Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

19 Maret 2017

Teori Belajar Sosial Albert Bandura Review by Ridwan, MA: 206 Kumpulan Referensi dan Karya Tulis Albert Bandura

Pengantar Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial dari teori behavioristik. Ia merumuskan hakekat bagaimana manusia belajar dari observational learning (pembelajaran melalui pengamatan). Bandura menggunkan konsep utama dari teori belajarnya mengenai hakekatnya belajar dari kegiatan sosial (interaksi individu dengan yang lainnya) melalui pengamatan terhadap orang lain yang sedang melakukan tindakan atau belajar tanpa melakukan tindakan terlebih dahulu dan tanpa secara langsung mendapatkan reinforcement dan hukuman atas perilaku tersebut.
Bandura menerima banyak  prinsip teori perilaku, tetapi ia lebih banyak fokus pada efek isyarat pada perilaku dan pada proses  mental internal, dengan menekankan efek pemikiran pada tindakan dan pemikiran. Bandura melakukan percobaan mengenai teori belajar sosial dipengaruhi oleh kelompok peneliti aliran teori “belajar behavioristic”. Bandura  melihat bahwa hewan yang dipergunakan dalam percobaan memperlihatkan tingkah laku sendiri untuk kebutuhan diri sendiri, bukan percobaan interaksi individu dengan individu atau kelompok. Jadi peneliti aliran teori belajar behavioristik menurutnya berbicara pada tataran sosial.

a.      Prinsip Dasar Teori Belajar Sosial Bandura
Bandura membangun teori belajar sosial atas dasar prinsip: (1) faktor­ yang saling menentukan, (2) kemampuan untuk membuat atau memahami simbol, tanda, atau lambing, (3) kemampuan berpikir kedepan, (4) kemampuan untuk seolah­olah mengalami apa yang dialami oleh orang lain, (5) kemampuan mengatur diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi. 

1)      Faktor­ yang saling menentukan.
Bandura menyatakan bahwa setiap individu pada dasarnya adalah sebuah sistem (self-system). Individu sebagai sebuah sistem menggambarkan perilaku, berbagai faktor pada diri, dan peristiwa-­peristiwa yang dialami dan disaksikan di lingkungan secara bersama­-sama saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini gambaran bentuk interaksi berbagai faktor pembentuk sistem diri.
Bagan Teori Bandura Belajar Sosial 
Gambar 2.1 Gambaran Interaksi Faktor Pembentuk Sistem Diri
Bandura menggambarkan bentuk sistem diri yang saling terkait antara faktor kepribadian (personal), faktor perilaku (behavior), dan faktor lingkungan (environment). Sepasang tanda panah yang berlawanan arah pada setiap faktor tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat daya mempengaruhi atau berhubungan secara timbal balik.

2)      Kemampuan untuk membuat atau memahami simbol.
Bandura menggambarkan bahwa manusia mampu memahami dunia secara simbolis melalui gambar-gambar­ kognitif, jadi orang lebih bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar dari pada dunia itu sendiri. Pentingnya kontekstual dalam belajar sosial ditunggangi oleh kemampuan manusia berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir, maka hal­-hal yang telah berlalu dapat disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula “diuji” secara simbolis dalam pikiran. Perilaku­perilaku yang mungkin diperlihatkan akan dapat diduga, diharapkan, dikhawatirkan, dan diuji cobakan terlebih dahulu secara simbolis, dalam pikiran, tanpa harus mengalaminya secara fisik terlebih dahulu. Karena pikiran-­pikiran yang merupakan simbul atau gambaran kognitif dari masa lalu maupun masa depan itulah yang mempengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku tertentu.

3)      Kemampuan berpikir kedepan.
Manusia memiliki kemampuan berpikir ke depan, di samping kemampuan mengingat hal-­hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir atau mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa  depan. Orang dapat menduga bagaimana orang lain bisa bereaksi terhadapnya, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan tindakan­-tindakan yang dapat diambil untuk mencapai tujuan­nya dengan menggunakan prediksi atau pikiran ke depan, karena biasanya pikiran mengawali tindakan.

4)      Kemampuan untuk mengalami apa yang dialami oleh orang lain.
Manusia mampu belajar dengan cara memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain.

5)      Kemampuan mengatur diri sendiri.
Manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Seberapa giat orang bekerja dan belajar, berapa jam ia harus tidur, bagaiamana bersikap di muka umum, bagaimana mengerjakan pekerjaan kuliah dengan teratur, dan lain-lain merupakan contoh prilaku yang dikendalikan. Perilaku ini tidak dikerjakan untuk memuaskan orang lain, tetapi berdasarkan standar dan motivasi yang ditetapkan diri sendiri. Meskipun orang akan berpengaruh oleh perilaku orang lain, namun tanggung jawab utama tetap berada pada diri sendiri

6)      Kemampuan untuk berefleksi.
Manusia memiliki kemampuan merefleksi diri atau perenungan untuk memikirkan kemampuan diri sendiri.  Manusia mampu memantau ide-­idenya sendiri dan menilai kepantasan ide-­ide yang ia miliki sekaligus menilai diri mereka sendiri.  Dari  semua  penilaian  diri  sendiri, yang  paling  urgen adalah penilaian terhadap beberapa komponen atau seberapa mampu mengira diri sendiri dapat mengerjakan sesuatu dengan baik menurutnya sendiri.

b.      Konsep­ Dasar dalam Pembelajaran menurut Bandura
Bandura menggambarkan karakteristik dari belajar sosial terbukti sangat penting dan efisien karena menurutnya manusia dapat belajar dengan cara memperhatikan model beraksi dan membayangkan seolah-­olah ia sebagai  pengamat, mengalami sendiri apa yang dialami oleh model. Prinsip ini disebut model, karena perilakunya dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Dari sudut pandang Bandura, orang/pengamat tidak hanya sekedar meniru perilaku orang lain (model), namun mereka memutuskan dengan sadar untuk melakukan perilaku yang dipelajari dari mengamati model.
Asas mengamati model dan mengulangi perilaku yang dilakukan oleh model bukanlah sekedar imitasi sederhana, tetapi ini merupakan pembelajaran observasi yang melibatkan proses kognitif aktif yang meliputi 4 fase, yaitu: (1) fase perhatian (atensi), (2) fase pengingatan (retensi), (3) fase reproduksi, dan (4) fase motivasi.

1)      Fase perhatian (atensi).
Bandura menggambarkan fase pertama dalam pembelajaran ialah pengamatan, memberikan perhatian pada orang yang ditiru. Pada umumnya, siswa memberikan perhatian pada panutan yang memikat, berhasil, menarik, dan popular. Sebagai pengamat orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali ia memperhatikan kegiatan-­kegiatan yang diperagakan oleh model. Perhatian mempengaruhi pengamat berperilaku­ menitu yang diperagakan model. Proses memberikan perhatian tergantung pada kepada kegiatan apa dan siapa modelnya yang bersedia untuk diamati, misalnya jika anak-­anak dibesarkan dalam rumah tangga yang selalu bertengkar, maka kemungkinan besar mereka akan mudah bertindak kasar dan agresif pula.
Penerapan teori belajar sosial fokus pertama memastikan siswa memberi perhatian lebih pada prilaku yang dimodelkan, maka guru sebaiknya mengusahakan untuk: (1) menekankan bagian­bagian penting dari perilaku yang dipelajari untuk memusatkan perhatian siswa, (2) membagi-­bagi kegiatan besar menjadi bagian-­bagian kecil, (3) memperjelas ketrampilan­-ketrampilan yang menjadi komponen­-komponen prilaku, (4) memberi kesempatan untuk siswa mempraktikkan hasil pengamatan mereka begitu mereka selesai dengan satu topik.

2)      Fase pengingatan (retensi).
Agar dapat mengambil manfaat dari perilaku orang lain yang telah diamati, seorang pengamat harus dapat mengingat apa yang telah dilihatnya. Dia harus mengubah informasi  diamatinya menjadi bentuk gambaran mental, atau mengubah simbol­-simbol verbal, dan kemudian menyimpan dalam ingatannya. Usaha pengingatan akan sangat membantu siswa apabila kegiatan yang ditiru segera diulanginya atau dipraktikkan setelah pengamatan selesai. Pengamat tidak perlu melakukan pengulangan atau mempraktikkan secara fisik, tetapi dapat saja secara kognitif, yaitu: membayangkan, memvisualisasikan perilaku tersebut dalam pikirannya.

3)      Fase reproduksi.
Bandura menekankan komponen ketiga dalam proses peniruan adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Fase ini merupakan umpan balik dari hasil belajar dalam bentuk perilaku yang diperlihatkan oleh pengamat dapat menjadi alat bantu untuk dapat dilakukan lewat observasi diri dan masukan dari pelatih, guru, dan modelnya sendiri dari lingkungan sosial memformulasi perilaku baru atau hanya semata meniru.

4)      Fase motivasi.
Bandura menggambarkan tahap terakhir dalam proses pembelajaran melalui pengamatan ialah fase motivasi. Orang tidak akan memperagakan atau melaksanakan setiap hal yang dipelajarinya lewat proses pengamatan kecuali didorong oleh motivasi. Siswa akan meniru orang yang ditiru karena mereka percaya bahwa tindakan seperti itu akan meningkatkan peluang mereka sendiri. Umumnya seorang pengamat akan cenderung untuk memperagakan perilaku yang ditirunya jika hal tersebut menghasilkan hal yang berharga atau diinginkan oleh pengamat. Pengamat cenderung tidak memperagakan perilaku yang mengakibatkan munculnya hukuman atau bila ia tidak mendapat hadiah dari perbuatan tersebut.

c.       Konsep­ Dasar dalam Kepribadian menurut Bandura
Bandura mengembangkan konsep dasar keperibadian pada tiga faktor penting, yaitu: (1) sistem diri (self-system), (2) efikasi diri (self-efficacy), dan (3) regulasi diri (self-regulation).

1)      Sistem Diri (Self System)
Bandura mengajukan sebuah konsep yang memiliki peran penting dalam kepribadian, ia sebut dengan self-system, satu set proses kognitif digunakan individu untuk mempersepsi, mengevaluasi, dan meregulasi prilakunya sendiri agar sesuai dengan lingkungannya dan efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, individu tidak hanya dipengaruhi oleh proses reinforcement eksternal yang disediakan lingkungan, tetapi juga oleh ekspektasi, reinforcement, pikiran, rencana, tujuan atau proses internal dari diri.
Pada aspek system diri ini aspek kognitif berperan aktif dalam diri individu dalam pembelajaran. Selain sebagi wujud respon terhadap reinforcement langsung dengan mengubah prilaku di masa depan, orang dapat berpikir dan mengantisipasi pengaruh dari lingkungan. Individu dapat mengantisipasi konsekuensi yang mungkin akan timbul dari perilakunya sehingga mereka  memilih tindakan berdasarkan respon yang dihadapkan dari lingkungan dan masyarakatnya.
Walaupun teori pembelajaran klasik mengasumsikan bahwa prilaku seseorang berubah sepanjang waktu karena pengaruh langsung dari reinforcement dan hukuman melalui hubungan stimulus­ respons (Friedman & Schustack, 2008). Teori Bandura menyatakan bahwa pengaruh reinforcement sebelumnya akan terinternalisasikan dan perilaku berubah karena berubahnya pengetahuan dan ekspektasi seseorang. Pendekatannya memberikan peranan penting pada apa yang disebutnya dengan “human agency”. Kapasitas seseorang untuk mengontrol perilakunya, dan juga mengontrol proses berpikir internal dan motivasinya. Perkembangan pengetahuan dan perubahan prilaku tertentu (oleh orang lain atau diri sendiri), pada situasi tertentu, mendapatkan reinforcement di masa lalu membuat individu berharap bahwa perilaku yang sama akan mendapatkan reinforcement pada situasi yang sama (atau serupa) di masa depan, maka pendekatan ini menggunakan kekuatan pendekatan pembelajaran dan kognitif terhadap kepribadian.

2)      Efikasi Diri (Self-efficacy)
Bandura menggabarkan self­-efficacy merupakan ekspektasi keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertenu.  Self­-efficacy  yang  positif  akan membentuk  keyakinan  berperilaku. Self-­efficacy menentukan perilaku tertentu, sekuat apa seseorang dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku di masa depan.
Keyakinan tentang self-­efficacy merupakan hasil dari empat jenis informasi, yaitu:  (1) pengalaman dalam melakukan perilaku yang diharapkan atau perilaku yang serupa (kesuksesan dan kegagalan di masa lalu), (2) melihat orang lain melakukan perilaku tersebut atau perilaku yang kurang lebih sama (vicarious experience), (3)  persuasi verbal (bujukan orang lain yang bertujuan untuk menyemangati atau menjatuhkan performa), dan (4) perasaan tentang perilaku yang dimaksud (reaksi  emosional).

3)      Regulasi Diri (Self-regulation)
Bandura menggambarkan regulasi diri merupakan proses seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri, menentukan target untuk diri  mereka,  mengevaluasi  kesuksesan  mereka  saat  mencapai  target  tersebut,  dan     memberi penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut. Konsep self­efficacy adalah elemen penting dari proses ini, yang mempengaruhi pilihan target dan tingkat pencapaian yang diharapkan. Bahagian paling penting adalah skema yang dimiliki individu menjadi dasar memahami dan berperilaku dalam lingkungannya. Konstruk regulasi diri menitikberatkan pada kontrol internal. Proses regulasi diri memiliki relevansi yang luas terhadap banyak bidang, terutama bidang pendidikan yang merupakan bidang melatih kontrol perilaku manusia yang berdampak pada meningkatnya keberhasilan masyarakat dalam bidang peradaban
Dari penjelasan di atas teori belajar sosial Bandura dapat digambarkan bagan sebagai berikut: 
Bagan Gambaran Umum Teori Belajar Sosial Bandura
Gambar 2.1 Gambaran Umum Teori Belajar Sosial Bandura.
https://ridwan-aceh.blogspot.co.id/2017/03/daftar-pustaka-daftar-pustaka-albert.html?showComment=1489917195546#c7884409924310458559

Daftar Pustaka ALBERT BANDURA, Referensi Bandura,  Teori Bandura,Teori belajar sosial kumpulan 350 referensi Albert Bandura dari tahun -1953

DAFTAR PUSTAKA

1.      Bandura, A. (1954). The Rorschach white space response and perceptual reversal. Journal of Experimental Psychology, 48, 113-117.
2.      Bandura, A. (1954). The Rorschach white space response and “oppositional” behavior. Journal of Consulting Psychology, 18, 17-21.
3.      Bandura, A. (1956). Psychotherapists’ anxiety level, self-insight, and psychotherapeutic competence. Journal of Abnormal and Social Psychology, 52, 333-337.
4.      Bandura, A. (1957). Review of case studies in childhood emotional disabilities (Vol. 2) by G. Gardner. Contemporary Psychology, 2, 14-15.
5.      Bandura, A. (1958). Child-rearing patterns associated with adolescent aggressive disorders. In Physical and behavioral growth. Columbus, OH: Ross Laboratories.
6.      Bandura, A., & Walters, R. H. (1958). Dependency conflicts in aggressive delinquents. Journal of Social Issues, 14, 52-65.
7.      Bandura, A., & Walters, R. H., (1959). Adolescent aggression. New York: Ronald Press.
8.      Bandura, A., Lipsher, D. H., & Miller, P. E. (1960). Psychotherapists’ approach-avoidance reactions to patients’ expression of hostility. Journal of Consulting Psychology, 24, 1-8.
9.      Bandura, A. (1961). Psychotherapy as a learning process. Psychological Bulletin, 58, 143-159.
10.  Bandura, A., & Huston, A. C. (1961). Identification as a process of incidental learning. Journal of Abnormal and Social Psychology, 63, 311-318.
11.  Bandura, A., Ross, D., & Ross, S. A. (1961). Transmission of aggression through imitation of aggressive models. Journal of Abnormal and Social Psychology, 63, 575-582.
12.  Bandura, A. (1962). Social learning through imitation. In M. R. Jones (Ed.), Nebraska Symposium on Motivation. Lincoln: University of Nebraska Press.
13.  Bandura, A. (1962). Comments on Dr. Epstein’s paper. In M. R. Jones (Ed.) Nebraska Symposium on Motivation. Lincoln: University of Nebraska Press.
14.  Bandura, A. (1962). Punishment revisited. Journal of Consulting Psychology, 26, 298-301.
15.  Bandura, A., & Winder, C. L., Ahmad, F. Z., & Rau, L. C. (1962). Dependency of patients, psychotherapists’ responses, and aspects of psychotherapy. Journal of Consulting Psychology, 26, 129-134.
16.  Bandura, A. (1963). Behavior theory and identificatory learning. American Journal of Orthopsychiatry, 33, 591-601.
17.  Bandura, A. (1963). The role of imitation in personality development. Journal of Nursery Education, 18, 207-215.
18.  Bandura, A., & McDonald, F. J. (1963). The influence of social reinforcement and the behavior of models in shaping children’s moral judgments. Journal of Abnormal and Social Psychology, 67, 274-281.
19.  Bandura, A., Ross, D., & Ross, S. A. (1963). Imitation of film-mediated aggressive models. Journal of Abnormal and Social Psychology, 66, 3-11.
20.  Bandura A., Ross, D. & Ross, S. A. (1963). A comparative test of the status envy, social power, and secondary reinforcement theories of identificatory learning. Journal of Abnormal and Social Psychology, 67, 527-534.
21.  Bandura, A., Ross, D., & Ross, S. A. (1963). Vicarious reinforcement and imitative learning. Journal of Abnormal and Social Psychology, 67, 601-607.
22.  Bandura, A., & Walters, R. H. (1963). Aggression. In Child psychology: The sixty-second yearbook of the national society for the study of education, Part I. Chicago: The National Society for the Study of Education.
23.  Bandura, A., & Walters, R. H. (1963). Social learning and personality development. New York: Holt, Rinehart & Winston.
24.  Bandura, A. (1964). The stormy decade: Fact or fiction? Psychology in the Schools, 1, 224-231.
25.  Bandura, A., & Kupers, C. J. (1964). Transmission of patterns of self-reinforcement through modeling. Journal of Abnormal and Social Psychology, 69, 1-9.
26.  Bandura, A. (1965). Vicarious processes: A case of no-trial learning. In L.Berkowitz (Ed.), Advances in experimental social psychology (Vol. 2, pp. 1-55). New York: Academic Press, 1965.
27.  Bandura, A. (1965). Behavioral modification through modeling procedures. In L. Krasner & L. P. Ullman (Eds.), Research in behavior modification. New York: Holt, Rinehart & Winston.
28.  Bandura, A. (1965). Influence of models’ reinforcement contingencies on the acquisition of imitative responses. Journal of Personality and Social Psychology, 1, 589-595.
29.  Bandura, A., & Mischel, W. (1965). Modification of self-imposed delay of reward through exposure to live and symbolic models. Journal of Personality and Social Psychology, 2, 698-705.
30.  Bandura, A. (1966). Role of vicarious learning in personality development. Proceedings of the XVIIIth International Congress of Psychology: Social factors in the development of personality. Moscow, USSR.
31.  Bandura, A., Grusec, J. E., & Menlove, F. L. (1966). Observational learning as a function of symbolization and incentive set. Child Development, 37, 499-506.
32.  Bandura, A., & Harris, M. B. (1966). Modification of syntactic style. Journal of Experimental Child Psychology, 4, 341-352.
33.  Bandura, A., & Rosenthal, T. L. (1966). Vicarious classical conditioning as a function of arousal level. Journal of Personality and Social Psychology, 3, 54-62.
34.  Bandura, A., & Whalen, C. K. (1966). The influence of antecedent reinforcement and divergent modeling cues on patterns of self-reward. Journal of Personality and Social Psychology, 3, 373-382.
35.  Bandura, A. (1967). Behavioral psychotherapy. Scientific American, 216(3), 78-86.
36.  Bandura, A., Grusec, J., & Menlove, F. (1967). Some social determinants of self-monitoring reinforcement systems. Journal of Personality and Social Psychology, 5, 449-455.
37.  Bandura, A., Grusec, J. E., & Menlove, F. L. (1967). Vicarious extinction of avoidance behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 5, 16-23.
38.  Bandura, A., & Perloff, B. (1967). Relative efficacy of self-monitored and externally-imposed reinforcement systems. Journal of Personality and Social Psychology, 7, 111-116.
39.  Bandura, A. (1967). The role of modeling processes in personality development. In W. Hartup & N. Smothergill (Eds.), The young child. Washington: National Association for the Education of Young Children.
40.  Bandura, A. (1968). Imitation. In D. L. Sills (Ed.), International encyclopedia of the social sciences (Vol. 7). New York: Macmillan.
41.  Bandura, A. (1968). Reinforcement therapy: An antidote for therapeutic pessimism. (Review of Reinforcement Therapy by O. I. Lovaas). Contemporary Psychology, 13, 36-39.
42.  Bandura, A. (1968). A social learning interpretation of psychological dysfunctions. In P. London & D. Rosenhan (Eds.), Foundations of abnormal psychology. New York: Holt, Rinehart & Winston.
43.  Bandura, A., & Menlove, F. (1968). Factors determining vicarious extinction through symbolic modeling Journal of Personality and Social Psychology, 8, 99-108.
44.  Bandura, A. (1968). On empirical disconfirmations of equivocal deductions with insufficient data. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 32, 247-249.
45.  Bandura, A. (1968). Modeling approaches to the modification of phobic disorders. In R. Porter (Ed.), The role of learning in psychotherapy: Ciba Foundation Symposium. London: Churchill.
46.  Bandura, A. (1969). Social-learning theory of identificatory processes. In D. Goslin (Ed.), Handbook of socialization theory and research (pp. 213-262). Chicago: Rand McNally.
47.  Bandura, A. (1969). Principles of behavior modification. New York: Holt, Rinehart & Winston.
48.  Bandura, A. (1969). Social learning of moral judgments. Journal of Personality and Social Psychology, 11, 275-279.
49.  Bandura, A., Blanchard, E. B., & Ritter, B. (1969). Relative efficacy of desensitization and modeling approaches for inducing behavioral, affective, and attitudinal changes. Journal of Personality and Social Psychology, 13, 173-199.
50.  Bandura, A. (1970). Modeling theory: Some traditions, trends, and disputes. In W. Sahakian (Ed.), Psychology of learning: Systems, models, and theories. Chicago: Markham.
51.  Bandura, A. (1971). Vicarious and self-reinforcement processes. In R. Glaser (Ed.), The nature of reinforcement (pp. 228-278). New York: Academic Press.
52.  Bandura, A. (1971). Behavior therapy from a social learning perspective. Proceedings of the XIXth International Congress of Psychology. London, England.
53.  Bandura, A. (1971). Psychotherapy based upon modeling principles. In A. Bergin & S. Garfield (Eds.), Handbook of psychotherapy and behavior change (pp. 653-708). New York: Wiley.
54.  Bandura, A., & Barab, P. (1971). Conditions governing nonreinforced imitation. Developmental Psychology, 5, 244-255.
55.  Bandura, A. (Ed.) (1971). Psychological modeling: Conflicting theories. New York: Aldine-Atherton, 1971.
56.  Bandura, A. (1971). Analysis of modeling processes. In A. Bandura (Ed.), Psychological modeling: Conflicting theories. Chicago: Aldine-Atherton.
57.  Bandura, A. (1971). Social learning theory. New York: General Learning Press.
58.  Bandura, A. (1972). Socialization. In Lexikon der Psychologie. Band III. Freiburg im Breisgau: Herder.
59.  Mahoney, M. J., & Bandura, A. (1972). Self-reinforcement in pigeons. Learning and Motivation, 3, 293-303.
60.  Bandura, A. (1973). Aggression: A social learning analysis. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
61.  Bandura, A., & Jeffery, R. W. (1973). Role of symbolic coding and rehearsal processes in observational nlearning. Journal of Personality and Social Psychology, 26, 122-130.
62.  Bandura, A., & Barab, P. G. (1973). Processes governing disinhibitory effects through symbolic modeling. Journal of Abnormal Psychology, 82, 1-9.
63.  Bandura, A. (1973). Social learning theory of aggression. In J. F. Knutson (Ed.), The control of aggression: Implications from basic research. Chicago: Aldine.
64.  Bandura, A. (1973). Institutionally sanctioned violence. Journal of Clinical Child Psychology, 2, 23-24.
65.  Bandura, A. (1974). Behavior theory and the models of man. American Psychologist, 29, 859-869.
66.  Bandura, A. (1974). The case of the mistaken dependent variable. Journal of Abnormal Psychology, 83, 301-303.
67.  Bandura, A., Jeffery, R. W., & Wright, C. L. (1974). Efficacy of participant modeling as a function of response induction aids. Journal of Abnormal Psychology, 83, 56-64.
68.  Bandura, A. (1974). The process and practice of participant modeling treatment. In J. H. Cullen [Ed.], Experimental behaviour: A basis for the study of mental disturbance. Dublin: Irish University Press.
69.  Bandura, A., & Mahoney, M. J. (1974). Maintenance and transfer of self-reinforcement functions. Behaviour Research and Therapy, 12, 89-97.
70.  Bandura, A., Mahoney, M. J., Dirks, S. J., & Wright, C. L. (1974). Relative preference for external and selfcontrolled reinforcement in monkeys. Behaviour Research and Therapy, 12, 157-163.
71.  Bandura, A., Jeffery, R. W., & Bachicha, D. L. (1974). Analysis of memory codes and cumulative rehearsal in observational learning. Journal of Research in Personality, 7, 295-305.
72.  Bandura, A, Underwood, B., & Fromson, M. E. (1975). Disinhibition of aggression through diffusion of responsibility and dehumanization of victims. Journal of Research in Personality, 9, 253-269.
73.  Bandura, A., Jeffery, R. W., & Gajdos, E. (1975). Generalizing change through participant modeling with self-directed mastery. Behaviour Research and Therapy, 13, 141-152.
74.  Bandura, A. (1975). The ethics and social purposes of behavior modification. In C. Franks & G. Wilson (Eds.), Annual review of behavior therapy theory and practice (Vol. 3). New York: Brunner/Mazel.
75.  Bandura, A. (1976). Self-reinforcement: Theoretical and methodological considerations. Behaviorism, 4, 135-155.
76.  Bandura, A., & Ribes-Inesta, E. (Eds.) (1976). Analysis of delinquency and aggression. 77. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
77.  Bandura, A. (1976). Social learning analysis of aggression. In E. Ribes-Inesta & A. Bandura (Eds.), Analysis of delinquency and aggression. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
78.  Bandura, A., Mahone, M., & Dirks, S. (1976). Discriminative activation and maintenance of contingent selfreinforcement. Behaviour Research and Therapy, 14, 1-6.
79.  Bandura, A. (1976). New perspectives on violence. In V. C. Vaughan, III & T. Brazelton (Eds.), The family. Chicago: Year Book Medical Publishers.
80.  Bandura, A. (1976). Effecting change through participant modeling. In J. Krumboltz & C. Thoresen (Eds.), Counseling methods. New York: Holt, Rinehart & Winston, 1976.
81.  Bandura, A. (1976). Social learning perspective on behavior change. In A. Burton (Ed.), What makes behavior change possible? (pp. 34-57). New York: Brunner/Mazel.
82.  Bandura, A. (1976). Observational learning. Proceedings of the XXIst International Congress of Psychology, Paris, France. (Abstract)
83.  Bandura, A. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
84.  Bandura, A. (1977). Social learning theory. In B. B. Wolman & L. R. Pomroy (Eds.), International encyclopedia of psychiatry, psychology, psychoanalysis, and neurology (Vol. 10). New York: Van Nostrand Reinhold.
85.  Bandura, A. (1977). Self-reinforcement: The power of positive personal control. In P. G. Zimbardo & F. L. Ruch (Eds.), Psychology and life (9th ed.). Glenview, IL: Scott, Foresman.
86.  Bandura, A., & Simon, K. M. (1977). The role of proximal intentions in self-regulation of refractory behavior. Cognitive Therapy and Research, 1, 177-193.
87.  Bandura, A., Adams N. E., & Beyer, J. (1977). Cognitive processes mediating behavioral change. Journal of Personality and Psychology, 35, 125-139.
88.  Bandura, A., & Adams, N. E. (1977). Analysis of self-efficacy theory of behavioral change. Cognitive Therapy and Research, 1, 287-308.
89.  Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review, 84, 191-215.
90.  Bandura, A. (1978). The self system in reciprocal determinism. American Psychologist, 33, 344-358.
91.  Bandura, A. (1978). Reflections on self-efficacy. In S. Rachman (Ed.), Advances in behaviour research and therapy (Vol. 1). Oxford: Pergamon Press.
92.  Bandura, A. (1978). On distinguishing between logical and empirical verification. Scandinavian Journal of Psychology, 19, 97-99.
93.  Bandura, A. & Rosenthal, T. L., (1978). Psychological modeling: Theory and practice. In S. L. Garfield & E. Bergin (Eds.), Handbook of psychotherapy and behavior change (2nd ed.). New York: Wiley.
94.  Bandura, A. (1978). Perceived effectiveness: An explanatory mechanism of behavioral change. In G. Lindzey, C. S. Hall, & R. F. Thompson (Eds.), Psychology. New York:Worth.
95.  Bandura, A. (1978). On paradigms and recycled ideologies. Cognitive Therapy and Research, 2, 79-103.
96.  Bandura, A. (1979). Psychological mechanisms of aggression. In M.VonCranach, K. Foppa, W. LePenies, & D. Ploog (Eds.), Human ethology: Claims and limits of a new discipline. Cambridge: Cambridge University Press.
97.  Bandura, A. (1979). Self-referent mechanisms in social learning theory. American Psychologist, 34, 439-441.
98.        Bandura, A. (1979). On ecumenism in research perspectives. Cognitive Therapy and Research, 3, 245-248.
99.        Bandura, A., Adams, N. E., Hardy, A. B., & Howells, G. N. (1980). Tests of the generality of self-efficacy theory. Cognitive Therapy and Research, 4, 39-66.
100.    Bandura, A. (1980). Gauging the relationship between self-efficacy judgment and action. Cognitive Therapy and Research, 4, 263-268.
101.    Bandura, A. (1981). Self-referent thought: A developmental analysis of self-efficacy. In J. Flavell & L. Ross (Eds.), Social cognitive development: Frontiers and possible futes. (pp. 200-239). Cambridge: Cambridge University Press.
102.    Bandura, A. (1981). In search of pure unidirectional determinants. Behavior Therapy, 12, 30-40.
103.    Bandura, A., & Schunk, D. H. (1981). Cultivating competence, self-efficacy, and intrinsic interest through proximal self-motivation. Journal of Personality and Social Psychology, 41, 586-598.
104.    Bandura, A. (1982). The self and mechanisms of agency. In J. Suls (Ed.), Psychological perspectives on the self (Vol. 1). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
105.    Bandura, A. (1982). Self-efficacy mechanism in human agency. American Psychologist, 37, 122-147.
106.    Bandura, A. (1982). The psychology of chance encounters and life paths. American Psychologist, 37, 747-755.
107.    Bandura, A., Reese, L., & Adams N. E. (1982). Microanalysis of action and fear arousal as a function of differential levels of perceived self-efficacy. Journal of Personality and Social Psychology, 43, 5-21.
108.    Telch, M. J., Bandura, A., Vinciguerra, P., Agras, A., &. Stout, A. L. (1982). Social demand for consistency and congruence between self-efficacy and performance. Behavior Therapy, 13, 694-701.
109.    Carroll, W. R., & Bandura, A. (1982). The role of visual monitoring in observational learning of action patterns: Making the unobservable observable. Journal of Motor Behavior, 1982, 14, 153-167.
110.    Bandura, A. (1992). The assessment and predictive generality of self-percepts of efficacy. Journal of
111.    Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 13, 195-199.
112.    Bandura, A. (1983). Temporal dynamics and decomposition of reciprocal determinism. Psychological Review, 90, 166-170.
113.    Bandura, A. (1983). Self-efficacy determinants of anticipated fears and calamities. Journal of Personality and Social Psychology, 45, 464-469.
114.    Bandura, A., & Cervone, D (1983). Self-evaluative and self-efficacy mechanisms governing the motivational effects of goal systems. Journal of Personality and Social Psychology, 45, 1017-1028.
115.    Bandura, A., (1984). Recycling misconceptions of perceived self-efficacy. Cognitive Therapy and Research, 8, 231-255.
116.    Bandura, A. (1984). Representing personal determinants in causal structures. Psychological Review, 91, 508-511.
117.    Bussey, K., & Bandura, A. (1984). Influence of gender constancy and social power on sex-linked modeling. Journal of Personality and Social Psychology, 47, 1292-1302.
118.    Bandura, A. (1985). Model of causality in social learning theory. In S. Sukemune (Ed.), Advances in social learning theory. Bandura in Japan. Tokyo: Kaneko-Shoho.
119.    Bandura, A. (1985). Observational learning. In S. Sukemune (Ed.), Advances in sociallearning theory. Bandura in Japan. Tokyo: Kaneko-shoho.
120.    Bandura, A. (1985). Explorations in self-efficacy. In S. Sukemune (Ed.), Advances in social learning theory. Bandura in Japan. Tokyo: Kaneko-shoho.
121.    Bandura, A. (1985). Reciprocal determinism. In S. Sukemune (Ed.), Advances in social learning theory. Bandura in Japan. Tokyo: Kaneko-shoho.
122.    Bandura, A., Taylor, C. B., Williams, S. L., Mefford, I. N., Barchas, J. D. (1985). Catecholamine secretion as a function of perceived coping self-efficacy. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 53, 406-414.
123.    Taylor, C. B., Bandura, A., Ewart, C. K., Miller, N. H., & DeBusk, R. F. (1985). Exercise testing to enhance wives’ confidence in their husbands’ cardiac capability after clinically uncomplicated acute myocardial infarction. American Journal of Cardiology, 55, 635-638.
124.    Carroll, W. R., & Bandura, A. (1985). Role of timing of visual monitoring and motor rehearsal in observational learning of action patterns. Journal of Motor Behavior, 17, 269-281.
125.    Bandura, A., & Cervone, D. (1986). Differential engagement of self-reactive influences in cognitive motivation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 38, 92-113.
126.    Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
127.    Bandura, A. (1986). From thought to action: Mechanisms of personal agency. New Zealand Journal of Psychology, 15, 1-17.
128.    Bandura, A. (1986). The explanatory and predictive scope of self-efficacy theory. Journal of Clinical and Social Psychology, 4, 359-373.
129.    Bandura, A. (1986). Fearful expectations and avoidant actions as coeffects of perceived self-inefficacy. American Psychologist, 41, 1389-1391.
130.    Carroll W. R., & Bandura, A. (1987). Translating cognition into action: The role of visual guidance in observational learning. Journal of Motor Behavior, 19, 385-398.
131.    Bandura, A., O’Leary, A., Taylor, C. B., Gauthier, J., & Gossard, D (1987). Perceived self-efficacy and pain control: Opioid and nonopioid mechanisms. Journal of Personality and Social Psychology, 53, 563-571.
132.    Bandura, A. (1988). Perceived self-efficacy: Exercise of control through self-belief. In J. Dauwalder, M.
133.    Perrez, & V. Hobi (Eds.), Annual series of European research in behavior therapy (Vol. 2, pp. 27-59). Lisse (NL): Swets & Zeitlinger.
134.    Bandura, A. (1988). Self-regulation of motivation and action through goal systems. In V. Hamilton, G. H.
135.    Bower, & N. H. Frijda (Eds.), Cognitive perspectives on emotion and motivation (pp. 37-61). Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
136.    Bandura, A. (1988). Self-efficacy conception of anxiety. Anxiety Research, 1, 77-98.
137.    Bandura, A., Cioffi, D., Taylor, C., & Brouillard, M. (1988). Perceived self-efficacy in coping with cognitive stressors and opioid activation. Journal of Personality and Social Psychology, 55, 479-488.
138.    Bandura, A. (1988). Organizational applications of social cognitive theory. Australian Journal of Management, 13, 275-302.
139.    Bandura, A. (1989). Self-regulation of motivation and action through internal tandards and goal systems. In L. A. Pervin (Ed.), Goals concepts in personality and social psychology (pp. 19-85). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
140.    Bandura, A. (1989). Social cognitive theory. In R. Vasta (Ed.), Annals of child development. Vol. 6. Six theories of child development (pp. 1-60). Greenwich, CT: JAI Press.
141.    Bandura, A. (1989). Social cognitive theory. In E. Barnouw (Ed.), International encyclopedia of communications (Vol. 4, pp. 92-96). New York: Oxford University Press.
142.    Bandura, A. (1989). Social cognitive theory of mass communication. In J. Groebel & P. Winterhoff-Spurk (Eds.), Empirische Medienpsychologie (pp. 7-32). Munchen: Psychologie Verlags Union.
143.    Wood, R. E., & Bandura, A., (1989). Impact of conceptions of ability on self-regulatory mechanisms and complex decision making. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 407-415.
144.    Bandura, A., & Wood, R. E. (1989). Effect of perceived controllability and performance standards on selfregulation of complex decision-making. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 805-814.
145.    Wood, R. & Bandura, A. (1989). Social cognitive theory of organizational management. Academy of Management Review, 14, 361-384.
146.    Bandura, A. (1989). Regulation of cognitive processes through perceived self-efficacy. Developmental Psychology, 25, 729-735.
147.    Bandura, A. (1989). Human agency in social cognitive theory. American Psychologist, 44, 1175-1184.
148.    Bandura, A. (1989). Perceived self-efficacy in the exercise of personal agency. The Psychologist: Bulletin of the British Psychological Society, 2, 411-424.
149.    Bandura, A. (1989). Perceived self-efficacy in the exercise of control over AIDS infection. In V. M. Mays, G. W. Albee, & S. F. Schneider (Eds.), The primary prevention of AIDS: Psychological approaches (pp. 128-141). Newbury Park, CA: Sage.
150.    Bandura, A. (1989). A social cognitive theory of action. In J. Forgas & M.. Innes (Eds.), Recent advances in social psychology: An international perspective (pp. 127-138). North Holland: Elsevier.
151.    Bandura, A. (1990). Reflections on nonability determinants of competence. In R. J. Sternberg & J. Kolligian, Jr. (Eds.), Competence considered (pp. 315-362). New Haven, CT: Yale University Press.
152.    Carroll, W. R., & Bandura, A., (1990). Representational guidance of action production in observational learning: A causal analysis. Journal of Motor Behavior, 22, 85-97.
153.    Bandura, A. (1990). Mechanisms of moral disengagement. In W. Reich (Ed.), Origins of terrorism: Psychologies, ideologies, theologies, states of mind (pp. 161-191). Cambridge: Cambridge University Press.
154.    Ozer, E., & Bandura, A. (1990). Mechanisms governing empowerment effects: A self-efficacy analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 58, 472-486.
155.    Bandura, A. (1990). Selective activation and disengagement of moral control. Journal of Social Issues, 46, 27-46.
156.    Bandura, A. (1990). Some reflections on reflections. Psychological Inquiry, 1, 101-105.
157.    Wood, R. E., Bandura, A., & Bailey, T. (1990). Mechanisms governing organizational performance in complex decision-making environments. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 46, 181-201.
158.    Wiedenfeld, S. A., O’Leary, A., Bandura, A., Brown, S., Levine, S., & Raska, K. (1990). Impact of perceived self-efficacy in coping with stressors on components of the immune system. Journal of Personality and Social Psychology, 59, 1082-1094.
159.    Bandura, A. (1990). Perceived self-efficacy in the exercise of control over AIDS infection. Evaluation and Program Planning, 13, 9-17.
160.    Bandura, A. (1991). Self-efficacy, impact of self-beliefs on adolescent life paths. In R. M. Lerner, A. C. Peterson, & J. Brooks-Gunn (Eds.), Encyclopedia of adolescence (Vol. 2, pp. 995-1000). New York: Garland.
161.    Bandura, A. (1991). Self-regulation of motivation through anticipatory and self-reactive mechanisms. In R. Dienstbier (Ed.), Perspectives on motivation: Nebraska symposium on motivation (Vol. 38, pp. 69-164). Lincoln: University of Nebraska Press.
162.    Bandura, A. (1991). Social cognitive theory of moral thought and action. In W. M. Kurtines & J. L.
163.    Gewirtz (Eds.), Handbook of moral behavior and development (Vol. 1, pp. 45-103). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
164.    Bandura, A. (1991). The changing icons in personality psychology. In J. H. Cantor (Ed.), Psychology at Iowa: Centennial essays (pp. 117-139). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
165.    Bandura, A. (1991). Self-efficacy mechanism in physiological activation and health- promoting behavior. In J. Madden, IV (Ed.), Neurobiology of learning, emotion and affect (pp. 229-269). New York: Raven.
166.    Bandura, A. (1991). Human agency: The rhetoric and the reality. American Psychologist, 46, 157-162.
167.    Bandura, A., & Jourden, F. J. (1991). Self-regulatory mechanisms governing the impact of social comparison on complex decision making. Journal of Personality and Social Psychology, 60, 941- 951.
168.    Bandura, A., Jourden, F. J., & Banfield, J. T. (1991) The impact of conceptions of ability on self-regulatory factors and motor skill acquisition. Journal of Sport & Exercise Psychology, 8, 213-226.
169.    Bandura, A. (1991). Social cognitive theory of self-regulation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 248-287.
170.    Bandura, A. (1992). On rectifying the comparative anatomy of perceived control. Applied and Preventive Psychology: Current Scientific Perspectives, 1, 121-126.
171.    Bandura, A. (1992). Psychological aspects of prognostic judgments. In R. Evans, D. Baskin, & F. Yatsu (Eds.), Prognosis of neurological disorders (pp. 13-28). New York: Oxford University Press.
172.    Bandura, A. (1992). Social cognitive theory of social referencing. In S. Feinman (Ed.), Social referencing and the social construction of reality in infancy (pp. 175-208). New York: Plenum.
173.    Bandura, A. (1992). A social cognitive approach to the exercise of control over AIDS infection. In R.
174.    DiClemente (Ed.), Adolescents and AIDS: A generation in jeopardy (pp. 89-116). Beverly Hills: Sage.
175.    Bandura, A. (1992). Self-efficacy mechanism in psychobiologic functioning. In R. Schwarzer (Ed.), Selfefficacy: Thought control of action (pp. 355-394). Washington, D.C.: Hemisphere.
176.    Bandura, A. (1992). Exercise of personal agency through the self-efficacy mechanism. In R. Schwarzer (Ed.), Self-efficacy: Thought control of action (pp. 3-38). Washington, D.C.: Hemisphere.
177.    Zimmerman, B. J., Bandura, A., & Martinez-Pons, M. (1992). Self-motivation for academic attainment:
178.    The role of self-efficacy beliefs and personal goal-setting. American Educational Research Journal, 29, 663-676.
179.    Bussey, K., & Bandura, A. (1992). Self-regulatory mechanisms governing gender development. Child Development, 63, 1236-1250.
180.    Bandura, A. (1992). Observational learning. In L. Squire (Ed.), Encyclopedia of learning and memory. New York: Macmillan.
181.    Bandura, A. (1993). Perceived self-efficacy in cognitive development and functioning. Educational Psychologist, 28, 117-148.
182.    Bandura, A. (1994). Social cognitive theory and exercise of control over HIV infection. In R. J. DiClemente and J. L. Peterson (Eds.), Preventing AIDS: Theories and methods of behavioral interventions (pp. 25-59). New York: Plenum.
183.    Bandura, A. (1994). Social cognitive theory of mass communication. In J. Bryant & D. Zillman (Eds.), Media effects: Advances in theory and research (pp. 61-90). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.
184.    Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In R. J. Corsini (Ed.), Encyclopedia of psychology (2nd ed., Vol. 3, pp. 368-369). New York: Wiley.
185.    171. Bandura, A. (1994). Regulative function of perceived self-efficacy. In M. Rumsey, C. Walker, & J. H.Harris (Eds.), Personal selection and classification (pp. 261-271). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
186.    Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press.
187.    DeBusk, R., Miller, N., Superko, H., Dennis, C., Thomas, R., Lew, H., Berger III, W., Heller, R., Rompf,
188.    J., Gee, D., Kraemer, H., Bandura, A., Ghandour, G., Clark, M., Shah, R., Fisher, L., & Taylor, C. (1994). A case management system for coronary risk factor modification after acute myocardial infarction. Annals of Internal Medicine, 120, 721-729.
189.     Zimmerman, B., & Bandura, A. (1994). Impact of self-regulatory factors on writing course attainment. American Educational Research Journal, 31, 845-862.
190.    Bandura, A. (1995). Social learning. In A. S. R. Manstead & M. Hewstone (Eds.), Blackwell encyclopedia of social psychology (pp. 600-606). Oxford: Blackwell.
191.    Bandura, A. (1995). Self-efficacy. In A. S. R. Manstead & M. Hewstone (Eds.), Blackwell encyclopedia of social psychology (pp. 453-454). Oxford: Blackwell, 1995.
192.    Bandura, A. (1995). Modeling. In A. S. R. Manstead & M. Hewstone (Eds.), Blackwell encyclopedia of social psychology (p. 409). Oxford: Blackwell.
193.    Bandura, A. (1995). Exercise of personal and collective efficacy in changing societies. In A. Bandura (Ed.). Self-efficacy in changing societies (pp. 1-45). New York: Cambridge University Press.
194.    Bandura, A. (1995). On rectifying conceptual ecumenism. In J. E. Maddux (Ed.), Self-efficacy, adaptation, and adjustment: Theory, research and application (pp. 347-375). New York: Plenum.
195.    Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-efficacy in changing societies. Cambridge: Cambridge University Press.
196.    Bandura, A. (1995). Comments on the crusade against the causal efficacy of human thought. Journal of
197.    Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 26, 179-190.
198.    Caprara, G. V., Pastorelli C. & Bandura, A.,(1995). La misura del disimpegno morale in et‘ evolutiva [The measurement of moral disengagement in children]. Eta Evolutiva, 18-29.
199.    Bandura, A. (1996). Failures in self-regulation: Energy depletion or selective disengagement? Psychological Inquiry, 7, 20-24.
200.     Bandura, A. (1996). Social cognitive theory of human development. In T. Husen & T. N. Postlethwaite
201.    (Eds.), International encyclopedia of education (2nd ed., pp. 5513-5518). Oxford: Pergamon Press.
202.    Bandura, A. (1996). Reflections on human agency. In J. Georges, M. Manthouli, E. Beseveges, & A. Kokkei (Eds.), Contemporary psychology in Europe: Theory, research and applications (pp. 194-210). Gottingen, Germany: Hogrefe and Huber.
203.    Bandura, A., C. Barbaranelli, G. V. Caprara, & C. Pastorelli (1996). Multifaceted impact of self-efficacy beliefs on academic functioning. Child Development, 67, 1206-1222.
204.    Bandura, A., C. Barbaranelli, G. V. Caprara, & C. Pastorelli (1996). Mechanisms of moral disengagement in the exercise of moral agency. Journal of Personality and Social Psychology, 71, 364-374.
205.    Bandura, A. (1996). Ontological and epistemological terrains revisited. Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, 27, 323-345.



14 Maret 2017

Lima Teori Besar dan Populer tentang Motivasi; (1) Teori ‘efek’ Hawthorn, (2) Teori ‘kebutuhan’ Maslow, (3) Teori ‘X dan Y’ McGregor, (4) Teori ‘hygine dan motivator’ Herzberg, dan (5) Teori ‘motivasi berprestasi’ McClelland. by Ridwan, MA

    A.    TEORI DASAR MOTIVASI 5 BESAR
Pengembangan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi di dunia sangat dipengaruhi oleh lima teori besar dan populer tentang ‘motivasi’ dalam praktik kehidupan, yaitu: 
(1) Teori ‘efek’ Hawthorn, 
(2) Teori ‘kebutuhan’ Maslow, 
(3) Teori ‘X dan Y’ McGregor, 
(4) Teori ‘hygine dan motivator’ Herzberg, dan 
(5) Teori ‘motivasi berprestasi’ McClelland.



1. Teori Efek Hawthorn
Elton Mayo (1880-1949)
Penelitian oleh Elton Mayo pada perusahaan General Electric kawasan Hawthorn di Chicago,
memilki dampak pada motivasi kelompok kerja dan sikap karyawan dalam bekerja. Kontribusi hasil penelitian tersebut bagi perkembangan teori motivasi adalah:
1)      Kebutuhan dihargai sebagai manusia ternyata lebih penting dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan dibandingkan dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.
2)      Sikap karyawan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan tempat kerja.
3)      Kelompok informal di lingkungan kerja berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.
4)      Kerjasama kelompok tidak terjadi begitu saja, tetapi harus direncanakan dan dikembangkan.

2. Teori Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow; 1935
Menurut Abraham Maslow, pada dasarnya karyawan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut:
1)      Kebutuhan fisiologis.
2)      Kebutuhan rasa aman.
3)      Kebutuhan social.
4)      Kebutuhan harga diri.
5)      Kebutuhan aktualisasi diri.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan akan timbul apabila kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis seperti pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan seterusnya. Sehingga tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Teori X dan Y McGregor
Douglas McGoeger, 1960
McGregor mengemukakan dua model yang menjelaskan motivasi karyawan yang bekerja yaitu teori X dan teori Y,
a.    Teori X menganggap bahwa:
1)      Karyawan tidak suka bekerja dan cenderung untuk menghindari kerja.
2)      Karyawan harus diawasi dengan ketat dan diancam agar mau bekerja dengan baik.
3)      Prosedur dan disiplin yang keras lebih diutamakan dalam bekerja.
4)      Uang bukan satu-satunya faktor yang memotivasi kerja.
5)      Karyawan tidak perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri.

b.   Teori Y menganggap bahwa:

1)      Karyawan senang bekerja, sehingga pengawasan dan hukuman tidak diperlukan oleh karyawan.
2)      Karyawan akan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi jika merasa memuaskan.
3)      Manusia cenderung ingin belajar.
4)      Kreatifitas dan Imajinasi digunakan untuk memecahkan masalah.

4. Teori Hygine dan Motivator Herzberg
Frederick Irving Herzberg,1923
Menurut Herzberg, faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan berbeda dengan faktor yang menimbulkan ketidak-puasan kerja sebagai berikut.
a.    Faktor Hygine meliputi :
1)      Kebijakan perusahaan dan sistem administrasinya.
2)      Sistem pengawasan.
3)      Gaya kepemimpinan.
4)      Kondisi lingkungan kerja.
5)      Hubungan antar pribadi.
6)      Gaji / upah.
7)      Status.
8)      Kesehatan dan keselamatan kerja.

b.   Faktor Motivator meliputi :
1)      Pengakuan.
2)      Penghargaan atas prestasi.
3)      Tanggungjawab yang lebih besar.
4)      Pengembangan karir.
5)      Pengembangan diri.
6)      Minat terhadap pekerjaan.

5. Teori Motivasi Berprestasi McClelland
David McClelland, 1917
David McClelland menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan.
Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:
1)      Kebutuhan berprestasi (Achievement motivation) yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, umpan balik dan mengambil risiko sedang.
2)      Kebutuhan berkuasa (Power motivation) yang meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.
3)      Kebutuhan berafiliasi (Affiliation motivation) yang meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan diterima.
Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan kadar yang berbeda-beda. Seseorang dapat dilatihkan untuk meningkatkan salah satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang lain.

B.     Karakteristik Motivasi Berpretasi Mnurut Pakar Ternama
McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika Serikat mengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis virus sebagai pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan berkuasa. Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut melalui lingkungan kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perusahaan.
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya.
Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan, berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.
Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland adalah:
1)      Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan masalah.
2)      Cenderung menetapkan target yang sulit dan berani mengambil risiko.
3)      Memiliki tujuan yang jelas dan realistik.
4)      Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.
5)      Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya.
6)      Senang dengan tugas yang dilakukan dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna.

Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi berprestasi rendah menurut McClelland adalah:
1)      Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
2)      Tidak memiliki tanggungjawab pribadi dalam bekerja.
3)      Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
4)      Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
5)      Setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang dari tujuan.

Laporan hasil penelitian tentang gaya manajerial dari 16.000 manajer di Amerika Serikat yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menengah dan rendah menunjukkan sebagai berikut :
1)      Manajer dengan motivasi berprestasi yang rendah memiliki karakter pesimis dan tidak percaya dengan kemampuan bawahannya. Sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis dan memandang bawahan baik dan menyenangkan.
2)      Motivasi manajer dapat diproyeksikan pada bawahannya. Bagi manajer yang bermotivasi prestasi tinggi selalu memperhatikan aspek-aspek pekerjaan yang harus diselesaikan dan mendiskusikan tugas pekerjaan yang harus dicapai bawahannya, sehingga mereka akan menerima.
3)      Manajer yang bermotivasi berprestasi tinggi cenderung menggunakan metode partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam interaksi dan komunikasi terbuka.
4)      Manajer yang prestasinya tinggi lebih memperhatikan pada manusia dan tugas / produksi, manajer yang prestasinya sedang lebih memperhatikan tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya rendah hanya memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan bawahannya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah.

C. Teknik Mengelola Motivasi
Teknik mengelola motivasi dapat dilakukan dengan cara: (1) pemenuhan kebutuhan, dan (2) membangun komunikasi persuasive, berikut ini:

1. Teknik Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan merupakan dasar bagi perilaku kerja. Motivasi kerja akan timbul apabila kebutuhan dipenuhi seperti dikemukakan oleh Maslow tentang hierarki kebutuhan individu yaitu:
1)      Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan makan, minum, perumahan dan seksual. Kebutuhan ini paling mendasar bagi manusia. Dalam bekerja, maka kebutuhan karyawan yang harus dipenuhi adalah gaji / upah yang layak.
2)      Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman bahaya dan lingkungan kerja. Dalam bekerja, karyawan memerlukan tunjangan kesehatan, asuransi dan dana pensiun.
3)      Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan diterima dalam kelompok dan saling mencintai. Dalam hubungan ini, karyawan ingin diterima keberadaanya di tempat kerja, melakukan interaksi kerja yang baik dan harmonis.
4)      Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan ini, karyawan butuh penghargaan dan pengakuan serta tidak diperlakukan sewenang-wenang.
5)      Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan potensi. Dalam hubungan ini, karyawan perlu kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara pribadi.

2. Teknik Komunikasi Persuasif
Teknik komunikasi persuasif adalah satu teknik memotivasi kerja yang dilakukan dengan cara mempengaruhi dari luar diri. Rumus teknik komunikasi persuasif adalah “ADIDAS” sebagai berikut :
1)      ttention, yaitu perhatian yang penuh
2)      esire, yaitu hasrat dan keinginan yang membara
3)      interest, yaitu minat dan kepentingan
4)      esicion, yaitu keputusan yang tepat
5)      A ction, yaitu tindakan nyata
6)      S atisfaction, yaitu kepuasan atas hasil yang dicapai

C.    Teknik Mengatasi Penyakit Kurang Motivasi
Memotivasi merupakan salah satu faktor kunci untuk bekerja dan mencapai kinerja yang tinggi. Kegiatan memotivasi berkaitan dengan sejauhmana komitmen seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Karyawan yang motivasinya terhadap suatu pekerjaan rendan atau turun akan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan penyelesaian pekerjaannya. Karyawan tersebut termasuk orang yang kurang semangat atau motivasi rendah. Pada dasarnya, yang membuat karyawan kehilangan motivasi atau tidak semangat adalah situasi dan kondisi pekerjaan itu sendiri.

1.   Indikator Karyawan Bermotivasi Tinggi
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan tugas akan dapat diketahui dengan mengamati karyawan dengan tanda-tanda motivasi baik adalah :
1)      Bersikap positif terhadap pekerjaannya
2)      Menunjukkan perhatian yang tulus terhadap pekerjaan orang lain dan membantu mereka bekerja lebih baik
3)      Selalu menjaga kesimbangan sikap dalam berbagai situasi
4)      Suka memberi motivasi kepada orang lain walaupun kadang tidak berhasil
5)      Selalu berpikir positif dari suatu kejadian

2.   Indikator Karyawan Bermotivasi Rendah
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan kehilangan motivasi tidak selalu mudah karena jarang diungkapkan. Namun hal ini dapat diketahui dari perubahan sikap yang terjadi pada dirinya yang dapat diamati. Tanda-tanda sikap karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja adalah :
1)      Tidak bersedia bekerja sama
2)      Tidak mau menjadi sukarelawan
3)      Selalu datang terlambat, pulang awal dan mangkir tanpa alasan
4)      Memperpanjang waktu istirahat dan bermain game dalam waktu kerja
5)      Tidak menepati tenggat waktu tugas
6)      Tidak mengikuti standar yang ditetapkan
7)      Selalu mengeluh tentang hal sepele
8)      Saling menyalahkan
9)      Tidak mematuhi peraturan

D.    Cara Mengatasi Penurunan Motivasi
Suatu hal yang perlu diperhatikan agar karyawan dan perusahaan tidak mengalami kerugian akibat penutunan motivasi, maka kita perlu mengatasi masalah tersebut dan mencegah dengan berupaya mengantisipasi kondisi yang terjadi. Beberapa pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi kekurangan semangat dan motivasi dalam melaksanakan pekerjaan adalah dengan pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.

1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan kuratif atau mengatasi adalah melihat apakah masalah yang menimbulkan pengaruh pada motivasi penting atau tidak dalam pekerjaan. Apabila masalahnya tidak terlalu penting maka kita tidak perlu merasa putus asa. Tetapi bila ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan, maka bicara secara terbuka dan langsung dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan kesamaan persepsi sehingga jalan keluarnya dapat ditemukan, misalnya atasan atau konselor. Bila pihak yang berwenang tidak dapat ditemui secara langsung, hubungi melalui surat atau telepon.

2. Pendekatan Antisipatif

Karyawan sebaiknya bekerja dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya berusaha menenangkan hati sewaktu bekerja dan jangan terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa gelisah karena hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka sebaiknya menenagkan diri di luar ruang kerja dengan cara yang diyakini berhasil, misalnya dengan berdoa atau yoga. Karyawan disarankan bersikap dan berpikir positif terhadap pekerjaan.