Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

09 Februari 2016

Review Buku PENDIDIKAN IPS Konsep dan Pembelajaran Karya Sapriya

Penyaji Ridwan/157885405
Kelas P2TK IPS
Bab I HAKIKAT PENDIDIKAN IPS
Pada bahagian I Sapria menyajikan hakikat pendidikan IPS merinci pembahasanya berkaitan.

A. Pengertian Pendidikan IPS
1.    Istilah IPS dan Pendidikan IPS
Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya.
Ciri khas IPS  sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sifatnya terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Sedangkan istilah Pendidikan IPS  menurut Prof. Nu’man Soemantri digunakan pada tingkat perguruan tinggi sebagai sub disiplin ilmu atau cabang dari disiplin ilmu tetapi belum dikenal secara baik.
Dalam istilah asing untuk Pendidikan IPS istilah yang sering digunakan adalah Sosial Studies, Sosial Education, Sosial Studies Education, Sosial Science Education, Citizenship Education, Studies of Society and Environment.

2.      Perkembangan Pengertian IPS (Sosial Studies)
Pada tahun 1896-1897 pengertian IPS awal kelahirannya Sosial Studies. Menurut National Herbart Society papers of 1896-1897 yang menegaskan bahwa Sosial Studies sebagai delimiting the sosial science for pedagogical use (upaya untuk membatasi ilmu-ilmu sosial untuk penggunaan secara pedagogic) Dalam buku karya Saxe (1991) berjudul sosial studies in Schools: A history of the early Years
Pada tahun 1913 Sosial Studies adalah a specific field to utilization of sosial sciencies data as a force in the improvement of human welfare (bidang khusus dalam pemanfaatan data ilmu-ilmu sosial sebagai tenaga dalam memperbaiki kesejahteraan umat manusia) Selanjutnya pengertian sosial studies diatas sebagai dasar dalam dokumen :Statement of the Chairman of Committee on Sosial Studies (CSS) Sosial studies sebagai specially selected from the sosial sciences for the purpose of improving the lot or the poor and suffering urban worker Dikemukakan oleh Heber Newton.
Pada tahun 1921 dimaksimalkan hasil-hasil pendidikan untuk tujuan kewarganegaraan BerdiriNational Council for the Sosial Studies (NCSS):sebuah organisasi professional yang secara khusus membina dan mengembangkan Sosial Studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu kependidikan
Pada tahun 1935 IPS sebagai inti dari kurikulum NCSS dan pada tahun 1937 sosial studies are the sosial sciences simpliefied for pedagogical purpose Dikemukan oleh Edgar Wesley dan dijadikan definisi resmi sosial studies oleh “The United States of Education Standart terminology for Curriculum and Instruction.
Selanjutnya pada tahun 1993 pendidikan IPS adalah studi terpadu dari ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi sipil. Dalam program sosial, studi sosial terkoordinasi, menggambar studi sistematis pada disiplin sebagai antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, pshicology, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika dan ilmu alam. Tujuan utama dari ilmu sosial adalah untuk membantu orang muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga budaya yang beragam, masyarakat demokratis di dunia yang saling tergantung pagar dijadikan rujukan lengkap murah Dalam, Berbagai aktifitas Pendidikan paling lengkap dan dijadikan rujukan dalam berbagai aktifitas pendidikan           

3.      Pengertian Pendidikan IPS dalam konteks Indonesia
Menurut Prof. Nu’man Soemantri yang dikemukakan dalam Forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosal Indonesia (HISPIPSI sekarang dibah menjadi Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia, disingkat HISPISI) Pendidikan IPS adalah persekolahan dan pendidikan IPS perguruan tinggi.
Pengertian Pendidikan IPS yang berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah adalahpenyederhanaan/adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.Yang dimaksud istilah  penyederhanaan adalah bahwa tingkat kesukaran bahan sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik.
Sedangkan   Pengertian Pendidikan IPS yang berlaku untuk perguruan tinggi adalah seleksidari disiplin  ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Adanya pembedaan definisi membawa konsekuensi bahwa PIPS dapat di bedakan menjadi dua yaitu: (1) PIPS sebagai mata pelajaran (dalam dalam kurikulum sekolah mualai SD, SMP/MTS, SMA/MA/SMK sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39) dan (2) PIPS sebagai kajian akademik. Sedangkan sebagai kajian akademik disebut juga IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis, pedagogis dan sosial kultural untuk tujuan pendidikan.

4.      Pendidikan Sosial sebagai Pendidikan Disiplin Ilmu
Pendidikan sosial sebagai pendidikan disiplin ilmu dapat dilihat ciri penandanya, yaitu: (1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Sosial Studies as citinzenship transmission), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu-ilmu sosial (Sosial Studies as sosial sciences), (3) IPS sebagai penelitian mendalam (Sosial Studies as reflective inquiry) lalu sekarang berkembang menjadi lima tradisi, (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Sosial Studies as sosial critism), (5) IPS sebagai pengembangan diri individu (Sosial Studies as personal development of the individual).
Menurut Soemantri PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan pendidikan disiplin ilmu sosial.menurut Dufty (1986) karakteristik disiplin ilmu, yaitu: (1) community of scholars, (2 a body of thinking, speaking, writing by these scholars, (3) a method of approach to knowledge.

B. Landasan Pendidikan IPS
1.  Landasan Filosofis
Landasan filosofis memberikan aspek pemikiran yang mendasar yang menentukan apa obyek kajiannya beraiatan aspek-aspek, yaitu: (1) aspek ontologis pengembangan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan (2) aspek epistemologis bagaimana cara, proses atau metode membangun dan mengembangkan PIPS hingga menentukan pengeta sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dibangun serta dikembangkan dan manfaat PIPS.

2.          Landasan Ideologis
Landasan ideologis dimaksudkan sebagai sistem gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab pertanyaan bagaimana keterkaiatan antara das sein PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen PIPS.






3.     Landasan Sosiologis  
Landasan sosiologis memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita, kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan.

4.     Landasan Antropologis
Landasan antropologis memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan disiplin ilmu.

5.       Landasan Kemanusiaan
Landasan kemanusiaan memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan.

6.       Landasan Politis
Landasan politis memberikan sistem gagasan mendasar  untuk menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS.

7.       Landasan Psikologis
Landasan psikologis memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya baik dalam tataran personal maupun komunal.

8.      Landasan Religius
Landasan religius memberikan sistem gagasan mendasar tentang nilai-nilai, norma, etika dan moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan bangunan PIPS, khususnya pendidikan Indonesia.



BAB II IPS DAN ILMU-ILMU SOSIAL

A.    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Nama IPS dikenal di Indonesia sebgai hasil kesepakatan para ahli ketika Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. Sedangkan dinegara lain lebih dikenal dengan nama sosial studies. Pengertian IPS ditingkat persekolahan memiliki perbedaan makna disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didiknya.
  1. Untuk materi IPS jenjang pendidikan dasar nerupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
  2. Tingkat SMP berarti gabungan (integrated) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu.
  3. Tingat SMA bisa berarti program studi (Program IPS) yang kedua bias berarti sejumlah mata pelajaran yang termasuk kedalam disiplin ilmu-ilmu sosial meliputi: Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Antropologi dan Sejarah lmu-Ilmu Sosial
Gambar: Ilmu pendukung IPS

Para ahli ilmu-ilmu sosial telah memerinci sekitar 8 disiplin ilmu sosial yang mendukung program sosial studies adalah sebagai berikut.
1.      Antropologi 
Para ahli antropologi mempelajari tentang budaya manusia mulai dari kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diviptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada zaman modern saat ini. Para ahli antropologi dibedakan menjadi beberapa spesialisasi ahli antropologi sosial, yaitu: (1) antropologi budaya, (2) ahli etnografi, (3) ahli antropologi Bahasa, (4) ahli antropologi fisik (biologi), (5) ahli arkeologi, dan (6) ahli primatology.

2.      Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. Pentingnya manajemen kelangkaan secara khusus dibagi kedalam dua bagian: analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi. Ilmu sosial ekonomi bagian yang berhubungan dengan analisis ekomomi dibagi kedalam dua bidang utama: ekonomi mikro dan ekonomi makro.

3.      Geografi 
Geografi mempelajari permukaan bumi dan bagaimana manusia mempengaruhi serta dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi kedalam dua spesialisasi pokok yaitu geografi fisik dan geografi budaya (manusia).

4.      Sejarah
Sejarah adalah semua aspek kehidupan manusia di masa lampau:politik, hukum, militer, sosial, keagamaan dan kreativitas.

5.      Ilmu Politik
Ilmu politik mempelajari kebijakan umum (public policies). mereka tertarik dengan perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia didalam masyarakat khususnya yeng tercermin dalam pemerintahan.
6.      Psikologi 
Ilmu Psikologi mempelajari perilaku individu dan kelompok-kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia, manusia normal dan abnormal, individu dan kelompok, fisik dan mental dan secara insting maupun dengan dipelajari.
7.      Sosiologi
Sosiologi mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah hubungan sosial manusia-perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi.

BAB III PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPS

Perkembangan Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan Sosial Studies di Negara lain yang telah maju. Pada bahagian ini menelaskan tentang perkembangan IPS sebagai berikut.

A.  Perkembangan Sosial Studies di Negara lain
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Sosial Studies telah dijadikan sebagai istilah resmi dalam kurikulum pendidikan, khususnya di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil rumusan Dewan Direktur NCSS tahun 1992 mengenai Sosial Studies sehingga menunjukkan bahwa materi Sosial Studies semakin meluas karena merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, bukan hanya ilmu sosial melainkan juga dari humanities, metematika bahkan agama. Dari definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa sosial studies untuk Amerika Serikat menggunakan pendekatan integrasi (Integrated Approach).

B.     Perkembangan PIPS dalam Sistem Pendidikan di Indonesia
Perkembangan Sosial Studies di dunia khususnya Amerika Serikat telah banyak mempengaruhi pemikiran IPS (PIPS) di Indonesia. Periodisasi pendidikan IPS di Indonesia adalah sebagai berikut.


1.      Pada tahun 1945-1964
Istilah IPS belum dikenal.tetapi pendidikan IPS yang dusederhanakan untuk tujuan pendidikan sudah ada seperti ada mata pelajaran sejarah, geografi, civics, koperasi yang disampaikan secara terpisah di sekolah dasar dan matpel ekonomi, sosiologi dan antropologi di sekolah menengah.

2.      Kurikulum tahun 1964-1968                
Dalam kurikulm 1964 ada perubahan pengajaran dalam ilmu IPS disitilahkan Dimyati pendekatannya  bersifat korelatif. Pada kurikulum 1968 istilah IPS muncul dalam Seminar Nasional Tentang Civic Education di Tawangmangu Solo. Pada tahun 1972-1978 IPS pertama kali muncul dalam dunia persekolahan yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung.

3.      Kurikulum tahun 1975 dan 1984
Kurikulum tahun 1975 dan 1984 IPS sebagai mata pelajaran diberikan untuk jenjang SD, SMP, SMA menggunakan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum yang berbasis pada materi pembelajaran (Content Based Curriculum). Kurukulum 1975 menampilkan pendidikan IPS dalam empat profil, yaitu: (1) pendidikan moral Pancasila menggantikan pendidikan kewarganegaraan Negara, (2) pendidikan IPS terpadu (integrated) untuk SD, (3) pendidikan IPS terkonfederasi meliputi matpel geografi, sejarah, ekonomi dan koperasi di SMP, dan (4) pendidikan IPS terpisah-pisah mencakup mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi untuk SMA atau sejarah dan geografi untuk SPG. Sedangkan pada kurikulum 1984 pelajaran IPS tidak banyak mengalami perubahan artinya kurikulum yang berlaku adalah kurikulum 1975.

4.      Pendidikan IPS dalam Permendiknas1
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

BAB IV DIMENSI DAN STRUKTUR PENDIDIKAN IPS

A. Dimensi Pendidikan IPS
1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge), berkaitan dengan (a) fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa), (b) konsep adalah kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan, dan (c) generalisasi adalah ungkapan/pertanyaan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait.
2. Dimensi Ketrampilan (Skills)
a. Ketrampilan meneliti, berhubungan dengan (a) mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isi, (b) mengumpulkan dan mengolah data, (c) menafsirkan data, (d) menilai bukti-bukti yang ditemukan, (e) menyimpulkan, (f) menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda, dan (g) membuat pertimbangan nilai.
b. Ketrampilan berfikir, berhubungan degan (a) mengkaji dan menilai data secara kritis, (b) merencanakan, (c) merumuskan faktor sebab dan akibat, (d) memproduksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa, (e) menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan, (f) curah pendapat (brains torning), (g) berspekulasi tentang masa depan, (h) menyarankan berbagai solusi alternative, (i) mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda.
c. Ketrampilan Partisipasi Sosial, berhubungan degan (a) mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain, (b) menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain, (c) berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain, (d) berbuat efektif sebagai anggota kelompok, (e) mengambil berbagai peran kelompok, (f) menerima kritik dan saran, (g) menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d. Ketrampilan Berkomunikasi. Aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial, siswa mampu mengungkapkan gagasan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif dan kreatif.
3. Dimensi Nilai Dan Sikap (Values and Attitude)
a. Nilai Subtanstif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
b. Nilai Prosedural adalah peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas.
4. Dimensi Tindakan (Action), meliputi: (1) percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti, (2) berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, dan (3) pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.

B. Struktur PIPS
1.      Model pembelajaran yang menekankan pembelajaran secara efektif antara lain: (1) model inkuiri, (2) problem solving, (3) berpikir kritis, dan (4) pengambilan keputusan.
2.      Model Struktur Ilmu Pengetahuan meliputi unsur-unsurnya, yaitu: (1) atribut berarti karakteristik atau sifat sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat dibedakan, (2) konsep berarti suatu pengertian abstrak yang disosialisasikan dengan symbol sekelompok benda, peristiwa atau ide, (3) generalisasi berarti suatu pengertian (berupa pernyataan) yang dibentuk oleh sejumlah konsep yang saling berkaitan dan kebenarannya masih perlu diuji, (4) konstruk berarti suatu organisasi dari generalisasi dan konsep yang saling berkaitan.

BAB V BEBERAPA PEMIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN IPS
Pendekatan inkuiri berpusat pada kebutuhan siswa (student centered instruction). Konsepsi higher-order thinking ketrampilan memecahkan masalah.




A.  Upaya Pembaharuan Sosial Studies di Amerika Serikat
Ada dua isi pokok dalam pembaharuan sosial studies di Amerika Serikat yaitu: (1) perumusan bahan pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk sosial studies. Di dalam bahan pembelajaran diorganisasikan secara terpadu (Integrated), bukan hanya antar disiplin ilmu-ilmu sosial melainkan juga antar disiplin ilmu sosial, ilmu alam dan humanitis, dan (2) strategi belajar yang diusulkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

B.  Upaya Pembaharuan Sosial Studies Di Australia
Di Australia, pembaharuan sosial studies dengan cara belajar inkuiri. Ada tiga aktivitas utama dalam pendekatan inkuiri, yaitu: (1) tahap investigation ialah kegiatan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam meneliti, memproses dan mengintrepresikan data dan informasi, (2) tahap communication ialah kegiatan untuk mengembangkan kecakapan siswa dalam penggunaan bermacam-macam bentuk komunikasi, (3) tahap participation ialah kegiatan mengembangkan kecakapan dan rasa percaya diri siswa dalam kerja kelompok dan dalam proses pengambilan keputusan.

C.  Upaya Pembaharuan Pembelajaran IPS Di Indonesia
Di Indonesia, ada pembaharuan kurikulum IPS beberapa kali menurut zamannya, yaitu: (1) kurikulum 1964 menggunakan istilah pendidikan kemasyarakatan, (2) kurikulum 1968 mata pelajaran di sekolah dibedakan menjadi pendidikan jiwa Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar dan pembinaan kecakapan khusus, (3) kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi, (4) kurikulum 1984 menggunakan pendekatan integratif dan stuktural untuk IPS SMP, pendekatan disiplin terpisah untuk SMA dan untuk SD pendekatan integrative, (5) kurikulum 1994 IPS kajiannya geografi, sosiologi, antropolog, tata Negara dan sejarah sedangkan untuk SD bahan pokoknya pengetahuan sosial dan sejarah, (6) kurikulum KTSP beserta Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi  dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dengan panduan yang dikeluarkan BSNP.

D.  Kemampuan Berpikir untuk Siswa Sekolah Dasar
Menurut Savage dan Armstront (1996) untuk mendorong siswa mengembangkan kemampuan berfikir dalam IPS melalui: (1) kemampuan berpikir kreatif (creative thinking), (2) berfikir kritis (critical thinking), (3) kemampuan memecahkan masalah (problem solving), (4) kemampuan mengambil keputusan (decision making), dan (5) pendekatan inkuiri untuk siswa sekolah menengah, meliputi (a) perumusan masalah (problem formulation), (b) perumusan hipotesis (formulation of hypotheses), (c) definisi istilah/konseptualisasi, (d) pengumpulan data (collection of data), (e) pengujian dan analisis data (evaluation and analysis of data), (f) penguji Hipotesis untuk memperoleh generalisasi dan teori, dan (7) memulai inkuiri lagi.



BAB VI KONSEP ILMU, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT

A.  Kedudukan Konsep Ilmu, Teknologi Dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS
1.      Konsep ITM dimasukkan dalam pembelajaran IPS memberikan kontribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara memiliki kemampuan, yaitu: (1) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, (2) pengambilan keputusan warga negara, (3) membuat koneksi antar pengetahuan, dan (4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.
2.      Konsep ITM dalam IPS  sesuai Project Analysis yang dikemukakan oleh Noris Harms, yaitu: (1) konsep ITM menfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan pribadi siswa, (2) ITM menfokuskan pada isu-isu kemasyarakatan,dan (3) ITM memfokuskan pada masalah pekerjaan dan karir

B.  Pendekatan Dan  Strategi Pembelajaran Ilmu Teknologi dan Masyarakat
Ada tiga altenatif pendekatan atau srategi untuk mengembangkan ITM dalam pembelajaran IPS, yaitu: (1) infusi  ITM kedalam mata pelajaran yang ada, (2) perluasan melalui topik kajian dalam mata pelajaran, dan (3) penciptaan atau pembuatan mata pelajaran yang baru.
Karakteristik dari program terintegrasi ITM dalam IPS adalah sebagai berikut:
1. Hasilnya dinyatakan dengan jelas. Beberapa tujuan yang sangat relevan dengan pembelajaran ITM, yaitu: (1) melek ilmu dan teknologi, (2) membuat keputusan yang rasional yang dapat digunakan dalam penelitian dan pemecahan masalah krusial, (3) kemampuan melakukan sintesa informasi, (4) memahami kemajuan  dalam IPTEK merupakan bagian integral dari warisan masyarakat terdahulu, dan (5) sadar akan banyaknya pilihan untuk berkarir dibidang ilmu dan teknologi
2.  Mengembangkan organisasi yang efektif. Pengorganisasian pembelajaran melalui startegi ini meliputi: (1) mengklarifikasi isu-isu dan identifikasi kejadian untuk pengambilan keputusan, (2) pengumpulan data empiris dan data yang berkaitan dengan nilai, (3) pertimbangan alternative tindakan dan akibat-akibatnya, (4) identifikasi tindakan, (5) rencana tindakan, (6) sistem dukungan, dan (7) strategi instruksional.

BAB VII PENDIDIKAN GLOBAL

Pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan (perspective) tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa ada keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi alam. Fokus pendidikan global adalah hal-hal  mendunia yang berciri pluralism, interdependensi dan perubahan.
Tujuan pendidikan global, mengembangkan knowledge, skills, dan attitudes yang diperlukan secara efektif dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralism budaya dan semakin saling ketergantungan.
Gambaran kondisi dunia berupa (a) kemajuan teknologi, (b) perdagangan antarnegara, (c) pertukaran budaya, (d) pariwisata, (e) kepedulian terhadap lingkungan, (f) persaingan pasar, (g) kelangkaan sumber daya alam, dan (h) ketatnya perlombaan senjata antar negara  adi kuasa.
Adanya saling ketergantungan antarbangsa menimbulkan bentuk-bentuk kerja sama dalam segala bidang yang akhirnya menimbulkan konflik dan persaingan.  Misalnya MEE, Masyarakat Ekonomi Eropa, APEC. Proses ini adalah proses globalisasi yang berpengaruh pula dalam dunia pendidikan. Era globalisasi telah mengharuskan kita mengubah cara pandang terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, jika tidak mengikuti maka akan terisolir. Dalam era globalisasi tak ada satu bangsa yang dapat menghindar dari arus ini. Globalisasi menurut pengertian World Bank adalah fenomena yang tak terhindarkan dalam sejarah kehidupan manusia. Fenomena ini membawa seluruh belahan dunia menjadi semaikn dekat satu sama lain.       
Hubungannya dengan pendidikan adalah adanya saling keterkaitan atau ketergantungan hidup di dunia ini menimbulkan peningkatan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan profesional dari warga dunia yang menjadi syarat dalam memahami dimensi global baik dari fenomena politik, ekonomi maupun budaya. Adapun materi pendidikan global menurut Kniep (1986) ada empat kajian, yaitu: (1) Human values, (2) Global system, (3) Global problems and issues, dan (4) History of contact and interdependence.
Kajian tentang nilai manusia pasti berhubungan dengan nilai-nilai yang sifatnya universal, secara historis termaktub dalam The Universal Declaration of Human Rights oleh PBB tahun 1948, yaitu, hak atas life, liberty, property, equality, justice, freedom of religion, free speech. Nilai-nilai ini berasal dari tradisi budaya, nasional dan nilai-nilai agama.
Kajian nilai manusia juga akan ditemukan perbedaan nilai manusia, bahwa kita di dunia ini adalah beragam, keragaman ini meliputi perasaan, pikiran, gaya hidup dan pandangan dunia tiap masyarakat. Pendidikan global berusaha membantu siswa dalam melihat kebersamaan dalam keragaman atau dikenal dengan istilah unity in diversity, kita bersatu dalam kebhinnekaan, keberagaman. Hal ini tepat dan sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia dengan dasar falsafahnya Pancasila, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Kajian sistem global meliputi sistem ekonomi dunia, sistem politik global, sistem ekologi, sistem teknologi. Sementara kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global meliputi isu-isu perdamaian dan keamanan, isu-isu pembangunan, isu-isu lingkungan dan isu-isu hal asasi manusia. Kajian sejarah hubungan antarbangsa dan saling ketergantungan masih sangat minim. Kesimpulannya adalah para pendidik harus berusaha mendorong pemikiran dan dialog agar para siswa memiliki dasar untuk mengembangkan perspektif global.

BAB VIII MODEL PEMBELAJARAN IPS

A.  Hakikat dan Peranan Model Pembelajaran IPS
Salah satu desain pembelajaran IPS yang sangat dianjurkan adalah desain pembelajaran inkuiri (Inquiry Approach).  Secara umum istilah “Inquiry“ berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab masalah, berikut istilah inkuiri menurut beberapa ahli, sebagai berikut.
1.      Roger (1969) suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
2.      Hagen (1969) metode pemecahan masalah, berfikir reflektif dan atau discovery.
3.      Beyer (1971) suatu proses mempertanyakan makna/arti tertentu yang menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat dipahami.

B.  Model-model Pembelajaran IPS
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri cukup ampuh dalam mengatasi kebosanan siswa karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instruction). Guru yang baik haruslah memiliki metode yang baik dan guru yang terbaik ditentukan oleh metode yang dikuasainya (Wesley, 1950). Lebih lanjut menurut wesley metode yang baik memerlukan sikap guru yang akurat, artistik, berkepribadian dan selalu menyesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa, dan salah satu metode yang mengatasi kebosanan siswa karena karena metode ekspositori adalah metode inkuiri. Pendekatan inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi dan teori. Sehingga metode ini dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan digunakan para pengambil kebijakan dalam menghasilkan keputusan-keputusannya.
Alternatif model pembelajaran IPS adalah model pembelajaran ketrampilan berfikir (thinking skills) yang terbagi menjadi dua model, yaitu ketrampilan berfikir kritis (Critical thinking skill) dan ketrampilan berfikir kreatif (Creative thinking skill). Kedua model pembelajaran ini memiliki kesamaan dengan pendekatan inkuiri yaitu sama-sama membantu siswa berlatih berfikir dan memecahkan masalah pribadi maupun kemasyarakatan.
Implementasi model pembelajaran di atas adalah dengan model pembelajaran problem solving. Menurut Wilkins (1990) ada enam langkah model pembelajaran problem solving yang juga digunakan dalam model pembelajaran individual (individual instruction) yaitu: (1) mengklasifikasi dan mendefinisikan masalah, (2) mencari alternatif solusi, (3) menguji alternatif solusi, (4) memilih solusi, (5) bertindak sesuai dengan pilihan solusi, dan (6) tindak lanjut (follow up).
Pada model pembelajaran pengambilan keputusan (decision making) berkaitan dengan kemampuan berfikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang  fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Perbedaan mendasar dari model pembelajaran inkuiri sosial dan pengambilan keputusan yaitu pembelajaran inkuiri sosial menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori sehingga mengakumulasi sebanyak mungkin pengetahuan, sedangkan model pengambilan keputusan fokus pada bagaimana pengetahuan yang dihasilkan dapat membantu memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Langkah-langkah proses pembelajaran IPS yang dapat membantu memecahkan masalah yaitu: (1) mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah, (2) mengemukakan jawaban-jawaban alternative, (3) menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif, (4) mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan setiap alternatif, (5) menggambarkan kemungkinan akibat setiap alternatif, (6) membuat pilihan dari setiap alternatif, dan (7) menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan.

BAB IX PENGEMBANGAN KETRAMPILAN MEMBACA DALAM IPS

Membaca adalah salah satu ketrampilan dalam belajar untuk memperoleh sejumlah pengalaman dan atau pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Dalam belajar IPS, mengetahui apa pengetahuan dan mengetahui bagaimana untuk mengetahui atau menyadari apa yang dipelajari sangatlah penting.

A.  Pengembangan Ketrampilan Pemahaman
Tujuan penting dari kemampuan membaca adalah pemahaman, menurut James Banks (1990) kemampuan yang dimaksud adalah kesadaran metakognitif (Metacognitive awareness) atau yang sering diartikan mengetahui tentang mengetahui (knowing about knowing) atau mengetahui bagaimana untuk mengetahui (knowing how to know).
Empat langkah yang diperlukan untuk mengontrol pemahaman siswa (kesadaran metakognitif) dalam membaca, yaitu: (1) siswa harus mengetahui kapan mereka melakukan dan tidak melakukan sesuatu, (2) siswa harus mengetahui apa yang mereka ketahui, (3) siswa harus mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengetahui, (4) siswa harus mengetahui keguanaan teknik-teknik yang membantu mereka dalam belajar.
1.    Ketrampilan Membaca Buku Ajar
Ketrampilan membaca buku ajar berbeda dengan ketrampilan membaca buku fiksi, sejarah, biografi, peta dan buku-buku referensi lainnya. Menurut Jarolimek & Parker (1993) siswa IPS adalah pembaca yang mampu (a) membaca secara fleksibel, (b) menggunakan judul bab dan subbab sebagai alat bantu membaca, (c) menggunakan kunci kontekstual untuk mendapatkan makna, (d) menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan, (e) menduga hubungan sebab akiba, (f) menggunakan bahan referensi, bila perlu, untuk memahami istilah-istilah kosakata penting, (g) mmencari data pada peta, chart, gambar, ilustrasi dan menafsirkan data, (h) menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar isi, pengantar,dan sebagainya) sebagai alat bantu membaca, (i) menunjukkan pilihan agar terbiasa dengan struktur ajar dan menerka pengertian umum, (j) menempatkan fakta dan menduga ide-ide utama, (k) embandingkan penjelasan satu dengan yang lainnya, (l) mengenal kalimat-kalimat topik, dan (m) menggunakan ketrampilan untuk menemukan bahan kepustakaan
2.    Mengembangkan Ketrampilan Vokabuler Siswa
Volabularium sosial adalah semua kata, perbendaharaan kata atau kosakata yang biasa digunakan dalam IPS. Rendahnya penguasaan vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab utama rendahnya pemahaman dan banyaknya kesalahan membaca dalam IPS. Berikut istilah vokabuler sosial yang sering muncul dalam IPS adalah sebagai beriut:
1)      Istilah teknis ialah istilah, kata-kata atau ungkapan yang asing bagi IPS dan biasanya dijumpai ketika membaca. Misal: veto, meridian, legislatif, temperatur, kapitalisme, dll.
2)      Istilah figuratif (kiasan) ialah ungkapan yang bersifat metaporis. Misal: platform politik, perang dingin, teori domino, politik adu domba, surat sakti, dll.
3)      Kata-kata yang berarti ganda, ialah kata-kata yang memiliki ejaan yang sama, tetapi memiliki makna berbeda sesuai dengan konteks. Misal: Kamar, Kursi, meja hijau, dll.
4)      Istilah-istilah khas untuk suatu wilayah tertentu, ialah ungkapan-ungkapan khusus di suatu wilayah tertentu yang tidak biasa digunakan di tempat lain. Misal: desa, udik, marga, nagari,dll.
5)      Kata-kata yang sama atau hampir sama pengucapannya, ialah kata-kata yang sama atau hampir sama baik ucapan maupun penulisannya namun maknanya berbeda. Misal: malang dengan Kota Malang, KKN (kuliah Kerja Nyata) dengan KKN (Korupsi, Kolusi Nepotisme), dll.
6)      Akronim, ialah kata-kata singkatan. Misal: OPEC, ASEAN, KADIN, DEPDIKNAS, dll.
7)      Istilah-istilah penjumlahan, ialah kata-kata atau istilah yang menunjukkan jumlah waktu, ruang atau objek. Misal: Tak lama kemudian, abad, windu, dll.

BAB X PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PARTISIPASI SOSIAL

A.  Pengembangan Kepekaan Sosial
Pengembangan keterampilan partisipasi sosial dilakukan melalui pengembangan kepekaan sosial dan penerapan strategi pengembangan partisipasi sosial. Kepekaan sosial adalah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap aspek-aspek atau kemasyarakatan. Sedangkan kesadaran sosial  adalah kemampuan individu menjadi paham dan peka terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik didalam masyarakat (Campbell, 1989).Kepekaan dalam bidang sosial-ekonomi mensyaratkan pendidikan menyiapkanpembangunan manusia produktif, kepekaan sosial-politik menempatkan sekolah sebagai agen pembaharuan generasi yang demokratis mampu berpartisipasi dan berkontribusi dengan cara memahami dan mengkretisi terhadap perubahan sosial.
Kepekaan dan kesadaran sosial seseorang terbangun dari pengalaman masa lampau hasil interaksi dengan lingkungannya, ketrampilan berbuat dari motivasi diri dan kesadaran mempertimbangkan akibat yang logis (proses berpikir dan mencoba). Berdasarkan pada teori belajar dari Bandura, kesadaran dan kepekaan sosial dapat dikembangkan,dipelajari atau dibelajarkan dalam pembelajaran IPS. Dalam proses pembelajaran perlu diperkenalkan konsep-konsep, norma, prinsip, nilai-nilai maupun masalah-masalah sosial actual seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, kejahatan, KKN dll. Teori belajar dari Bandura (1977) menyatakan bahwa perilaku individu yang berbeda-beda dapat dipelajari melalui proses pengkondisian kelas, pengkondisian peran perilaku (simulasi) dan belajar melalui pengamatan.
Bagaimana mengembangkan strategi ketrampilan kepekaan sosial dilakukan dalam proses pembelajaran? Siswa tentu mempunyai pengalaman individu dan guru dapat mengembangkannya melalui rekonstuksi dengan melibatkan siswa dalam aktivitas sosial dan proses pembelajaran. Aktivitas yang melibatkan aspek sensor motorik member kesempatan yang luas untuk berkreasi, berfikir, berbuat sesuai keinginan dan bekerja menggunakan alat tentu bermanfaat dalam pembelajaran IPS.
Jerolimek dan Parker (1993) mengemukakan sejumlah aktivitas dalam pembelajaran IPS di kelas yang melibatkan siswa agar mereka memiliki kepekaan sosial seperti melalui seni, drama,music, bahkan olah raga. Melalui seni music atau menyanyi misalnya halo-halo Bandung dapat member inspirasi bagi semangat patriotisme, cinta tanah ar, loyalitas dan kesetiaan kepada bangsa dan Negara. Melalui music perasaan dan emosinya dapat tumbuh dan terlatih.   Dengan seni nencipta dan baca puisi siswa dapat mengugkapkan perasaan, unek-unek, emosi dan keinginannya, begitu juga melalui seni lukis mereka  juga dapat mengekspresikan pada kanvas atau hasil lukisannya.

B.  Pengembangan Partisipasi Sosial
  1. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial adalah keterlibatan siswa dalam belajar berfikir  peka terhadap masalah-masalah sosial dan bertindak sesuai dengan kedudukan dan fungsinya guna memper siapkan diri terjun dalam kehidupan masyarakat. Kosasih Djhiri (1979) mengemukakan bahwa anak muda perlu berturut serta dalam realita kehidupan bukan hanya sebagai penonton melainkan langsung sebagai pelaku. Namun sebelum dan selama dalam proses partisipasi tersebut, para remaja perlu dibina, dijembatani, dan dibimbing sehingga tidak akan terjadi gap(kesenjangan) yang terlalu lebar antara generasi baru dan lama.
Lebih lanjut, Kosasih Djahiri (1979) mengemukakan beberapa keuntungandan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan partisipasi social, yaitu: (1) kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan siswa memiliki kegunaan timbale balik, baikbagi siswa maupun bagi masyarakat setempat, (2) kegiatan tersebut akan mendapat bantuan atau dukungan pihak lain sepanjang kegiatan itu bersifat positif, (3) kegiatan tersebut akan merangsang, menbantu, dan mengembangkan intelektual, etika, dan moral siswa, (4) kegiatan partisipasi sosial akan membentuk siswa memiliki  kematangan  dan kemampuan untuk bekerja di masyarakat, dan (5) kegiatan tersebut berhasil guna maka program pembelajaran hendaknya disusun secara sistimatis dan terorganisir sehingga sesuai dengan tingkat pengetahuan, mekemampuan, danperkembangan siswa.
2.    Langkah-Langkah Kegiatan Partisipasi Sosial
Langkah-langkah kegiatan partisipasi sosial yaitu: (1) penetapan tujuan intraksional, (2) pembelajaran konsep, (3) penentuan pilihan topic/masalah untuk proyek partisipasi, (4) pembuatan scenario pilihan partisipasi, (5) diskusi kelas, (6) latihan dan persiapan proyek partisipasi, (7) pelaksanaan proyek partisipasi, (8) membuat laporan kerja (reporting), (9) diskusi kelas, dan (10) penyimpulan proyek,.
Pembelajaran IPS memerlukan tindakan nyata(real action) baik ketika menerapkan teori ataupun dalam rangka melakukan percobaan di masyarakat. Welton dan Mallan (1988) menyarankan bahwa untuk belajar partisipasi  dalam masyarakat, maka siswa perlu dibelajarkan sejumlah ketrampilan, yaitu: (1) belajar dalam kelompok secara efektif, meliputi belajar mengorganisir, merencanakan, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan, (2) membentuk koalisi kepentingan dengan kelompok lain, (3) melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan bargaining, (4) bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan, dan (5) berusaha memperbanyak pengalaman dalam situasi buaya yang berbeda-beda.
Bentuk kegiatan partisipasi sosial yang dapat dipelajarkan dalam IPS menurut Kosasih Djahiri (1979) mengemukakan sejumlah kegiatan kemasyarakatan, yaitu: (1) kegiatan sosial politik, (2) proyek kemasyarakatan, (3) pro yek sosial (sukarelawan), (4) studi  kemasyarakatan, (5) pemagangan, dan (6) program model. 
Kegiatan pertisipasi sosial tersebut dapat diwujutkan dengan beberapa partisipasi membantu pemerintah berkampanye mensukseskan pembangunan, keluarga berencana, membantu korban banjir, membantu dalam bidang kemanusiaan seperti PMR, polisi sekolah, dan sebagainya. Apabila kondisi tidak memungkinkan dilaksanakan partisipasi sesungguhnya maka kegiatan partisipasi sosial dapat dilakukan melalui simulasi dan permainan (games). 

BAB XI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPS
A.  Jenjang SD/MI
Pengorganisasian materi pelajaran IPS di jenjang SD/MI menganut pendekatan terpadu (integrated), yaitu materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu disiplin ilmu yang terpisah, melainkan mengacu pada pada aspek kehidupan nyata (Factual/real). Dalam Permendiknas (2006) di kemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, serta memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

B.  Jenjang SMP/MTs
Jenjang SMP/MTs, pengorganisasian mater pelajaran IPS menggunakan pendekatan korelasi (correlated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu secara terbatas kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata (factual/real). Melalui pembelajaran IPS peserta didik diarahkan menjadi warga negara yang demokratis dan bertangguang jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

C.  Jenjang SMA/MA/SMK
Pada jenjang SMA/MA/SMK, pengorganisasian materi pembelajaran IPS menggunakan pendekatan terpisah (Separated), yaitu materi pembelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada beberapa disiplin ilmu sosial secara terpisah. Pembelajaran IPS di SMA/MA menjadi suatu rumpun dengan nama disiplin ilmu sosial tradisional, yaitu Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi. Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran IPS di SMK dan SMALB,  nama IPS adalah nama mata pelajaran seperti di SD/Mi dan SMP/MTs.




08 Februari 2016

Situs Sangiran Indonesia ditinjau dari Sejarah, Sosiologi, Geografi dan Ekonomi

Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Visi pengembangan situs Sangiran adalah menjadi pusat informasi peradaban manusia purba bertaraf internasional. Didalamnya terkandung misi :
Mewujudkan pelestarian tinggalan alam dan tinggalan budaya Situs Sangiran dalamfungsinya sebagai laboratorium dan pusat informasi tentang kehidupan manusia untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan.
Mewujudkan usaha-usaha pengemvbangan kawasan Situs Sangiran sebagai destinasi pariwisata dunia yang bertumpu pada data tarik dan informasi peradaban manusia (The Early Man Site) yang dikelola secara berkelanjutan dan memeberikan nila manfaat signifikan bagi masayarakat lokal.
Mengembangkan kawasan Situs Sangiran sebagai destinasi pariwisata dunia yang mampu mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan kegiatan pariwisata di destinasi-destinasi pariwisata di sekitarnya.

Situs Sangiran memiliki Balai Pelestarian Situs manusia Purba Sangian yang diatur dalam Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Repulik Indonesia Nomor : PM. 17/HK.001//MKP-2007, tanggal 12 Februari 2007. Badan organisasi ini mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengamanan, penyelamatan, penerbitan, perawatan, pengawetan, penataan lahan, survei, analisis, penyajian, bimbingan edukasi, kerjasama, pemberdayaan masyarakat, dokumentasi, publikasi, dan ketatausahaan.

Di dalam UU No. 11/ 2010 tentang larangan penggalian penambangan maupun pencarian fosil di area situs sangiran. Artinya masayarakat umum dilarangatau tidak diperbolehkan mengadakan penggalian penambangan maupun pencarian fosil. Apabila terjadi pelanggaran, maka yang melanggar akan dikenakan hukuman selama 15 tahun penjara dan atau membayar denda sebesar Rp 500.000.000,00.

Sangiran dulunya berupa lingkungan laut dalam. Ini terjadi pada kala Pliosen yaitu usia 2,4 juta tahun yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai Formasi Kalibeng.

Pada kala awal kala Plestosen Bawah, sekitar 1,7 juta tahun yang lalu, diendapkan lahar volkanik Gunung Lawu Purba yang berada pada bagian bawah lempeng hitam, formasi Pucangan. Lapisan lahar ini mengubah lingkunan Sangiran, dari lingkungan laut dalam menjadi lingkungan darat. Pada kala ini lingkungan Sangiran berupa daerah rawa.

Pada sekitar 0,9 juta tahun lalu terjadi erosi di Pegunungan Selatan. Material erosi berupa pecahan gamping pisoid, dan kerikil vulkanik. Material ini menyatu di daerah Sangran dan membentuk lapisan grenzbank setebal 1-4 meter. Saat ini Sangiran telah total menjadi daratan secara permanen.

Pada periode berikutnya terjadi letusan gunug yang berada di sekitar Sangiran yang memuntahkan endapan vulkanik melalui sungai-sungai, sehingga menutupi grenzbank di Sangiran. Endapan vulkanik setebal kurang lebih 40 meter ini dikenal dengan Formasi Kabuh. Lapisan ini berusia sekitar 700.000-250.000 tahun yang lalu.

Lapisan tanah berikutnya yaitu Formasi Notopuro. Lapisan ini menutupi Formasi Kabuh dengan material batuan andesit berukuran kerikil hingga boulder. Pengendapan lahar ini berlansung kurang lebih selama 70.000 tahun.

Akibat dari tenaga eksogen yang berasal dari permukaan bumi dan endogen yang berasal dari bawah bumi mengakibatkan kini menjadi Sangiran Dome. Berbentuk pegunungan/perbukitan yang di tengahnya dialiri sungai Cekung yang mengikis puncak Dome Sangiran akhirnya Sangiran menjadi cekungan yang luasnya 56 km2.

Sangiran memiliki banyak koleksi temuan-temuan fosil manusia purba. Akan tetapi, di wilayah Sangiran hanya ditemukan1 jenis manusia purba, yaitu homo erectus. Fosil homo erectus pertama kali ditemukan pada tahun 1934 oleh Von Koenigswald. Von Koenigswald merupakan seorang yang berasal dari Jerman tetapi bekerja untuk Belanda. Pada tahun 1936 menemukan atap tengkorak yang diberi nama Pithecantropus erectus / Homo erectus. Manusia purba tersebut memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
Tinggi badan kurang lebih 185 cm
Volume otak 900 – 1350 cc
Tidak memiliki dagu
Tulang kening tebal melintang dari pelipis ke pelipis
Memiliki hidung besar
Hidup di Sangiran sekitar 1,5 juta – 300 ribu tahun yang lalu.

Sejak fosil pithecantropus erectus ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1934, Sangiran telah menjadi pusat perhatian dunia karena temuan di Sangiran mampu memberikan gambaran jelas mengenai evolusi budaya, evolusi fauna, evolusi flora, dan yang paling penting adalah evolusi manusia.

Di sangiran, manusia telah hidup berdampingan secara harmonis dengan alam. Binatang merupakan bagian dari lingkungan purba mereka. Artinya binatang-binatang tersebut menjadi sasaran perburuan manusia purba tersebut.

Situs Sangiran tidak hanya memiliki fosil manusia purba saja. Situs Sangiran juga menyimpan banyak temuan fosil-fosil binatang dan tumbuhan. Fosil-fosil ini ditemukan pada lapisan tanah yang berbeda sesuai dengan usia kala tersebut.

Lapisan Kalibeng merupakan lapisan yang tertua di Sangiran. Lapisan ini dahulu berupa laut. Maka, pada laisan ini ditemukan fosil binatang laut yang tidak bertulang belakang atau avertebrata. Contoh fosil yang ditemukan yaitu sejenis moluska, seperti : peleycipoda dan gastropoda.

Kemudian pada lapisan pucangan ditemukan fosil hewan-hewan rawa. Pada lapisan ini ditemukan 2 fosil buaya. Buaya yang pertama yaitu buaya rawa dengan panjang 6,2 m dan massa 1,2 ton. Fosil ini ditemukan sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Kemudian fosil buaya yang kedua yaitu buaya sungai dengan panjang 2,5 m – 6,2 m. Buaya ini memiliki massa 159-181 kg. Buaya ini diperkirakan hidup sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. pada lapisan Pucangan juga ditemukan fosil kura-kura, kudanil, kepiting, serta gigi kambing.

Pada lapisan tanah 1,3 tahun yang lalu ditemukan fosil Megantropus Paleojavanicus. Penemuan ini berada pada lapisan tengah. Pada lapisan ini ditemukan juga fosil gajah mastodon dan stegodon trigonostepanus. Gajah ini diperkiraan hidup pada 1,5 juta tahun yang lalu.

Pada lapisan selanjutnya yaitu lapisan Kabuh. Pada lapisan ini ditemukan fosil binatang vertebrata dan fosil manusia purba. Fosil binatang yang ditemukan antara lain : fosil kerbau purba, rusa, banteng, harimau, babi, badak, dsb. Untuk fosil manusia yang ditemukan yaitu fosil pithecantropus erectus.

Lapisan yang paling atas yaitu lapisan Notopuro. Pada lapisan ini ditemukan sedikit fosil mamalia dan artefak-artefak. Pada lapisan ini, penemuan fosil jumlahnya sedikit karena dipengaruhi struktur tanah, dan proses alam yang terjadi dalam lapisan tanah.

Sisa-sisa binatang-binatang yang menjadi fosil ditemukan kembali pada berbagai tingkatan stratigrafi, sehingga rangkaian penemuan fosil tersebut telah mampu memberikan gambaran mengenai evolusi faunal yang pernah terjadi di Sangiran selama kurang lebih 1 juta tahun.

Sekarang kita dapat mengetahui usia fosil-fosil yang ditemukan. Menentukan usia fosil ini tidak dilakukan dengan cara yang mudah. Para ahli menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk meneliti usia fosil-fosil tersebut. Salah satu cara menentukan usia fosil yaitu dengan cara geologis.

Penentuan usia fosil secara geologis yaitu cara penentuan usia fosil mengacu pada tingkatan lapisan tanah, jenis, dan struktur tanah. Pada cara ini ada 2 metode yang dipergunakan. Metode yang pertama yaitu metode relatif / mutlak. Metode yang kedua yaitu metode dengan kira-kira.

Metode relatif / mutlak merupakan metode yang digunakan untuk menentukan usia fosil berdasarkan kandungan zat kimia karbon. Dari fosil yang telah ditemukan, para ahli meneliti kandungan unsur karbon pada fosil tersebut. Maka, ilmu kimia berperan dalam hal ini. Usia dapat ditentukan dari prosentase karbon yang terkandung dalam fosil tersebut.

Sedangkan metode kira-kira yaitu dengan melihat lapisan tanah dimana fosil ditemukan. Usia dapat dibedakan dengan mengetahui perbedaan struktur tanah penyusun lapisan tersebut. Metode ini banyak digunakan di Situs Sangiran.

Dalam penelitian menentukan usia fosil, sejarwan banyak dibantu dengan berbagai ilmu bantu. Ilmu bantu yang dimaksud antara lain : kimia, biologi, arkeologi, geologi, paleontropologi, dan masih banyak lagi. Masing- masing ilmu bantu memiliki perannya sendiri. Misalkan untuk ilmu kimia, ilmu kimia berperan untuk mencari dan menghitung unsur karbon dalam sebuah fosil yang ditemukan.

Di area Situs Sangiran tidak hanya ditemukan fosil manusia purba saja. Di situs ini banyak ditemukan artefak-artefak yang merupakan peralatan dari manusia purba tersebut. Artefak ini memliki ukuran yang bervariasi. Ukuran dari artefak tersebut dapat diketahui fungsi-fungsinya.

Artefak dapat dibagi menjadi 3, antara lain : alat batu masif, bola batu, dan alat non masif. Artefak-artefak tersebut memiliki bentuk, fungsi, dan tekstur yang berbeda-beda. Untuk tekstur pada artefak berdasarkan perkembangan kehidupan manusia purba.

Artefak jenis alat batu masif merupakan artefak yang memiliki ukuran yang besar. Artefak jenis ini digunakan untuk pekerjaan yang berat. Artefak jenis ini berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak. Kapak-kapak ini biasa digunakan oleh manusia purba untuk menghancurkan dan memotong tulang yang berukuran besar. Alat-alat tersebut digunakan oleh jenis manusia Pitecanthropus Erectus dan Homo Soloensis. Artefak ini merupakan hasil kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

Bola batu merupakan artefak peninggalan jenis Pitecanthropus Erectus. Bola batu biasa digunakan oleh Pitecanthropus Erectus untuk berburu. Bola batu digunakan untuk melempari hewan buruan mereka. Bola batu ini juga digunakan untuk rangkaian penjebakan hewan buruan.

Artefak jenis non masif yaitu artefak yang memiliki bentuk dan ukuran lebih kecil. Artefak ini terbuat dari batu, kayu, dan tulang. Biasanya artefak jenis ini digunakan untuk keperluan dapur. Alat non masif antara lain : alat serpih, flakes, alat-alat tulang, mata tombak, mata panah, pisau batu. Alat non masif juga memiliki fungsi untuk berburu yaitu mata panah, dan mata tombak. Artefak jenis ini digunakan oleh manusia purba dengan tingkat kecerdasan lebih baik yaitu Homo Sapien. Dapat disimpulkan bahwa alat non masif sudah digunakan oleh manusia purba pada tahap bercocok tanam dan kehidupan sudah menetap.

Di sangiran telah banyak ditemukan fosil berbagai manusia purba. Fosil yang ditemukan yaitu fosil Megantropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapien. Dari ketiga jenis manusia purba tersebut banyak terdapat perbedaan dari segi fisik dan kehidupan sosialnya.

Megantropus Paleojavanicus merupakan manusia raksasa dari Jawa. Manusia jenis ini memiliki ukuran yang besar, rahang yang kuat, volume otak kecil, gigi geraham besar, dan badannya yang tegap. Manusia ini memakan tumbuh-tumbuhan. Dari sisi kehidupan sosialnya, Megantropus Paleojavanicus hidup secara nomaden. Mereka masih melakukan perburuan di alam, artinya mereka melangsungkan kehidupannya masih bergantung pada alam. Meraka berburu tumbuh-tumbuhan untuk makanannya. Megantropus Paleojavanicus belum mengenal sistem perkawinan yang pasti. Mereka masih melakukan perkawinan secara bebas.

Pithecanthropus Erectus merupakan manusia kera yang berjalan tegap. Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, tulang kening sangat menonjol, memliki tinnggi badan 160 cm – 180 cm, dibagian belakang mata terdapat penyempitan yang sangat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa manusia ini memiliki volume otak yang belum berkembang.

Kehidupan sosial Pithecanthropus Erectus sudah hidup berkelompok. Mereka melakukan perburuan secara berkelompok. Meraka membuat kelompok yang terdiri dari 20-50 individu. Pithecanthropus Erectus hidup secara nomaden, dengan mengikuti arah mata angin dan binatang bermigrasi. Manuisia ini telah api sekita 450.000 tahun yang lalu. Dengan penemuan api ini, menandakan bahwa makanan yang dimakan Pithecanthropus Erectus sudah mulai dimasak.

Pithecanthropus Erectus hidup di dekat sumber mata air. Mereka tinggal di dekat sumber air karena mereka memiliki keyakinan bahwa air adalah sumber kehidupan. Mereka tinggal di pesisir pantai, bantaran sungai, dan sekitar danau.

Berdasarkan kronologinya, kehadiran Pithecanthropus Erectus / Homo Erectus di sangiran mempunyai rentang waktu antara 1,5 juta hingga 0,3 juta tahun yang lalu, dengan masa evolusi lebih dari 1 juta tahun.

Analisis morfologis terhadap fosil hominid Sangiran telah mengklasifikasikan adanya 2 tingkatan evolutif, yaitu : Homo Erectus Arkaik dari tingkatan kala Plestosen Bawah, dan Homo Erectus Tipikal dari tingkatan kala Plestosen Atas.

Homo Erectus Arkaik hidup pada 1,5 juta – 1 juta tahun yang lalu. Ukuran tubuhnya paling besar diantara jenis Homo Erectus lain. Manusia ini memiliki volume otak 870-900 cc. Manusia ini masih memiliki bentuk muka yang mirip dengan kera. Tulang mata masih sangat menonjol.

Homo Erectus Tipikal hidup pada 0,9 juta hingga 0,3 juta tahun silam. Manusia ini memiliki volume otak 1000 – 1100 cc. Pada manusia ini tulang mata sudah tidak terlalu menonjol.

Kemudian dari kedua jenis Homo Erectus tadi, ternyata masih ada jenis Homo Erectus yang lebih maju dan lebih pintar. Jenis manusia purba ini yaitu Homo Erectus Progresif. Tetapi fosil jenis ini tidak ditemukan di Sangiran, melainkan di Ngandong (Blora), Sambung Macan (Sragen), dan Selopuro (Ngawi). Manusia ini hidup antara 200 ribu – 100 ribu tahun yang lalu. Volume otak jenis ini yaitu 1100 – 1350 cc.

Jenis manusia purba selanjutnya yaitu Homo Sapien. Homo Sapien lahir di Afrika sekitar 200 ribu – 150 ribu tahun yang lalu. Kemudian menyebar ke seluruh dunia sekitar 100 ribu – 15 ribu tahun yang lalu. homo sapien datang ke Indonesia pada 45.000 tahun yang lalu. Homo Sapien sudah lebih maju dari pendahulunya.

Homo Sapien memiliki ciri fisik seperti manusia modern. Volume otak Homo Sapien sebesar 1400 cc. Homo Sapien memiliki ciri fisik antara lain : bemuka lebar, hidung dan mulut menonjol, dahi menonjol tetapi tidak semenonjol jenis Pithecanthropus Erectus, atap tengkorak lebih bundar dan lebih tinggi.

Homo Sapien sudah tinggal menetap. Mereka bercocok tanam dan beternak. Mereka sudah mengenal adat istiadat dan sudah memiliki kehidupan yang teratur. Mereka sudah hidup saling berdampingan setiap kelompoknya. Setiap kelompok manusia memiliki seorang kepala suku yang disebut Primus Interpares. Mereka juga sudah mengenal interaksi sosial dan mulai bertransaksi dengan cara barter.

Perkembangan manusia di Sangiran terus berkembang, sampai terbentuklah suatu tatanan masyarakat Sangiran yang teratur. Masyarakat modern di sekitar Situs Sangiran memanfaatkan objek wisata ini sebagai mata pencahariannya.

Masyarakat sangiran masih hidup secara tradisional dan dalam perkembangan menuju non tradisional.. Mereka masih menjunjung tinggi asas gotong royong. Masyarakat Sangiran termasuk masyarakat yang peka terhadap potensi daerahnya. Mereka memanfaatkan Situs Sangiran untuk sumber mata pencahariannya. Sekitar 40% masyarakat Sangiran merupakan buruh, 30% pedagang, 10% pegawai, 5% Penyedia jasa, dan sisanya adalah petani.

Salah satu pekerjaan minoritas masyarakat Sangiran yaitu menjadi pemandu wisata di Situs Sangiran. Pemandu wisata ini bertugas untuk menjelaskan berbagai hal yang terdapat di Situs Sangiran kepada para pengunjung.

Taraf ekonomi masayrakat Sangiran tergolong menengah kebawah. Perekonomian masyarakat Sangiran masih mengandalkan pasar tradisonal. Ada juga yang memanfaatkan benda-benda temuan di Sangiran. Mereka membuat kerajinan atau souvenir khas Sangiran untuk dijual sebagai cindremata. Cindramata ini dikumpulkan oleh agen yaitu koperasi di Situs Sangiran, dan kemudian dijual kepada pengunjung Situs Sangiran.

Tingkat pendidikan masyarakat Sangiran tergolong menengah. Mayoritas masyarakatnya adalah lulusan SMA/sederajat. Hanya sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Beberapa msayarakat Sangiran sudah ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi di bidang sejarah. Mereka ingin lebih mendalami tentang ilmu sejarah, agar dapat memajukan Situs Sejarah Besar yaitu Sangiran.

Budaya daerah Sangiran masih dilestarikan di dalam kalangan masyarakat Sangiran. Masyarakat Sangiran masih menguri-uri budaya leluhur. Kebudayaan ini sering ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti kunjungan dari pemerintah.

Masyarakat Sangiran memiliki kebudayaan sendiri. Salah satunya yaitu teater rodatan. Teater rodatan merupakan hasil akulturasi budaya Islam dengan Budha. Teater rodatan ini berbentuk semacam reog, tetapi lebih sederhana dan didominasi oleh atraksi seperti debus.

Seperti telah diketahui, masyarakat Sangiran masih tergolong masyarakat tradisional. Oleh karena itu, masyarakat Sangiran masih menjunjung tinggi adat istiadat jawa yang cukup kuat. Sopan santun masih dijunjung tinggi.

Disisi lain, selain adat istiadat atau norma dalam masayarakat yang dijunjung tinggi, masyarakat Sangiran juga terikat aturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keberadaan Situs Sangiran. Sesuai dengan UU No. 11/ 2010 tentang larangan penggalian penambangan maupun pencarian fosil di area situs sangiran. Artinya masayarakat umum dilarangatau tidak diperbolehkan mengadakan penggalian penambangan maupun pencarian fosil. Apabila terjadi pelanggaran, maka yang melanggar akan dikenakan hukuman selama 15 tahun penjara dan atau membayar denda sebesar Rp 500.000.000,00.

Kemudian, terdapat juga Undang-Undang cagar budaya. Undang-undang ini mengatur tentang hasil temuan fosil atau apapun yang berharga, wajib diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk dijadikan aset pengetahuan. Hal ini diberlakukan untuk menghindari hilangnya aset pengetahuan yang terkandung di Indonesia. Jika ada masyarakat yang menemukan fosil ataupun peninggalan masa purba dan diserahkan kepada pihak yang berwenang, maka orang tersebut akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Sebaliknya jika masayarakat menjual secara ilegal, maka akan dikenakan sanksi. Selebihnya masayarakat Sangiran menggunakan UUD 1945 dan dasar dengara Pancasila sebagai dasar negara dan hukum di Indonesia.

Situs Sangiran berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen. Situs Sangiran terletak di 3 kecamatan di wilayah Kabupaten sragen, meliputi Kecamatan Gemolong, Kecamatan Kalijambe, dan Kecamatan Plupuh. Kemudian, situs Sangiran juga terletak di 1 kecamatan di wilayah Kabupaten Karanganyar, yaitu kecamatan Gondangrejo. Situs Sangiran luasnya mencapai 56 km2.

Menurut letak astronomisnya, Situs Sangiran terletak antara 7025’ LS – 7030’ LS dan 40 BT – 7005’ BT. Letak astronomis ini menandakan bahwa Situs Sangiran berada pada daerah katulistiwa yang memiliki iklim tropis. Inilah yang menjadi alasan manusia-manusia purba banyak tinggal di Sangiran. Dengan demikian Sangiran menjadi pusat peradaban manusia purba.

Keadaaan alam Situs Sangiran berupa daerah perbukitan. Daerah ini terletak di kaki Gunung Lawu. Pada lapisan bawah kaki Gunung Lawu banyak ditemukan berbagai fosil manusia purba. Fodil manusia purba ini ditemukan diberbagai lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran. lapisan tanah ini terdiri dari jenis – jenis tanah yang berbeda. Ada tiga jenis tanah yang terdapat di kawasan Dome Sangiran, antara lain : regosol, litosol, gromosol litosol.

Jenis tanah regosol berada di lapisan atas. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur berpasir konsistensu lepas, pH netral, dan strukturnya berbatu tunggal. Tanah regosol memiliki kesuburan sedang karena berasala dari bahan material vulkanik piroklastik.

Jenis tanah litosol berada di bawah tanah regosol. Ketebalan lapisan tanah ini sekitar 30 cm. Tanah litosol berbahan induk batuan beku dan batuan sedimen.

Dengan banyak ditemukannya fosil manusia purba beserta alat – alat pendukungnya, maka Situs Sangiran djadikan sebagai pusat penelitian berbagai ilmu pengetahuan. Para pelajar, mahasiswa, pengajar, peneliti, dan ilmuwan dari berbagai daerah banyak berkunjung ke Situs Sangiran untuk melakukan studi mengenai kehidupan zaman pra aksara.

Situs sangiran memiliki potensi yang besar untuk memajukan berbagai bidang dalam kehidupan manusia. Selain sebagai pusat penelitian, secara tidak langsung Situs Sangiran menjadi objek pariwisata yang dapat diunggulkan. Pariwisata di sini yaitu pariwisata edukasi. Untuk itu pihak pengelola Situs Sangiran dan Pemerintah terus berupaya agar Situs Sangiran semakin menarik wisatwan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Semakin meningkatnya sektor pariwisata di Situs Sangiran, akan meningkatkan taraf perekonomian masayarakat sekitar Situs Sangiran.

Masyarakat sekitar Sangiran memanfaatkan objek wisata ini dalam berbagai hal. Situs Sangiran telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar Situs Sangiran. Pekerjaan ini dapat berupa pekerjaan yang terikat dengan Situs Sangiran atau tidak terikat denga Situs Sangiran. Pekerjaan yang terikat dengan Situs Sangiran antara lain : menjadi pemandu wisata, penjaga keamanan museum Sangiran, dan sebagainya. Untuk pekerjaan yang tidak terikat yaitu seperti menjadi pedagang di sekitar Situs Sangiran.

Pedagang-pedagang yang berada di Situs Sangiran sebagian besar merupakan pendudukan sekitar Sangiran. Para pedagang menjual berbagai barang, seperti : souvenir, makanan, pakaian, dan lain sebagainya. Para pedagang di Situs Sangiran ini membentuk suatu perkumpulan pedagang. Para pedangan tidak berjualan secara bebas di dalam areal museum Situs Sangiran. Para pedangang diatur dan di kelola oleh suatu bada koperasi milik Situs Sangiran. Koperasi tersebut bernama “Jasa Wisata”.

Koperasi Jasa Wisata bergerak dibidang simpan pinjam. Koperasi ini memberikan modal awal kepada masyarakat yang ingin berdagang di dalam area Situs Sangiran. Koperasi ini juga menetapkan sistem harga barang yang sama di setiap pedagang. Artinya barang dengan bentuk dengan kualitas yang sama memiliki harga yang sama walaupun beda pedagangnya.

Para pedagang di Museum Sangiran bertempat tinggal pada bangunan yang didirikan secara semipermanent oleh pemerintah. Yang artinya bahwa para pedagang tersebut bertempat tinggal di tempat tersebut dalam waktu tertentu dan tidak bisa berpindah-pindah. Sedangkan penduduk asli Sangiran bertempat tinggal tersebar merata akan tetapi mengelompok atau nucleated. Nukleated adalah suatu pola persebaran penduduk pada suatu tempat atau wilayah tertentu yang termasuk pola pemukimannya mengelompok.

Pola pemukiman mengelompok di Situs Sangiran memudahkan antara penduduk yang satu dengan yang lain dalam berkomunikasi akan tetapi jarak jangkauannya hanya lingkungan sekitarnya sedangkan untuk dapat berkomunikasi langsung dengan daerah lain relatif sulit karena jarak yang jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat berkomunikasi secara langsung. Hal ini di karenakan pola nukleated letaknya menggerombol di tengah hutan ataupun lembah.

Di dalam hidup bermasyarakat, penduduk Sangiran sudah mengenal sistem tatanan sosial yang baik yaitu di tandai dengan adanya interaksi sosialnya dalam hidup bermasyarakat antara lain hidup bersama dalam perbedaan agama,saling hormat menghormati,bekerjasama,gotong royong

Tatanan atau sistem perekonomian masyarakat Sangiran sudah baik dengan adanya obyek wisata Situs Sangiran sebagai penghasilan untuk minoritas masyarakat Sangiran. Sedangkan mayoritas penghasilan masyarakat Sangiran adalah bertani.

Perbandingan antara Sangiran dengan daerah lain misalnya Cilacap berbeda sekali dari etika dalam berbicara, letak wilayahnya,pola pemukiman penduduk, dan SDA yang ada pada daerahnya. Namun dibanding perbedaan itu juga memiliki beberapa persamaan seperti mayoritas mata penchariannya yaitu bertani

Sangiran juga termasuk daerah yang berada diatas perbukitan yang memiliki temperatur yang labil dapat diperkirakan pada siang hari temperatur di daerah ini berkisar 34-37oC dan merupakan temperatur yang tinggi pada daerah tropis dan pada malam hari dapat berkisar 20-25oc,di sangiran juga dapat dikatakan daerah yang gersang, karena pada daerah ini musim penghujan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jika dibandingkan musim kemarau pada daerah ini lebih lama dari pada musim penghujan,sehingga sangat tidak memungkinkan untuk bertani padi pada daerah ini,namun petani disini juga tidak membiarkan lahannya diam,mereka cenderung mengelola lahan mereka dengan tanaman yang mampu hidup di daerah yang sulit air seperti singkong,ubi dll.

Kenampakan biosfer pada daerah ini dapat dikatakan unik karena ternyata pada berapa tahun yang lalu daerah ini memeiliki hutan bakau(sekitar 2,4jt-1,1 juta tahun yang lalu) dan sabana diperkirakan (sekitar 0,9-0,2 juta tahun yang lalu) sehingga tidak heran pada masa dahulu daerah ini dijadikan daerah utama perpindahan manusia purba

Masyarakat pada daerah ini memanfaatkan lingkungan dengan cukup baik terbukti dengan adanya situs sangiran mereka memanfaatkan daerah ini untuk berjualan baju yang mengidenentifikasikan daerah mereka,mereka juga menjual berbagai sovenir seperti,replika benda peninggalan sangiran,gantungan kunci bertema daerah sangiran dan bermacam- macam jenis batu serta gelang dan kalung yang terbuat dari kayu,tidak semua masyarakat didaerah ini memanfaatkan lingkungan situs budaya sangiran mereka juga lebih cenderung bertani dan berternak sapi disamping rumah mereka.

Dalam kehidupan bermasyarakat di daerah Sangiran, terdapat berbagai macam interaksi, baik interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dalam kehidupan bermasyarakat mereka berinteraksi baik secara langsung ataupun tidak langsung atau dengan kata lain menggunakan alat komunikasi yang modern, seperti telepon genggam,telegram maupun media sosial seperti e-mail,facebook dll. Bentuk interaksi mereka dalam hal interaksi antara individu dengan individu contohnya adalah hubungan interaksi antara pedagang souvenir dengan pembeli di sangiran. Mereka berinteraksi secara langsung dengan pembicaraan tawar menawar barang yang dijual oleh pedagang tersebut. Contoh yang lainnya yaitu Interaksi antara satpam dengan pengunjung di sangiran. Diantara meraka terjadi interaksi secara langsung maupun tidak langsung, secara langsung mereka berinteraksi ketika memasuki area situs Sangiran dan secara tidak langsung menggunakan telepon genggam ketika jarak mereka saling berjauhan.

Contoh interaksi individu dengan kelompok yaitu tour guide dengan sekelompok siswa di musium Sangiran. Diantara mereka terjadi interaksi sosial yaitu tour guide menjelaskan tentang Sangiran,dan sekelompok siswa menjadi pendengar.

Contoh interaksi kelompok dengan kelompok yaitu sekelompok guru yang membimbing sekelompok anak TK di museum sangiran. sekelompok guru itu mengarahkan sekelompok TK agar tertib, dan mengikuti kegiatan dengan baik, dan lancar.

Di Sangiran terdapat struktur masyarakat yang sangat beragam dari berbagai kalangan profesi. Contohnya pedagang kerajinan, tour guide, juru pelihara museum, satpam, pedagang souvenir, pedagang pakaian,dll. Dari berbagai kalangan profesi tersebut akan menimbulkan bentuk-bentuk interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial ada 2 macam yaitu bersifat positif dan negatif.

Dalam bentuk-bentuk interaksi sosial, terjadi masalah-masalah sosial yang muncul dalam penerapan konsep nilai dan norma yang dijunjung dan diakui oleh masyarakat. Masalah-masalah sosial tersebut seperti beberapa pengunjung yang kurang hati-hati sehingga pengunjung ada yang memegang patung-patung, fosil dan tidak sengaja menjatuhkannya walaupun sudah ada larangannya. Lalu antara satpam dan pengunjung. Karena pengunjung yang banyak dengan satpam yang terbatas, terkadang ada pengunjung yang kurang tertib terutama anak-anak SD dan TK yang belum terlalu mengerti.

Walaupun di dalam bentuk-bentuk interaksi sosial terdapat masalah-masalah, tetapi masih ada nilai-nilai yang masih relevan dalam kehidupan masa kini. Yaitu nilai yang terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan masih dijunjung tinggi. Contohnya adanya gotong royong dan kerja sama dalam membangun sesuatu dan hal itu sudah dilakukan pada zaman pra aksara dan pada zaman sekarang masih dilakukan khususnya antar pedagang souvenir di sangiran yang membentuk koperasi simpan pinjam. Lalu adanya rasa saling mencintai antar sesama manusia yang ditunjukan dengan adanya sikap saling memberi dan mengasihi. Sekarang masih dilakukan khususnya antara guru yang mengecek kehadiran muridnya saat wisata di sangiran. Dan juga adanya sikap sistem masyarakat yang teratur dan saling bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah. Contohnya pada zaman sekarang yakni antar pedagang souvenir di sangiran yang saling bermusyawarah apabila terjadi masalah seperti kerugian, pencurian, persaingan yang kurang sehat antar pedagang.
2. Lembah Hijau

Lembah Hijau berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Sukoharjo. Lembah Hijau berada di Jl. Dr. Rajiman No.200Solo Dukuh Joholor, Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban. Lembah Hijau letak dekat dengan Kota Solo dan Jaten. Lembah

Menurut letak astronomisnya, Situs Sangiran terletak antara 7034’56” S dan 110053’19” E. Dari letak astronomis ini menunjukan bahwa Lembah Hijau memiliki udara sejuk dengan temperatur sedang. Inilah yang menjadi alasan Lembah Hijau dijadikan tempat pertanian dan peternakan.

Akses menuju lembah hijau tidak begitu sulit, dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun bis. Ini meneandakan bahwa akses perjalanan dari Cilacap dan Sangiran menuju Lembah Hijau tergolong mudah karena kondisi jalan yang beraspal, jai mudah dilalui oleh alat transportasi. Jarak lokasi Lembah Hijau dari Cilacap sekita 165 km. Sedangkan, jarak Lembah Hijau dari Situs Sangiran sekitar 18 km. Dari Cilacap ke Lembah Hijau membutuhkan waktu sekitar 5 – 6 jam. Sedangkan dari situs Sangiran ke Lembah Hiju ditempuh dengan waktu 1,5 jam. Perjalanan dari Sangiran menuju Lembah hijau melewati jalan yang berkelok-kelok serta naik turun. Hal ini dikarenakan bahwa lokasi Lembah Hijau berada di sekitar pengunungan, dan saat perjalanan melewati pegunungan – pegunungan tersebut.

Dataran Lembah Hijau merupakan dataran tinggi yang berupa daerah perbukitan dan lembah. Lapisan tanah didaerah ini tersusun atas batuan-batuan.Batuan tersebut terdiri atas batuan kapur uang membentuk perbukitan dan lembah. Perbukitan dan lembah di Lembah hijau banyak ditumbuhi hutan jati. Pohon jati umumnya tumbuh di daerah gersang seperti area Lembah hijau, sudah diketahui bahwa pohon jati memiliki banyak manfaat bagi kita, manfaatnya yaitu sebagai pencegah erosi atau menjaga ketegaran tanah di perbukitan atau lembah tersebut, manfaat lainnya yaitu sebagai kayu bakar untuk kebutuhan masyarakat setempat dan daunnya bisa digunakkan sebagai pewarna alami yaitu pewarna merah. Oleh sebab itu daerah seperti ini sangat menguntungkan bagi masyarakat sekitar Lembah hijau.

Masyarakat di sekitar Lembah hijau juga memanfaatkan area ini untuk dijadikan sebagai pusat pendidikan mengenai pembudidayaan hewan dan tumbuhan,alasannya karena temperatur udaranya sedang oleh karena itu lembah hijau cocok untuk mengembangkan budidaya hewan dan tumbuhan,sehingga dengan adanya fenomena ini masyarakat di sekitarnnya secara tidak langsung memperoleh manfaatnya juga seperti menjadi penjual makanan, pemandu wisata, lahan parkir dsb.

Hasil pembudidayaan dari PT. LEMBAH HIJAU MULTIFARM dari ternak sapi antara lain :
Emas merah (daging sapi)
Emas hitam (kompos)
Emas kuning (kencing sapi)
Emas biru (biogas)
Emas putih (susu sapi)

Dari semua produk yang dihasilkan oleh PT. LEMBAH HIJAU MULTIFARM, produk tersebut diolah dengan menggunakan alat dan bahan mulai dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih, terutama dalam pengolahan susu segar dan ice cream yang terbuat dari susu sapi perah yang merupakan salah satu produk unggulan perusahaan tersebut. Dalam pengolahannya harus dipastikan bahwa alat-alat yang digunakan untuk mengolahnya benar-benar higenis dan terbebas dari bakteri penyebab penyakit. Produk unggulan lainnya yang dihasilkan oleh PT. LEMBAH HIJAU MULTIFARM yaitu pupuk kompos,bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos yaitu berasal dari kotoran sapi dan kemudian diolah dengan alat-alat yang modern hingga menjadi pupuk yang alami serta dapat menyuburkan tanaman, merk produk dari hasil pupuk kompos tersebut diberi nama “Black Gold”. Pupuk Kompos tersebut juga di produksi ke daerah-daerah lain di luar daerah tersebut dan ke luar negeri

PT Lembah Hijau Multifarm menjadi tempat pariwisata. Tempat ini sering dikunjungi oleh wisatawan. Mereka berkunjung ke Lembah Hijau hanya untuk berekreasi atau juga dapat untuk study lapangan dll.

PT Lembah Hijau dijadikan sebuah pusat penelitian dan pusat peternakan pengembangan sapi perah dan kotoranya. Selain itu tempat wisata ini merupakan pusat pembudidayaan ikan air tawar yaitu patin. Dengan dijadikannya pusat penelitian peternakan ini, maka PT Lembah Hijau sering dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan dari kalangan pelajar. Para pelajar berkunjung ke Lembah Hijau untuk mempelajari peternakan sapi perah serta pengolahan limbahnya. PT Lembah Hijau Multifarm juga menyediakan pemandu wisata yang dapat memandu wisatawan untuk lebih jauh mengenal tentang Lembah Hijau Multifarm dan menggali ilmu yang ada di dalamnya.

Di sekitar PT Lembah Hijau Multifarm, banyak terdapat pemukiman warga masyarakat. Mereka hidup di daerah perbukitan dan lembah dengan pola nucleated atau menggerombol,sehingga mereka dalam berkomunikasi mudah karena jarak yang dekat. Akan tetapi mereka sulit dalam mencari air, hal ini dikarenakan lembah hijau merupakan perbukitan dan lembah yang berbentuk batuan kapur. Ketika musim kering mereka sulit untuk mencari air dan biasannya masyarakat di Lembah hijau mencari sumber airnya di gunung lawu. Hal ini dikarenakan daerah kapur merupakan daereh yang sulit untuk menyerap air akan tetapi melalui proses kapilaritas maka di musim kemarau sumber air jauh di dalam tanah.

BAB III

PENUTUP

A.    Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai Laporan Observasi Sangiran Dan Lembah Hijau yang merupakan pokok bahasan dalam laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penyusun banyak berharap kepada para pembaca yang budiman agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya laporan ini dan penyusunan laporan di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga laporan observasi ini dapat berguna bagi penyusun sendiri dan khususnya kepada para pembaca yang budiman pada umumnya.

B.     Kesimpulan

Sangiran adalah nama situs yang terdapat di kabupaten Sragen,Jawa tengah, situs ini terletak di daerah perbukitan(dome). Situs Kepurbakalaan Sangiran adalah situs arkeologi di Pulau Jawa,Indonesia yang terlengkap. Tempat ini merupakan lokasi penemuan beberapa fosil manusia purba, sehingga sangat penting dalam sejarah perkembangan manusia purba dunia. Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko.. Museum Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan. Situs ini dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian di bidang sejarah, antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan bidang kepariwisataan. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak (hominid) yang terlengkap di Asia.

Lembah Hijau Multifarm merupakan agrobisnis yang bergerak dalam bidang Peternakan Sapi Perah, pertanian, perikanan, dan pengembangan bioteknologi, yang terletak di Jl.Rajiman No.200, desa Joho, Mojolaban, Sukoharjo. Lembah Hijau Multifarm memiliki banyak produk yang dihasilkan, poduk yang dihasilkan antara lain emas putih, emas kuning, emas hitam, emas merah, emas biru. Beberapa produk tersebut telah didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia, bahkan di ekspor ke luar negeri.