BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian studi kepustakaan, pemilihan
metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi
permasalahan ganja Aceh dikalangan siswa dengan mengacu pada
literaturliteratur, artikelartikel, buku-buku, jurnal, media cetak dan media
online di internet dengan teknik
anilisis kontens yang memanfaatkan data penelitian sepenuhnya dari dokumentasi online
berkaitan permasalahan ganja Aceh dikalangan siswa.
B. Variabel
Penelitian
1.
Variabel
Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pelacakan dan pencegahan.
2.
Variabel
terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah ganja Aceh dikalangan siswa.
3.
Indikator Variabel
Berdasarkan variabel bebas dan
variabel terikat di atas, dapat penulis rumuskan indikator variabel sebagaimana
tertera dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.
Indikator Variabel
No
|
Variabel
|
Sub Variabel
|
Indikator Variabel
|
1
|
a. Pelacakan
|
1.
Pengedar ganja
|
Pengedaran online
|
Pengedaran manual
|
|||
Jasa pengedaran
|
|||
2.
Modus pengedaran
|
Modus rokok
|
||
Modus kue
|
|||
3.
Pengguna
|
Pengguna ikut-ikutan
|
||
Pengguna kecanduan
|
|||
b. Pencegahan
|
1.
Sikap konsekuensi
|
Konsekuensi tidak menjadi pengguna
|
|
Konsekuensi tidak akan mencoba
|
|||
2.
Penilaian pribadi
|
Menganggap ganja perusak
|
||
Menganggap ganja dilarang agama
|
|||
Menganggap ganja dilarang negara
|
|||
4.
Penguatan prilaku
|
Mereka bisa tidak
menjadi pengguna
|
||
Mereka bisa menolak ganja
|
|||
2
|
Ganja Aceh dikalngan siswa
|
1.
Penggunaan pada jam sekolah
|
Bolos sekolah menggunakan ganja
|
Menggunakan ganja jam istirahat
|
|||
2.
Penggunaan di luar jam sekolah
|
Penggunaan bersama
orang dewasa lain
|
||
Penggunaan di rumah teman
|
|||
Penggunaan di tempat hiburan
|
C. Waktu dan Sumber Data Penelitian
Pengambilan data yang dipaparkan
di dalam penelitian
ini dilakukan selama 3 bulan. Perincian waktu pelaksanaan kegiatan
penelitian dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Jadwal pelaksanaan penelitian
online pelacakan dan
pencegahan ganja Aceh dikalangan siswa 2016
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
||||||||||
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||
1
|
Pembuatan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Tahap persiapan keterjangkauan jurnal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Persiapan keterjangkauan data
online
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penyusunan laporan lengkap
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pembuatan artikel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa
dokumentasi online di internet melalui situs jurnal, wabsite, blog,
facebook, twiter, instagram, youtube di media sosial yang memuat kasus
penggunaan, karya tulis hasil penelitian dan pegedaran ganja baik secara manual
dan online.
A. Teknik
dan Instrumen Pengumpulan Data
1.
Teknik Pengumpulan
Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang representatif,secara online maka
peneliti menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data atau informasi tentang dua hal, yaitu: (1) pelacakan secara online di media sosial
tentang ganja Aceh dikalangan siswa, (2) mengobservasi jurnal berkaitan tentang
pencegahan dan penganggulangan masalah ganja dikalangan siswa.
2.
Instrumen
Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data sebagaimana telah
disebutkan di atas, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
untuk mengukur informasi telah
memenuhi kriteria sesuai indikator variabel yang diacari
E. Teknik
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menganalisa data yang telah
dikumpulkan. Dari data yang diperolah dirangkum beberapa kesimpulan tentang ganja Aceh dikalangan siswa. Data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan data kuatitatif akan diolah dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan.
P = Persentase
f = Frekuensi (banyaknya aktivitas yang muncul)
N = Jumlah aktivitas keseluruhan (Sudjana & Ibrahim, 2007: 129)
Hasil rata-rata pengamatan aktivitas guru dan siswa yang
diperoleh, menurut Riduwan (2009: 28)
dapat dibahasakan dengan kriteria (1) 81%-100% = sangat baik. (2) 61%-80%
= baik. (3) 41%-60% = cukup baik. (4) 21%-40% = kurang baik. (5) 0%-20% =
sangat kurang.
Agar hasil analisis data dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, maka harus dilakukan teknik pemerikasaan keabsahan data. Adapun
teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pemerikasaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini berupa pengecekan dan
pembanding sumber yaitu membandingkan data dari beberapa sumber.
F.
Kerangka Berfikir
Penelitian ini
menggunakan teori sosial David McClelland, pada umumnya siswa pengguna ganja
Aceh untuk mengunguli teman-teman sebayanya dengan cara pintas bertarung untuk
mencapai kesuksesan sementara. Need For Achievement (N-Ach)
hasrat untuk meraih setinggi-tingginya prestasi dalam hidup. Ditinjau dari
segi psikologi N-Ach menunjukkan keinginan individual untuk berprestasi,
menguasai skiil, pengendalian atau standar tinggi. Seseorang yang memiliki
N-Ach tinggi cenderung memiliki karakteristik untuk mencari tantangan dan
tingkat kemandirian tinggi. Orang yang mempunyai high achiever harus
diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat
dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih
efektif adalah umpan balik atas apa yang telah dilakukannya.
Individu yang
mempunyai N-Ach yang tinggi cenderung bekerja pada situasi dengan tingkat
kesuksesan yang modern. Selanjutnya mereka lebih suka bekerja sendiri atau
dengan orang lain yang mempunyai achievers yang tinggi juga. Sumber
pemicu N-Ach sangat dipengaruhi oleh; (1) orang tua yang mendorong kemandirian
dimasa kanak-kanak, (2) menghargai, memberi hadiah pada kesuksesan, (3) asosiasi
prestasi dengan perasaan positif, (4) asosiasi prestasi dengan orang-orang yang
memilki kompetensi dan usaha sendiri bukan karena keberuntungan, (5) kekuatan
pribadi, (6) suatu keinginan untuk menjadi lebih efektif.
Selanjutnya yang
paling relevan penggunaan ganja Aceh dikalangan siswa dikaitkan dengan teori N-Pow
motivasi terhadap kekuasaan. Kebutuhan akan kekuasaan untuk membuat orang lain
berperilaku sesuia dengan yang diinginkannya atau suatu bentuk ekspresi individu
untuk mengendalikan dan memengaruhi orang lain. Kebutuhan kekuasaan sangat berhubungan
dalam pencapaian posisi, karena seorang pemimpin membutuhkan kekuasaan yang
besar untuk dapat mengendalikan anggotanya agar dapat terwujud tujuannya
sebagai seorang pemimpin. Oleh karena itu sebahagian siswa memilih bergabung
dengan komunitas ganja agar berpengaruh terhadap lingkungannya dan seakan-akan memiliki
kemampuan mental yang kuat untuk memimpin dan mempunyai ide serta hasrat untuk
menang walau hanya dalam waktu sesaat.
Pada umumnya siswa
pengguna ganja Aceh sangat erat kaitannya dengan teori N-Affil
dorongan untuk persahabatan. Dorongan kebutuhan
berhubungan antara pribadi yang ramah dan akrab. Individu mempunyai keinginan
untuk mempunyai hubungan erat atau bersahabat dengan pihak lain. Ganja
dijadikan media persahabatan yang kuat antar sesama pengguna. Memang biasanya
jika individu mempunyai afiliasi yang tinggi dalam bekerja, maka ia akan berhasil,
karena dalam pekerjaan membutuhkan interaksi sosial yang tinggi.
Dari tiga teori
motivasi di atas dihubungkan dengan siswa berada pada tahap remaja terdapat
perubahan yang menonjol dalam aspek kognitif sangat disayangkan jika larut
dalam komunitas ganja. Pada dasarya siswa-siswi pada tahap ini sudah mulai
mampu berpikir secara abstrak dan logis, mereka sudah mampu melakukan suatu
situasi sesuai rencana atau suatu bayangan, siswa dapat memahami bahwa tindakan
yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan
demikian siswa sebenarnya telah mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang akan membahayakan dirinya. Misalnya siswa mampu membayangkan
konsekuensi apa yang diterima jika menggunakan ganja. Siswa yang memiliki
pemikiran logis ialah mereka yang sudah mulai mempunyai pola pikir sebagai
peneliti, dimana siswa mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan dimasa yang akan datang (Santrock, 2007).
Selain perubahan
kognitif, remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima
kelompok, sehingga mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya
dapat merasa sangat tertekan dan cemas apabila “dikeluarkan” dan diremehkan
oleh kawan-kawan sebayanya (Santrock, 2007). Teman sebaya dirasakan cukup
penting untuk memeroleh berbagai informasi mengenai lingkungan di luar
keluarga, baik informasi yang berguna maupun yang tidak berguna bagi dirinya
sendiri yang dapat memberi label bagi diri mereka, sebab di tahap remaja madya
ini ialah masa mencari identitas diri (Santrock, 2007). Berbagai informasi di luar keluarga,
informasi yang diperoleh individu tergantung dari teman sebaya, yang dimana
pengaruh teman sebaya dapat bersifat positif atau negatif (Santrock, 2007).
Jika pengaruh teman sebaya bersifat positif terhadap individu, maka pengaruh
tersebut dapat memberi remaja untuk belajar mengamati dengan tajam minat dan
sudut pandang teman-temannya agar mereka dapat mengintegrasikan minat dan sudut
pandangnya sendiri dalam aktivitas yang berlangsung bersama kawan-kawan.
Pengaruh negatif dapat berbentuk perkenalan individu terhadap alkhohol, minuman
keras, kenakalan, penggunaan obat-obat terlarang atau hal-hal yang dianggap
maladaptif oleh orang dewasa.
Tidak sepenuhnya keputusan
remaja untuk menggunakan ganja dipengaruhi oleh teman, namun juga ditentukan
oleh niat (intention) siswa. Menurut Icek Ajzen (2005) bahwa individu
berperilaku berdasarkan pada akal sehatnya dengan mempertimbangkan setiap
informasi yang ada dan secara implisit maupun eksplisit mempertimbangkan dampak
dari perilaku tersebut. Suatu gambaran mengenai seberapa kuat seseorang
berusaha dan seberapa banyak usaha yang direncanakannya untuk digunakan dalam
tujuan menampilkan suatu perilaku, disebut dengan intention (Icek Ajzen,
2005). Jadi semakin kuat intention yang dimiliki seseorang untuk
bertingkah laku, maka kemungkinan kemunculan perilaku itu semakin kuat. Begitu
pula sebaliknya, semakin lemah intention yang dimiliki seseorang untuk
berperilaku, maka kemungkinan perilaku itu muncul semakin lemah.
Adapun intention individu
terhadap suatu perilaku dibentuk oleh tiga determinan dasar, yaitu pertama attitude toward the behavior adalah penilaian siswa
mengenai konsekuensi terhadap perilaku untuk tidak menggunakan ganja. Kedua subjective
norms adalah penghayatan siswa mengenai tuntutan orangtua, guru-guru
disekolah, teman-teman terdekatnya (signifikan others) untuk tidak
menggunakan ganja, serta adanya motivasi siswa untuk mematuhi tuntutan
tersebut. Ketiga perceived behavioral control adalah penghayatan siswa
mengenai keyakinannya bahwa mereka mampu untuk tidak menggunakan ganja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar