Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

20 Mei 2023

Pemetaan Aset/Kekuatan/Sumber Daya Daerah Penunjang Kegiatan Sekolah Tugas 3.2.a.9. Aksi Nyata - Modul 3.2

 


Ruang lingkup guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada di dalam kelas. Semua potensi kelas maupun lingkungan sekolah dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Langkah kecil perubahan yang dilakukan oleh seorang guru dengan melibatkan murid akan memberikan dampak positif bagi perkembangan murid. Ada 7 asset yang dapat digunakan dalam mengembangkan komunitas antara lain: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya.

Aksi nyata ini berdasarkan pada prakarsa perubahan dengan tahapan BAGJA pada tugas koneksi antar materi, dan prakarsa saya membuat kelas yang nyaman dan menyenangkan. Karena selama ini kondisi kelas kurang menarik. Aksi nyata diawali dengan menanyakan kepada siswa kelas impian mereka dan bagaimana mewujudkannya. mengajak siswa untuk mendata modal yang dimiliki kelas yang dapat digunakan sebagai bahan pajangan/hiasan, pembagian tugas serta eksekusi kegiatan. Eksekusi dilakukan bersama-sama sesuai dengan pembagian tugasnya. Setelah selesai dihias, kelas menjadi indah, bersih dan menyenangkan. Tak lupa dibuat kesepakatan kelas untuk menjaga hiasan/pajangan, kebersihan dan keindahan kelas.

Tujuan
1. Mendorong agar murid cinta membaca
2. Menciptakan kerjasama antar murid di kelas dengan cara saling bertukar buku
3. Memberi motivasi pada murid untuk mengenal Literasi yang lebih luas

Perasaan mengeksekusi prakarsa perubahan sangat antusias, bersemangat, dan tertantang. Bekerja keras bersama dengan siswa, memanfaatkan modal apa saja yang ada di kelas, merancang rencana dan kemudian mewujudkannya adalah hal yang menantang. Setelah selesai melakukan eksekusi, maka tampak perubahan kelas yang sangat signifikan. Kelas yang sebelumnya kurang menarik, sekarang mempunyai wajah baru yang menarik. Hal ini membuat saya dan murid murid senang dan puas akan jerih payah yang telah dilakukan bersama-sama.

Alur Perubahan (BAGJA)
1. Buat Pertanyaan:
a. Bagaimana cara memotivasi murid agar menyukai kegiatan membaca dan meningkatkan keterampilan murid dalam berliterasi2.
2. Ambil Pelajaran:
a. Murid-murid sudah terbiasa membaca 10 menit sebelum pembelajaran di kelas dimulai
b. Murid-murid senang jika diminta menceritakan kembali buku yang telah mereka baca
3. Gali Mimpi:
a. Setiap murid bisa memiliki kebiasaan membaca
b. Selain menyukai membaca, murid-murid diharapkan mau berbagi dengan cara meminjamkan buku yang mereka miliki
4. Jabarkan Rencana
a. Kelas memiliki satu sudut untuk kegiatan membaca, berisi lemari atau tempat untuk menyimpan buku
b. Setelah bel masuk jam pelajaran murid melakukan pembiasaan dengan membaca doa dan membaca buku selama 10 menit
c. Guru yang pertama mengajar bisa secara acak menunjuk satu murid untuk menceritakan kembali buku yang telah mereka baca
d. Pengawasan pelaksanaan program kegiatan diawasi oleh walikelas
e. Ada satu buku administrasi yang dipegang seksi perpustakaan kelas yang mencatat kegiatan membaca di kelas
5. Atur Eksekusi
Penanggung jawab dan pengarah adalah Wali kelas.
Semua murid di kelas harus terlibat secara aktif dan bertanggung jawab. Program membaca bisa dilakukan juga saat ada waktu luang pergantian antara jam pelajaran atau ada guru yang tidak masuk dan tugas sudah dikerjakan tapi waktu masih tersisa.

 

Dari aksinyata ini, menunjukkan bahwa untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan kita tidak boleh berpikir menggunakan pendekatan berbasis kekurangan. Karena kita hanya akan menguliti kekurangan sendiri dan bahkan akan mempengaruhi keputusan dalam mengesekusi kegiatan. Namun kita harus berpikir menggunakan pendekatan berbasis aset, sehingga akan muncul kekuatan positif yang membawa ide-ide kreatif dan inovatif. Dalam hal ini aksi nyata yang hanya dalam lingkup kelas, maka aset yang dimaksimalkan adalah modal manusia yaitu siswa dan guru, Modal fisik yaitu gambar hasil karya dan foto kegiatan siswa, serta finansial berupa kas kelas untuk belanja kebutuhan dekorasi kelas. Dengan bergotong royong serta memaksimalkan semua aset, maka kita akan dapat mewujudkan ide atau mimpi kita. Penggunakan pendekatan berbasis aset harus dilakukan secara sadar karena hal ini berhubungan dengan mindset seseorang. Sehingga perlu latihan atau praktek agar menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter.

Menurut saya aksi nyata ini telah menerapkan pendekatan berbasis aset dan hasilnya terbilang sukses. Maka dari itu saya sebagai guru harus tetap menerapkannya agar mindsetnya berbasis aset. Tidak hanya pandangan tersebut digunakan saat ada tugas saja, namun juga dalam segala hal. Untuk melatih ketrampilan ini saya akan mempraktikkan atau menerapkannya dalam lingkup yang lebih luas misalnya sekolah.









 

 

Analisis BAGJA Konteks Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya Tugas 3.2.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 3.2

 

1.     Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?

“Terciptanya peserta didik berimtaq, beriptek, mandiri, kreatif, peduli lingkungan dan berkarakter pelajar Pancasila”

2.     Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?

Membuat ruang kelas menjadi penyemangat belajar

3.     Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?

Bagaimana cara menentukan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar

4.     Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:

 

a.      B “Buat Pertanyaan”

Bagaimana cara menentukan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar

b.     A “Ambil Pelajaran”

Berkunjung ke kelas lain untuk melihat apa saja yang disukai dari kelas lain, melakukan observasi dan wawancara dengan kelas pembanding

c.      G “Gali Mimpi”

Siswa di intruksikan memejam mata merenung kelas yang mereka dambakan, kemudian siswa dipersilahkan menggambarkan kelas impian masing-masing.

d.     J “Jabarkan Rencana”

Membagikan kelompok kerja dan jadwal pelaksanaan pembuatan perubahan kelas biasa menjadi kelas impian.

e.      A “Atus Eksekusi”

Masing-masing kelompok melaksanakan tugas sesuai jadwal dan kesepakatan bersama mewujutkan kelas impian.

  1. Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?

    Rangkaian kegiatan Bagaimana seorang guru menerapkan BAGJA di dalam kelasnya dengan memanfaatkan aset yang ada juga terlihat dengan jelas mulai dari bagian “B” Buat pertanyaan utama “A” ambil pelajaran “G” gali mimpi “J” jabarkan rencana dan “A” atur eksekusi. Melihat inspirasi ini, ternyata melakukan sebuah perubahan bisa dimulai dari hal sederhana dengan sesuatu yang sudah kita miliki dan mengoptimalkan semua aset yang sudah ada membuat sesuatu menjadi prakarsa perubahannya.

    2.     Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

    Aset atau kekuatan yang dimiliki di sekitar bisa menjadi modal melakukan sebuah perubahan dengan mengelola aset atau kekuatan yang sudah kita miliki. Mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar dari apa yang sudah ada. Melakukan perubahan dari apa yang bisa dilakukan dalam kelas. Ruang kelas menjadi begitu banyak foto dan tata ruang yang bagus serta menyenangkan melaksanakan pembelajaran.


19 Mei 2023

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya Tugas 3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2


1. Bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul sebelumnya ternyatak cukup singkron. Sekolah sebagai ekosistem titik fokus pada tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur tidak hidup dalam lingkungan sekolah. Sekolah merupakan sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik dan abiotic. Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Ekosistem sekolah membutuhkan keterlibatan aktif antara murid, kepala sekolah, guru, staf, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran berupa keuangan dan sarana dan prasarana termasuk media pembelajaran dan teknologi informasi komunikasi.

Kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1) modal manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik, 6) modal lingkungan/alam, 7) modal agama dan budaya.

 

2. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Satu diantara contoh pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal fisik berkorelasi dengan peningkatan pembelajaran murid. Lingkungan sekolah kondusif dari segi sosial maupun politik dapat menciptakan pembelajaran aman, nyaman, menyenangkan dan berpihak pada murid. Sumber daya ini sebagai aset sekolah dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berikutnya modal sosial melalui kerjasama dengan MGMP sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Kerjasama dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah.  Modal fisik adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya gedung utama, sarana prasarana pendukung di sekolah. Modal lingkungan/alam yang ada disekitar sekolah adalah sumber daya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup, green house dan tempa sumber belajar tentang obat dan pemanfaatannya.

 

3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Materi modul ini bagai ujung tombak dari modul sebelumnya terdapat Ki Hadjar Dewantara melalui filosiofinya bahwa pendidikan “kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” Pemanfaatan asset kekuatan guru dan murid sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi sudah mereka miliki.

Guru sebagai pendidik merupakan salah satu dari 7 modal utama, yaitu modal manusia. Guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sangat penting dalam pembelajarn di kelas sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

4. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Setelah mempelajari modul ini ternyata Pengelolaan 7 modal utama oleh pemimpin pembelajaran sebagai aset/kekuatan kemajuan sekolah. Pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

20 April 2023

Sintesis dari Keseluruhan Materi Penting Pendidikan 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

Potret Belajar Mandiri dan berkolaborasi CGP Angkatan 7 Kabupaten Aceh Jaya

Sebagai pendidik tentunya sering dihadapkan dalam situasi dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi terjadi ketika seseorang harus memilih dua pilihan, kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan dengan yang lainnya. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.
Lokakarya 4 Ketrampilan Pengambilan Keputusan | Praktik Coaching dan Supervisi Akademik

Berikut ini penulis susun sintesis dari keseluruhan materi pendidikan guru penggerak angkatan 7 Kabupaten Aceh Jaya. Penulis melakukan refleksi bersama fasilitator, pengajar praktik dan rekan sejawat untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan dilakukannya.

 

Supervisor Lucu Vs Coaching Profesional | Guna Berguna Berdaya Memberdaya Potensi Mitra

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1.       Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka dalam pendidikan sebagai sistem among, ing ngarso sung tulodho, artinya seorang guru menjadi teladan bagi muridnya. Ing madyo mangun karso, artinya guru menjalin komunikasi yang baik diantara muridnya. Tut wuri handayani, artinya guru selalu memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya. Menurut penulis pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru menyadari di sekolah ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral.

Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Guru harus menjadi sosok teladan positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Guru harus selalu mengacu pada 9 langkah pangambilan dan pengujian keputusan. Dalam situasi menantang bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses pengambilan keputusan. Setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karso. Guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

Peran Penting Filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam Pembelajaran

2.       Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Prinsip pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri. Setiap guru memiliki nilai-nilai positif tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran dan pengambilan keputusan berpihak pada murid. Dalam pengambilan keputusan, penulis mengenal ada tiga prinsip yang dapat dimbil yakni berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).

Bocah Pejuang di Persimpangan Analisis Kasus Dilema Etika dengan 4 Paradigma, 3 Prinsip & 9 Langkah

Nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking). Sedangkan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking).

Nilai-nilai positif dalam diri guru mendorong pendidik untuk mengambil keputusan tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip dipegang teguh ketika berada dalam posisi menuntut guru mengambil keputusan dari dua pilihan secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) menuntut guru berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan.

Keputusan tepat diambil dari nilai-nilai positif dipegang teguh dan dijalankan guru. Nilai-nilai positif mengarahkan guru mengambil keputusan dengan resiko sekecil-kecilnya. Keputusan memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional (KSE) kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Observasi Pembelajaran Berdeferensiasi, KSE dan Budaya Positif di Sekolah

3.       Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan dipelajari penulis saat ini, ternyata memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching. Coaching merupakan ketrampilan penting dalam menggali potensi coachee. Coaching dapat dilakukan dengan langkah TIRTA. Langkah ini merupakan model coaching dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA model coaching diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak,  dikembangkan dari Model GROW, akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA akronim dari : T : Tujuan, I : Identifikasi, R : Rencana aksi, TA: Tanggung jawab. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap proses dan hasil pengambilan keputusan. Pada proses coaching membantu coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini guru kembali melakukan refleksi apakah keputusan dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan, membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang. Pembimbingan dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu penulis berlatih mengevaluasi pengambilan keputusan. Keputusan harus berpihak kepada murid, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan.

4.       Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang pendidik, harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas dan sekolah.

Supervisi Akademik, Praktik Coaching Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.3

Materi pengambilan keputusan dipelajari penulis saat ini ternyata memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching membantu coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini guru kembali melakukan refleksi apakah keputusan dibuat dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan tentu membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.

5.       Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan terjadi. Pendidik harus mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Ketika dihadapkan dengan kasus-kasus fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai dianutnya. Nilai-nilai dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Konsep ini merupakan  rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat guru semakin menyadari perilaku benar dan perilaku salah.

Jika nilai-nilai dianutnya positif maka keputusan diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Begitupun juga sebaliknya jika nilai-nilai dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Nilai-nilai dianut Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6.       Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi maju atau mundurnya suatu sekolah. Pengambilan keputusan tepat menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah lebih baik, terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun sebaliknya pengambilan keputusan salah akan berdampak buruk pada perjalanan roda sekolah itu sendiri.

Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus, cermat dan sesuai dengan 9 langkah, maka keputusan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak terlibat, maka berdampak pada terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

7.       Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kasus dilema etika terus menerus muncul dan menjadi bagian dalam skenario di lingkungan sekolah. Menurut penulis, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem kadang juga memaksa guru untuk memilih pilihan kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan. Pelaku harus fokus pada proses dan langkah perubahan meskipun perubahan tidak dapat dibangun dalam waktu semalam. Paradigma sudah tertanam begitu lama di benak warga sekolah dan telah menjadi budaya tentu akan menjadi sebuah tantangan dan sulit dihilangkan.

8.       Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran mempertimbangkan model pembelajaran memandang keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya menjadi pembelajaran berpihak pada murid lebih nyaman dan menyenangkan.

Menurut penulis, semua tergantung kepada keputusan. Apabila keputusan sudah berpihak kepada murid metode, media dan sistem penilaian dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid tidak tidak tercapai dan tidak berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9.       Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan memerdekakan dan berpihak pada murid, maka muridnya belajar menjadi oang-orang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Setiap pengambilan keputusan dilakukan guru secara tepat dan bijak mempengaruhi masa depan muridnya. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka. Keputusan berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan akurat dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10.    Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan didapat dari pembelajaran modul ini dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.  Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

11.    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pengambilan keputusan diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal-hal berkaitan dengan murid. Filosofi pemikiran pandangan KHD dengan filosofi Pratap Trilokanya. Nilai-nilai tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan diambilnya serta pengambilan keputusan tepat dapat berdampak pada lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan diambil seorang guru, mempengaruhi pengajaran memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

12.    Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini pengambilan keputusan selalu mengacu pada peraturan yang berlaku, jika kasis dilema etika, maka guru juga mengacu pada peraturan sekolah. Setiap pengambilan keputusan tidak memahami paradigama, prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Setiap pengambilan keputusan, seorang guru tidak memahami pemberian karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karso dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri.  

13.    Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik seperti ceramah cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran mempertimbangkan model pembelajaran memandang keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid kita baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya. Menjadi pembelajaran yang berpihak pada murid lebih nyaman dan menyenangkan.

14.    Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu dan seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, berkat modul ini keputusan yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan atau justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.