A. TEORI DASAR MOTIVASI 5 BESAR
Pengembangan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi di dunia sangat
dipengaruhi oleh lima teori besar dan populer tentang ‘motivasi’ dalam praktik kehidupan,
yaitu:
(1) Teori ‘efek’ Hawthorn,
(2) Teori ‘kebutuhan’ Maslow,
(3) Teori ‘X dan Y’ McGregor,
(4) Teori ‘hygine dan motivator’ Herzberg, dan
(5) Teori ‘motivasi berprestasi’ McClelland.
(1) Teori ‘efek’ Hawthorn,
(2) Teori ‘kebutuhan’ Maslow,
(3) Teori ‘X dan Y’ McGregor,
(4) Teori ‘hygine dan motivator’ Herzberg, dan
(5) Teori ‘motivasi berprestasi’ McClelland.
1. Teori Efek Hawthorn
Elton Mayo (1880-1949) |
Penelitian oleh Elton Mayo pada perusahaan General Electric kawasan
Hawthorn di Chicago,
memilki dampak pada motivasi kelompok kerja dan sikap
karyawan dalam bekerja. Kontribusi hasil penelitian tersebut bagi perkembangan
teori motivasi adalah:
1)
Kebutuhan dihargai sebagai manusia
ternyata lebih penting dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja
karyawan dibandingkan dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.
2)
Sikap karyawan dipengaruhi oleh
kondisi yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan tempat kerja.
3)
Kelompok informal di lingkungan kerja
berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.
4)
Kerjasama kelompok tidak terjadi
begitu saja, tetapi harus direncanakan dan dikembangkan.
2. Teori Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow; 1935 |
Menurut Abraham Maslow, pada dasarnya karyawan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sebagai berikut:
1)
Kebutuhan fisiologis.
2)
Kebutuhan rasa aman.
3)
Kebutuhan social.
4)
Kebutuhan harga diri.
5)
Kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan
akan timbul apabila kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah
kebutuhan fisiologis seperti pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka
kebutuhan tersebut akan digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan seterusnya.
Sehingga tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang
yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Teori X dan Y McGregor
Douglas McGoeger, 1960 |
McGregor mengemukakan dua model yang menjelaskan motivasi karyawan yang
bekerja yaitu teori X dan teori Y,
a.
Teori X menganggap bahwa:
1)
Karyawan tidak suka bekerja dan
cenderung untuk menghindari kerja.
2)
Karyawan harus diawasi dengan ketat
dan diancam agar mau bekerja dengan baik.
3)
Prosedur dan disiplin yang keras
lebih diutamakan dalam bekerja.
4)
Uang bukan satu-satunya faktor yang
memotivasi kerja.
5)
Karyawan tidak perlu diberikan
kesempatan untuk mengembangkan diri.
b.
Teori Y menganggap bahwa:
1)
Karyawan senang bekerja, sehingga
pengawasan dan hukuman tidak diperlukan oleh karyawan.
2)
Karyawan akan memiliki komitmen
terhadap pekerjaan dan organisasi jika merasa memuaskan.
3)
Manusia cenderung ingin belajar.
4)
Kreatifitas dan Imajinasi digunakan
untuk memecahkan masalah.
4. Teori Hygine dan Motivator
Herzberg
Frederick Irving Herzberg,1923 |
Menurut Herzberg, faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan
berbeda dengan faktor yang menimbulkan ketidak-puasan kerja sebagai berikut.
a.
Faktor Hygine meliputi :
1)
Kebijakan perusahaan dan sistem
administrasinya.
2)
Sistem pengawasan.
3)
Gaya kepemimpinan.
4)
Kondisi lingkungan kerja.
5)
Hubungan antar pribadi.
6)
Gaji / upah.
7)
Status.
b.
Faktor Motivator meliputi :
1)
Pengakuan.
2)
Penghargaan atas prestasi.
3)
Tanggungjawab yang lebih besar.
4)
Pengembangan karir.
5)
Pengembangan diri.
6)
Minat terhadap pekerjaan.
5. Teori Motivasi Berprestasi McClelland
David |
Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:
1)
Kebutuhan berprestasi (Achievement
motivation) yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai
prestasi, umpan balik dan mengambil risiko sedang.
2)
Kebutuhan berkuasa (Power
motivation) yang meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.
3)
Kebutuhan berafiliasi (Affiliation
motivation) yang meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan
diterima.
Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling
berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan
kadar yang berbeda-beda. Seseorang dapat dilatihkan untuk meningkatkan salah
satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan
berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam tingkat kebutuhan berprestasi
dengan menurunkan kebutuhan yang lain.
B. Karakteristik Motivasi Berpretasi Mnurut Pakar Ternama
McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika
Serikat mengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus
mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa yang
mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis virus
sebagai pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi
dan kebutuhan berkuasa. Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut melalui
lingkungan kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan
perusahaan.
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang
melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara
lebih lebih baik dari sebelumnya.
Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan,
berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja
keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang
membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan
lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan
serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk
terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum
karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan
berkembang dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.
Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi menurut McClelland adalah:
1)
Menyukai tanggungjawab untuk
memecahkan masalah.
2)
Cenderung menetapkan target yang sulit
dan berani mengambil risiko.
3)
Memiliki tujuan yang jelas dan
realistik.
4)
Memiliki rencana kerja yang
menyeluruh.
5)
Lebih mementingkan umpan balik yang
nyata tentang hasil prestasinya.
6)
Senang dengan tugas yang dilakukan
dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna.
Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi berprestasi rendah menurut
McClelland adalah:
1)
Bersikap apatis dan tidak percaya
diri.
2)
Tidak memiliki tanggungjawab pribadi
dalam bekerja.
3)
Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang
jelas.
4)
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
5)
Setiap tindakan tidak terahan dan
menyimpang dari tujuan.
Laporan hasil penelitian tentang gaya manajerial dari 16.000 manajer di
Amerika Serikat yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menengah dan
rendah menunjukkan sebagai berikut :
1)
Manajer dengan motivasi berprestasi
yang rendah memiliki karakter pesimis dan tidak percaya dengan kemampuan
bawahannya. Sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis
dan memandang bawahan baik dan menyenangkan.
2)
Motivasi manajer dapat diproyeksikan
pada bawahannya. Bagi manajer yang bermotivasi prestasi tinggi selalu
memperhatikan aspek-aspek pekerjaan yang harus diselesaikan dan mendiskusikan
tugas pekerjaan yang harus dicapai bawahannya, sehingga mereka akan menerima.
3)
Manajer yang bermotivasi berprestasi
tinggi cenderung menggunakan metode partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan
manajer dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam
interaksi dan komunikasi terbuka.
4)
Manajer yang prestasinya tinggi lebih
memperhatikan pada manusia dan tugas / produksi, manajer yang prestasinya
sedang lebih memperhatikan tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya
rendah hanya memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan bawahannya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan tingkat kinerja.
Artinya, para karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung
memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi
berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah.
C. Teknik Mengelola Motivasi
Teknik mengelola motivasi dapat dilakukan dengan cara: (1) pemenuhan
kebutuhan, dan (2) membangun komunikasi persuasive, berikut ini:
1. Teknik Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan merupakan dasar bagi perilaku kerja. Motivasi kerja
akan timbul apabila kebutuhan dipenuhi seperti dikemukakan oleh Maslow tentang
hierarki kebutuhan individu yaitu:
1)
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan
makan, minum, perumahan dan seksual. Kebutuhan ini paling mendasar bagi
manusia. Dalam bekerja, maka kebutuhan karyawan yang harus dipenuhi adalah gaji
/ upah yang layak.
2)
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan
perlindungan dari ancaman bahaya dan lingkungan kerja. Dalam bekerja, karyawan
memerlukan tunjangan kesehatan, asuransi dan dana pensiun.
3)
Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan
diterima dalam kelompok dan saling mencintai. Dalam hubungan ini, karyawan
ingin diterima keberadaanya di tempat kerja, melakukan interaksi kerja yang
baik dan harmonis.
4)
Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan
untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan ini, karyawan
butuh penghargaan dan pengakuan serta tidak diperlakukan sewenang-wenang.
5)
Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk mengembangkan diri dan potensi. Dalam hubungan ini, karyawan
perlu kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara pribadi.
2. Teknik Komunikasi Persuasif
Teknik komunikasi persuasif adalah satu teknik memotivasi kerja yang
dilakukan dengan cara mempengaruhi dari luar diri. Rumus teknik komunikasi
persuasif adalah “ADIDAS” sebagai berikut :
1)
A ttention, yaitu perhatian yang penuh
2)
D esire, yaitu hasrat dan keinginan yang
membara
3)
I interest, yaitu minat dan kepentingan
4)
D esicion, yaitu keputusan yang tepat
5)
A ction,
yaitu tindakan nyata
6)
S atisfaction,
yaitu kepuasan atas hasil yang dicapai
C. Teknik Mengatasi Penyakit Kurang Motivasi
Memotivasi merupakan salah satu faktor kunci untuk bekerja dan mencapai
kinerja yang tinggi. Kegiatan memotivasi berkaitan dengan sejauhmana komitmen
seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Karyawan yang motivasinya terhadap suatu pekerjaan rendan atau turun akan
memiliki komitmen terhadap pelaksanaan penyelesaian pekerjaannya. Karyawan
tersebut termasuk orang yang kurang semangat atau motivasi rendah. Pada dasarnya,
yang membuat karyawan kehilangan motivasi atau tidak semangat adalah situasi
dan kondisi pekerjaan itu sendiri.
1. Indikator Karyawan Bermotivasi Tinggi
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan memiliki motivasi yang tinggi
dalam melakukan tugas akan dapat diketahui dengan mengamati karyawan dengan
tanda-tanda motivasi baik adalah :
1)
Bersikap positif terhadap
pekerjaannya
2)
Menunjukkan perhatian yang tulus
terhadap pekerjaan orang lain dan membantu mereka bekerja lebih baik
3)
Selalu menjaga kesimbangan sikap
dalam berbagai situasi
4)
Suka memberi motivasi kepada orang
lain walaupun kadang tidak berhasil
5)
Selalu berpikir positif dari suatu
kejadian
2. Indikator Karyawan Bermotivasi Rendah
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan kehilangan motivasi tidak
selalu mudah karena jarang diungkapkan. Namun hal ini dapat diketahui dari
perubahan sikap yang terjadi pada dirinya yang dapat diamati. Tanda-tanda sikap
karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja adalah :
1)
Tidak bersedia bekerja sama
2)
Tidak mau menjadi sukarelawan
3)
Selalu datang terlambat, pulang awal
dan mangkir tanpa alasan
4)
Memperpanjang waktu istirahat dan
bermain game dalam waktu kerja
5)
Tidak menepati tenggat waktu tugas
6)
Tidak mengikuti standar yang
ditetapkan
7)
Selalu mengeluh tentang hal sepele
8)
Saling menyalahkan
9)
Tidak mematuhi peraturan
D. Cara Mengatasi Penurunan Motivasi
Suatu hal yang perlu diperhatikan agar karyawan dan perusahaan tidak
mengalami kerugian akibat penutunan motivasi, maka kita perlu mengatasi masalah
tersebut dan mencegah dengan berupaya mengantisipasi kondisi yang terjadi. Beberapa
pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi kekurangan semangat dan motivasi
dalam melaksanakan pekerjaan adalah dengan pendekatan kuratif dan pendekatan
preventif.
1. Pendekatan
Kuratif
Pendekatan kuratif atau mengatasi adalah melihat apakah masalah yang
menimbulkan pengaruh pada motivasi penting atau tidak dalam pekerjaan. Apabila
masalahnya tidak terlalu penting maka kita tidak perlu merasa putus asa. Tetapi
bila ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan, maka bicara secara terbuka
dan langsung dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan kesamaan persepsi
sehingga jalan keluarnya dapat ditemukan, misalnya atasan atau konselor. Bila
pihak yang berwenang tidak dapat ditemui secara langsung, hubungi melalui surat
atau telepon.
2. Pendekatan
Antisipatif
Karyawan sebaiknya bekerja dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya berusaha menenangkan hati sewaktu
bekerja dan jangan terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa gelisah
karena hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka sebaiknya menenagkan
diri di luar ruang kerja dengan cara yang diyakini berhasil, misalnya dengan
berdoa atau yoga. Karyawan disarankan bersikap dan berpikir positif terhadap
pekerjaan.
semoga bermanfaat ya.......
BalasHapus