|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan idealnya
menyelenggarakan pendidikan dan bimbingan kepada peserta didik seimbang antara
perkembangan fisik dan psikis mereka yang mengarah kepada pembentukan karakter
anak bangsa yang baik. Meskipun pembinaan karakter siswa juga dipengaruhi oleh keluaga dan
lingkungan masyarakat, karena anak yang dibesarkan dalam keluarga dan
lingkungan bermasalah, maka anak tersebut akan mengalami banyak kesulitan
dimasa depan.[1] Dalam tesis ini penekanannya lebih pada peran guru di sekolah karena di samping orang tua dengan pengaruh pola
asuh, guru juga memegang peran penting dalam pembinaan karakter siswa khususnya
pembinaan percaya diri dalam
pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, guru harus berperan sebagai orang tua kedua siswa dan juga sebagai
pendidik jiwa dan raga mereka.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan
yang bersifat vital, human, dan sosial dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan tersebut harus terpenuhi dengan baik agar tidak terjadi ketegangan
batin.[2] Menurut Partowisastro “Kebutuhan
yang harus dipenuhi, antara lain; Pertama kebutuhan fisik berupa makan,
minum, tidur dan kesehatan. Kedua kebutuhan rasa aman bebas ancaman. Ketiga
kasih sayang. Keempat percaya diri berhubungan dengan harga diri dan
percaya akan diri sendiri (self-respect dan self-esteem).[3]
Menurut penulis semua kebutuhan di
atas harus terpenuhi dengan baik, namun yang paling penting harus terpenuhi
kebutuhan setelah fisik adalah manusia harus memenuhi kebutuhan percaya diri
yang matang terrefleksikan pada pengenalan diri sendiri yang akan mampengaruhi
pada harga diri, harga percaya diri dan harga percaya kepada orang lain. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan percaya diri haruslah dapat terpenuhi dengan baik, jika pemenuhan
kebuthan percaya diri berkembang seimbang dengan perkembangan fisik anak, maka
sang anak tidak lagi merasa terhambat hidupnya dengan kelaparan, rasa
ketakutan, kurang kasih sayang, rasa kurang pengakuan dan penerimaan dirinya
oleh keluarga, sekolah dan masyarakatnya.
Kebutuhan percaya diri merupakan
kebutuhan primer bagi manusia yang sangat mempengaruhi seluruh kebutuhan dan
perkembangan lainnya dalam kehidupan. Anak yang memiliki percaya diri yang baik,
berarti ia telah siap untuk menghadapi dinamika kehidupan. Sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri, tidak menutup-nutupi kelemahan diri, dan berfikir
realistis akan mengantarkan sianak menjadi sosok manusia yang akan berkembang
dengan baik menuju dewasa.
Namun pada kenyataannya tidak semua
siswa memiliki tingkat percaya diri yang baik yang desebabkan oleh berbagai
faktor antara lain; anak mengalami konflik keluarga, ekonomi lemah,
ketelantaran kasih sayang, tantangan hidup yang meresahkan, pola ngajar satu
arah dan penetapan tugas serta standar kemampun oleh guru di luar kesanggupan
siswanya. Hal ini semua akan membuat siswa mengalami krisis percaya diri.
Sangat berbahaya dan berdampak buruk terhadap siswa usia remaja.[4]
Masa remaja merupakan masa yang rawan
dan rentan bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pada masa usia remaja siswa
mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, sosial maupun mental. Seiring tuntutan
lingkungan terhadap dirinya juga semakin berat. Hal ini akan membuat siswa
mengalami krisis identitas akibat dari kurangnya pengenalan dan pemahaman
remaja terhadap diri mereka sendiri. Akibat dari siswa kurang cermat menilai
diri dan kemampuannya akhirnya menimbulkan perasaan kurang percaya diri.[5]
Gejala emosional seperti rendah diri
sangat berbahaya jika di biarkan, karena kegagalan dalam faktor ini bisa
mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri. Pada dasarnya kebahagiaan dan kesuksesan
hanya diperoleh oleh orang-orang yang percaya diri. Dalam kaitannya dengan
pendidikan, sejumlah peneliti telah menemukan bahwa rasa percaya diri sangat
berpengaruh pada hasil belajar seseorang. Sebagai contoh adalah pada penelitian
yang dilakukan oleh Santrock, ia menemukan “adanya hubungan yang kuat antara
kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa. Kepribadian yang dimiliki siswa
ikut berperan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Peran pembina atau
pembimbing yang bersikap positif, memiliki kaitan dengaan pembentukan
kepercayaan diri”.[6]
Menurut penulis perilaku siswa percaya
diri tampak dilihat dari perilakunya mampu bekerja secara efektif, melaksanakan
tugas-tugas dengan baik, bertanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain,
optimis dan toleran, perilaku inilah yang mendorong siswa dapat menguasai
literasi Ilmu Pengetahuan Sosial yang bermuara pada pencapaian prestasi. Siswa
percaya diri akan berusaha keras dalam pencapaian prestasi belajar, sebaliknya
siswa yang rendah diri menilai dirinya tidak memiliki kemampuan dan penilaian
rendah diri akan menghambat usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan ia tidak melakukan sesuatu
kegiatan dengan segala kemampuan yang ia miliki, Padahal sebenarnya kemampuan
tersebut dimilikinya.
Seseorang yang yang kurang percaya
diri juga menetapkan suatu tujuan diluar kemampuannya. Sebagai kopensasi
terhadap perasaan kurang percaya diri. Hal tersebut menyebabkan perasaan cemas
dan tidak aman sehingga tujuan akan semakin sulit tercapai. Dalam hal ini termasuk
dalam kegiatan belajar maka dapat mengakibatkan prestasi belajar kurang
memuaskan.[7]
Untuk sebagian besar individu,
rendahnya atau hilangnya rasa percaya diri hanya menyebabkan rasa tidak nyaman
secara emosiaonal yang bersifat sementara, tetapi bagi beberapa individu lain, rendahnya atau hilngnya rasa
percaya diri dapat menyebabkan masalah depresi, bunuh diri, kecemasan yang tak
wajar, dan masalah penyesuaian diri lainnya.[8]
Dalam kondisi demikian, literasi IPS
dapat menjadi penuntun, pencerah dan penunjuk arah siswa mampu mengambil
informasi, mengolah, menyebarkan informasi dan menggunakan informasi dalam bahagian
keterampilan sosial menjadi harapan pemecah masalah percaya diri siswa dalam
pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaski dan komunikasi yang
intensif antara siswa
dengan guru, siswa dengan siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi
apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang berupa
guru, siswa, kurikulum,
biaya, peralatan dan
hal-hal lainnya
dapat
dilakukan secara
harmonis, sehingga
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
sikap percaya diri, dan benar-benar mampu memberdayakan
peserta didik.
Yeni Indrastuti berpendapat
bahwa “Belajar dengan strategi konvensional
komunikasi
satu arah, situasi belajar
terpusat pada guru
mengajar untuk memberikan
informasi secara lisan
kepada anak tanpa ada usaha mengembangkan ketrampilan
intelektual anak secara aktif”.[9]
Dalam pembelajaran, menumbuhkan percaya diri siswa sangat penting.
Oleh karena itu, diperlukan strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru
diharapkan mempunyai kemampuan dan ketrampilan literasi
untuk menumbuhkan sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran, maka guru dituntut menyajikan model pembelajaran literasi yang menarik dan berpusat kepada siswa
aktif secara bervariasi untuk merangsang
sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Menurut
analisa penulis kelemahan sebahagian siswa yang kurang percaya diri mereka
merasa terus menerus merasa selalu kalah bersaing, takut untuk mencoba, merasa
selalu ada yang salah dan sering khawatir yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, tugas sekolah dan guru bukan hanya sekedar
mengajarkan materi kepada siswa, tetapi strategi mendorong siswa mampu
mengatualisasi diri, menghargai diri, mengeksistensikan dirinya melalui keterampilan informasi dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan
penuh percaya diri sangat diperlukan dan dilakukan secara khusus/terprogram strategi
pembinaan percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk membahas tesis yang
berjudul "Strategi Pembinaan
Percaya Diri Siswa Melalui
Literasi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pembelajaran pada SMP"
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan
di atas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalahnya adalah bagaimana strategi pembinaan percaya diri
siswa melalui litersi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pembelajaran pada SMPN? Dari rumusan ini, timbul
pertanyaan sebagai berikut:
1.
Bagaimana persiapan pembelajaran literasi IPS dalam pembinaan percaya diri
siswa?
2.
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran literasi IPS dalam pembinaan percaya diri
siswa?
3.
Bagaimana penilaian pembelajaran literasi IPS dalam pembinaan percaya diri
siswa?
4.
Apa saja faktor pendukung pembinaan percaya
diri siswa dalam pembelajaran literasi IPS?
|
DAFTAR PUSTAKA
Alek Sobur, Komunikasi Orang Tua dan Anak, Bandung:
Angkasa, 1991
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan Jiwa,Yogyakarta: Bahakti Prima Yasa, 1996
Fuad Ikhsan, Dasar-dasar
Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
John. Santrock, Adolescena Perkembangan Remaja,
Jakarta: Erlangga, 2003
Kartini Kartono, Psikologi Anak, Bandung:
Alumni, 2986
Kustur Partowisastro, Dinamika dalam Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1983
Masrun dan Martaniah, Psikologi Pendidikan Seri
Paedagogik Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1973
Yeni
Indrastoeti,
Strategi Proses Belajar Mengajar,
Bandung:Tarsito, 1999
[4] Dadang Hawari, Al-Qur’an
Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Bahakti Prima Yasa, 1996),
hlm. 747
[5] Masrun dan Martaniah, Psikologi
Pendidikan Seri Paedagogik (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi
UGM, 1973), hlm. 34
[9] Yeni Indrastoeti, Strategi Proses Belajar
Mengajar, (Bandung:Tarsito,
1999), hal. 38.