Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

09 Mei 2016

Metode Penelitian Pelacakan dan Pencegahan Ganja Aceh dikalangan Siswa

BAB III
METODE PENELITIAN

    A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian studi kepustakaan, pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi permasalahan ganja Aceh dikalangan siswa dengan mengacu pada literaturliteratur, artikelartikel, buku-buku, jurnal, media cetak dan media online di internet dengan teknik anilisis kontens yang memanfaatkan data penelitian sepenuhnya dari dokumentasi online berkaitan permasalahan ganja Aceh dikalangan siswa.

B.  Variabel Penelitian
1.    Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelacakan dan pencegahan.

2.    Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ganja Aceh dikalangan siswa.





3.    Indikator Variabel
Berdasarkan variabel bebas dan variabel terikat di atas, dapat penulis rumuskan indikator variabel sebagaimana tertera dalam tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.
Indikator Variabel
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator Variabel
1
a. Pelacakan
1.   Pengedar ganja
Pengedaran online
Pengedaran manual
Jasa pengedaran
2.   Modus pengedaran
Modus rokok
Modus kue
3.   Pengguna
Pengguna ikut-ikutan
Pengguna kecanduan
b.  Pencegahan
1.   Sikap konsekuensi
Konsekuensi tidak menjadi pengguna
Konsekuensi tidak akan mencoba
2.   Penilaian pribadi
Menganggap ganja perusak
Menganggap ganja dilarang agama
Menganggap ganja dilarang negara
4.    Penguatan prilaku
Mereka bisa tidak menjadi pengguna
Mereka bisa menolak ganja
2
Ganja Aceh dikalngan siswa
1.   Penggunaan pada jam sekolah
Bolos sekolah menggunakan ganja
Menggunakan ganja jam istirahat
2.   Penggunaan di luar jam sekolah
Penggunaan bersama orang dewasa lain
Penggunaan di rumah teman
Penggunaan di tempat hiburan





C.  Waktu dan Sumber Data Penelitian
Pengambilan data yang dipaparkan di dalam penelitian ini dilakukan selama 3 bulan. Perincian waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Jadwal pelaksanaan penelitian online pelacakan dan pencegahan ganja Aceh dikalangan siswa 2016

No
Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
V
1
Pembuatan proposal











2
Tahap persiapan keterjangkauan jurnal











3
Persiapan keterjangkauan data online











4
Pengumpulan data











5
Analisis data











6
Penyusunan laporan lengkap











7
Pembuatan artikel












D.  Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa dokumentasi online di internet melalui situs jurnal, wabsite, blog, facebook, twiter, instagram, youtube di media sosial yang memuat kasus penggunaan, karya tulis hasil penelitian dan pegedaran ganja baik secara manual dan online.

A.  Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang representatif,secara online maka peneliti menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data atau informasi tentang dua hal, yaitu: (1) pelacakan secara online di media sosial tentang ganja Aceh dikalangan siswa, (2) mengobservasi jurnal berkaitan tentang pencegahan dan penganggulangan masalah ganja dikalangan siswa.

2.    Instrumen Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data sebagaimana telah disebutkan di atas, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengukur informasi telah memenuhi kriteria sesuai indikator variabel yang diacari

E.  Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menganalisa data yang telah dikumpulkan. Dari data yang diperolah dirangkum beberapa kesimpulan tentang ganja Aceh dikalangan siswa. Data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan data kuatitatif akan diolah dengan menggunakan rumus:
P =                       
Keterangan.
P = Persentase
f = Frekuensi (banyaknya aktivitas yang muncul)
N = Jumlah aktivitas keseluruhan (Sudjana & Ibrahim, 2007: 129)
Hasil rata-rata pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menurut Riduwan (2009: 28) dapat dibahasakan dengan kriteria (1) 81%-100%   = sangat baik. (2) 61%-80%  = baik. (3) 41%-60% = cukup baik. (4) 21%-40% = kurang baik. (5) 0%-20% = sangat kurang.
Agar hasil analisis data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka harus dilakukan teknik pemerikasaan keabsahan data. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengecekan dan pembanding sumber yaitu membandingkan data dari beberapa sumber.

F.   Kerangka Berfikir
Penelitian ini menggunakan teori sosial David McClelland, pada umumnya siswa pengguna ganja Aceh untuk mengunguli teman-teman sebayanya dengan cara pintas bertarung untuk mencapai kesuksesan sementara. Need  For  Achievement (N-Ach) hasrat untuk meraih setinggi-tingginya prestasi dalam hidup. Ditinjau dari segi psikologi N-Ach menunjukkan keinginan individual untuk berprestasi, menguasai skiil, pengendalian atau standar tinggi. Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi cenderung memiliki karakteristik untuk mencari tantangan dan tingkat kemandirian tinggi. Orang yang mempunyai high achiever harus diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas apa yang telah dilakukannya.
Individu yang mempunyai N-Ach yang tinggi cenderung bekerja pada situasi dengan tingkat kesuksesan yang modern. Selanjutnya mereka lebih suka bekerja sendiri atau dengan orang lain yang mempunyai achievers yang tinggi juga. Sumber pemicu N-Ach sangat dipengaruhi oleh; (1) orang tua yang mendorong kemandirian dimasa kanak-kanak, (2) menghargai, memberi hadiah pada kesuksesan, (3) asosiasi prestasi dengan perasaan positif, (4) asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memilki kompetensi dan usaha sendiri bukan karena keberuntungan, (5) kekuatan pribadi, (6) suatu keinginan untuk menjadi lebih efektif.
Selanjutnya yang paling relevan penggunaan ganja Aceh dikalangan siswa dikaitkan dengan teori N-Pow motivasi terhadap kekuasaan. Kebutuhan akan kekuasaan untuk membuat orang lain berperilaku sesuia dengan yang diinginkannya atau suatu bentuk ekspresi individu untuk mengendalikan dan memengaruhi orang lain. Kebutuhan kekuasaan sangat berhubungan dalam pencapaian posisi, karena seorang pemimpin membutuhkan kekuasaan yang besar untuk dapat mengendalikan anggotanya agar dapat terwujud tujuannya sebagai seorang pemimpin. Oleh karena itu sebahagian siswa memilih bergabung dengan komunitas ganja agar berpengaruh terhadap lingkungannya dan seakan-akan memiliki kemampuan mental yang kuat untuk memimpin dan mempunyai ide serta hasrat untuk menang walau hanya dalam waktu sesaat.
Pada umumnya siswa pengguna ganja Aceh sangat erat kaitannya dengan teori N-Affil dorongan untuk persahabatan. Dorongan kebutuhan berhubungan antara pribadi yang ramah dan akrab. Individu mempunyai keinginan untuk mempunyai hubungan erat atau bersahabat dengan pihak lain. Ganja dijadikan media persahabatan yang kuat antar sesama pengguna. Memang biasanya jika individu mempunyai afiliasi yang tinggi dalam bekerja, maka ia akan berhasil, karena dalam pekerjaan membutuhkan interaksi sosial yang tinggi.
Dari tiga teori motivasi di atas dihubungkan dengan siswa berada pada tahap remaja terdapat perubahan yang menonjol dalam aspek kognitif sangat disayangkan jika larut dalam komunitas ganja. Pada dasarya siswa-siswi pada tahap ini sudah mulai mampu berpikir secara abstrak dan logis, mereka sudah mampu melakukan suatu situasi sesuai rencana atau suatu bayangan, siswa dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian siswa sebenarnya telah mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang akan membahayakan dirinya. Misalnya siswa mampu membayangkan konsekuensi apa yang diterima jika menggunakan ganja. Siswa yang memiliki pemikiran logis ialah mereka yang sudah mulai mempunyai pola pikir sebagai peneliti, dimana siswa mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan dimasa yang akan datang (Santrock, 2007).
Selain perubahan kognitif, remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kelompok, sehingga mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya dapat merasa sangat tertekan dan cemas apabila “dikeluarkan” dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya (Santrock, 2007). Teman sebaya dirasakan cukup penting untuk memeroleh berbagai informasi mengenai lingkungan di luar keluarga, baik informasi yang berguna maupun yang tidak berguna bagi dirinya sendiri yang dapat memberi label bagi diri mereka, sebab di tahap remaja madya ini ialah masa mencari identitas diri (Santrock, 2007). Berbagai informasi di luar keluarga, informasi yang diperoleh individu tergantung dari teman sebaya, yang dimana pengaruh teman sebaya dapat bersifat positif atau negatif (Santrock, 2007). Jika pengaruh teman sebaya bersifat positif terhadap individu, maka pengaruh tersebut dapat memberi remaja untuk belajar mengamati dengan tajam minat dan sudut pandang teman-temannya agar mereka dapat mengintegrasikan minat dan sudut pandangnya sendiri dalam aktivitas yang berlangsung bersama kawan-kawan. Pengaruh negatif dapat berbentuk perkenalan individu terhadap alkhohol, minuman keras, kenakalan, penggunaan obat-obat terlarang atau hal-hal yang dianggap maladaptif oleh orang dewasa.
Tidak sepenuhnya keputusan remaja untuk menggunakan ganja dipengaruhi oleh teman, namun juga ditentukan oleh niat (intention) siswa. Menurut Icek Ajzen (2005) bahwa individu berperilaku berdasarkan pada akal sehatnya dengan mempertimbangkan setiap informasi yang ada dan secara implisit maupun eksplisit mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut. Suatu gambaran mengenai seberapa kuat seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang direncanakannya untuk digunakan dalam tujuan menampilkan suatu perilaku, disebut dengan intention (Icek Ajzen, 2005). Jadi semakin kuat intention yang dimiliki seseorang untuk bertingkah laku, maka kemungkinan kemunculan perilaku itu semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, semakin lemah intention yang dimiliki seseorang untuk berperilaku, maka kemungkinan perilaku itu muncul semakin lemah.
Adapun intention individu terhadap suatu perilaku dibentuk oleh tiga determinan dasar, yaitu pertama attitude toward the behavior adalah penilaian siswa mengenai konsekuensi terhadap perilaku untuk tidak menggunakan ganja. Kedua subjective norms adalah penghayatan siswa mengenai tuntutan orangtua, guru-guru disekolah, teman-teman terdekatnya (signifikan others) untuk tidak menggunakan ganja, serta adanya motivasi siswa untuk mematuhi tuntutan tersebut. Ketiga perceived behavioral control adalah penghayatan siswa mengenai keyakinannya bahwa mereka mampu untuk tidak menggunakan ganja.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar