Prof. Dr. Sarmini, M.Hum
Dosen Pembimbig
Ridwan
Guru SMPN 3 Panga Aceh Jaya Email: ridwanteunom@gmail.com
Pendahuluan
Berbicara tentang
percaya diri[1]
telah banyak dilakukan dalam beberapa disiplin ilmu, terutama dilakukan dalam
bidang psikologi pendidikan. Pada dasarnya penelitian berlatar belakang pentingnya
percaya diri yang tinggi dalam pembelajaran sangat urgen juga dilakukan dalam
bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS). Karena pembelajaran IPS pada
dasarnya bukanlah sekedar penyajian materi saja, tetapi lebih menitik beratkan
perhatian pada ranah afektif agar siswa berkarakter. Salah satu bahagian dari
indikator karakter yang penulis sorot adalah percaya diri, dalam hal ini
percaya diri bukan yang dilihat dalam bentuk hasil belajar, tetapi percaya diri
dalam proses pembelajaran IPS.
Penelitian tentang percaya diri dalam pembelajaran telah menarik perhatian banyak peneliti[2], penulis mengkaji penelitian terdahulu yang relevan dilakukan oleh (Hendrian, Slamet dan Sumarno, 2014), dilakukan di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini menguji peran kemampuan dasar dan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pencapaian kemampuan koneksi dan kepercayaan diri siswa sekolah menengah pertama (SMP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual learning (CTL) lebih baik capaian nilai dari model konvensional berada di level rendah, namun terdapat korelasi antara koneksi kemampuan dasar dengan kepercayaan diri siswa menunjukkan persepsi positif terhadap pelaksanaan CTL.
Penelitian tentang percaya diri dalam pembelajaran telah menarik perhatian banyak peneliti[2], penulis mengkaji penelitian terdahulu yang relevan dilakukan oleh (Hendrian, Slamet dan Sumarno, 2014), dilakukan di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini menguji peran kemampuan dasar dan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pencapaian kemampuan koneksi dan kepercayaan diri siswa sekolah menengah pertama (SMP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual learning (CTL) lebih baik capaian nilai dari model konvensional berada di level rendah, namun terdapat korelasi antara koneksi kemampuan dasar dengan kepercayaan diri siswa menunjukkan persepsi positif terhadap pelaksanaan CTL.
Mengingat penekanan
pembelajaran IPS lebih difokuskan pada ranah afektif dalam pembentukan karakter
siswa, maka menurut penulis pembinaan percaya diri dalam pembelajaran IPS
sangat urgen dilakukan penelitian, karena percaya diri merupakan sebuah kunci
untama siswa belajar lebih gigih, menggerakkan usaha lebih maksimal, berani
bertanya dan dapat bekerja sama dengan baik dalam mengikuti pembelajaran. Oleh
karena itu, guru dituntut agar senantiasa mengedepankan penghargaan dan
penilaian pada partisipasi siswa bukan hanya prestasi saja. Percaya diri yang
baik menjadi pendorong siswa untuk belajar lebih baik, maka dalam penelitian
ini peneliti mencoba mengembangkan teori sosial David McClelland N-Ach hasrat untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.
Masih berkaitan dengan percaya diri
siswa dalam pembelajaran, penulis mengkaji penelitian yang dilakukan oleh (Alias dan Hafir, 2009). Penelitiannya bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara jenis
keyakinan yang merangsang stimulus, nilai kepercayaan diri dan kinerja kognitif. Sampel penelitian terdiri dari dua
kelompok rekayasa. Jenis kepercayaan merangsang stimulus (positif atau negatif). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok
yang positif memiliki statistic tingkat academic self-confidence (ASC) secara signifikan lebih tinggi (3,08) dibandingkan dengan kelompok negatif (2,67) dan kelompok positif juga menunjukkan kognitif statistik
signifikan lebih tinggi kinerja dibandingkan dengan kelompok negatif 71% dan 54%
masing-masing. Hal ini disimpulkan yang meningkatkan
ASC dapat meningkatkan
kinerja kognitif mereka.
Selanjutnya penelitian yang berkaitan
dengan percaya diri dilakukan dengan cara yang berbeda oleh (Singh dan Kaur, 2008),
melakukan penelitian eksperimen meditasi untuk meningkatkan percaya diri. Penelitiannya bertujuan untuk
mengetahui pengaruh meditasi pada kepercayaan
diri dari guru dan siswa. Sebuah percobaan dilakukan pada 152 siswa dan guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meditasi
merupakan praktik yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya
diri. Lebih lanjut, gender ditemukan
secara signifikan mempengaruhi kepercayaan
diri sedangkan agama tidak mempengaruhi percaya diri.
Masih berkaitan dengan penelitian
percaya diri juga dilakukan oleh (Naeem, Shabir, Umar, Shabir, Nadvi, Hayat dan
Azher, 2014), di Sargoda. Penelitian ini mengkaji dukungan
sosial untuk menentukan harga diri. Penelitiannya menguji hubungan antara dukungan sosial dan
harga diri siswa.
Sejauh mana dukungan sosial dapat digunakan untuk memprediksi harga diri.
Pemeriksaan hubungan tertentu antara dukungan sosial dan harga diri, dirasakan
dukungan sosial, dukungan orang tua dan rekan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepercayaan diri. Penelitian ini mengkaji dukungan sosial dalam kaitannya dengan bagaimana otonom individu untuk menjadi percaya
dirinya. Penelitian
ini juga meneliti perbedaan gender pada dukungan sosial dan harga diri, yang
akan memberikan temuan bagi para peneliti dan orang tua dan pendidik untuk
menerapkan di bidang akademik siswa.
Penelitian berikutnya berkaitan dengan
kepercayaan
diri dan pengaruhnya terhadap motivasi prestasi belajar siswa yang dilakukan
oleh (Ordonez, Carlos, Stoller,
Friederike, Remmele, dan Bernd, 2015). Penelitiannya bertujuan untuk menguji apakah ada
hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa.
Penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri
dengan motivasi berprestasi pada siswa dengan koefisien korelasi pearson (r) yang
diperoleh sebesar 0,525 dan nilai sig. (1- tailed) sebesar 0,000, dimana
apabila kepercayaan diri semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula motivasi
berprestasi dari siswa dan sebaliknya.
Selanjutnya
penelitian tentang peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur melalui
kelompok dukungan sosial penulis kaji penelitian yang dilakukan oleh (Afiatin
dan Andayani, 1998). Mereka
menyimpulkan percaya diri merupakan aspek paling penting bagi manusia untuk mencapai
prestasi. Remaja pengangguran cenderung memiliki rasa
percaya diri yang rendah karena lebih
banyak menyendiri. Kondisi rendah diri sangat mengganggu perkembangan
kepribadian remaja. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan kepercayaan
diri remaja penganggur lebih efektif melalui kelompok dukungan sosial.
Berikutnya penulis mengkaji penelitian
hubungan
antara kepercayaan diri dengan employability yang dilakukan oleh
(Saputro dan Suseno, 2010). Penelitian
mereka bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan employability.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan diri dengan
mengacu pada aspek‐aspek
yang dikemukakan oleh Lauster dan Guilford (Afiatin dan Andayani, 1998) dan
skala employability yang mengacu pada aspek‐aspek yang dikemukakan oleh (Pool dan Sewell,
2007). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara kepercayaan
diri dengan employability, yang ditunjukkan dari analisis korelasi product
moment pearson yaitu r = 0,659 (p <0,01), serta sumbangan efektif sebesar
43,4%.
Selanjutnya penulis mengkaji
penelitian yang mempromosikan kepercayaan diri, motivasi dan keterampilan belajar. Kompetensi dasar yang diperlukan siswa untuk
berpartisipasi dalam masyarakat Eropa, dan bagaimana bisa mereka peroleh secara
berkelanjutan. Dalam perjalanan waktu dua tahun konsep lokakarya untuk staf di
pendidikan dasar yang akan disesuaikan dengan kemampuan kelompok guru sasaran. Konsep akan memberikan dukungan kepada guru pendidikan dasar dalam mempromosikan kepercayaan diri siswa mereka,
keterampilan belajar dan motivasi belajar. Hasil penelitian menemukan bahwa secara teoritis mengarah pada konsep
lokakarya untuk staf pendidikan, kemudian diuji dan dievaluasi dalam lokakarya
percontohan di tiga proyek yang berbeda lembaga mitra. Karena
kerja sama dengan guru dan peserta didik, pekerjaan ini adalah untuk
dipertimbangkan dalam penelitian tindakan.
Usaha untuk mengungkapkan bahwa self regulated
learning (SRL) keterampilan berada di tengah proses pembelajaran
dan penting untuk belajar sepanjang hayat dan inklusi. Meskipun demikian,
strategi SRL hanya secara acak diajarkan. Pemeriksaan lebih lanjut
mengungkapkan bahwa, untuk mempromosikan motivasi, penting untuk
fokus pada kompetensi yang sudah diperoleh dan untuk memasukkan isu-isu
kehidupan sehari-hari ke dalam pembelajaran. Sebuah konsep kontemporer pendidikan dasar harus memenuhi banyak
persyaratan antara lain; kemampuan beradaptasi untuk konten yang berbeda
daerah, tuntutan kelompok sasaran dan pemangku kepentingan. Karena tidak ada
konsep tunggal yang dapat memenuhi semua persyaratan, perlu untuk fokus pada
kompetensi yang memungkinkan peserta didik untuk menjadi lebih otonom dan lebih
baik (Ordonez, Carlos, Stoller, Friederike, Remmele, dan Bernd, 2015).
Penelitian lain melakukan tes keberanian, tanggung jawab dan rasa percaya diri pada remaja. Untuk eksis sebagai subjek, individu harus
berkonsolidasi dengan masa lalunya, mengambil manfaat dan mengatur masa
depannya menjadi lebih baik dari masaa lalunya. Membangun kepercayaan diri
mengalahkan rasa renda diri, rasa penuh harga diri mengalahkan keragu-raguan
dalam diri, mengeksplorasi semua kemampuan dan keinginan sebagai subyek mencoba
untuk berkontribusi yang berarti bagi masa depan dan membangun sebuah rencana
hidup menyusun jalur karir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kesulitan apa yang dihadapi oleh remaja dalam proses bimbingan karir untuk
merumuskan rekomendasi untuk perbaikan. Hasil penenlitian menemukan bahwa
pengembangan representasi diri untuk
masa depan siswa yang kongruen dengan hubungan organisasi sosial.
Cara yang efisien untuk mengelola
semua kesulitan tampaknya menjadi sebuah pencarian berliku-liku; kadang-kadang
siswa melihat pada rencana karir mereka dengan cara terlalu idealis, atau
berharap sesuatu harus langsung ada, baik itu dalam bentuk biasa atau prestasi.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan rencana karir, pemuda berusaha untuk
memberikan arti bagi kehidupan mereka, di bawah beberapa kendala dari pengaruh
eksternal dan aturan-aturan sosial, yang semuanya menentukan mereka untuk
mengambil serangkaian keputusan sehubungan dengan masa depan mereka sendiri.
Akumulasi kesulitan tersebut, terkait dengan tekanan internal atau eksternal
remaja adalah sasaran yang dapat meganngu kesejahteraan, dapat meningkatkan
rasa tak berdaya, dapat menyebabkan stres, mungkin dibuktikan melalui:
kelelahan, agitasi, mood depresi, dan perubahan somatik.
Siswa yang sering merasakan perbedaan
antara pilihan "ideal" dan kenyataan sosio-ekonomi, yang mempengaruhi
keadaan emosi. Mereka merasa terpaksa untuk membuat pilihan, pada saat mereka
belum memiliki gambaran rencana karir yang baik. Mereka merasa takut dalam
waktu yang relatif singkat, mereka akan menyesal dengan pilihan dini. Orientasi
memungkinkan siswa untuk memahami bagaimana kendala yang berbeda, batas-batas
situasi tertentu, dapat ditafsirkan kembali dan digunakan untuk mencapai objek
yang jelas. Dalam hal ini, perlu bagi individu untuk merefleksikan diri
sendiri, pada kepentingan mereka, aspirasi dan keinginan mereka, pada ketakutan
mereka sendiri, kecemasan dan keraguan. Individu yang harus berusaha dengan
sekuat tenaga untuk dapat mengelola secara efektif potensi dan sumber daya
mereka untuk mewujudkan keinginan dalam berinteraksi untuk memastikan
kelancaran adaptasi yang akan membuat mereka nyaman emosional dan pada saat
yang sama, manajemen yang efektif dalam menekuni karir mereka (Safta, 2015).
Berkaitan kepercayaan diri di
pengaruhi oleh budaya dapat dilihat dalam penelitian menganalisis faktor kepercayaan
diri dari sisi antar budaya dalam kelompok siswa. Kajian ini didedikasikan untuk analisis hasil
penelitian lintas budaya spesifik ethnopsychological kepercayaan diri
siswa dari berbagai negara. Lebih spesifik kajian ini menganggap dalam struktur
kepercayaan dari siswa dari Rusia, Cina, Guinea-Bissau dan Ekuador dengan
pendekatan sistem fungsional untuk penelitian kepribadian. Dalam semua kelompok siswa tujuan dan motif
kepercayaan diri sangat mendorong sikap secara langsung berkaitan dengan
efektivitas berperilaku. Perbandingan struktur faktorial kepercayaan diri siswa
dari Rusia, Cina, Guinea-Bissau dan Ekuador memungkinkan peneliti untuk
menyimpulkan bahwa kekhususan ethnopsychological diwujudkan tidak hanya
di tingkat ekspresi dari berbagai variabel kepercayaan diri, tetapi juga dalam
struktur psikologis mereka.
Hasil penelitan menyimpulkan bahwa
para siswa Rusia memahami kepercayaan diri sebagai individu yang aktif. Mereka
berani mengambil resiko, aktif memecahkan masalah dan semangat berdiskusi.
Mereka juga jarang mengakui kekurangannya pada orang lain dan lebih sering
merasa puas jika memenangkan perdebatan. Siswa Rusia merasa lebih tertantang
dengan kegiatan yang berisiko, berani berbisnis walaupun belum begitu manguasai
tentang bisnis dan memiliki perasaan optimis melakukan berbagai inisiatif dan
tinggi otonom idividu. Berbanding terbalik degan para siswa Cina, manifestasi
dari keyakinan mereka ditandai oleh keinginan untuk mendapatkan persetujuan
sosial dan disetujui oleh kelompok. Mereka mulai bekerja hanya ketika mereka
benar-benar yakin kemampuan mereka untuk melaksanakannya. Siswa dari Cina
merasa lebih percaya diri ketika mereka mencari dukungan. Jika mereka harus
membuat pilihan, mereka memberikan pilihan cadangan. Mereka dapat menjadi
bingung dalam berbagai situasi dan merasa tidak aman dengan kondisi yang baru.
Kontruksi kepercayaan diri siswa dari
Ekuador terlihat lebih nyaman dengan adanya pengaturan diri dan pengontrol dari
luar dirinya. Efisiensi perilaku percaya diri mereka terhubung dengan
pengalaman emosional perasaan kegembiraan dan kebanggaan dari tindakan yang
mereka yakin benar, tetapi pada saat
yang sama siswa Ekuador memiliki perasaan kewaspadaan jika diperlukan untuk
membuat pilihan, perasaan kebingungan sebelum berkerja keras. Mereka juga
kurang memiliki keterampilan berperilaku percaya diri yang matang dan terukur.
Berbanding terbalik dengan perilaku percaya diri siswa dari Guinea-Bissau,
mereka memiliki motif egosentris yang kuat. Keinginan untuk mengekspresikan
diri mereka dan untuk membuktikan kemampuan mereka, keinginan untuk mendapatkan
kemerdekaan dan mewujudkan diri. Mereka pada umumnya ingin mengembangkan kualitas,
mental yang kuat dan ingin berdiri sendiri tanpa ketergantungan pada orang
lain. Mereka juga menganggap bahwa kepercayaan diri yang kuat akan membantu
mereka dengan pertumbuhan karier, dengan pencapaian pengakuan publik, banyak
pengalaman hidup dan meluasnya interaksi sosial.
Penelitian lain berkaitan dengan
kebencian menggiring seseorang cemas dan tidak percaya diri di bahas dalam
penelitian yang menggunakan sampel 322 siswa kelas empat dan 277 angket valid
dikembalikan. Penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori dengan
struktur persamaan pemodelan, hasil penelitian menunjukkan bahwa jika siswa
memiliki kadar benih kebencian, mereka mengalami lebih tinggi tingkat kecemasan
saat mengikuti pembelajaran di kelas. Tinggi tingkat kecemasan juga dialami
oleh siswa yang lebih rendah kemampuan dan minat belajar mereka. Lebih lanjut,
semakin tinggi tingkat semangat mengenai belajar, semakin tinggi siswa percaya
diri. Hasil ini tersirat bahwa guru harus mengurangi keengganan siswa sebelum
memulai pembelajaran agar minat dan percaya diri siswa tumbuh dengan baik (Chao, Chin, Yueh, Chun, Chih, dan Ying, 2015).
Penelitian lain yang menguji kepercayaan diri
dan pengaruhnya terhadap pengerjaan tugas dengan baik serta akan meningkat
usaha dan kinerja. Hasil penelitian menemukan interaksi kelompok x trial (F (1,
26) = 6.73, p <0,05, h 2 = 0,21). Kepercayaan diri mempengaruhi peningkatan
yang signifikan dalam meningkatkan usaha dan kinerja mengerjakan tugas.
Beberapa keraguan diri bisa mengurangi usaha dan kinerja. Penelitian ini
merekomendasi adanya hubungan linear secara positif antara kepercayaan diri dan
kinerja (Woodman, Akehurst,
Hardy, dan Beattie, 2010). Sedangkan peran guru
dapat dilihat dalam penelitian peran
guru dalam pembelajaran sangat komplek, maka sangat penting pendidik merancang
kegiatan pembelajaran dengan model yang berfariasi, kreatif dan inovatif.
Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif, kuasi-eksperimental, kelompok
pembanding dengan desain pembelajaran konvensional dan dibandingkan menggunakan
simulasi di kelas. Para peserta melaporkan kepuasan mereka dengan metode
pengajaran simulasi yang digunakan di kelas dan rasa kepercayaan diri siswa
dalam mempelajari materi baru. Skor kepuasan dan kepercayaan diri secara
signifikan lebih tinggi dengan strategi studi simulasi (Zulkosky, 2012).
Berkaitan
dengan penelitian pendekatan
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, penulis mengkaji penelitian yang dilakukan oleh (Yuliastuti, 2014). Penelitiannya bertujuan untuk
mengkaji peningkatkan keterampilan sosial siswa melalui pendekatan pembelajaran
kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendekatan
pembelajaran kontekstual dapat membuat siswa lebih aktif, kerjasamanya lebih
menonjol, materi, metode, dan media yang bervariasi dalam setiap siklusnya. Peningkatan keterampilan sosial siswa dapat dilihat dari rata-rata
keseluruhan maupun dari setiap aspek keterampilan sosialnya.
Masih berkaitan dengan pendekatan
kontekstual penulis mengkaji penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh
(Guniati, Yudana, dan Pursika, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa
dari kategori kurang aktif pada siklus I menjadi berkategori aktif pada siklus
II. Selain itu terjadi peningkatan pula terhadap hasil
belajar siswa setelah penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Berbagai penelitian
yang berlatar belakang pentingnya percaya diri sebagai wujud nyata dari
motivasi untuk meraih prestasi penulis kaji dengan cermat. Fokus kajian
kepercayaan diri dalam tulisan ini adalah pada pembelajaran kontekstual yang telah
banyak menarik minat peneliti, antara lain: tinjauan aspek hasil belajar adanya
penelitian pengaruh metode pembelajaran kontekstual terhadap
hasil belajar IPS Geografi ditinjau dari motivasi belajar siswa (Kristanti,
2010). Aspek pengembangan pendekatan dilakukan penelitian tentang bagaimana mengembangkan pembelajaran IPS
yang kontekstual di sekolah dengan memasukkan konsep etos kerja,
enterpreneurship, dan peningkatan rasa percaya diri siswa, (Atminingsih, 2010).
Aspek nilai karakter telah dilakukan penelitian penerapan model kontekstual
pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan nilai karakter (Yunita, Kuswadi dan
Chumdari, 2013). Aspek peningkatan kreatifitas siswa telah dipaparkan dalam
penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran (Rokhman, Aman, Mutiarsih, dan Sanjaya, 2013). Aspek
peningkatan sikap demokrasi adanya penelitian penerapan pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan sikap demokrasi pada mata pelajaran IPS (Riati,
2015).
Dari berbagai penelitian di atas,
peneliti mencoba mengembangkan salah satu rekomendasi penelitian (Suhardita,
2010), dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang
signifikan percaya diri siswa setelah diberikan intervensi penggunaan
teknik permainan dalam bimbingan. Dari hasil penelitian tersebut Suhardita
merekomendasi agar guru dapat mengkolaborasikan bimbingan dengan teknik
permainan agar suasana belajar yang diciptakan menyenangkan. Sedangkan alasan
lain yang memperkuat dorongan peneneliti adalah rekomendasi kedua dari
Suhardita untuk peneliti lanjutan jika ingin meneliti tentang peningkatan
percaya diri perlu juga mengkaji pola pembinaan percaya diri dalam
pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru agar pembinaan kepercayaan diri
dapat terpadu, bukan hanya tugas masalah percaya diri siwa serta merta
dilimpahkan tugas guru pembimbing. Perlu juga dikaji dalam sisi pembelajaran di
kelas, guru menggunakan media apa, model apa atau pendekatan apa serta
bagaimana bentuk penghargaan yang diberikan kepada siswa di sekolah, sehingga
penelitian yang dilakukan lebih baik dan lebih luas dikaji dari berbagai
disiplin ilmu.
Penelitian ini berkaiatan dengan
bagaimana peningkatan percaya diri siswa dalam pembelajaran kontekstual materi
interaksi manusia mata pelajaran IPS, maka penekanannya adalah pada
karakteristik pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan pola pembinaan
percaya diri siswa dan bagaimana bentuk percaya diri siswa yang muncul dalam
pembelajaran meteri interaksi manusia mata pelajaran IPS. Lebih lanjut
berkaitan dengan pendekatan kontekstual, penulis juga mengembangkan penelitian
yang dilakukan oleh (Darma, Putu, Wayan dan Koyan, 2013) penelitian
mereka bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual
dan minat belajar terhadap hasil belajar.
Hasil
penelitian Darma dkk. yaitu: (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran konvensional (FA=21,29 < α=0,05), (2) terdapat pengaruh
interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar
terhadap hasil belajar (FAB=71,32 < α=0,05), (3) untuk siswa yang memiliki
minat belajar tinggi, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran konvensional (Qhitung=13,06 < α=0,05), (4) untuk siswa yang
memiliki minat belajar rendah, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan
pembelajaran kontekstual (Qhitung=3,83 < α=0,05). Atas dasar temuan di atas
disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran dan minat belajar mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
Menurut
analisa penulis pengambilan kesimpulan hasil penelitian ini hanya berpatokan
pada jawaban rumusan masalah semata sehingga tidak menghasilkan teori baru,
karena hanya menjawab pengaruhnya signifikan atau tidak saja. Padahal
penelitian ini menurut penulis telah menghasilkan teori baru yang sangat
berguna bagi semua guru pada temuan penelitian poin ketiga dan keempat yaitu:
(1) siswa yang tinggi minat belajarlah pendekatan kontektual dapat mendorong
hasil belajar lebih tinggi, (2) siswa yang rendah minat belajar lebih baik
menerapkan pendekatan konvesional daripada pendekatan kontekstual. Penelitian ini
sangat menarik minat penulis untuk meneliti siswa yang minat belajar sedang
menggunakan pendekatan kontekstual melihat bagaimana peningkatan percaya diri
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Posisi penelitian ini tidak melihat hasil
akhir yang dicapai, tetapi lebih menspesifikasi penelitian pada proses
pembelajaran kontekstual dengan mengintegrasikan peningkatan percaya diri siswa
dalam pembelajaran. Meskipun percaya diri siswa dalam pebelajaran akan
mempengaruhi hasil belajar yang signifikan sebagaimana disebutkan dalam
penelitian terdahulu.
Mempertimbangkan kelemahan
pembelajaran secara konvensional Indriastuti (1999) berpendapat bahawa belajar dengan strategi konvensional yang komunikasinya satu arah,
situasi belajar terpusat pada guru mengajar
untuk memberikan informasi secara
lisan kepada anak tidak adanya usaha mengembangkan ketrampilan
intelektual anak secara aktif. Oleh karena itu, semakin memperkuat alasan
penulis berasumsi bahwa menumbuhkan
percaya diri siswa dalam
pembelajaran sangat penting. Pembelajaran yang berpusat pada siswalah yang dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa, dalam pembelajaran
kontekstual dapat melatih keterampilan informasi siswa, maka guru dituntut
mengelola pembelajaran kontekstual yang menarik dan berpusat kepada siswa aktif secara bervariasi untuk
merangsang
sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya yang harus
menjadi perhatian guru adalah kelemahan sebahagian siswa yang kurang percaya diri, mereka terus menerus merasa selalu kalah
bersaing, takut untuk mencoba, merasa selalu ada yang salah dan sering khawatir
yang tidak tepat sasaran diakibatkan
kurang cermat membaca informasi, mengolah, menyaji dan menggunakan informasi
tentang diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, tugas sekolah dan guru bukan hanya sekedar
mengajarkan materi kepada siswa, tetapi strategi mendorong siswa mampu
mengatualisasi diri, menghargai diri, mengeksistensikan dirinya melalui pembelajaran kontekstual dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan
penuh percaya diri sangat diperlukan.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research) bertujuan
untuk memperbaiki program pembelajaran di kelas. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan dalam mendesain pembelajaran
IPS yang tepat yang dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual. Berkaitan dengan penelitian tindakan, menurut Arikunto (2008) mengatakan
bahwa model penelitian tindakan dapat menggunakan empat
komponen pokok penelitian tindakan yang menunjukkan langkah yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing),
(4) refleksi
(reflecting). Keempat komponen
pokok ini merupakan satu kesatuan dalam suatu penelitian tindakan yang
menunjukkan kegiatan yang berulang atau disebut dengan siklus yang menggabungkan
antara komponen perlakuan dan komponen pengamatan. Penelitian akan dilakukan
sampai mendapatkan kriteria peningkatan percaya diri sangat positif yang
berarti bahwa lebih besar atau sama dengan kuartil III.
Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian,
dan verifikasi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
Penyajian data dilakukan dengan uraian singkat, dengan
menyajikan data dan untuk memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Verifiksi
data yaitu mengambil kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara;
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan adalah temuan yang baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Pengecekan
keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu mengulang atau klarifikasi dengan
aneka sumber. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data, triangulasi
metode, dan triangulasi teori.
Hasil Penelitian
Daftar
Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
I. Sumber Jurnal
Afiatin, T., & Andayani, B. (1998). Peningkatan
kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial peningkatan
kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial. Jurnal
psikologi, Universitas Gadjah Mada, No. 2.
Aghdaie, S.
F. A., & Khatami, F. (2014). Investigating the Role of Self Confidence and
Self-Image Proportion in Consumer Behavior. International Journal of
Marketing Studies. Vol. 6. No. 4. Published by Canadian Center of Science
and Education.
Albrecht, K., Essen,
E., Parys, J., & Szech, N. (2013). Updating,self-confidence, and
discrimination. European Economic Review. Vol. 60. Contents lists
available at Sci Verse Science Direct Journal homepage: www.elsevier.com/locate/eer
Alias, M., Hafir, M. (2009). The relationship between
academic self-confidence and cognitive performance among engineering students. Proceedings
of the research in engineering education symposium Johor, Malaysia:
Universiti Tun Hussein Onn Malaysia. Palm Cove, QLD 1
Beattie, S.,
Hardy, L., Savage, J., Woodman, T., & Callow, N. (2011). Development and
validation of a trait measure of robustness of self-confidence. Psychology of Sport and Exercise. Vol. 12. Contents lists available at
Science Direct journal homepage: www.elsevier.com /locate/psychsport.
Chan, J. C.
K., Fong, D. Y. T., Tang, J. J., Gay, K. P., & Hui, J. (2015). The Chinese
Student Satisfaction and Self-Confidence Scale Is Reliable and Valid. Clinical
Simulation in Nursing. Vol. 11. www.elsevier.com /locate/ecsn.
Chao, H. J.,
Chin, L. C., Yueh, H. M., Chun, K. Y., Chih, W. C., & Ying, C. C. (2015). Larvae phobia relevant to anxiety and
disgust reflected to the enhancement of learning interest and self-confidence. Learning
and Individual Differences.Vol. 42. Contents lists available at Science
Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/lindif.
Comeig, I., Grau,
A., Gutiérrez, A. J., & RamÃrez, F. (2016). Gender, self-confidence and
preferences for competition. Journal of Business Research. Vol. 69
Contents lists available at Science Direct
Darma,
S., Putu, L., Wayan, K., & Wayan. (2013). Pengaruh pendekatan
pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar ditinjau dari minat belajar
siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.
Vol. 3.
Dwitantyanov, A., Hidayati, F.,
& Sawitri, D. R. (2010). Pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi
diri, Jurnal Psikologi Undip, Universitas Diponogoro Semarang, Vol. 8.
No. 2
Fallah, N.
(2014). Communication self-confidence, motivation, shyness. Learning and
Individual Differences.Vol. 30. Contents lists available at Science Direct
journal homepage: www.elsevier.com/locate/lindif.
Filippin,
A., & Paccagnella, M. (2012). Family background, self-confidence and
economic outcomes. Economics of Education Review. Vol. 31. Contents
lists available at SciVerse Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/econedurev.
Fleming, L.
K., Rapp, C. G., & Sloane, R. (2011). Caregiver Knowledge and
Self-Confidence of Stress. Journal of Pediatric Nursing. Vol. 26.
Florack, A., Rohman,
A., Palcu, J., & Mazziotta, A. (2014). How initial cross-group friendships prepare for
interculturalcommunication: The importance of anxiety reduction and
self-confidence in communication. International Journal of Intercultural
Relations. Vol. 43. Contents lists available at Science Direct journal
homepage: www.elsevier.com/locate/ijintrel
Franklin, A.
E., Burns, P., & Lee, C. S. (2014). Self-Confidence in Learning, Simulation
Design Scale, and Educational Practices Questionnaire. Nurse Education Today.
Vol. 34. Contents lists available at Science Direct journal homepage:
www.elsevier.com/nedt.
Freeman, D.,
Pugh, K., Dunn, G., Evans, N., Sheaves, B., Waite, F., ÄŒernis, E., Lister, R.,
& David. (2014). Fowlertrial testing the effect on persecutory delusions of
using CBT to reduce negative cognitions about the self: The potential benefits
of enhancing self confidence. Schizophrenia Research. Vol. 160. Contents
lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/schres.
Hanton, S.,
Mellalieu, S. D., & Hall, S. (2004). Self-confidence and anxiety
interpretation: A qualitative investigation. Psychology of Sport &
Exercise. Vol. 5. www.elsevier.com/locate/psychsport.
Hatzigeorgiadis,
A., Zourbanos, N., Mpoumpaki, S., & Theodorakis, Y. (2009). Mechanisms
underlying the self talk performance relationship: The effects of motivational
self talk on self-confidence and anxiety. Psychology of Sport and Exercise. Vol.
10. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/
psychsport.
Hendriana, H, Slamet, U. R., & Sumarmo, U. (2014). Mathematical connection
ability and self-confidence. International journal of
education. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hong, J. C.,
Hwang, M. Y., Tai, K. H & Chen, Y. L. (2014). Using calibration to enhance
students’ self-confidence. Computers & Education. Vol. 72. Contents
lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/compedu.
Idrus, M., & Rohmiati, A.
(2008). Hubungan percaya diri remaja dengan pola asuh orang tua etnis Jawa, Jurnal psikologi Universitas Gadjah Mada, No. 4.
Kisac, I &
Budak, Y. (2014). Metacognitive strategies of the students with respect to their perceived
self-confidence levels about learning. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 116. Science Direct Available online
at www.sciencedirect.com.
Kleitman, S.
& Gibson, J. (2011). Metacognitive beliefs, self-confidence and primary
learning environment of students. Learning and Individual Differences.
Vol. 21. Learning and Individual
Differences.Vol. 30. Contents lists available at Science Direct journal
homepage: www.elsevier.com/locate/lindif.
Kleitman, S.
& Stankov, L. (2007) Self-confidence and metacognitive processes. Learning
and Individual Differences.Vol. 17. Available online at www.
Sciencedirect.com. www.elsevier.com/locate/lindif
Maknde, B.
O., & Akinteye, A. J. (2014). Effects of Mentoring and Assertivieness
Trainong on Adolescents’ Self-Esteem in Lagos State Secondary Schools, International
Jurnal of Sciense Studies, vol. 2, No. 3
Marcen, C., Gimeno,
F., Gomez, C., Saenz, A., & Gutierrez, H. (2013). Socioeconomic Status,
Parental Support, Motivation and Self-Confidence. Procedia Social and
Behavioral Sciences. Vol. 82. Sciverse Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Naeem, M. H., Shabir, G., Umar, H. M.,
Shabir, S. A., Nadvi, N. A., Hayat, A., & Azher, M. (2014). Effects of social support on self-esteem mongest
the students of u.o.s Sargodha. International journal
of academic research and
reflection. Vol. 2, No. 2.
Ordonez, O.,
Carlos, J., Stoller, Friederike, Remmele, & Bernd. (2015). Promoting Self-Confidence, Motivation and Sustainable
Learning Skills in Basic Education. Procedia Social and Behavioral
Sciences. Vol. 171. Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Peduzzi, P.,
Guo, Z., Marottoli, R. A., Gill, T. M., Araujo, K., & Allore, H. G. (2007).
Improved self-confidence was a mechanism of action in two geriatric trials evaluating physical
interventions. Journal of Clinical Epidemiology Vol. 60.
Poon, J. C.
Y., Au, A. C. Y., Tong, T. M. Y., & Lau, S. (2014). The feasibility of
enhancement of knowledge and self-confidence in creativity: Apilot study of a
three hour Scamper workshop on secondary students. Thinking Skills and Creativity. Vol. 14. Contents lists available at
Science Direct journal homepage: http://www.elsevier.com/locate/tsc.
Rabaz, F. C.,
Castuera, R. J., A., Arias, G., EcheverrÃa, C. F., & Arroyo, M. P. M. (2014). Self-confidence, perception of
ability and satisfaction of the basic psychological need of competence in
training. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 132. Science
Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Safta, C. G.
(2015). Career Decisions a Test of Courage, Responsibility and Self-Confidence
in Teenagers. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 203. Science
Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Saputro, N. D., & Suseno, M. N. (2010). Hubungan antara kepercayaan
diri dengan employability. Jurnal fakultas psikologi dan ilmu sosial
budaya.Universitas Islam Indonesia.
Sar, A. H.,
Avcu, R., & Isiklar, A. (2010). Analyzing undergraduate self-confidence
levels in terms of some variables. Procedia Social and Behavioral Sciences.
Vol. 5. Science Direct. Available online at www.sciencedirect.com.
Sari, R. P., Rejeki, T., & Mujab, A. (2006).
Pengungkapan diri tahun pertama pembelajaran ditinjau dari jenis kelamin dan
harga diri, Jurnal
Psikologi Universitas
Diponegoro Semarang, Vol.3 No. 2.
Sharma, S.
& Sahu, D. (2013). Effect of Social Networking Sites on Self Confidence. International
Journal of Information and Computation Technology. Vol.3. No. 11.
International Research Publications House http://www. irphouse.com /ijict.htm.
Singh, T. & Kaur, P. (2008). Effect of meditation on
self confidence of student- teachers in relation to gender and religion. Jurnal
of exercise and physiotherapy. Universitas Pendidikan Indonesia.
Siska, Sudarjo & Purnamaningsih, E. H. (2003).
Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal, Jurnal psikologi
Universitas Gadjah
Mada. No. 2
Suhardita,
K. (2010). Efektivitas penggunaan teknik permainan dalam bimbingan kelompok
untuk meningkatkan percaya diri siswa (penelitian quasi eksperimen pada sekolah
menengah atas laboratorium percontohan). Jurnal pendidikan UPI Bandung.
Tosterud,
R., Petzall, K., Hedelin, B., &
Lord, M. L. H. (2014). Psychometric
testing of the Norwegian version of the questionnaire, Satisfaction and
Self-Confidence in Learning, used in simulation. Nurse Education in Practice.Vol. 14. Contents lists available at
Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/nepr.
Waini, I., Hamzah, K., Said, R. M., Miswand N. H., Zainal, N. A., & Ahmad, A. (2014).
Self-Confidence in Mathematics, International Journal for Innovation
Education and Research, Vol. 2.
Woodman, T.,
Akehurst, S. Hardy, L., & Beattie. S. (2010). Self-confidence and performance: A little self doubt
helps. Psychology of Sport
and Exercise. Vol. 11.
Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/psychsport.
Zlata, B. V. (2013). Cross-cultural Analysis of Factor Structures of
Self-Confidence of Different Groups. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 86. Science Direct Available online
at www.
sciencedirect.com.
Zulkosky, K.
D. (2012). Simulation Use in the Classroom: Impact on Knowledge Acquisition,
Satisfaction, and Self-Confidence. Clinical Simulation in Nursing. Vol. 8. www.elsevier.com/locate/ecsn.
Zvolensky,
M. J., Miller, M. O. B., Feldner, M. T., Feldner, E. L., McLeish, A. C., &
Gregor, K. (2016). Anxiety sensitivity: Concurrent associations with negative
affect smoking motives and abstinence self-confidence among young adult
smokers. Addictive Behaviors. Vol. 31. Avallable online at www.sciencedirect.com.
II. Sumber Buku
Ali, M.
(2000). Guru dalam Proses
belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.
Al-Uqshari, Y.
(2005). Pecaya
diri pasti. Jakarta: Gema Insani.
Anthony, R.
(1992). Rahasia membangun kepercayaan
diri, terj. Rita Wiryadi, Jakarta: Binarupa Aksara.
Anwar, S. (2003). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia.
Arikunto,
S., & Suhardjono, S. (2008). Penelitian
tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Butler, T.
(2007). Gatting unstuck; jangan mandek!
ubah jalan buntu jadi jalan maju, Terjemahan Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Creswell,
J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting,
and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Boston: Pearson
Education.
Daradjat, Z. (1990). Kepribadian remaja. Jakarta: Bulan Bintang.
Davies, I. K.
(1991). Pengelolaan pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Depdiknas.
(2002). Pendektan kontekstual contextual
teaching and learning. Jakarta: Depdiknas.
Edwards, C. D.
(2006). Mengatasi anak yang sulit diatur. Terjemahan Oetih, P.D. Bandung: Penerbit Kaifa.
Hakim. (2002). Mengatasi rasa tidak percaya diri. Jakarta: Purwa Suara.
Hana, A. H.
(1978). Bimbingan pendidikan dan
pengajaran. Jakarta: Bulan Bintang.
Indrastoeti,
Y. (1999). Strategi proses
belajar mengajar. Bandung:Tarsito.
Ja'far, F.
(2006). Road to the great success; meraih
sukses tanpa batas dengan spiritual, emosianal intelektual empowerment. Bandung: Progessio.
Johnson, E. B. (2002). Contextual teaching
and learning. California: Corwin Press, Inc.
Kartono, K. (1986). Psikologi anak.
Bandung: Alumni.
Masrun & Martaniah. (1973). Psikologi
pendidikan seri paedagogik. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi
UGM.
Nurhadi.
(2004). Pembelajaran
kontekstual
dan penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Partowisastro, K. (1983). Dinamika dalam
psikologi pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Pasiak, T.
(2006). Manajemen kecerdasan memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk kesuksesan
hidup. Bandung: Mizan Pustaka.
Raharjo, B. (2003). Managemen
berbasis sekolah. Jakarta: Dep.
Pendidikan
Nasional.
Riduwan. (2007). Skala
pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2010). Model-model pembalajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Sagala, S. (2008). Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu
memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.
Santrock, J. (2003). Adolescena perkembangan
remaja. Jakarta: Erlangga.
Seligman, M. E. P. (2005). Authentic happiness; menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif. Bandung: Penerbit Mizan.
Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana.,
& Ibrahim. (2007). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, H. (2002). Pedoman perumusan
tujuan interaksional. Jakarta: Dirjrn
Kelembagaan
Agama Islam.
Sugiyono.
(2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syah, M. (1998). Psikologi pendidikan dengan
model pembelajaran baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wibawa, B., & Mukti, F. (1991). Media pengajaran. Jakarta: Depdikbud
Dirjend Dikti Proyek
Pembinaan
tenaga Kependidikan.
Wijaya, J. (1998). Psikologi bimbingan. Bandung: Eresco.
Winkle, W.S., (1982). Bimbingan penyuluhan di sekolah
menengah. Jakarta: Gramedia.
[1] Percaya diri
menurut Hakim (2002)
adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang
dimilikinya dan keyakinan
tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Sedangkan menurut
Ja’far (2006) percaya diri adalah
keadaan pemikiran seseorang yang
dihadirkan melalui perbuatan, seseorang
dapat lebih percaya diri apabila ia memiliki tujuan dalam hidupnya dan biasanya seseorang yang
tidak percaya diri akan cenderung pasif karena
merasa tidak nyaman dengan
diri mereka sendiri.
Menurut Butler (2007) percaya diri adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap keberhasilan sesuatu. Sedangkan Al-Uqshari (2005) lebih
singkat mengartikan percaya diri adalah pendapat yang
seseorang
miliki mengenai dirinya sendiri.
Menurut Rahmat (2002) lebih komplek
menyebutkan sikap percaya diri adalah
sekumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang
diri kita sendiri. Hal tersebut akan mempengaruhi motivasi, sikap, dan tingkah laku yang efeknya pada
penilaian emosi. Menurut Winkle (1982) ia lebih
menekankan pada pengalaman sehingga ia berpendapat bahwa sikap percaya diri adalah
sebuah pengalaman dalam keberhasilan untuk menghadapi tantangan kehidupan
yang mendasar dan dalam mencapai kebahagiaan
dari diri sendiri yang secara umum
mengacu pada bagaimana merasa
dan berdiri di atas prinsip sendiri.
[2] Penelitian yang mempromosikan kepercayaan diri, motivasi dan keterampilan dalam pembelajaran (Ordonez, Carlos, Stoller,
Friederike, Remmele, dan Bernd, 2015), (Franklin, Burns, dan Lee, 2014), (Zulkosky, 2012), (Poon, Au, Tong, dan Lau, 2014), (Hong, Hwang, Tai, dan Chen,
2014), dan (Chao, Chin,
Yueh, Chun, Chih, dan Ying, 2015). Penelitian lain tentang percaya
diri dalam berperilaku di kelas dapat dilihat dalam penelitian memperbaharui
percaya diri dalam berperilaku dan analisis
tingkat percaya diri di kelas (Albrecht, Essen, Parys, dan Szech, 2013),
(Chan, Fong,
Tang, Gay, dan Hui, 2015), (Sar, Avcu, dan Isiklar, 2010), dan (Tosterud, Petzall, Hedelin, dan Lord, 2014).
Penelitian senada kepercayaan diri, persepsi kemampuan dan kepuasan dasar
kebutuhan psikologis dalam pembelajaran (Rabaz, Castuera, Arias, EcheverrÃa, dan Arroyo, 2014), metakognitif strategi siswa sehubungan dengan
tingkat kepercayaan diri yang dirasakan pembelajar (Kisac dan Budak,
2014), dan peningkatan percaya diri dan kemandirian siswa dalam pembelajaran
(Widiyanti, 2014). Penelitian lain tentang percaya diri siswa dipengaruhi oleh sifat internal,
terlihat dari beberapa penelitia, seperti peran kepercayaan diri dan citra
diri proporsi dalam berperilakuberani, tanggung
jawab pada remaja (Safta, 2015), (Beattie,
Hardy, Savage, Woodman, dan Callow, 2011), (Kleitman
dan Stankov, 2007), (Aghdaie, dan Khatami, 2014), (Peduzzi,
Guo, Marottoli, Gill, Araujo, dan Allore, 2007), (Woodman,
Akehurst, Hardy, dan Beattie, 2010), dan (Hanton, Mellalieu, dan Hall, 2004).
Penenlitian percaya diri siswa
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya dalam berinteraksi, dapat dilihat
dari beberapa penelitian, yaitu kajian metakognitif
keyakinan kepercayaan diri dan lingkungan belajar siswa (Kleitman, dan
Gibson, 2011), efek dari situs jaringan social pada kepercayaan diri (Sharma, dan Sahu, 2013), komunikasi kepercayaan
diri, motivasi, dan rasa malu (Fallah, 2014), analisis faktor struktur percaya
diri dari antar budaya berbagai kelompok siswa (Zlata,
2013), dan bagaimana mempersiapkan awal persahabatan lintas kelompok untuk
berkomunikasi antar budaya: pentingnya pengurangan kecemasan dan kepercayaan diri dalam komunikasi (Florack, Rohman, Palcu, dan Mazziotta, 2014). Penelitian lain menempatkan pengaruh
lingkungan keluarga pada percaya diri siswa dalam kajian latar belakang
keluarga, kepercayaan diri, dan hasil ekonomi (Filippin, dan Paccagnella, 2012), status sosial
ekonomi, dukungan orang tua, motivasi dan kepercayaan diri
dalam berkompetisi (Marcen, Gimeno, Gomez, Saenz, dan Gutierrez, 2013) dan
mekanisme yang mendasari hubungan kinerja pembicar: efek dari motivasi
pembicara pada kepercayaan diri dan kecemasan (Hatzigeorgiadis, Zourbanos,
Mpoumpaki, dan Theodorakis, 2009).
Kajian percaya diri ditinjau dalam bentuk semi teraphi dalam pembelajaran dapat
dilihat dari penelitian tentang efek dari
meditisai terhadap percaya diri (Singh dan Kaur, 2008), dan percobaan
menguji efek pada persecutory delusi menggunakan CBT untuk mengurangi kognisi
negatif tentang diri: potensi manfaat dari meningkatkan kepercayaan diri (Freeman, Pugh, Dunn, Evans, Sheaves, Waite,
Cernis, Lister, dan David, 2014), (Fleming,
Rapp, dan Sloane, 2011), (Comeig, Grau,
Gutiérrez, dan RamÃrez, 2016), dan (Zvolensky,
Miller, Feldner, Feldner, McLeish, dan Gregor, 2016). Penelitian
tetang percaya diri siswa yang dituangkan dalam bidang psikologi pendidikan,
antara lain: hubungan antara percaya diri akademik dan kinerja kognitif (Alias dan Hafir, 2009), kemampuan dan percaya diri (Hendriana, Rahmat, dan Sumarmo, 2014). Penelitan
tentang percaya diri ditinjau dari aspek sosial telah dilakukan penelitian efek
dukungan sosial pada kepercayaan diri remaja (Naeem, Shabir, Umar, Azhar,
Nadvi, Hayat, dan Azher, 2014), (Afiatin dan Andayani, 1998), (Siska dan Purnamaningsih,
2003), (Saputro dan Suseno, 2010), (Sari, Rejeki dan Mujab, 2006), (Idrus dan Rohmiati, 2008), dan (Dwitantyanov, Hidayati, dan
Sawitri, 2010). (Suhardita, 2011), dan (Muharomi, 2012).
Semoga bermanfaat dibalik kenikmatan menulis berbasis jurnal international
BalasHapusAmin semoga cepat cuap...
Hapusmantap semoga cepat siap jurnalnya.... amin,
BalasHapusbagus mantap semoga cepat ciapya
BalasHapuslanjutkan bermanfaat bagi yang mahu membaca
BalasHapus