyak tentu akan mengikuti kutubnya
(kutub setuju dan kutub tidak setuju). Lebih baik jika ditambah, akan menjadi: sangat setuju–setuju–netral–tidak setuju–sangat tidak setuju (ada 5 skala). Bisa dibuat menjadi tujuh jika ditambahi lagi
dengan sangat setuju sekali dan sama
sekali tidak setuju. Atau tambahannya berupa “agak setuju” (sebelum setuju) dan “agak tidak setuju” (sebelum tidak setuju).
Jika digabungkan, maka jadi
sembilan skala (jenjang), yaitu (1) Sangat setuju sekali, (2) Sangat
setuju, (3) Setuju, (4) Agak setuju, (5) Netral,
(6) Agak tidak setuju (7) Tidak setuju, (8) Sangat tidak setuju, dan (9) Sama
sekali tidak setuju.
B. Menganalisis data Skala
Likert
1.
Analisis Frekuensi (Proporsi)
Skala Likert berkait dengan
setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu. Datanya data ordinal (berjenjang
tanpa skor). Angka-angka hanya urutan saja. Jadi, analisisnya hanya berupa
frekuensi (banyaknya) atau proporsinya (persentase), yaitu: (a) sangat setuju
30 orang (30%), (b) setuju 50 orang (50%), (c) tidak setuju 15
orang (15%), dan sangat tidak setuju 5 orang (5%).
Jika digabungkan menurut
kutubnya, maka yang setuju (gabungan sangat setuju dan setuju) ada 80 orang
(80%), dan yang tidak setuju (gabungan sangat tidak setuju dan tidak setuju)
ada 20 orang (20%).
2. Analisis Terbanyak (Mode)
Analisis menggunakan “mode,”
yaitu yang terbanyak. Dengan contoh data di atas, maka jadinya “terbanyak (50%)
menyatakan setuju” (Dari data yang sangat setuju 15%, setuju 50%, netral 20%,
tidak setuju 10%, sangat tidak setuju 5%).
C. Skala Likert Sebagai Skala Penilaian
Skala Likert kerap digunakan
sebagai skala penilaian karena memberi nilai terhadap sesuatu diberlakukan
angka skor. Jadi, yang dianalisis skornya. Dalam contoh di atas angka 7 sebagai
skor tertinggi. Datanya bukan ordinal, melainkan interval. Contohnya mengenai kepuasan konsumen terhadap
layanan perpustakaan di bawah ini. Responden cukup
diminta melingkari angka skor sesuai dengan penilaiannya.
1. Kemudahan menemukan koleksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Kenyamanan ruangan
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
3. Layanan
petugas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Analisisnya bisa menggunakan
dua macam, proporsi (persentase) dan mode (terbanyak
menilai berapa), dan rerata atau means (rerata skornya berapa), dan termasuk
pengkateorian puas atau tidak puas.
1.
Hihitung banyaknya responden
yang memberi nilai pada skor tertentu secara keseluruhan (seluruh butir
pernyataan). Lihat yang terbanyak (mode) dari responden memilih pada skor
berapa.
2.
Hitung skor dari keseluruhan
butir (responden yang menjawab dikalikan skor), lalu disusun reratanya. Rerata
skor itu (bilangannya tentu akan 0 – 10) termasuk kategori tinggi atau rendah.
Sebelumnya tentu sudah disusun kategorisasinya. Jadi, jika rerata skornya
misalnya 7,76, angka 7,76 itu termasuk kategori rendah, sedang, ataukah tinggi?
Ingat, skor terendah berapa, dan skor tertinggi berapa! Jadi, 7,76 dari
rentangan skor 1 – 10 tentu termasuk tinggi (tapi tidak sangat tinggi, kan?!)
D. Kelemahan skala Likert
1. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala
Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat
membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu yang lain.
2.
Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena
banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama
semoga bermanfaat...
BalasHapus