Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

30 Maret 2017

Penilaian Sikap : Skala Sikap Likert dalam Penelitian dan Pembelajaran Sebuah Review Refleksi Sitasi by Ridwan, MA

A.    Deskripsi Skala Sikap Likert
Sikap adalah afeksi positif atau negatif yang berhubungan dengan beberapa objek psikologis. Objek sikap dapat berupa simbol, ungkapan, slogan, orang, institusi, ideal, dan ide..
Sikap sebagai suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas. Dari sudut motivasi, sikap merupakan suatu keadaan kesediaan untuk bangkitnya motivasi (Mar'at, 1981). Sikap belum merupakan tindakan/aktivitas, melainkan berupa kecenderungan (tendency) atau predisposisi tingkah laku.
Sikap memiliki tiga komponen, yaitu: (1) komponen afektif, merupakan bagian emosional individu, yakni perasaan tertentu (positif atau negatif) yang mempengaruhi penerimaan atau penolakan terhadap objek sikap, sehingga timbul rasa senang-tidak senang, takun-tidak takut, (2) komponen kognitif, merupakan aspek intelektual yang berhubungan dengan bilief, idea atau konsep terhadap objek sikap, dan (3) komponen behavioral, berupa kecenderungan individu untuk bertingkah laku tententu terhadap objek sikap (Mouly, 1967).
Teknik pengukuran sikap dapat dilikukan dengan tiga metode, yaitu: (1) measurement by scales, pengukuran sikap dengan menggunakan skala (skala sikap), (2) measurement by rating, pengukuran sikap dengan meminta pendapat atau penilaian para ahli yang mengetahui sikap individu yang dituju, dan (3) indirect method, pengukuran sikap secara tidak langsung yakni mengamati (eksperimen) perubahan sikap/pendapat orang yang bersangkutan.
Salah satu pengukuran skala sikap yang populer dalam bentuk Skala Likert, yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan (Djaali, 2008). Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat. Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932.
Skala itu sendiri berarti ukuran-ukuran berjenjang, skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu yang pilihannya berjenjang, misalnya 1, 2, 3, 4, dan 5.  Skala Likert juga merupakan alat untuk mengukur, mengumpulkan data dengan cara “mengukur-menimbang” yang “itemnya” butir-butir pertanyaannya berisikan pilihan yang berjenjang. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala Likert, diukur dengan menjabarkan variabel menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Skala Likert itu “aslinya” untuk mengukur kesetujuan dan ketidak setujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas: (a) sangat setuju, (b) setuju, (c) netral antara setuju dan tidak, (d) kurang setuju, dan (e) sama sekali tidak setuju. Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal.
Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia.
Pernyataan yang diajukan mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang akan “dinilai” responden, apakah setuju atau tidak setuju. Contoh di bawah ini pernyataannya berbunyi “Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan percaya diri siswa” Objek khasnya adalah efektivitas (kefektivan) pendekatan pembelajaran.  Responden diminta memilih satu dari lima pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-5, masing-masing  menunjukkan “sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral atau tidak berpendapat (3),  setuju (4), sangat setuju (5)”.
Artinya setujukah responden bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatana yang paling efektif untuk meningkatkan percaya dii siswa? Responden tinggal milih: setuju atau tidak setuju, atau tak memilih keduanya (netral saja, tidak berpendapat).
Hakikatnya skala Likert merupakan angket pilihan setuju–tidak setuju.  segala macam pernyataan diminta kepada responden untuk memilih menjawab setuju atau tidak setuju. Skala Likert ada kalanya “menghilangkan” tengah-tengah kutub setuju dan tidak setuju. Responden dipaksa untuk “masuk” ke “blok” setuju atau tidak setuju.  Ini contohnya.
Siswa boleh tidak aktif di kelas, asalkan sungguh-sungguh belajar mandiri. Pilihannya hanya disediakan 4 rentang, yaitu: (a) Sangat setuju, (b) Setuju, (c) Tidak setuju, dan (4) Sangat tidak setuju
Pertanyaan dibuat demikian agar orang berpendapat, tidak bersikap netral atau tidak berpendapat.
Berapa jenjang skala dibuat dalam Skal Likert tergantung pada “kata-kata” yang digunakan di dalam butir (item). Kalau digunakan model verbal (kata-kata) setuju–tidak setuju, maka paling tidak ada tiga, yaitu setuju–netral–tidak setuju. Perubahan lebih banyak tentu akan mengikuti kutubnya (kutub setuju dan kutub tidak setuju). Lebih baik jika ditambah, akan menjadi: sangat setuju–setuju–netral–tidak setuju–sangat tidak setuju (ada 5 skala). Bisa dibuat menjadi tujuh jika ditambahi lagi dengan sangat setuju sekali dan sama sekali tidak setuju. Atau tambahannya berupa “agak setuju” (sebelum setuju) dan “agak tidak setuju” (sebelum tidak setuju).
Jika digabungkan, maka jadi sembilan skala (jenjang), yaitu (1) Sangat setuju sekali, (2) Sangat setuju, (3) Setuju, (4) Agak setuju, (5) Netral, (6) Agak tidak setuju (7) Tidak setuju, (8) Sangat tidak setuju, dan (9) Sama sekali tidak setuju.

B. Menganalisis data Skala Likert
1. Analisis Frekuensi (Proporsi)
Skala Likert berkait dengan setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu. Datanya data ordinal (berjenjang tanpa skor). Angka-angka hanya urutan saja. Jadi, analisisnya hanya berupa frekuensi (banyaknya) atau proporsinya (persentase), yaitu: (a) sangat setuju 30 orang (30%), (b) setuju 50 orang (50%), (c) tidak setuju 15 orang (15%), dan sangat tidak setuju 5 orang (5%).
Jika digabungkan menurut kutubnya, maka yang setuju (gabungan sangat setuju dan setuju) ada 80 orang (80%), dan yang tidak setuju (gabungan sangat tidak setuju dan tidak setuju) ada 20 orang (20%).

2. Analisis Terbanyak (Mode)
Analisis menggunakan “mode,” yaitu yang terbanyak. Dengan contoh data di atas, maka jadinya “terbanyak (50%) menyatakan setuju” (Dari data yang sangat setuju 15%, setuju 50%, netral 20%, tidak setuju 10%, sangat tidak setuju 5%).

C. Skala Likert Sebagai Skala Penilaian
Skala Likert kerap digunakan sebagai skala penilaian karena memberi nilai terhadap sesuatu diberlakukan angka skor. Jadi, yang dianalisis skornya. Dalam contoh di atas angka 7 sebagai skor tertinggi. Datanya bukan ordinal, melainkan interval. Contohnya mengenai kepuasan konsumen terhadap layanan perpustakaan di bawah ini. Responden cukup diminta melingkari angka skor sesuai dengan penilaiannya.
1. Kemudahan menemukan koleksi       1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
2. Kenyamanan ruangan                    1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
3. Layanan petugas                         1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
Analisisnya bisa menggunakan dua macam, proporsi (persentase) dan mode (terbanyak menilai berapa), dan rerata atau means (rerata skornya berapa), dan termasuk pengkateorian puas atau tidak puas.
1.      Hihitung banyaknya responden yang memberi nilai pada skor tertentu secara keseluruhan (seluruh butir pernyataan). Lihat yang terbanyak (mode) dari responden memilih pada skor berapa.
2.      Hitung skor dari keseluruhan butir (responden yang menjawab dikalikan skor), lalu disusun reratanya. Rerata skor itu (bilangannya tentu akan 0 – 10) termasuk kategori tinggi atau rendah. Sebelumnya tentu sudah disusun kategorisasinya. Jadi,  jika rerata skornya misalnya 7,76, angka 7,76 itu termasuk kategori rendah, sedang, ataukah tinggi? Ingat, skor terendah berapa, dan skor tertinggi berapa! Jadi, 7,76 dari rentangan skor 1 – 10 tentu termasuk tinggi (tapi tidak sangat tinggi, kan?!)

D. Kelemahan skala Likert
1. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu yang lain.
2. Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama





1 komentar: