Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

05 Januari 2016

Strategi Pembinaan Percaya Diri Siswa Melalui Literasi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pembelajaran pada SMP


 
BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan idealnya menyelenggarakan pendidikan dan bimbingan kepada peserta didik seimbang antara perkembangan fisik dan psikis mereka yang mengarah kepada pembentukan karakter anak bangsa yang baik. Meskipun pembinaan karakter siswa juga dipengaruhi oleh keluaga dan lingkungan masyarakat, karena anak yang dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan bermasalah, maka anak tersebut akan mengalami banyak kesulitan dimasa depan.[1] Dalam tesis ini penekanannya lebih pada peran guru di sekolah karena di samping orang tua dengan pengaruh pola asuh, guru juga memegang peran penting dalam pembinaan karakter siswa khususnya pembinaan percaya diri dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai orang tua kedua siswa dan juga sebagai pendidik jiwa dan raga mereka.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang bersifat vital, human, dan sosial dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut harus terpenuhi dengan baik agar tidak terjadi ketegangan batin.[2] Menurut Partowisastro “Kebutuhan yang harus dipenuhi, antara lain; Pertama kebutuhan fisik berupa makan, minum, tidur dan kesehatan. Kedua kebutuhan rasa aman bebas ancaman. Ketiga kasih sayang. Keempat percaya diri berhubungan dengan harga diri dan percaya akan diri sendiri (self-respect dan self-esteem).[3]
Menurut penulis semua kebutuhan di atas harus terpenuhi dengan baik, namun yang paling penting harus terpenuhi kebutuhan setelah fisik adalah manusia harus memenuhi kebutuhan percaya diri yang matang terrefleksikan pada pengenalan diri sendiri yang akan mampengaruhi pada harga diri, harga percaya diri dan harga percaya kepada  orang lain. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan percaya diri haruslah dapat terpenuhi dengan baik, jika pemenuhan kebuthan percaya diri berkembang seimbang dengan perkembangan fisik anak, maka sang anak tidak lagi merasa terhambat hidupnya dengan kelaparan, rasa ketakutan, kurang kasih sayang, rasa kurang pengakuan dan penerimaan dirinya oleh keluarga, sekolah dan masyarakatnya.
Kebutuhan percaya diri merupakan kebutuhan primer bagi manusia yang sangat mempengaruhi seluruh kebutuhan dan perkembangan lainnya dalam kehidupan. Anak yang memiliki percaya diri yang baik, berarti ia telah siap untuk menghadapi dinamika kehidupan. Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri, tidak menutup-nutupi kelemahan diri, dan berfikir realistis akan mengantarkan sianak menjadi sosok manusia yang akan berkembang dengan baik menuju dewasa.
Namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki tingkat percaya diri yang baik yang desebabkan oleh berbagai faktor antara lain; anak mengalami konflik keluarga, ekonomi lemah, ketelantaran kasih sayang, tantangan hidup yang meresahkan, pola ngajar satu arah dan penetapan tugas serta standar kemampun oleh guru di luar kesanggupan siswanya. Hal ini semua akan membuat siswa mengalami krisis percaya diri. Sangat berbahaya dan berdampak buruk terhadap siswa usia remaja.[4]
Masa remaja merupakan masa yang rawan dan rentan bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pada masa usia remaja siswa mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, sosial maupun mental. Seiring tuntutan lingkungan terhadap dirinya juga semakin berat. Hal ini akan membuat siswa mengalami krisis identitas akibat dari kurangnya pengenalan dan pemahaman remaja terhadap diri mereka sendiri. Akibat dari siswa kurang cermat menilai diri dan kemampuannya akhirnya menimbulkan perasaan kurang percaya diri.[5]
Gejala emosional seperti rendah diri sangat berbahaya jika di biarkan, karena kegagalan dalam faktor ini bisa mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri. Pada dasarnya kebahagiaan dan kesuksesan hanya diperoleh oleh orang-orang yang percaya diri. Dalam kaitannya dengan pendidikan, sejumlah peneliti telah menemukan bahwa rasa percaya diri sangat berpengaruh pada hasil belajar seseorang. Sebagai contoh adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Santrock, ia menemukan “adanya hubungan yang kuat antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa. Kepribadian yang dimiliki siswa ikut berperan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Peran pembina atau pembimbing yang bersikap positif, memiliki kaitan dengaan pembentukan kepercayaan diri”.[6]
Menurut penulis perilaku siswa percaya diri tampak dilihat dari perilakunya mampu bekerja secara efektif, melaksanakan tugas-tugas dengan baik, bertanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, optimis dan toleran, perilaku inilah yang mendorong siswa dapat menguasai literasi Ilmu Pengetahuan Sosial yang bermuara pada pencapaian prestasi. Siswa percaya diri akan berusaha keras dalam pencapaian prestasi belajar, sebaliknya siswa yang rendah diri menilai dirinya tidak memiliki kemampuan dan penilaian rendah diri akan menghambat usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan ia tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang ia miliki, Padahal sebenarnya kemampuan tersebut dimilikinya.
Seseorang yang yang kurang percaya diri juga menetapkan suatu tujuan diluar kemampuannya. Sebagai kopensasi terhadap perasaan kurang percaya diri. Hal tersebut menyebabkan perasaan cemas dan tidak aman sehingga tujuan akan semakin sulit tercapai. Dalam hal ini termasuk dalam kegiatan belajar maka dapat mengakibatkan prestasi belajar kurang memuaskan.[7]
Untuk sebagian besar individu, rendahnya atau hilangnya rasa percaya diri hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosiaonal yang bersifat sementara, tetapi bagi beberapa  individu lain, rendahnya atau hilngnya rasa percaya diri dapat menyebabkan masalah depresi, bunuh diri, kecemasan yang tak wajar, dan masalah penyesuaian diri lainnya.[8]
Dalam kondisi demikian, literasi IPS dapat menjadi penuntun, pencerah dan penunjuk arah siswa mampu mengambil informasi, mengolah, menyebarkan informasi dan menggunakan informasi dalam bahagian keterampilan sosial menjadi harapan pemecah masalah percaya diri siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaski dan komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang berupa  guru,  siswakurikulum,  biaya,  peralatan  dan hal-hal lainnya dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong sikap percaya diri, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Yeni Indrastuti berpendapat  bahwaBelajar  dengan  strategi  konvensional  komunikasi  satu  arah,  situasi  belajar terpusat pada guru mengajar untuk memberikan informasi secara lisan kepada anak tanpa ada usaha mengembangkan ketrampilan intelektual anak secara aktif.[9]
Dalam pembelajaran, menumbuhkan percaya diri siswa sangat penting. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dan ketrampilan literasi untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran, maka guru dituntut menyajikan model pembelajaran literasi yang menarik dan berpusat kepada siswa aktif secara bervariasi untuk merangsang sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Menurut analisa penulis kelemahan sebahagian siswa yang kurang percaya diri mereka merasa terus menerus merasa selalu kalah bersaing, takut untuk mencoba, merasa selalu ada yang salah dan sering khawatir yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, tugas sekolah dan guru bukan hanya sekedar mengajarkan materi kepada siswa, tetapi strategi mendorong siswa mampu mengatualisasi diri, menghargai diri, mengeksistensikan dirinya melalui keterampilan informasi dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan penuh percaya diri sangat diperlukan dan dilakukan secara khusus/terprogram strategi pembinaan percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk membahas tesis yang berjudul  "Strategi Pembinaan Percaya Diri Siswa Melalui Literasi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pembelajaran pada SMP"

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalahnya adalah bagaimana strategi pembinaan percaya diri siswa melalui litersi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pembelajaran pada SMPN? Dari rumusan ini, timbul pertanyaan sebagai berikut:
1.    Bagaimana persiapan pembelajaran literasi IPS dalam pembinaan percaya diri siswa?
2.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran literasi IPS dalam pembinaan percaya diri siswa?
3.    Bagaimana penilaian pembelajaran literasi IPS dalam pembinaan percaya diri siswa?
4.    Apa saja faktor pendukung pembinaan percaya diri siswa dalam pembelajaran literasi IPS



 
DAFTAR PUSTAKA

Alek Sobur, Komunikasi Orang Tua dan Anak, Bandung: Angkasa, 1991

Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa,Yogyakarta: Bahakti Prima Yasa, 1996

Fuad Ikhsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997

John. Santrock, Adolescena Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2003

Kartini Kartono, Psikologi Anak, Bandung: Alumni, 2986

Kustur Partowisastro, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1983

Masrun dan Martaniah, Psikologi Pendidikan Seri Paedagogik Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1973

Yeni Indrastoeti, Strategi Proses Belajar Mengajar, Bandung:Tarsito, 1999




[1] Fuad Ikhsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 17
[2] Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Alumni, 2986), hlm. 54
[3] Kustur Partowisastro, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm. 56
[4] Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Bahakti Prima Yasa, 1996), hlm. 747
[5] Masrun dan Martaniah, Psikologi Pendidikan Seri Paedagogik (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1973), hlm. 34
[6] John. Santrock, Adolescena Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 339
[7] Alek Sobur, Komunikasi Orang Tua dan Anak, (Bandung: Angkasa, 1991), hlm. 58
[8] John. Santrock, Adolescena Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 343

[9] Yeni Indrastoeti, Strategi Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Tarsito, 1999), hal. 38.

Karakter Nilai Pendidikan Umum 18 Tangga


Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil  internalisasi  berbagai  kebajikan  (virtues)  yang  diyakini dan  digunakan  sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Puskur, 2010:3). Dalam Kamus  Besar Bahasa Indonesia  (2008)  karakter diartikan sebagai sifat-sifat  kejiwaan,  akhlak  atau  budi  pekerti yang  membedakan  seseorang  dari  yang  lain. Sedangkan menurut Direktorat 
Pembinaan PAUD (2012:4), karakter adalah  tabiat atau kebiasaan untuk melakukan hal yang baik. Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kepribadian, akhlak ataupun watak yang terpateri pada diri seseorang sebagai landasan dalam berfikir, bertindak dan bersikap.
Nilai-nilai  karakter  adalah  sikap  dan  perilaku  yang didasarkan  pada  norma  dan  nilai  yang  berlaku  di masyarakat,  yang  mencakup  aspek  spiritual,  aspek personal/kepribadian, aspek sosial, dan aspek lingkungan (Direktorat Pembinaan PAUD, 2012:4).
18 nilai karakter beserta indikator pada tingkat satuan Sekolah Menengah Pertama yang dijelaskan oleh Pusat Kurikulum (2010 : 37), yaitu :
1)   Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Indikator :
a) Mengagumi kebesaran Tuhan melalui kemampuan manusia dalam melakukan sinkronisasi antara aspek fisik dengan aspek kejiwaan
b) Mengagumi kebesaran Tuhan karena kemampuan dirinya untuk hidup sebagai anggota masyarakatMengagumi kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan berbagai alam semesta.
c) Mengagumi kebesaran Tuhan karena adanya agama yang menjadi sumber keteraturan hidup masyarakat.
d) Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai pokok bahasan dalam berbagai mata pelajaran.

2)  Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Indikator :
a)      Tidak mencontek ataupun menjadi plagiat dalam mengerjakan setiap tugas.
b)      Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok diskusi.
c)      Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap pelajaran.
d)     Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas.
e)      Membayar barang yang dibeli di toko sekolah dengan jujur.
f)       Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat umum.

3)   Toleransi
Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Indikator :
a)      Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat.
b)      Menghormati teman yang berbeda adat istiadatnya.
c)      Bersahabat dengan teman dari kelas lain.

4)   Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Indikator :
a)      Selalu tertib dalam melaksanakan tugas-tugas kebersihan sekolah.
b)      Tertib dalam berbahasa lisan dan tulis.
c)      Patuh dalam menjalankan ketetapan-ketetapan organisasi peserta didik.
d)     Menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah diskusi kelas.
e)      Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis.

5)   Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Indikator :
a)      Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan.
b)      Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar.
c)      Selalu fokus pada pelajaran.

6)   Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
Indikator :
a)      Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu pokok bahasan.
b)      Bertanya mengenai penerapan suatu hukum/teori/prinsip dari materi lain ke materi yang sedang dipelajari.

7)   Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Indikator :
a)      Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b)      Mencari sendiri di kamus terjemahan kata bahasa asing untuk bahasa Indonesia atau sebaliknya.

8)   Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Indikator :
a)      Memilih ketua kelompok berdasarkan suara terbanyak.
b)      Memberikan suara dalam pemilihan di kelas dan sekolah.
c)      Mengemukakan pikiran tentang teman-teman sekelas.
d)     Ikut membantu melaksanakan program ketua kelas.

9)   Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Indikator :
a)      Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran.
b)      Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi.
c)      Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televisi.

10)       Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Indikator :
a)      Turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan.
b)     Mengemukakan pikiran dan sikap mengenai ancaman dari negara lain terhadap bangsa dan negara Indonesia.
c)      Mengemukakan sikap dan tindakan yang akan dilakukan mengenai hubungan antara bangsa Indonesia dengan negara bekas penjajah Indonesia.

11)       Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Indikator :
a)      Menyenangi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah Indonesia.
b)     Menyenangi keragaman budaya dan seni di Indonesia.
c)      Menyenangi keberagaman suku bangsa dan bahasa daerah yang dimiliki Indonesia.
d)     Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan, flora, dan fauna Indonesia.
e)      Mengagumi dan menyenangi produk, industri, dan teknologi yang dihasilkan bangsa Indonesia

12)       Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Indikator :
a)      Mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik-baiknya.
b)     Berlatih keras untuk berprestasi dalam olah raga dan kesenian.
c)      Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lain.
d)     Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.
e)      Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat sekitarnya.
f)      Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di sekitarnya.

13)       Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Indikator :
a)      Bekerja sama dalam kelompok di kelas.
b)     Berbicara dengan teman sekelas.
c)      Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat.
d)     Bergaul dengan teman lain kelas.
e)      Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan personalia sekolah lainnya.

14)       Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Indikator :
a)      Melindungi teman dari ancaman fisik.
b)     Berupaya mempererat pertemanan.
c)      Ikut berpartisipasi dalam sistem keamanan sekolah.

15)       Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Indikator :
a)      Membaca buku atau tulisan keilmuan, sastra, seni, budaya, teknologi, dan humaniora.
b)     Membaca koran/majalah dinding.

16)       Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Indikator :
a)      Ikut dalam berbagai kegiatan sosial.
b)     Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa atau tidak punya.

17)       Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Indikator :
a)      Mengikuti berbagai kegiatan berkenaan dengan kebersihan, keindahan, dan pemeliharaan lingkungan.

18)     Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


Percaya Diri Deteksi dengan 9 cara

1. Berani mengambil sikap dan tidak takut salah. 
Orang sombong cenderung mengambil posisi untuk kemudian memberitakan kesombongan, dan selalu mengabaikan perbedaan pendapat atau sudut pandang orang lain. Orang seperti ini juga menggunakan pikirannya untuk membenarkan semua kesombongan atau ketidakbisaannya sendiri dengan menyatakan sikap tidak bisa menerima kesalahan.
Perilaku-perilaku ini bukanlah tanda kepercayaan diri. Sebab orang yang benar-benar yakin akan dirinya sendiri tidak keberatan terbukti salah. Mencari tahu apa yang benar adalah jauh lebih penting daripada menjadi benar. Dan ketika mereka salah, mereka tetap bisa menerima kenyataannya. Orang yang benar-benar percaya diri menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai semua jawaban dan bisa juga salah.
2. Lebih banyak mendengar dibanding Bicara.
Membual adalah satu topeng atas ketidakbisaan. Orang yang percaya diri lebih banyak tenang dan sederhana. Mereka sudah tahu apa yang mereka pikirkan, dan mereka ingin tahu juga apa yang Anda pikirkan.
Orang percaya diri akan mengeluarkan pertanyaan terbuka dan memberikan kebebasan orang lain untuk menjadi dewasa, lebih bijaksana dan mawas diri. Orang-orang seperti ini memberikan kenyamanan dengan memberikan pertanyaan yang membuat Anda senang untuk menjawab. Orang percaya diri mampu menempatkan situasi orang lain ke dalam dirinya, bagaimana kiranya bila situasi itu menjadi situasinya.
Orang percaya diri menyadari bahwa mereka tahu banyak, tetapi mereka berharap bisa menjadi tahu lebih banyak, dan mereka tahu satu-satunya cara untuk belajar lebih banyak adalah dengan mendengarkan.
3. Memberi cahaya pada orang lain.
Orang yang percaya diri bisa melakukan sebagian besar pekerjaannya, mampu pula mengatasi kendala utama dalam permasalahannya. Sesekali akan terlihat menjadi sebuah individu yang berbeda, apalagi saat sedang menjadi sebuah bagian dari kerja tim. Orang percaya diri akan banyak memberi solusi.
Kepercayaan diri akan membawa diri tidak peduli atas kebanggaan atau kemuliaan (setidaknya mereka tidak menunjukkan hal itu) puja-puji orang lain atas pencapaian atas apa yang diraihnya. Baginya, cukup tahu dan mencoba menjadi lebih baik lagi. Karena validasi dari orang lain tidak dibutuhkannya, validasi sejati berasal dari dalam diri sendiri.
Oleh karenanya orang-orang yang benar-benar percaya diri akan berdiri kembali dan merayakan keberhasilan mereka melalui orang lain. Berdiri kembali dan membiarkan orang lain lebih bersinar, ini juga bisa menjadi dorongan kepercayaan diri yang membantu orang lain untuk benar-benar percaya diri juga.
4. Bebas meminta bantuan.
Banyak orang merasa meminta bantuan adalah tanda kelemahan, tersirat dalam permintaan adalah kurangnya pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman.
Orang yang percaya diri berani untuk mengakui kelemahan. Mereka bisa dengan ringan meminta orang lain untuk membantu. Ini juga salah satu ciri orang yang hebat, bisa ringan meminta bantuan dan ringan membantu orang lain.
Meminta bantuan bukan berarti Anda orang bodoh.
5. Berpikir, “Mengapa?”
Banyak orang merasa mereka harus menunggu: Untuk dipromosikan, untuk dipekerjakan, yang akan dipilih, untuk dipilih.
Tapi tidak dengan orang yang penuh percaya diri, mereka tahu bahwa akses hampir universal. Mereka dapat terhubung dengan hampir semua orang melalui media sosial. Mereka tahu bahwa mereka dapat menarik dana mereka sendiri, menciptakan produk-produk mereka sendiri, membangun hubungan dan jaringan mereka sendiri, memilih jalan mereka sendiri – mereka dapat memilih untuk mengikuti kursus apa pun yang mereka inginkan.
Dan perlahan, tanpa menarik perhatian, orang-orang seperti ini pergi keluar dan melakukannya.
6. Tidak bertumpu pada orang lain.
Secara umum, orang-orang yang suka bergosip, yang ingin berbicara buruk tentang orang lain, melakukannya karena mereka berharap dengan perbandingan untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik.
Perbandingan, orang yang benar-benar percaya diri membuat orang lain adalah seseorang yang akan diharapkan menjadi sesuatu di suatu hari.
7. Tidak takut untuk terlihat bodoh
Orang yang percaya diri tidak takut untuk terlihat bodoh. Entah dengan cara berpakaian ataupun dengan cara berpikirnya. Mereka tidak keberatan untuk berada dalam situasi apapun.
(Dan anehnya, orang cenderung menghormati Anda lebih banyak ketika Anda melakukannya apa adanya)
8. Memahami kesalahan.
Keramaian, cenderung membentuk banyak opini. Opini yang bisa menjadi palsu bisa menjadi benar. Setiap pribadi juga bisa mengembang biakkan kepalsuan, keyakinan, ketulusan dan kejujurannya masing-masing.
Dan orang yang memiliki kepercayaan diri, mereka mampu mengakui kesalahan mereka. Mereka tidak keberatan melayani banyak hal, tidak pula keberatan menjadi sumber tawa bagi orang lain maupun untuk dirinya sendiri.
Ketika Anda benar-benar percaya diri, Anda tidak keberatan sesekali “terlihat buruk”. Anda menyadari bahwa ketika Anda tulus dan bersahaja, orang tidak menertawakan Anda.

9. Memiliki orang yang benar-benar peduli.
Anda mungkin memiliki follower di Twitter sebanyak 10k? Kemudian membengkak dan makin banyak. Anda mungkin memiliki 20k teman Facebook? Keren. Sebuah jaringan profesional dan sosial ratusan atau bahkan ribuan? Itu bagus.
Tapi, itu juga artinya tidak selalu berbanding lurus dengan kepercayaan dan rasa hormat dari beberapa orang dalam hidup Anda yang benar-benar penting.
Artikel 9 Ciri Orang yang Percaya Diri bisa dijadikan pedoman kita mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat, tidak peduli di mana kita pergi atau apa yang kita coba, kita melakukannya dengan keyakinan yang benar. Karena kita tahu orang-orang yang benar-benar akan selalu berada di belakang kita


Percaya Diri antara juring "ya" atau tidak percaya

Pada posting sebelumnya telah kita ketahui mengenai Apa itu Percaya Diri dan pengertianya.Nah pada posting kali ini saya akan coba menulis mengenai Ciri ciri Orang yang Percaya Diri dan Orang yang Tidak Percaya Diri atau Minder.


Ciri -ciri orang yang Percaya Diri
Ciri ciri orang yan percaya diri menurutLauster (1978) memaparkan ciri dari percaya diri yaitu tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, tidak membutuhkan dukungan dari orang lain yang berlebihan, serta bersifat optimis dan gembira.

Memaparkan ciri dari percaya diri yaitu tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, tidak membutuhkan dukungan dari orang lain yang berlebihan, serta bersifat optimis dan gembira.

Selain itu bisa disebutkan bahwa orang yang percaya diri tidak pernah merisaukan diri untuk memberikan kesan yang menyenangkan di mata orang lain dan tidak ragu pada diri sendiri. Ada lagi bahwa orang percaya diri memiliki “kemerdekaan psikologis” yaitu kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga, berdasarkan keyakinan pada kemampuan dirinya untuk melakukan hal-hal yang produktif. Dengan demikian mereka lebih menyukai pengalaman baru, pekerjaan yang efektif, dan tanggung jawab sehingga tugas yang di bebankan selesai dengan tuntas.

Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, biasanya orang yang percaya diri akan lebih mudah berbaur dan beradaptasi di bandingkan yang tidak. Karena mereka memiliki pegangan yang kuat, mampu mengembangkan motivasi, serta penuh keyakinan terhadap peran yang di jalaninya. Untuk itu alangkah lebih baiknya agar yakin menerima dan menghargai diri sendiri secara positif, yakin akan kemampuan diri sendiri, optimis, tenang, aman, dan tidak perlu ragu dalam menghadapi masalah. selain itu

Ciri ciri orang yang percaya diri yang bisa kita amati baik secara verbal maupun non-verbal, diantaranya:

Ciri ciri Orang yang percaya diri secara verbal :

·                     Membuat pernyataan yang jujur, jelas, singkat dan langsung pada masalah 
·                     Menggunakan pernyataan "saya" : "Saya ingin....." Saya pikir...."
·                     Menawarkan saran perbaikan, buka nasehat atau perintah Menawarkan kritik membangun, tidak menyalahkan, atau mengharuskan
·                     Mengajukan pertanyaan untuk menemukan pemikiran dan perasaan orang lain Menghargai hak orang lain
·                     Mengkomunikasikan sikap saling menghargai pada saat kebutuhan dari dua orang sedang bertentangan, dan mencari penyelesaian yang dapat diterima kedua belah pihak 
Ciri ciri Orang percaya diri secara Non-verbal :

·                     Melakukan kontak mata yang intens dan pantas Duduk atau berdiri dengan tegak dan santai
·                     Bersikap terbuka dan mendukung komentar mereka
·                     Berbicara dengan tekanan yang jelas, mantap dan tegas
·                     Ekspresi wajah santai, tersenyum ketika merasa senang
·                     Berbicara dengan mantap, teratur menekankan kata-kata kunci

Ciri-ciri Orang yang Tidak Percaya Diri

Sikap tidak percaya diri adalah keadaan dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lainterhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut,sehingga cenderung untuk menarik dirinya.”

Ciri-Ciri Kurang Percaya Diri/Minder

Tanda-tanda seseorang yang kurang percaya pada diri sendiri dalam Supriyo (2008:45) antara lain sebagai berikut:

1.Perasaan takut atau gemetar disaat berbicara dihadapan orang banyak
2.Sikap pasrah pada kegagalan, memandang masa depan suram,
3.Perasaan kurang dicintai/kurang dihargai oleh lingkungan sekitarnya,
4.Selalu berusaha menghindari tugas/tanggung jawab/pengorbanan,
5.Kurang senang dengan keberhasilan orang lain, terutama rekansebaya/seangkatan,
6.Sensitivitas batin yang berlebihan, mudah tersinggung, cepat marah,pendendam,
7.Suka menyendiri dan cenderung bersikap egosentris,
8.Terlalu berhati-hati ketika berhadapan dengan orang lain sehinggaperilakunya terlihat kaku,
9.Pergerakan agak terbatas, seolah-olah sadar jika dirinya memangmempunyai banyak kekurangan, 10.Sering menolak jika diajak ke tempat-tempat yang ramai.

Menurut Swallow (2000) menyebutkan ciri-ciri seseorang yang pemalu dan kurang percaya diri adalah sebagai berikut:

1.Menghindari kontak mata
2.Tidak mau melakukan apa-apa
3.Terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums(dilakukan untuk melepaskan kecemasannya)
4.Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti “ya”, “tidak”,“tidak tahu”, “halo”;


Percaya Diri Apakah ciri anda atau mereka

Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, di antaranya adalah sebagai berikut.


  1. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain.
  2. tidak terdoronng untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
  3. berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani menjadi diri sendiri.
  4. mempunyai pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
  5. Memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain.
  6. mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi di luar dirinya.
  7. memiliki harapan yang realisti terhadap diri sendiri sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

sebaliknya, karakteristik atau ciri-ciri individu yang kurang percaya diri adalah sebagai berikut.
  1. berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
  2. menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
  3. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri. Namun dilain pihak, memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.
  4. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif.
  5. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil.
  6. Cenderung menolak pujian yang ditujukan  secara tulus (karena kelebihan diri sendiri).
  7. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu.
  8. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).  


Percaya Diri Penentu Eksistensi oleh Ridwan, MA

1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri (Maslow dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2004 : 13).
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada dirinya, mengetahui dan menyadari bahwa dirinya memiliki bakat, keterampilan atau keahlian sehingga orang tersebut akan bertindak sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
Percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan (Angelis, 2007: 10).
Percaya diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun yang harus dikerjakan, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai. Tekad untuk melakukan sesuatu tersebut diikuti dengan rasa keyakinan bahwa ia memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat (Hasan dkk. dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2004 : 13). Rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim, 2005: 6). Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Dimana individu merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (Indari, 2008: 13).
Siswa yang memiliki percaya diri akan mampu mengetahui kelebihan yang dimilikinya, karena siswa tersebut menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki, kalau tidak dikembangkan, maka tidak akan ada artinya, akan tetapi kalau kelebihan yang dimilikinya mampu dikembangkan dengan optimal maka akan mendatangkan kepuasan sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri. Adapun gambaran merasa puas terhadap dirinya adalah orang yang merasa mengetahui dan mengakui terhadap keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan sosial.
Individu yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar dimiliki oleh setiap individu, karena individu yang percaya diri akan mengubah kelemahan yang dimiliki menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan tidak akan membiarkan kelemahannya tersebut menjadi penghambat dalam mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya. Sebagai contoh, siswa yang selalu menjadi juara kelas mampu menguasai materi pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga ia merasa yakin dan tidak takut jika disuruh gurunya untuk mengerjakan soal didepan kelas. Bahkan, di dalam setiap mata pelajaran, jika guru memberikan kesempatan bertanya siswa yang menjadi juara kelas dapat mengajukan diri tanpa diperintah.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa percaya diri adalah kesadaran individu akan kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya dan kesadaran tersebut membuatnya merasa yakin pada kemampuan yang dimiliki, menerima diri, bersikap optimis dan berpikir positif sehingga dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya.
2. Gejala Tidak Percaya Diri Pada Remaja (Siswa Sekolah Menengah Atas)
Terdapat berbagai macam tingkahlaku yang merupakan pencerminan adanya gejala rasa tidak percaya diri, di kalangan remaja terutama yang berusia sekolah antara SMP dan SMA. Gejala tingkah laku tidak percaya diri yang banyak dan paling mudah ditemui di lingkungan sekolah antara lain :
1) Takut menghadapi ulangan
2) Minder
3) Tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat
4) Grogi saat tampil di depan kelas
5) Timbulnya rasa malu yang berlebihan
6) Tumbuhnya sikap pengecut
7) Sering mencontek saat menghadapi tes
8) Mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi
9) Salah tingkah dalam menghadapi lawan jenis.
10) Tawuran dan main keroyok
(Hakim, 2005 : 72-88).
Dapat disimpulkan bahwa gejala tingkah laku yang mencirikan siswa kurang percaya diri seperti mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi, malu, tidak berani bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, sering mencontek pada saat ulangan, tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya dan selalu berpikiran negatif terhadap dirinya.
3. Ciri-ciri Orang Yang Percaya Diri dan Tidak Percaya Diri
Pemahaman kepribadian percaya diri lebih dalam yaitu dengan melihat ciri-ciri orang yang percaya diri dan tidak percaya diri. Ciri-ciri orang yang percaya diri sebagai berikut :
a. Tidak mementingkan diri sendiri
b. Cukup toleran
c. Tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan
d. Bersikap optimis dan gembira
e. Tidak perlu merisaukan diri untuk memberikan kesan yang menyenangkan di mata orang lain
f. Tidak ragu pada diri sendiri
(Lauster dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2004 : 24).
Tambahan mengenai orang yang percaya diri, Lauster menambahkan bahwa orang yang percaya diri memiliki sikap peduli dengan orang atau toleransi, mandiri, dan menjadi diri sendiri. Orang yang percaya diri bukan berarti hanya memahami dirinya sendiri sehingga mengabaikan orang lain melainkan menghargai dan peduli terhadap orang lain. Adapun ciri-ciri orang yang percaya diri yang yang dikemukakan oleh ahli lain :
Orang yang percaya diri memiliki kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga, berdasarkan keyakinan pada kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal yang produktif. Oleh karena itu orang yang percaya diri menyukai pengalaman baru, suka menghadapi tantangan, pekerja yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga tugas yang dibebankan selesai dengan tuntas (Maslow dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2004 : 24-25).
Adapun ciri-ciri orang yang percaya diri sebagai berikut :
a. Percaya pada kemampuan dirinya sendiri
b. Tidak konformis
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan
d. Bisa mengendalikan diri
e. Berusaha untuk maju
f. Berpikir positif
g. Realistis
(Iswidharmanjaya & Agung, 2004 : 33-57)
Beberapa pendapat ahli di atas mengenai ciri-ciri orang yang percaya diri memiliki banyak kesamaan. Namun, dapat disimpulkan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah yakin pada kemampuan diri, optimis, mampu mengendalikan diri, berani menerima dan menghadapi penolakan, berpikir positif, dan memiliki harapan yang realistis.
Adapun pendapat yang menyebutkan bahwa orang yang tidak percaya diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan diri
b. Kurang berprestasi dalam studi
c. Malu-malu canggung
d. Tidak berani mengungkapkan ide-ide
e. Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan
f. Membuang-buang waktu dalam membuat keputusan
g. Rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman
h. Apabila gagal cenderung untuk menyalahkan orang lain
i. Suka mencari pengakuan dari orang lain.
(Iswidharmanjaya dan Agung, 2004 : 31).
Gambaran mengenai orang yang kurang percaya diri antara lain pesimis, ragu-ragu dan takut dalam menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan membandingkan diri dengan orang lain (Maslow dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2004: 13).
Berdasarkan uraian para ahli mengenai ciri-ciri orang yang kurang percaya diri, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang kurang percaya diri adalah tidak menunjukkan kemampuan diri, mudah cemas dalam berbagai situasi, mudah putus asa, pesimis, berpandangan negatif, tidak memiliki motivasi, suka menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya dan bergantung pada orang lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Rasa Percaya Diri
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri diperoleh melalui proses yang berlangsung sejak usia dini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi percaya diri yang paling mendasar adalah :
1. Pola asuh dan interaksi di usia dini
Sikap orang tua akan diterima anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukkan kasih sayang, cinta dan penerimaan serta kelekatan emosional akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa dihargai dan dikasihi. Meskipun anak melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya dihargai bukan tergantung pada prestasi ataupun perbuatan baiknya, namun karena eksistensinya. Anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan memiliki harapan yang realistik.
Orang tua dan masyarakat seringkali meletakkan standar harapan yang kurang realistik terhadap anak. Sikap suka membanding-bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan anak, tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak tersebut. Situasi ini pada akhirnya mendorong anak menjadi individu yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya, karena merasa malu. Rasa percaya diri begitu lemah dan ketakutannya semakin besar.
2. Pola pikir yang negatif
Reaksi individu terhadap seseorang ataupun sebuah peristiwa dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang rendah cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal.
Adapun pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan rasa percaya diri, yaitu :
1. Aspek psikologis yang meliputi pengendalian diri, suasana hati yang dihayati, citra fisik, citra sosial (penilaian dan penerimaan lingkungan), self image (pandangan terhadap diri sendiri).
2. Aspek teknis ynag meliputi keterampilan mengarahkan pikiran, keterampilan melakukan sesuatu sesuai dengan cara yang benar, dan keterampilan berpikir kreatif.
(Surya, 2009 : 66-73).
Faktor-faktor pembentuk percaya diri terdiri atas aspek psikologis dan aspek keterampilan teknis. Aspek psikologis erat dengan suara hati. Suara hati ini sebagai penilai kekuatan, kesanggupan, keberanian, keberartian atas segenap kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menentukan sikap maupun perbuatan orang tersebut. Suara hati merupakan parameter yang memberi dorongan dari dalam diri seseorang untuk memproses pembentukan percaya diri. Jika proses penilaian kemampuan diri menghasilkan nilai yang tinggi, maka dorongan dan pengendalian pembentukan percaya diri menjadi kuat. Sebaliknya jika penilaian kemampuan diri negatif, maka percaya diri yang terbentuk menjadi lemah.
Orang yang percaya dirinya rendah akan mengalami kesulitan untuk memulai berbuat sesuatu karena disebabkan tidak tahu untuk melakukan serangkaian proses kegiatan yang dilakukan. Orang tersebut belum mampu menyusun tahapan-tahapan untuk melakukan suatu kegiatan hingga kegiatan dapat diwujudkan dan terselesaikan. Di sinilah pentingnya aspek keterampilan teknis, yaitu kemampuan menyusun kerangka berpikir dan keterampilan berbuat secara fokus, terarah dan terukur langkah demi langkah untuk melakukan proses kegiatan atau perbuatan.
5. Proses Terbentuknya Rasa Percaya Diri
Secara garis besar disebutkan bahwa terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut :
a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.
d. Pengalaman di dalam menjalani aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
(Hakim, 2005 : 6).
Terbentuknya percaya diri diawali dengan terbentuknya kepribadian yang baik sesuai perkembangannya, pemahaman diri terhadap kelebihan dan kelemahan, reaksi positif terhadap kelemahan serta adanya pengalaman menggunakan kelebihannya sehingga rasa percaya diri dapat terbentuk.
Kemudian disebutkan proses terbentuknya rasa tidak percaya diri sebagai berikut:
a. Terbentuknya berbagai kekurangan atau kelemahan dalam berbagai aspek kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga dan meliputi berbagai aspek seperti aspek mental, fisik, sosial, atau ekonomi.
b. Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung selalu memikirkan kekurangan tanpa pernah meyakini bahwa ia juga memiliki kelebihan.
c. Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap negatif, seperti merasa rendah diri, suka menyendiri, lari dari tanggung jawab, mengisolisasi dari kelompok, dan reaksi negatif lainya, yang justru semakin memperkuat rasa tidak percaya diri.
(Hakim, 2005 : 9).
Terbentuknya rasa tidak percaya diri berawal dari kelemahan individu pada berbagai aspek kepribadiannya terutama yang berasal dari keluarga. Pemahaman negatif yang akan muncul pada diri seseorang maupun lingkungan sehingga ia meyakini bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan. Akibatnya perilaku dalam kehidupan pribadi dan sosialnya kurang baik.
Daftar Pustaka :
Angelis, Barbara. 2005. Confidence (Percaya Diri). Jakarta : Gramedia Pustaka.
Hakim, Thursan. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa Swara.
Iswidharmanjaya & Agung, 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: Media Komputindo.
Mastuti, Indari. 2008. 50 Kiat Percaya Diri. Jakarta : Hi-Fest Publishing.