A. Konsep dan Deskripsi Model Pembelajaran dalam K-13
1.
Konsep Model Pembelajaran dalam K-13
Kurikulum
2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103 Tahun
2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta
mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah:
1).
Model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning).
2).
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
3).
Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning),
Disamping model
pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan model pembelajaran
4).
Production Based Education (PBE) sesuai dengan karakteristik pendidikan
menengah kejuruan
5). Sitak
pembelajaran
2.
Deskripsi Model Pembelajaran dalam K-13
1). Model Pembelajaran
Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian)
Model pembelajaran
penyingkapan (Discovery Learning)adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan
inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu
sendiri adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the
mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
2).
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan
pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi
permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan OnnSeng, 2000).
Tujuan
PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada
permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills
(HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan(Norman and Schmidt).
3).
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Model
pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang,
tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang
dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and
Baron 2011).
Tujuan
Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work,
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level
tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole &
Wasburn Moses, 2010).
4). Model Production Based Training
(PBT).
Model
pembelajaran Model Production based Training (PBT) dapat digunakan model
Production Based Training (PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory
pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production
Based Trainingmerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada
proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi
yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan
berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk,
hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan model pembelajaranPBT
adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang
berkaitan dengan kompetensi teknisserta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan
organisasi kerja.
B. Evalasi dan Refleksi Model-model dan
Metode Pembelajaran dalan K-13
1.
Evaluasi
1).
Model Pembelajaran Discovery
Discovery
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan
inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu
sendiri adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the
mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Sintak
model Discovery Learning
1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem
Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pembuktian (Verification), dan
5) Menarik simpulan/generalisasi
(Generalization).
2). Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Merupakan
pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok. serta lingkungan nyata untuk mengatasi
permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual. Tujuan PBL adalah
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman
and Schmidt).
Sintak
model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley,
2003:3) terdiri atas:
1) Mengidentifikasi masalah;
2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang
masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;
3) Mengembangkan solusi melalui
pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan
pandang;
4) Melakukan tindakan strategis, dan
5) Melihat ulang dan mengevaluasi
pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.
3). Model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL).
Model
pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang,
tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang
dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and
Baron 2011). Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi
belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik
level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole
& Wasburn Moses, 2010).
Sintak/tahapan
model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
a. Penentuan pertanyaan mendasar (Start with
the Essential Question);
b. Mendesain perencanaan proyek;
c. Menyusun jadwal (Create a Schedule);
d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
(Monitor the Students and the Progress of the Project);
e. Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
f. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the
Experience).
4). Model Production based Training
(PBT).
Model
pembelajaran Model Production based Training (PBT) dapat digunakan model
Production Based Training (PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory
pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production
Based Trainingmerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada
proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi
yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan
berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk,
hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan model pembelajaranPBT
adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang
berkaitan dengan kompetensi teknisserta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan
organisasi kerja.
Sintaks/tahapan
model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
a. Merencanakan produk;
b. Melaksanakan proses produksi;
c. Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu),
dan
d. Mengembangkan rencana pemasaran. (G. Y.
Jenkins, Hospitality 2005).
Refleksi
Model
Inquiry Learning Terbimbing dirancang membawa peserta didik dalam proses
penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat
(Joice&Wells, 2003). Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri temuannya. Sintak/tahap model inkuiri meliputi:
1) Orientasi masalah; 2) Pengumpulan data dan verifikasi; 3) Pengumpulan data melalui eksperimen; 4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi,
dan 5) Analisis proses inkuiri.
Model
Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93)
terdiri atas: 1) Merumuskan uraian
masalah; 2) Mengembangkan kemungkinan
penyebab; 3) Mengetes penyebab atau
proses diagnosis, dan 4) Mengevaluasi.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model-model
dan Metode Pembelajaran dalan K-13
1.
Kelebihan
Kelebihan
model-model dan metode pembelajaran K-13 mengacu pada pendekatan saintifik,
meliputi lima langkah sebagai berikut.
1).
Mengamati,
Mengamati
yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca,
menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu
objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara
lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data,
menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan
internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati
adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
2).
Menanya,
Menanya
yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang
berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan
menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa
yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru,
narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru
hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan
secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk
tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat
hipotesis. Hasil belajar dari kegiatanmenanya adalah siswa dapat merumuskan
masalah dan merumuskan hipotesis.
3).
Mengumpulkan Data
Mengumpulkan
data yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan
disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca
buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen),
wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan
mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.
4).
Mengasosiasi,
Mengorganisasi
yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan
pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara
lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan
menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data
sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat
tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa
menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data
yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan
atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema
kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari
kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari
hipotesis.
5).
Mengomunikasikan,
Mengkomunikasi
yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi
yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk
diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi
sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari
kegiatanmengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan
mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
2.
Kekurangan
Tidak
semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran.
Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran
tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal
jika menggunakan model pembelajaran tertentu.Oleh karenanya guru harus
menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran
penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya
(Problem Based Learning dan Project Based Learning).
D. Peran
Strategis dan Kaitan Dengan Nilai Moderasi beragama.
Pembelajaran
adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik,
dan an tara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar
yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap,
pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran
yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut
sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung
(Joice&Wells). Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Prinsi-prinsip
pembelajaran meliputi: (1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, (2)
peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar, (3) proses pembelajaraan
menggunakan pendekatan ilmiah, (4) pembelajaran berbasis kompetensi, (5)
pembelajaran terpadu, (6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen
yang memiliki kebenaran multi dimensi, (7) pembelajaran berbasis keterampilan
aplikatif, (8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara
hard-skills dan soft-skills, (9)pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat, (10)
pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberiketeladanan (ing ngarso
sung tulodo), membangun kemauan (ingmadyomangunkarso), dan mengembangkan
kreativitas pesertadidik dalam proses pembelajaran (tut wurihandayani), (11)
pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, (12)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran, (13) pengakuan
atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik, dan (14)
suasana belajar menyenangkan dan menantang.
Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Tujuan penggunaan model
pembelajaran sebagai strategi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dapat
membantu peserta didik mengembangkan dirinya baik berupa informasi, gagasan, keterampilan
nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan kapasitas berpikir secara
jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta komitmen (Joice&
Wells). Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
Rasional
teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta
atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang
akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik
serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
Tingkah
laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan
sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam
pelaksanaannya. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif
serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang
apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar