Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

25 Juli 2022

Teori Perkembangan Kognitif Piaget Oleh: Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd

 

Klik Gambar Lihat Videonya

A.    Lima Konsep dan Deskripsi Teori Perkembangan Kognitif Piaget

1.      Konsep Teori Perkembangan Kognitif Piaget

1). Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

2). Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan) Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget.

3). Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun) Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.

4). Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun) Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional.

5). Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas) Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.

 

2. Deskripsi Teori Perkembangan Kognitif Piaget

1). Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Perkembangan ini bisa berbeda-beda pada tiap anak. Psikolog J. Piaget membagi perkembangan kognitif anak pada empat tahap berdasarkan usia anak.”

2). Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan). Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh). Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri.

Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja. Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)

3). Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.

4). Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.

5). 4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas) Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

 

B.     Evalasi dan Refleksi Teori Perkembangan Kognitif Piaget

1.      Evaluasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget terkenal di bidang psikologi dan pendidikan kalau di Indonesia disebut bimbingan dan konseling, tetapi teori ini juga memiliki kelemahan atau kekurangan yang cukup besar. Meskipun pada pelaksanaannya digunakan dalam serangkaian tahapan progresif yang terpisah, bahkan Jean Piaget percaya bahwa perkembangan tidak selalu mengikuti jalur yang mulus dan dapat diprediksi.

Terlepas dari kritik atau kelemahan dari teori perkembangan kognitif Piaget, teori tersebut memiliki dampak yang cukup besar pada pemahaman kita tentang perkembangan anak. Ini adalah kelebihan dari teori perkembangan kognitif Piaget. Selain itu pengamatan Piaget bahwa anak-anak benar-benar berpikir secara berbeda dari orang dewasa membantu mengantarkan era baru penelitian tentang perkembangan mental pada anak-anak.

 

2.      Refleksi Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Perkembangan kognitif dapat dipahami sebagai proses yang terjadi secara internal pada pusat susunan saraf ketika manusia tengah berpikir. Seorang psikolog Jean Piaget pertama kali mengemukakan teori perkembangan kognitif yang bersifat konstruktivisme, namun teori perkembangan kognitif ini ada dua yaitu konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.

Dalam teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Piaget, ia menjelaskan mengenai skema-skema atau mengenai bagaimana seseorang memberikan serta menjelaskan persepsi tentang lingkungannya dalam beberapa tahapan perkembangan. Selain Piaget, Lev Vygotsku pun mencetuskan teorki perkembangan kognitif versi dirinya. Lebih lanjut, simak artikel perkembangan kognitif hingga akhir ya!

 

C.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Perkembangan Kognitif Piaget

1.      Kelebihan Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Fokus Piaget pada pengembangan kualitatif memiliki dampak penting pada pendidikan terutama dalam bidang bimbingan dan konseling. Meskipun pada awalnya Piaget tidak secara khusus menerapkan teorinya dengan cara ini (untuk pendidikan seperti sekarang), banyak program pendidikan sekarang yang dibangun di atas keyakinan bahwa anak-anak harus diajar pada tingkat yang mereka sudah siap sesuai dengan perkembangannya.

Selain itu, sejumlah strategi instruksional telah diturunkan dari karya Piaget. Strategi-strategi ini termasuk menyediakan lingkungan yang mendukung, memanfaatkan interaksi sosial dan pengajaran sebaya, dan membantu anak-anak melihat kekeliruan dan inkonsistensi dalam pemikiran mereka.

 

2.      Kekurangan Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Banyak kritik yang mengungkapkan kelemahan teori perkembangan kognitif karya Piaget berkaitan dengan metode penelitiannya. Sumber utama inspirasi teori ini adalah pengamatan Piaget terhadap ketiga anaknya sendiri. Selain itu, anak-anak lain dalam sampel penelitian kecil Piaget semuanya berasal dari profesional berpendidikan tinggi dengan status sosial ekonomi tinggi. Karena sampel yang tidak representatif ini, sulit untuk menggeneralisasi temuannya ke populasi yang lebih besar.

Selain itu metodologi penelitian Piaget juga bermasalah karena fakta bahwa ia jarang merinci bagaimana pesertanya dalam penelitian dipilih. Sebagian besar karyanya mencakup sangat sedikit detail statistik tentang bagaimana dia bisa sampai pada kesimpulannya.

Masalah lain terletak pada kurangnya variabel yang didefinisikan secara operasional secara jelas oleh Piaget. Untuk mereplikasi pengamatannya dan mengukur secara objektif bagaimana satu variabel menyebabkan perubahan pada variabel lain, peneliti perlu memiliki definisi yang sangat spesifik dari setiap variabel. Sebagian besar terminologi yang terkait dengan teori Piaget tidak memiliki definisi operasional ini, sehingga sangat sulit bagi para peneliti untuk mereplikasi karyanya secara akurat.

 

D.    Kaitan Isi Bahan Ajar Teori Perkembangan Kognitif Piaget dengan Nilai Moderasi Beragama.

Perkembangan kognitif piaget, bahwa semua anak secara otomatis akan pindah ke tahap perkembangan berikutnya saat mereka dewasa. Beberapa data menunjukkan bahwa faktor lingkungan mungkin berperan dalam pengembangan operasional formal. Teori tersebut tampaknya menunjukkan bahwa mencapai tahap operasional formal adalah tujuan akhir perkembangan anak, namun tidak jelas apakah semua orang benar-benar mencapai tugas perkembangan yang merupakan ciri dari operasi formal. Bahkan sebagai orang dewasa, orang mungkin juga akan berusaha untuk berpikir secara abstrak tentang sebuah situasi, jatuh kembali pada cara berpikir operasional yang lebih konkret.

Teori perkembangan kognitif Piaget ini juga tampaknya menunjukkan bahwa perkembangan intelektual sebagian besar selesai pada usia 12 tahun. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa tahun-tahun remaja dan dewasa awal juga merupakan periode perkembangan kognitif yang penting.

Sebagian besar peneliti setuju bahwa anak-anak memiliki banyak kemampuan pada usia lebih dini daripada yang diungkapkan oleh Piaget. Penelitian pada teori berfikir telah menemukan bahwa anak-anak berusia 4 dan 5 tahun memiliki pemahaman yang agak canggih tentang proses mental mereka sendiri dan juga proses orang lain.

Misalnya, anak-anak pada usia ini memiliki beberapa kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain, yang berarti mereka jauh lebih egosentris daripada yang diyakini Piaget. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan anak-anak yang masih usia 3 tahun memiliki beberapa kemampuan untuk memahami bahwa orang lain akan memiliki pandangan yang berbeda.

Warisan Jean Piaget Meskipun ada beberapa aturan mengenai teori Piaget yang ketat saat ini, kebanyakan orang dapat menghargai pengaruh dan warisan dari teori Piaget. Karyanya membangkitkan minat dalam perkembangan anak dan memiliki dampak besar pada masa depan pendidikan dan psikologi perkembangan diseluruh dunia. Sementara meskipun metode penelitiannya tidak sempurna, karyanya telah merintis pengembangan apa yang sekarang dikenal sebagai metode klinis. Pendekatan ini melibatkan melakukan wawancara intensif dengan subjek tentang proses berpikir mereka sendiri.

Teori Piaget juga membantu mengubah cara berpikir para peneliti tentang anak-anak. Bukannya hanya memandang mereka sebagai versi kecil orang dewasa, para ahli mulai menyadari bahwa cara berpikir anak-anak pada dasarnya berbeda dengan cara berpikir orang dewasa.

ROS Raja/Ratu Orientasi Sekolah di kemas dalam bentuk audisi siswa kreatif Oleh: Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd


Klik gambar lihat videonya

Satu diantara kegiatan unggulan dari ROS Raja/Ratu Orientasi Sekolah kami kemas dalam audisi pemilihan Raja/Ratu kreatif. Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah keterampilan yang sudah dia miliki sejak lahir (talenta). Mengasah keterampilan beradaptasi dengan lingkungan.


Cara ketiga meningkatkan keterampilan adalah dengan membuat ajang dalam bentuk kompetisi. "Ketiga hal itu bisa mengembangkan bakat yang sudah dimiliki siswa menjadi keahlian mereka.


Walau begitu, kompetisi tidak langsung bisa mengembangkan diri, mereka dibina berkolaborasi. Kompetisi pun dianggap bisa menguji ketangguhan seseorang. Kompetisi juga bisa membantu mereka mengenali kemampuan diri dan mengevaluasi kemampuannya.


Adanya kompetisi seperti ini sangat penting untuk mengasah kemampuan mereka  berinovasi alias jalan keluar sebuah masalah yang dikembangkannya. Jadi kompetisi itu hanya katalis saja dan pembangunan karakter sportif, inovatif, dan  tangguh.


 Siswa harus belajar dan membangun serta menemukan potensi mereka sebagai bekal hidupnya. Maka perlu kita ajarkan berkolaborasi dan berbagai kemampuan lainnya. 


Terimakasih atas semuanya dan segalanya sukses terus buat semuanya teman-teman hebat luar biasa semoga bermanfaat dan berkah selalu dalam lindungan Allah 🤲

19 Juli 2022

Penerapan Teori Belajar Behavioristik dan Cognifistik dalam Pembelajaran

 


A.    Pendahuluan

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Macam-macam teori belajar dan pembelajaran antara lain

Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimults yang bervariasi.

Salah satu teori belajar behavioristik adalah teori classical conditioning dari Pavlov yang didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorng serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Jika penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respons tersebut dapat muncul kembali.

Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.

 

B.     Penerapan dalam Pembelajaran

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Macam-macam teori belajar dan pembelajaran antara lain

Teori Behavioristik Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimults yang bervariasi.

Salah satu teori belajar behavioristik adalah teori classical conditioning dari Pavlov yang didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorng serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Jika penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respons tersebut dapat muncul kembali.

Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.

Teori behaviorism dari Watson menyatakan bahwa stimulus dan respons yang menjadi konsep dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati. Interaksi stimulus dan respons merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.

Proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintanganrintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Dalam proses kognitif terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya secara simultan dan saling membutuhkan.

Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.

b. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.

c.  Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu. Model teori belajar kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model belajar penemuan dari Brunner, model belajar bermakna dari Ausebel, model pemrosesan informasi dan model peristiwa pembelajaran dari Rober Gagne, dan model “perkembangan intelektual” dari Jean Piaget.

 

Belajar dalam artian bergerak dalam proses menjadi manusia. Teori belajar sangat diperlukan dalam kegiatan guru dilapangan. Hal ini dikarena untuk membantu guru bagaimana dapat memahami bagaimana siswa belajar, bagaimana guru harus merancang dan merencanakan proses pembelajarannya, mengelola kelas, melakukan evaluasi dan menciptakan kelas yang efektif.

Selanjutnya dapat dirumuskan secara sekilas bahwa belajar adalah proses yang tidak dapat dibatasi oleh konteks kelembagaan. Masih menurut George, seseorang mungkin saja belajar secara mandiri (autodidak) atau dengan bantuan orang lain. Teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri.

Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya. Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar.

Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental.

 

C.    Manfaat Penerapan dalam Pembelajaran

1.      Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.

2.      Membantu guru untuk memahami orang lain, terutama muridnya, dan membantu dirinya sendiri.

3.      Mengkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk menghasilkan prosedur xang memungkinkan belajar menjadi produktif..

4.      Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya merupakan faktor yang saling berkaitan.

5.      Insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hamper sama. Dapat juga dikatakan insight adalah pemahaman terhadap suatu situasi secara mendalam. Insight terjadi dengan malihat kasus-kasus/kejadian yang terpisah, kemudian manggeneralisasikannya sehingga timbul pemahaman.

6.      Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respons adalah sebagai berikut. Teori kognitif menekankan pada fungsi-fungsi psikologis, sedangkan teori behaviorisme pada segi fisiknya saja. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini, sedangkan teori behaviorisme pada sejarah masa lalu.

Konsep Pembelajaran dalam Kurikulum K-13

 


A.    Konsep Pembelajaran dalam Kuriklum K-13. 

1)      Kurikulum 2013 berorientasi kepada usaha-usaha menyiapkan lahirnya Generasi Emas Indonesia

2)      Pembelajaran dengan kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik

3)      Sikap, yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab

4)      Pengetahuan, yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

5)      Keterampilan, yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri

 

2. Deskripsi Konsep Pembelajaran dalam Kurikulum K-13

Kurikulum 2013 berorientasi kepada usaha-usaha menyiapkan lahirnya Generasi Emas Indonesia 2045, yaitu peserta didik yang memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.

Pembelajaran dengan kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia. Sesuai Permendikbud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan, kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik adalah:

Sikap, yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan, yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

Keterampilan, yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

 

B.     Evalasi dan Refleksi Konsep Pembelajaran dalan Kurikulum K-13

1.      Evaluasi

Konsep pembelajaran K-13, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman dimana dia hidup. Kurikulum 2013 (K-13) menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik, karena peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Oleh karena itu, maka pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.

Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan.

Kurikulum 2013 (K-13) mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung (direct teaching) dan proses pembelajaran tidak langsung (indirect teaching). Proses pembelajaran langsung adalah proses pembelajaran dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

Sedangkan proses pembelajaran tidak langsung adalah proses pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus, misalnya pembelajaran dalam rangka pengembangan nilai dan sikap peserta didik.

Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 (religius) dan KI-2 (sosial). Sedangkan pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

 


2.      Refleksi

Proses pembelajaran K-13 menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach), artinya pembelajaran yang logic, berbasis pada fakta, data atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika/penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, ataupun dongeng semata. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah ini ada lima. Diawali dengan kegiatan mengamati, menanya atau mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi atau melakukan eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.

Selain perubahan pada Sandar Kompetensi Lulusan dan Standar Proses, elemen lain yang mengalami perubahan dalam kurikulum 2013 adalah Standar Penilaian. Penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013 ini diatur dengan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, yang diubah dari Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Mengacu kepada Permendikbud di atas, maka standar penilain pembelajaran menggunakan penilain otentik (authentic assessment), yaitu menilai kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Penilaian otentik merupakan proses pengamatan, perekaman, pendokumentasian karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak mandiri.

 

C.    Kelebihan dan Kekurangan Konsep Pembelajaran dalan Kurikulum K-13

1.      Kelebihan

Kelebihan konsep pembelajaran dalam kurikulum K-13 antara lain, yaitu:

1)      Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2)      Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

3)      Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4)      Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

5)      Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

6)      Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.

7)      Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

8)      Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.

9)      Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

10)  Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

11)  Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

12)  Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk)

13)  Guru berperan sebagai fasilitator

14)  Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat

15)  Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat

16)  Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan supervise dari daerah

17)  Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang lebih bervariasi

18)  Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi

19)  Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

 

2.      Kekurangan

Kekurangan konsep pembelajaran dalam kurikulum K-13, antara lain yaitu:

1)      Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2)      Sebagian guru belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.

3)      Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific

4)      Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP

5)      Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik

6)      Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.

7)      Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

8)      Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.

9)      Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.

10)  Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

11)  Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.

12)  Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional

13)  Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.

14)  Guru tidak tiap dengan perubahan

15)  Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara holistic.

16)  Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang

17)  Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang

18)  Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum

19)  Tingkat keaktifan siswa belum merata

20)  KBM umumnya saat ini mash konvensional

21)  Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.

22)  Menambah beban kerja guru.

23)  Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013

24)  Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada unsur keterpaksaan.

 

D.    Kaitan Materi dengan Nilai Moderasi Beragama.

Konsep pembelajaran dalam kurikulum K-13 mengedepankan pendidikan karakter adalah Salah satu hal yang sederhana karena kata ‘karakter’ adalah semua pengembangan diri siswa dalam interaksi belajar hingga awal dan berakhirnya proses pengajaran bisa tercapai pembentukan siswa yang berkarakter.

Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda.

Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik.