Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

01 Februari 2016

Review Jurnar The Possibility of Curriculum Linking National History and World History in Indonesia Karya Nasution

Judul      : The Possibility of Curriculum Linking National History and World History in Indonesia
Penulis   : Nasution
Penerbit : The Journal of Social Studies Education, 2014 - jsse.issajournal.org
Tebal      : 13 halaman
Penyaji  : Ridwan/157885405 IPS Kelas P2TK

Pada bahagian pengantar penulis menjelaskan Departemen Pendidikan Indonesia mengeluarkan kurikulum baru dan dilaksanakan di 2013, yang kemudian disebut sebagai kurikulum 2013. Dalam kurikulum baru ini, ada 3 hal utama yang membuatnya berbeda dari pendahulunya, yaitu: Pendidikan karakter, pembelajaran scientifik, dan penilaian portofolio.
Pentingnya pengembangan pembelajaran sejarah nasional yang dihubungkan dengan sejarah dunia. Karena fakta bahwa Indonesia melawan kolonial dan keuntungan kemerdekaannya setelah dijajah oleh Belanda. Situasi ini diperlukan bagi siswa untuk mengetahui sejarahnya untuk menanamkan nasionalisme dalam pikiran siswa dan untuk meningkatkan kesadaran identitas mereka sebagai warga negara Indonesia.
Pada aspek geografis, Indonesia adalah kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 13.000 pulau. Pantai dari timur ke barat adalah sekitar 5400 km panjang, dan dari utara ke selatan adalah 1800 km lebar. Diperkirakan bahwa Indonesia hampir sama besar seperti Amerika Serikat. Hal ini untuk menunjukkan bagaimana sulitnya bersatu Indonesia adalah dengan multikultural, multi etnis dan multinya bahasa dan sebagai negara yang besar.
Ada tiga poin penting dalam Sejarah Nasional dirancang. Yang pertama adalah penciptaan mitos dari kemuliaan masa lalu sebelum kedatangan negara-negara Barat. Yang kedua adalah dengan menggunakan mitos penjajahan 350 tahun-Belanda untuk menaikkan semangat anti-kolonialisme. Yang ketiga adalah alat legitimasi atau pembenaran penguasa.
Belajar sejarah harus dapat melompati ideologi. Oleh karena itu, studi sejarah, bebas atmosfer harus diciptakan. Penciptaan suasana belajar seperti yang akan membuat daya dalam membangun negara-bangsa. Melalui penyediaan atmosfer penelitian independen, mereka akan merasa bahwa ia sendiri akan merasa menjadi bagian dari negara bangsa, dan siswa akan berpikir juga bahwa  gerakan di wilayah ini adalah bagian dari gerakan regional Asia.
Sekarang masalah 'yang dihadapi oleh Indonesia merupakan respon terhadap globalisasi. Ini adalah permintaan untuk ajaran sejarah kepada siswa untuk memenuhi tantangan globalisasi sehingga mereka bisa eksis. Di abad 21, pengajaran sejarah di Indonesia dalam menjawab tantangan global yang diperlukan untuk mempertahankan perspektif global untuk menumbuhkan identitas nasional yang menjunjung tinggi multicultural.
Di sisi lain, mengajar juga untuk tumbuh mereka sebagai bagian dari warga dunia, dan itu adalah juga penting. Oleh karena itu, untuk mendorong warga sebagaimana dimaksud, maka perlu untuk mengembangkan model baru pendidikan sejarah, dimana siswa tidak hanya diajarkan materi Sejarah Nasional, tetapi secara bersamaan juga mengajarkan Sejarah Dunia.
Pengembangan kurikulum sejarah nasional indonesia dan sejarah dunia. Di Jepang, studi tentang pengembangan pendidikan sejarah di era global tidak sedikit. Studi yang akan diambil sebagai contoh, antara lain, adalah studi Harada Tomohito (1995; 2000; 2006), Akira Kato (2004), Takeshi Tsuchiya (2005), dan Merasei Jirou (1998). Harada Tomohito. (2000) telah mengusulkan, di era globalisasi, pendidikan perlu menggabungkan.
Sejarah Jepang untuk sejarah dunia, ada tiga cara yang diusulkan. Pertama, memperhatikan Sejarah Dunia jelas dalam sejarah Jepang, kedua, untuk memberikan perhatian pada sejarah Jepang yang muncul dalam Sejarah Dunia; Ketiga, dengan memperhatikan Jepang dan dunia (negara lain) yang melakukan kontak dan pertukaran. Merasei Jirou (1998) menyarankan, bahwa penanaman nasionalisme Jepang di era modern adalah merusak, dan ia menyarankan perlunya mempelajari sejarah Jepang, yang menanamkan terbuka identitas nasional.
Tulisan ini sangat layak dibaca dan cukup komprehensif pembahasannya sangat faktual mudah dicernya dan memang mengeksplor fenomena yang ada dalam masyarakat.



Review Jurnal The Development and Problematic of Social Studies Karya Nasution

Judul      : The Development and Problematic of Social Studies Education in Indonesia
Penulis   : Nasution
Penerbit : The Journal of Social Studies Education, 2012 - jsse.issajournal.org
Tebal      : 9 halaman
Penyaji  : Ridwan/157885405 IPS Kelas P2TK

Titik tolak penelitian The Development and Problematic of Social Studies Education in Indonesia dilakukan penulis untuk mengeksplorasi pengembangan pendidikan IPS di Indonesia dan menganalisis masalah dalam praktek pembelajaran di sekolah. Penulis juga mengambil landasan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006), dianjurkan bahwa ilmu-ilmu sosial pendidikan atau pembelajaran harus terintegrasi, tetapi untuk didaktik metodis alasan, pendidikan IPS terpadu masih belum diterapkan dengan baik di banyak sekolah.
Pada bahagian pendahuluan jurnal ini membahas pentingnya pengembangan pembelajaran IPS, karena bertujuan untuk mengembangkan keterampilan mereka siswa hidup dalam masyarakat serta warga dunia. Pendidikan ilmu sosial merupakan bentuk penyederhanaan pengetahuan humaniora, ilmu sosial atau ilmu alam yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
IPS sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan warga negara dalam merespon untuk tantangan era ini awalnya dikembangkan di Amerika pada tahun 1916, kemudian diadopsi oleh banyak negara termasuk Indonesia. Implementasi dari Pendidikan ilmu sosial pasti berbeda di setiap negara tergantung pada perbedaan kendala dan tantangan. Dalam tulisan ini pengembangan Pendidikan ilmu sosial di Indonesia akan dianalisis dan dijelaskan, bersama dengan berbagai masalah, dan menemukan jalan keluar bagaimana studi Sosial pendidikan harus diadakan.
Pada bahagian pengembangan studi sosial di indonesia diperkenalkan di Indonesia kurikulum pada tahun 1975 sebelum kelahiran studi sosial. Kemajuan awal kurikulum ini dianjurkan bahwa setiap guru membuat unit pelajaran dikenal sebagai model PPSI. Setiap unit terdiri Umum Instruksional Tujuan (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), Metode, Content, Belajar Media, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Evaluasi.
Selanjutnya penulis membandingkan kurikulum tahun 1984 dengan kurikulum 1975. Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, sedangkan kurikulum 1984 menekankan pada proses sehingga siswa mulai memprioritaskan peran siswa dalam pemebalajarn CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) pembelajaran mulai berpusat pada siswa.
Studi sosial di indonesia saat ini mulai tahun 2004 lahir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kemudian direvisi menjadi kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Kurikulum (KTSP). Dalam kurikulum baru dinyatakan bahwa studi sosial pendidikan harus berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat bukan hanya pada sumber daya alam, tetapi juga dalam pelayanan pembelajaran di kelas.
Pembaruan IPS dari terpisah ke terpadu telah banyak dilakukan, namun dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia masih belum sesuai harapan. Karena di dalamnya tidak ada contoh terpadu dalam praktek di kelas, sehingga masih diajarkan secara terpisah. Menurut penulis rekonstruksi konten standar dapat dikembangkan melalui dua model, yaitu berkorelasi model terintegrasi.
Model IPS terpadu tema atau topik, dapat dikembangkan berdasarkan masalah atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masyarakat, Potensi utama yang ada di suatu tempat, Masalah yang ada di masyarakat. Selanjutnya menggunakan model korelasi IPS.

Kesulitan pembelajaran IPS terpdu selama pelaksanaan di sekolah dari sudut pandang akademis, ilmu sosial diharapkan untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana untuk mengetahui, bagaimana menerapkan apa yang mereka ketahui, dan bagaimana berpartisipasi dalam perencanaan masa depan.

Review Buku BAB 1 s/d 4 Paradikma Baru Pembelajaran Karya Yatim Riyanto


BAB I
BELAJAR
  

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan cita-cita bangsa.  Anak  mempunyai  peranan  penting  dalam  menentukan  ara kehidupanbangsa dan pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masyarakatsangat  mendambakan  sosok  anak  yang  sehat  jasmani  maupun  rohani.  Ha inisejala  denga  visi   dan   mis  pendidika  nasiona  dala  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionlpada  Bab  II  Pasal   yang  menyebutkan bahwa,  pendidikan  nasional berfungsimengembangkan  kemampuan  da membentuk  watak  serta  peradabanpesertadidik  agar  menjadi  manusia  yang  beriman  da bertaqwa  kepada  Tuhan  YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan tersebut dapatdiwujudkan secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalammengoptimalkan segala aspek perkembangan anak.
Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat perlu bagi para orang tua dan  para pendidik untuk mengetahui dan memahaminya. Teori-teori perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, periodisasi-periodisasi perkembangan manusia sangat perlu untuk dikaji lebih dalam. Selain itu, perkembangan kognitif pada manusia pun menjadi kajian yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Dengan mengetahui dan memahami semua tentang Teori Perkembangan Manusia akan menjadikan kita lebih arif dalam menyikapi, menghadapi dan menyelesaikan permasalah-permasalan yang muncul dalam perkembangan manusia, dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada dan menjadikan kita lebih paham dalam mendidik anak sesuai dengan perkembangannya dan dapat membelajarkan anak sesuai potensinya. Hal ini sangat bermanfaat pada penggunaan dan pemilihan strategi pembelajaran serta tahapan pembelajaran sehingga dapat mengimplemantasikan strategi pembelajaran yang  sesuai dan terlaksana dengan tepat.

1
 

 

 
BAB II
OPERANT CONDITIONING
Seorang pendidik seharusnya mengetahui dan paham teori belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Seperti diketahui bahwa dalam membelajarkan siswa guru memiliki kesempatan menyusun dan mendesain pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa, maka akan lebih mantap lagi bila guru paham landasan filsafat dan aliran teori pembelajaran tersebut.
Berangkat dari kebutuhan seorang pendidik dalam membelajarkan siswa, perlu dibahas apa saja hal yang mendasari sebuah proses pembelajaran dilaksanakan. Teori beajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya.Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Memilik kondisi pembelajaran di lapangan, para pendidik banyak yang terjebak dalam formatisasi rencana pembelajaran. Bahwa sejatinya perencanaan dan perancangan pembelajaran itu bersumber  dari teori belajar secara hakikatnya. Dengan memahami teori belajar, pendidik memiliki landasan dalam menyusun strategi mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, para penilik dan pengawas juga tidak dengan mudah menyalahkan sebuah perencanaan pembelajaran hanya karena secara format tidak sesuai. Perlu diketahui, dengan perbedaan aliran teori belajar, maka format dan strategi perencanaan pembelajaran pun akan berbeda.

BAB III
BENTUK-BENTUK BELAJAR

Ragamnya bentuk kehidupan manusia yang ditempah oleh alam telah mengalami proses penyaringan dan bentuk dalam belajar. dengan membentuk model belajar sendiri seseorang dapat lebih mudah memahami sesuatu yang dipelajarinya. berikut adalah bentuk-bentuk belajar:


  1. Belajar teknis 
Mengembangkan keterampilan-keterampilan, dalam menangani  dan memeganag benda-benda serta menyusun bagian - bagian materi menjadi suatu keseluruhan. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seseorang senang menyayi atau memiliki hobi menyanyi, untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyanyi maka ia akan mengikuti kursus atau perlombaaan menyanyi.

  1. Belajar sosial 
Mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: belajar konsep musyawarah yang  diemplementasikan melalui pemilihan ketua kelas.

  1. Belajar estetis 
Membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian. Cakupan: F, K, Struktur, dan metode. Contoh: seorang murid akan mewarnai atau menggambar sesuai dengan kemampuan dan imajinasinya.












BAB IV
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.

1.    Prinsip Kesiapan (Readinees). Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.
2.    Prinsip Motivasi (Motivation). Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
3.    Prinsip Persepsi. Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
4.    Prinsip Tujuan. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajarpada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai olehseseorang.
5.    Prinsip Perbedaan Individual. Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalamkelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan seluruh siswa
6.    Prinsip Transfer dan Retensi. Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesoranguntuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
7.    Prinsip Belajar Kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajarkognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yangselanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai danberimajinasi.
8.    Prinsip Belajar Afektif. Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkandirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,dorongan, minat dan sikap.
9.    Prinsip Belajar Evaluasi. Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.
10.    Prinsip Belajar Psikomotor. Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampumengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik.

A.    Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

B.     Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

C.    Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “leaming by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

D.    Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise“, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar.

E.     Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha meneari dan menemukan konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah mendan saja kurang menarik bagi siswa.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat dan sungguh-sunggub. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

F.     Pemberian Balikan Atau Umpan Balik Dan Penguatan Belajar
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im adalah law of effect – nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).
Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
Implikasi Prinsip Belajar
Bagi Siswa
Bagi Guru
Perhatian dan Motivasi           
Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
Mengunakan metode yang bervariasi...
Memilih bahan ajar yang diminati siswa..
Keaktifan       
Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
Keterlibatan langsung/
Pengalaman    
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.
Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.
Pengulangan   
Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang           
Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
Tantangan      
Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.   
Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
Balikan dan penguatan           
Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru     
Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
Perbedaan Individual
Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa        
Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa


Cerdas dan Dermawan baru hebat....Bill Gates,

Bill Gates, bernama lengkap William Henry Gates III (lahir 28 Oktober 1955, Seattle, Washington, AS), programmer komputer dan pengusaha yang mendirikan Microsoft Corporation, perusahaan software terbesar di dunia.
Gates menulis program software pertamanya pada usia 13 tahun. Di sekolah tinggi ia membantu membentuk kelompok programmer yang terkomputerisasi sistem penggajian sekolah mereka dan mendirikan Traf-O-Data, sebuah perusahaan yang menjual sistem menghitung lalu lintas untuk pemerintah daerah. Pada tahun 1975 di Universitas Harvard, ia bergabung dengan teman sekampung halamannya Paul G. Allen untuk mengembangkan perangkat lunak mikrokomputer pertama. Mereka mulai dengan mengadaptasi BASIC, bahasa pemrograman yang populer digunakan pada komputer besar. Dengan keberhasilan proyek ini, Gates meninggalkan Harvard selama tahun pertama dan bersama Allen membentuk Microsoft.
Industri mikrokomputer sangat meningkat ketika Microsoft mematenkan sistem operasi yang disebut MS-DOS untuk International Business Machines Corporation sebagai pemasok komputer terbesar di dunia dan sebagai pembuka jalan-untuk digunakan pada industri komputer mikro pertama, IBM PC (personal computer). Setelah rilis pada tahun 1981, IBM cepat menetapkan standar teknis untuk industri PC, dan MS-DOS juga didorong keluar bersaing pada sistem operasi. Saat hubungan antara Microsoft dengan IBM terjadi ketegangan, Gates dengan cekatan memanipulasi perusahaan yang lebih besar sehingga mereka secara permanen bergantung padanya untuk perangkat lunak penting. Pembuat PC IBM yang kompatibel, atau klon, juga berpaling ke Microsoft untuk perangkat lunak dasar mereka. Pada awal tahun 1990-an ia telah menjadi kingmaker utama industri PC.
Sebagian besar kekuatan atas keberhasilan Microsoft, Gates mengumpulkan saham paling besar sebagai pemegang individu terbesar di perusahaan. Ia menjadi miliarder pada 1986, dan dalam satu dekade kekayaan bersihnya mencapai puluhan miliar dolar, menempatkannya sebagai orang yang paling kaya di dunia. Dengan beberapa kepentingan di luar perangkat lunak dan potensi teknologi informasi, Gates pada awalnya lebih suka berada di luar sorotan publik, penanganan urusan sipil dan filantropis tidak langsung melalui salah satu yayasannya. Namun demikian, kekuatan dan reputasi Microsoft tumbuh, dan terutama karena menarik perhatian divisi antitrust Departemen Kehakiman AS,
Gates, dengan beberapa keengganan, menjadi sosok lebih umum. Saingannya terutama perusahaan di Silicon Valley, menggambarkan sebagai pendorong, duplikasi, dan bertekad untuk mendapatkan keuntungan dari hampir setiap transaksi elektronik di dunia. Di sisi lain, pendukungnya merayakan ketajaman bisnisnya yang luar biasa fleksibilitas, dan nafsu makan tak terbatas untuk menemukan cara-cara baru agar komputer dan elektronik lebih berguna melalui perangkat lunak.
Semua kualitas itu adalah hasil dari respon gesit Gates untuk ketertarikan publik pada Internet. Mulai 1995 dan 1996, Gates kembali memfokuskan Microsoft pada pengembangan konsumen dan solusi perusahaan untuk perangkat lunak Internet, mengembangkan platform sistem operasi Windows CE untuk perangkat jaringan non-komputer seperti televisi rumah dan asisten pribadi digital, menciptakan Microsoft Network untuk bersaing dengan America Online dan penyedia internet lainnya. Disamping itu, melalui perusahaan Gates Corbis, mengakuisisi arsip foto Bettmann dan koleksi lainnya untuk digunakan dalam distribusi elektronik.
Selain karyanya di Microsoft, Gates juga dikenal untuk pekerjaan amalnya. Dengan istrinya, Melinda, ia meluncurkan William H. Gates Foundation (berganti nama menjadiBill & Melinda Gates Foundation pada tahun 1999) pada tahun 1994 untuk mendanai program-program kesehatan global serta proyek-proyek di Pacific Northwest. Selama akhir tahun 1990-an, pasangan ini juga mendanai North American Libraries melaluiGates Library Foundation (berganti nama menjadi Gates Learning Foundation pada tahun 1999) dan mengumpulkan uang untuk dana pendidikan minoritas melalui program Gates Millennium Scholars.
Pada bulan Juni 2006 Warren Buffett mengumumkan hadiah yang berkelanjutan untuk yayasan, yang akan memungkinkan aset terhadap total sekitar $ 60 miliar dalam 20 tahun ke depan. Pada awal abad ke-21, yayasan terus fokus pada kesehatan global dan pembangunan global, serta masyarakat dan pendidikan di Amerika Serikat. Setelah masa transisi singkat, Gates melepaskan pengawasan sehari-hari dari Microsoft pada bulan Juni 2008, meskipun ia tetap sebagai Ketua Dewan, untuk mencurahkan lebih banyak waktu bagi Bill & Melinda Gates Foundation. Pada Februari 2014, Gates mengundurkan diri sebagai Ketua, tapi terus melayani sebagai anggota dewan.
Ini masih harus dilihat apakah sukses luar biasa Gates akan menjamin dia berada di tempat abadi dalam jajaran orang besar Amerika. Setidaknya, sejarawan tampaknya cenderung melihat dia sebagai sosok bisnis penting untuk komputer seperti John D. Rockefeller di bisnis minyak. (Qurina Nusaibah)