Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

22 Desember 2016

Hari Ibu Refleksi Anak: Menempel, Menjengkel Dibalas Do’a Ibu

Aku menempel sebagai gumpalan daging di rahummu
Aku diberikan nyawa pada rahimmu
Memakananku segala sesuta yang engkau makan untukku
Sakitku engkaupun kesakitan karena aku

Meski engkau memberiku cukup asupan gizi
Tapi kadang hanya tendangan yang dapat aku beri
 Aku anak yang mebebanimu 9 bulan tanpa belas kasihan
Bahkan aku menghirup udara duniapun setelah nyawa engkau pertaruhkan

Rewelku setiap hari engkau papah dengan asi
Jengkelku setiap malam istirahatmu ikut terabaikan
Makan minumku selalu sedia tanpa satu waktupun yang terlewatkan
Tapi sakitku seringkali juga membawa dirimu kesakitan

Ketika kecil aku mengganggu lelapmu
tanpa kenal waktu siang atau malam
ketika aku dewasa tidak ada suatu apapun
yang dapat aku berikan

ketika aku kecil engkau peuhi segala permintaan
tapi ketika aku dewasa banyak harapanmu yang aku abaikan
ketika akau kecil engkau mendidikku kadang memlalui pinjaman
tapi ketika aku dewasa belum ada pinjamanku yang aku persembahkan

banyak kata-kataku yang menggores hatimu
banyak tingkahku yang menyayat hatiku
banyak harapanmu yang terabaikan olehku
tetapi namaku sela ada dalam setiap do’a-do’amu

ya Allah ampunilah aku...
ampunilah kedua orang tuaku...
rahmatilah mereka dengan rahmat-Mu Maha Sempurna
layakkanlah mereka dalam syurga-Mu

mudahkan urusan mereka di dunia
lapangkan rejeki mereka
muliakanlah mereka di sisi-Mu
masukkanlah mereka dalam golongan kekasihmu

aku anak yang belum membalas budi
sampai hari ini... samapi detik ini...
jangankan kucuran dana
kucuran air matapun belum pernah aku berikan untuk mereka

aku anak durhaka, bergelimang dengan dosa
aku hamba-Mu yang lemah tak berdaya
hajat hati ingin membahagiakan mereka
tetapi aku tertimpa dengan amanahmu yang cukup berat

hanya pada-Mu tempatku bermunajat hanya pada-Mua tempatku berharap
Engkau penggenggam alam, Engkau pemilik raga dan segenap jiwa
Aku pasrah pada-Mu, apunilah aku... ampunilah orangtuaku
Jadikan mereka sebagai penghuni syurga-syurga indah-Mu. Amin....

20 Desember 2016

Indikator dan Konsep Berfikir Kreatif

 Munandar (1999) mengatakan ciri-ciri kemampuan kreativitas yang berhubungan dengan kognisi dapat dilihat dari keterampilan berfikir lancar, keterampilan berfikir luwes, keterampilan berfikir orisinil,dan keterampilan menilai. Keterampilan berfikir lancar memiliki ciri-ciri: (1) mencetuskan banyak gagasan dalam menyelesaikan masalah; (2) memberikan banyak cara atau saran untul melakukan berbagai hal; (3) bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada yang lain. Kemampuan berfikir luwes mempunyai ciri-ciri: (1) menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan yang bervariasi; (2) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (3) menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda.
Kemampuan berfikir orisinil mempunyai ciri-ciri: (1) memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah; (2) membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Kemampuan keterampilan memperinci (mengelaborasi) mempunyai ciri-ciri: (1) mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain; (2) menambah atau memperinci suatu gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut. Sedangkan kemampuan keterampilan mengevaluasi mempunyai ciri-ciri: (1) dapat menentukan kebenaran suatu kebenaran pertanyaan atau kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah; (2) dapat mencetuskan gagasan-gagasan penyelesaian suatu masalah dan dapat melaksanakannya dengan benar; dan (3) mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
Menurut Rothenberg dan Hausmen bahwa beberapa ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai kreativitas, namun terdapat persamaan diantaranya: (1) kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru dan bernilai; (2) kreativitas meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk dalam keilmuan matematik; (3) kemampuan kretivitas berbeda dengan kemampuan intelegensi, artinya walaupun intelegensinya tinggi belum tentu kreatif begitu pun sebaliknya; (4) setiap orang mempunyai potensi untuk kreatif jika memiliki sifat spontan dan terbuka.
Menurut Stenberg dan Lubart berdasarkan investment theory of creativity yang mereka kembangkan bahwa terdapat enam atribut dari kreativitas yaitu kecerdasan (intelligence), pengetahuan (knowledge), motivasi (motivation), dukungan lingkungan (an encouragement environment), ketepatan cara atau gaya berfikir (appropriate thinking style), dan ketepatan person (an appropriate personality).
Menurut Fisher (1995), kreativitas adalah kemampuan dan sikap seseorang untuk membuat produk yang baru. Sedangkan menurut Evan (1991), kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan kaitan-kaitan yang baru, lemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi dari banyak konsep yang ada pada fikiran. Kreativitas bukanlah mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, akan tetapi kretivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan cara membuat kombinasi, membuat perubahan, atau mengaplikasikan ide-ide yang ada pada wilayah yang berbeda (Harris, 1998). Dari pendapat diatas, dapat diartikan bahwa berfikir kreatif adalah aktivitas berfikir agar muncul kreativitas pada seseorang, atau berfikir untuk menghasilkan hal yang baru bagi dirinya.
LTSIN (2001) secara khusus mendefinisikan berfikir kreatif adalah “creative thinking is the process which we use when we come up with a new idea. It is the merging of ideas which have not been merged before”. LTSIN menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah proses (bukan hasil) untuk menghasilkan ide baru dan ide itu merupakan gabungan dari ide-ide yang sebelumnya belum disatukan.
Lebih detail lagi LTSIN (2001) menyatakan bahwa ide seseorang berfikir kretif minimal mempunyai salah satu karakteristik dari: (a) ide itu belum ada sebelumnya; (b) sudah ada di tempat lain hanya saja ia tidak tahu; (c) ia menemukan proses baru untuk melakukan sesuatu; (d) ia menerapkan proses yang sudah ada pada area yang berbeda; (e) ia mengembangkan sebuah cara untuk melihat sesuatu pada perspektif yang berbeda. Dari lima karakteristik diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa berfikir kreatif dapat berupa ide baru yang belum ada sebelumnya dan dapat berupa ide baru sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya.
Kepekaan berfikir kreatif dapat diukur dengan indikator-indikator yang telah ditentukan para ahli, salah satunya menurut Torrance. Menurut Torrance kemampuan berfikir kreatif terbagi menjadi tiga hal, yaitu :
  1. Fluency (kelamcaran), yaitu menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori/ bidang.
  2. Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-ide baru untuk memecahkan persoalan.
  3. elaboration (Penguraian), yaitu kemampuan memecahkan masalah secara detail.
Sedangkan Guilford menyebutkan lima indikator berfikir kreatif, yaitu:
  1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi , mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah;
  2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;
  3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah;
  4. keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang;
  5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.
DAFTAR PUSTAKA
Fisher, R. (1995). Teaching Children to Think. London: Stanley Thornes Ltd.
Haris, R. (1995). Introduction to Creative Thinking. [on line]. Tersedia:   http://www.virtualsalt.com/itdt.htm.
LTSIN (2004). Learning teaching. Scotland: Learning and Teaching Scotland.
Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA :    Authur.
Polya, G. (1985). How to solve it :A New Aspect of Mathematics Methods. New Jersey. Princeton University Press.

17 Desember 2016

Apit Awee Guru: Strategi Peningkatan Self Confidence Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Materi Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sosial Kelas VII SMPN 3 Panga Aceh Jaya (Kajian Berbasis Jurnal International Science Direct)


Prof. Dr. Sarmini, M.Hum
Dosen Pembimbig

Ridwan
Guru SMPN 3 Panga Aceh Jaya Email: ridwanteunom@gmail.com

Pendahuluan
Berbicara tentang percaya diri[1] telah banyak dilakukan dalam beberapa disiplin ilmu, terutama dilakukan dalam bidang psikologi pendidikan. Pada dasarnya penelitian berlatar belakang pentingnya percaya diri yang tinggi dalam pembelajaran sangat urgen juga dilakukan dalam bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS). Karena pembelajaran IPS pada dasarnya bukanlah sekedar penyajian materi saja, tetapi lebih menitik beratkan perhatian pada ranah afektif agar siswa berkarakter. Salah satu bahagian dari indikator karakter yang penulis sorot adalah percaya diri, dalam hal ini percaya diri bukan yang dilihat dalam bentuk hasil belajar, tetapi percaya diri dalam proses pembelajaran IPS.
Penelitian tentang percaya diri dalam pembelajaran telah menarik perhatian banyak peneliti[2], penulis mengkaji penelitian terdahulu yang relevan dilakukan oleh (Hendrian, Slamet dan Sumarno, 2014), dilakukan di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini menguji peran kemampuan dasar dan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pencapaian kemampuan koneksi dan kepercayaan diri siswa sekolah menengah pertama (SMP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual learning (CTL) lebih baik capaian nilai dari model konvensional berada di level rendah, namun terdapat korelasi antara koneksi kemampuan dasar dengan kepercayaan diri siswa menunjukkan persepsi positif terhadap pelaksanaan CTL.
Mengingat penekanan pembelajaran IPS lebih difokuskan pada ranah afektif dalam pembentukan karakter siswa, maka menurut penulis pembinaan percaya diri dalam pembelajaran IPS sangat urgen dilakukan penelitian, karena percaya diri merupakan sebuah kunci untama siswa belajar lebih gigih, menggerakkan usaha lebih maksimal, berani bertanya dan dapat bekerja sama dengan baik dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut agar senantiasa mengedepankan penghargaan dan penilaian pada partisipasi siswa bukan hanya prestasi saja. Percaya diri yang baik menjadi pendorong siswa untuk belajar lebih baik, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba mengembangkan teori sosial David McClelland N-Ach hasrat untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.
Masih berkaitan dengan percaya diri siswa dalam pembelajaran, penulis mengkaji penelitian yang dilakukan oleh (Alias dan Hafir, 2009). Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis keyakinan yang merangsang stimulus, nilai kepercayaan diri dan kinerja kognitif. Sampel penelitian terdiri dari dua kelompok rekayasa. Jenis kepercayaan merangsang stimulus (positif atau negatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang positif memiliki statistic tingkat academic self-confidence (ASC) secara signifikan lebih tinggi (3,08) dibandingkan dengan kelompok negatif (2,67) dan kelompok positif juga menunjukkan kognitif statistik signifikan lebih tinggi kinerja dibandingkan dengan kelompok negatif 71% dan 54% masing-masing. Hal ini disimpulkan yang meningkatkan ASC dapat meningkatkan kinerja kognitif mereka.
Selanjutnya penelitian yang berkaitan dengan percaya diri dilakukan dengan cara yang berbeda oleh (Singh dan Kaur, 2008), melakukan penelitian eksperimen meditasi untuk meningkatkan percaya diri. Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh meditasi pada kepercayaan diri dari guru dan siswa. Sebuah percobaan dilakukan pada 152 siswa dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meditasi merupakan praktik yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri. Lebih lanjut, gender ditemukan secara signifikan mempengaruhi kepercayaan diri sedangkan agama tidak mempengaruhi percaya diri.
Masih berkaitan dengan penelitian percaya diri juga dilakukan oleh (Naeem, Shabir, Umar, Shabir, Nadvi, Hayat dan Azher, 2014), di Sargoda. Penelitian ini mengkaji dukungan sosial untuk menentukan harga diri. Penelitiannya menguji hubungan antara dukungan sosial dan harga diri siswa. Sejauh mana dukungan sosial dapat digunakan untuk memprediksi harga diri. Pemeriksaan hubungan tertentu antara dukungan sosial dan harga diri, dirasakan dukungan sosial, dukungan orang tua dan rekan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepercayaan diri. Penelitian ini mengkaji dukungan sosial dalam kaitannya dengan bagaimana otonom individu untuk menjadi percaya dirinya. Penelitian ini juga meneliti perbedaan gender pada dukungan sosial dan harga diri, yang akan memberikan temuan bagi para peneliti dan orang tua dan pendidik untuk menerapkan di bidang akademik siswa.
Penelitian berikutnya berkaitan dengan kepercayaan diri dan pengaruhnya terhadap motivasi prestasi belajar siswa yang dilakukan oleh (Ordonez, Carlos, Stoller, Friederike, Remmele, dan Bernd, 2015). Penelitiannya bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa dengan koefisien korelasi pearson (r) yang diperoleh sebesar 0,525 dan nilai sig. (1- tailed) sebesar 0,000, dimana apabila kepercayaan diri semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi dari siswa dan sebaliknya.
Selanjutnya penelitian tentang peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial penulis kaji penelitian yang dilakukan oleh (Afiatin dan Andayani, 1998). Mereka menyimpulkan percaya diri merupakan aspek paling penting bagi manusia untuk mencapai prestasi. Remaja pengangguran cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah karena lebih banyak menyendiri. Kondisi rendah diri sangat mengganggu perkembangan kepribadian remaja. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur lebih efektif melalui kelompok dukungan sosial.
Berikutnya penulis mengkaji penelitian hubungan antara kepercayaan diri dengan employability yang dilakukan oleh (Saputro dan Suseno, 2010). Penelitian mereka bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan employability. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan diri dengan mengacu pada aspekaspek yang dikemukakan oleh Lauster dan Guilford (Afiatin dan Andayani, 1998) dan skala employability yang mengacu pada aspekaspek yang dikemukakan oleh (Pool dan Sewell, 2007). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan employability, yang ditunjukkan dari analisis korelasi product moment pearson yaitu r = 0,659 (p <0,01), serta sumbangan efektif sebesar 43,4%.
Selanjutnya penulis mengkaji penelitian yang mempromosikan kepercayaan diri, motivasi dan keterampilan belajar. Kompetensi dasar yang diperlukan siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat Eropa, dan bagaimana bisa mereka peroleh secara berkelanjutan. Dalam perjalanan waktu dua tahun konsep lokakarya untuk staf di pendidikan dasar yang akan disesuaikan dengan kemampuan kelompok guru sasaran. Konsep akan memberikan dukungan kepada guru pendidikan dasar dalam mempromosikan kepercayaan diri siswa mereka, keterampilan belajar dan motivasi belajar. Hasil penelitian menemukan bahwa secara teoritis mengarah pada konsep lokakarya untuk staf pendidikan, kemudian diuji dan dievaluasi dalam lokakarya percontohan di tiga proyek yang berbeda lembaga mitra. Karena kerja sama dengan guru dan peserta didik, pekerjaan ini adalah untuk dipertimbangkan dalam penelitian tindakan.
Usaha untuk mengungkapkan bahwa self regulated learning (SRL) keterampilan berada di tengah proses pembelajaran dan penting untuk belajar sepanjang hayat dan inklusi. Meskipun demikian, strategi SRL hanya secara acak diajarkan. Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa, untuk mempromosikan motivasi, penting untuk fokus pada kompetensi yang sudah diperoleh dan untuk memasukkan isu-isu kehidupan sehari-hari ke dalam pembelajaran. Sebuah konsep kontemporer pendidikan dasar harus memenuhi banyak persyaratan antara lain; kemampuan beradaptasi untuk konten yang berbeda daerah, tuntutan kelompok sasaran dan pemangku kepentingan. Karena tidak ada konsep tunggal yang dapat memenuhi semua persyaratan, perlu untuk fokus pada kompetensi yang memungkinkan peserta didik untuk menjadi lebih otonom dan lebih baik (Ordonez, Carlos, Stoller, Friederike, Remmele, dan Bernd, 2015).
Penelitian lain melakukan tes keberanian, tanggung jawab dan rasa percaya diri pada remaja. Untuk eksis sebagai subjek, individu harus berkonsolidasi dengan masa lalunya, mengambil manfaat dan mengatur masa depannya menjadi lebih baik dari masaa lalunya. Membangun kepercayaan diri mengalahkan rasa renda diri, rasa penuh harga diri mengalahkan keragu-raguan dalam diri, mengeksplorasi semua kemampuan dan keinginan sebagai subyek mencoba untuk berkontribusi yang berarti bagi masa depan dan membangun sebuah rencana hidup menyusun jalur karir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan apa yang dihadapi oleh remaja dalam proses bimbingan karir untuk merumuskan rekomendasi untuk perbaikan. Hasil penenlitian menemukan bahwa pengembangan representasi diri  untuk masa depan siswa yang kongruen dengan hubungan organisasi sosial.
Cara yang efisien untuk mengelola semua kesulitan tampaknya menjadi sebuah pencarian berliku-liku; kadang-kadang siswa melihat pada rencana karir mereka dengan cara terlalu idealis, atau berharap sesuatu harus langsung ada, baik itu dalam bentuk biasa atau prestasi. Oleh karena itu, dalam mengembangkan rencana karir, pemuda berusaha untuk memberikan arti bagi kehidupan mereka, di bawah beberapa kendala dari pengaruh eksternal dan aturan-aturan sosial, yang semuanya menentukan mereka untuk mengambil serangkaian keputusan sehubungan dengan masa depan mereka sendiri. Akumulasi kesulitan tersebut, terkait dengan tekanan internal atau eksternal remaja adalah sasaran yang dapat meganngu kesejahteraan, dapat meningkatkan rasa tak berdaya, dapat menyebabkan stres, mungkin dibuktikan melalui: kelelahan, agitasi, mood depresi, dan perubahan somatik.
Siswa yang sering merasakan perbedaan antara pilihan "ideal" dan kenyataan sosio-ekonomi, yang mempengaruhi keadaan emosi. Mereka merasa terpaksa untuk membuat pilihan, pada saat mereka belum memiliki gambaran rencana karir yang baik. Mereka merasa takut dalam waktu yang relatif singkat, mereka akan menyesal dengan pilihan dini. Orientasi memungkinkan siswa untuk memahami bagaimana kendala yang berbeda, batas-batas situasi tertentu, dapat ditafsirkan kembali dan digunakan untuk mencapai objek yang jelas. Dalam hal ini, perlu bagi individu untuk merefleksikan diri sendiri, pada kepentingan mereka, aspirasi dan keinginan mereka, pada ketakutan mereka sendiri, kecemasan dan keraguan. Individu yang harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk dapat mengelola secara efektif potensi dan sumber daya mereka untuk mewujudkan keinginan dalam berinteraksi untuk memastikan kelancaran adaptasi yang akan membuat mereka nyaman emosional dan pada saat yang sama, manajemen yang efektif dalam menekuni karir mereka (Safta, 2015).
Berkaitan kepercayaan diri di pengaruhi oleh budaya dapat dilihat dalam penelitian menganalisis faktor kepercayaan diri dari sisi antar budaya dalam kelompok siswa. Kajian ini didedikasikan untuk analisis hasil penelitian lintas budaya spesifik ethnopsychological kepercayaan diri siswa dari berbagai negara. Lebih spesifik kajian ini menganggap dalam struktur kepercayaan dari siswa dari Rusia, Cina, Guinea-Bissau dan Ekuador dengan pendekatan sistem fungsional untuk penelitian kepribadian. Dalam semua kelompok siswa tujuan dan motif kepercayaan diri sangat mendorong sikap secara langsung berkaitan dengan efektivitas berperilaku. Perbandingan struktur faktorial kepercayaan diri siswa dari Rusia, Cina, Guinea-Bissau dan Ekuador memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan bahwa kekhususan ethnopsychological diwujudkan tidak hanya di tingkat ekspresi dari berbagai variabel kepercayaan diri, tetapi juga dalam struktur psikologis mereka.
Hasil penelitan menyimpulkan bahwa para siswa Rusia memahami kepercayaan diri sebagai individu yang aktif. Mereka berani mengambil resiko, aktif memecahkan masalah dan semangat berdiskusi. Mereka juga jarang mengakui kekurangannya pada orang lain dan lebih sering merasa puas jika memenangkan perdebatan. Siswa Rusia merasa lebih tertantang dengan kegiatan yang berisiko, berani berbisnis walaupun belum begitu manguasai tentang bisnis dan memiliki perasaan optimis melakukan berbagai inisiatif dan tinggi otonom idividu. Berbanding terbalik degan para siswa Cina, manifestasi dari keyakinan mereka ditandai oleh keinginan untuk mendapatkan persetujuan sosial dan disetujui oleh kelompok. Mereka mulai bekerja hanya ketika mereka benar-benar yakin kemampuan mereka untuk melaksanakannya. Siswa dari Cina merasa lebih percaya diri ketika mereka mencari dukungan. Jika mereka harus membuat pilihan, mereka memberikan pilihan cadangan. Mereka dapat menjadi bingung dalam berbagai situasi dan merasa tidak aman dengan kondisi yang baru.
Kontruksi kepercayaan diri siswa dari Ekuador terlihat lebih nyaman dengan adanya pengaturan diri dan pengontrol dari luar dirinya. Efisiensi perilaku percaya diri mereka terhubung dengan pengalaman emosional perasaan kegembiraan dan kebanggaan dari tindakan yang mereka yakin benar,  tetapi pada saat yang sama siswa Ekuador memiliki perasaan kewaspadaan jika diperlukan untuk membuat pilihan, perasaan kebingungan sebelum berkerja keras. Mereka juga kurang memiliki keterampilan berperilaku percaya diri yang matang dan terukur. Berbanding terbalik dengan perilaku percaya diri siswa dari Guinea-Bissau, mereka memiliki motif egosentris yang kuat. Keinginan untuk mengekspresikan diri mereka dan untuk membuktikan kemampuan mereka, keinginan untuk mendapatkan kemerdekaan dan mewujudkan diri. Mereka pada umumnya ingin mengembangkan kualitas, mental yang kuat dan ingin berdiri sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain. Mereka juga menganggap bahwa kepercayaan diri yang kuat akan membantu mereka dengan pertumbuhan karier, dengan pencapaian pengakuan publik, banyak pengalaman hidup dan meluasnya interaksi sosial.
Penelitian lain berkaitan dengan kebencian menggiring seseorang cemas dan tidak percaya diri di bahas dalam penelitian yang menggunakan sampel 322 siswa kelas empat dan 277 angket valid dikembalikan. Penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori dengan struktur persamaan pemodelan, hasil penelitian menunjukkan bahwa jika siswa memiliki kadar benih kebencian, mereka mengalami lebih tinggi tingkat kecemasan saat mengikuti pembelajaran di kelas. Tinggi tingkat kecemasan juga dialami oleh siswa yang lebih rendah kemampuan dan minat belajar mereka. Lebih lanjut, semakin tinggi tingkat semangat mengenai belajar, semakin tinggi siswa percaya diri. Hasil ini tersirat bahwa guru harus mengurangi keengganan siswa sebelum memulai pembelajaran agar minat dan percaya diri siswa tumbuh dengan baik (Chao, Chin, Yueh, Chun, Chih, dan Ying, 2015).
Penelitian lain yang menguji kepercayaan diri dan pengaruhnya terhadap pengerjaan tugas dengan baik serta akan meningkat usaha dan kinerja. Hasil penelitian menemukan interaksi kelompok x trial (F (1, 26) = 6.73, p <0,05, h 2 = 0,21). Kepercayaan diri mempengaruhi peningkatan yang signifikan dalam meningkatkan usaha dan kinerja mengerjakan tugas. Beberapa keraguan diri bisa mengurangi usaha dan kinerja. Penelitian ini merekomendasi adanya hubungan linear secara positif antara kepercayaan diri dan kinerja (Woodman, Akehurst, Hardy, dan Beattie, 2010). Sedangkan peran guru dapat dilihat dalam penelitian peran guru dalam pembelajaran sangat komplek, maka sangat penting pendidik merancang kegiatan pembelajaran dengan model yang berfariasi, kreatif dan inovatif. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif, kuasi-eksperimental, kelompok pembanding dengan desain pembelajaran konvensional dan dibandingkan menggunakan simulasi di kelas. Para peserta melaporkan kepuasan mereka dengan metode pengajaran simulasi yang digunakan di kelas dan rasa kepercayaan diri siswa dalam mempelajari materi baru. Skor kepuasan dan kepercayaan diri secara signifikan lebih tinggi dengan strategi studi simulasi (Zulkosky, 2012).
Berkaitan dengan penelitian pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS, penulis mengkaji penelitian yang dilakukan oleh (Yuliastuti, 2014). Penelitiannya bertujuan untuk mengkaji peningkatkan keterampilan sosial siswa melalui pendekatan pembelajaran kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat membuat siswa lebih aktif, kerjasamanya lebih menonjol, materi, metode, dan media yang bervariasi dalam setiap siklusnya. Peningkatan keterampilan sosial siswa dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan maupun dari setiap aspek keterampilan sosialnya.
Masih berkaitan dengan pendekatan kontekstual penulis mengkaji penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh (Guniati, Yudana, dan Pursika, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari kategori kurang aktif pada siklus I menjadi berkategori aktif pada siklus II. Selain itu terjadi peningkatan pula terhadap hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Berbagai penelitian yang berlatar belakang pentingnya percaya diri sebagai wujud nyata dari motivasi untuk meraih prestasi penulis kaji dengan cermat. Fokus kajian kepercayaan diri dalam tulisan ini adalah pada pembelajaran kontekstual yang telah banyak menarik minat peneliti, antara lain: tinjauan aspek hasil belajar adanya penelitian pengaruh metode pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar IPS Geografi ditinjau dari motivasi belajar siswa (Kristanti, 2010). Aspek pengembangan pendekatan dilakukan penelitian tentang bagaimana mengembangkan pembelajaran IPS yang kontekstual di sekolah dengan memasukkan konsep etos kerja, enterpreneurship, dan peningkatan rasa percaya diri siswa, (Atminingsih, 2010). Aspek nilai karakter telah dilakukan penelitian penerapan model kontekstual pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan nilai karakter (Yunita, Kuswadi dan Chumdari, 2013). Aspek peningkatan kreatifitas siswa telah dipaparkan dalam penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran (Rokhman, Aman, Mutiarsih, dan Sanjaya, 2013). Aspek peningkatan sikap demokrasi adanya penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan sikap demokrasi pada mata pelajaran IPS (Riati, 2015).
Dari berbagai penelitian di atas, peneliti mencoba mengembangkan salah satu rekomendasi penelitian (Suhardita, 2010), dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan percaya diri siswa setelah diberikan intervensi penggunaan teknik permainan dalam bimbingan. Dari hasil penelitian tersebut Suhardita merekomendasi agar guru dapat mengkolaborasikan bimbingan dengan teknik permainan agar suasana belajar yang diciptakan menyenangkan. Sedangkan alasan lain yang memperkuat dorongan peneneliti adalah rekomendasi kedua dari Suhardita untuk peneliti lanjutan jika ingin meneliti tentang peningkatan percaya diri perlu juga mengkaji pola pembinaan percaya diri dalam pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru agar pembinaan kepercayaan diri dapat terpadu, bukan hanya tugas masalah percaya diri siwa serta merta dilimpahkan tugas guru pembimbing. Perlu juga dikaji dalam sisi pembelajaran di kelas, guru menggunakan media apa, model apa atau pendekatan apa serta bagaimana bentuk penghargaan yang diberikan kepada siswa di sekolah, sehingga penelitian yang dilakukan lebih baik dan lebih luas dikaji dari berbagai disiplin ilmu.
Penelitian ini berkaiatan dengan bagaimana peningkatan percaya diri siswa dalam pembelajaran kontekstual materi interaksi manusia mata pelajaran IPS, maka penekanannya adalah pada karakteristik pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan pola pembinaan percaya diri siswa dan bagaimana bentuk percaya diri siswa yang muncul dalam pembelajaran meteri interaksi manusia mata pelajaran IPS. Lebih lanjut berkaitan dengan pendekatan kontekstual, penulis juga mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh (Darma, Putu, Wayan dan Koyan, 2013) penelitian mereka bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual dan minat belajar terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian Darma dkk. yaitu: (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional (FA=21,29 < α=0,05), (2) terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar (FAB=71,32 < α=0,05), (3) untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional (Qhitung=13,06 < α=0,05), (4) untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual (Qhitung=3,83 < α=0,05). Atas dasar temuan di atas disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran dan minat belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
Menurut analisa penulis pengambilan kesimpulan hasil penelitian ini hanya berpatokan pada jawaban rumusan masalah semata sehingga tidak menghasilkan teori baru, karena hanya menjawab pengaruhnya signifikan atau tidak saja. Padahal penelitian ini menurut penulis telah menghasilkan teori baru yang sangat berguna bagi semua guru pada temuan penelitian poin ketiga dan keempat yaitu: (1) siswa yang tinggi minat belajarlah pendekatan kontektual dapat mendorong hasil belajar lebih tinggi, (2) siswa yang rendah minat belajar lebih baik menerapkan pendekatan konvesional daripada pendekatan kontekstual. Penelitian ini sangat menarik minat penulis untuk meneliti siswa yang minat belajar sedang menggunakan pendekatan kontekstual melihat bagaimana peningkatan percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. Posisi penelitian ini tidak melihat hasil akhir yang dicapai, tetapi lebih menspesifikasi penelitian pada proses pembelajaran kontekstual dengan mengintegrasikan peningkatan percaya diri siswa dalam pembelajaran. Meskipun percaya diri siswa dalam pebelajaran akan mempengaruhi hasil belajar yang signifikan sebagaimana disebutkan dalam penelitian terdahulu.
Mempertimbangkan kelemahan pembelajaran secara konvensional Indriastuti (1999) berpendapat bahawa belajar  dengan  strategi  konvensional yang komunikasinya satu arah, situasi belajar terpusat pada guru mengajar untuk memberikan informasi secara lisan kepada anak tidak adanya usaha mengembangkan ketrampilan intelektual anak secara aktif. Oleh karena itu, semakin memperkuat alasan penulis berasumsi bahwa menumbuhkan percaya diri siswa dalam pembelajaran sangat penting. Pembelajaran yang berpusat pada siswalah yang dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa, dalam pembelajaran kontekstual dapat melatih keterampilan informasi siswa, maka guru dituntut mengelola pembelajaran kontekstual yang menarik dan berpusat kepada siswa aktif secara bervariasi untuk merangsang sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya yang harus menjadi perhatian guru adalah kelemahan sebahagian siswa yang kurang percaya diri, mereka terus menerus merasa selalu kalah bersaing, takut untuk mencoba, merasa selalu ada yang salah dan sering khawatir yang tidak tepat sasaran diakibatkan kurang cermat membaca informasi, mengolah, menyaji dan menggunakan informasi tentang diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, tugas sekolah dan guru bukan hanya sekedar mengajarkan materi kepada siswa, tetapi strategi mendorong siswa mampu mengatualisasi diri, menghargai diri, mengeksistensikan dirinya melalui pembelajaran kontekstual dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan penuh percaya diri sangat diperlukan.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research) bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran di kelas. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan dalam mendesain pembelajaran IPS yang tepat yang dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Berkaitan dengan penelitian tindakan, menurut Arikunto (2008) mengatakan bahwa model penelitian tindakan dapat menggunakan empat komponen pokok penelitian tindakan yang menunjukkan langkah yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting). Keempat komponen pokok ini merupakan satu kesatuan dalam suatu penelitian tindakan yang menunjukkan kegiatan yang berulang atau disebut dengan siklus yang menggabungkan antara komponen perlakuan dan komponen pengamatan. Penelitian akan dilakukan sampai mendapatkan kriteria peningkatan percaya diri sangat positif yang berarti bahwa lebih besar atau sama dengan kuartil III.
Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian, dan verifikasi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Penyajian data dilakukan dengan uraian singkat, dengan menyajikan data dan untuk memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Verifiksi data yaitu mengambil kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara; dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan adalah temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu mengulang atau klarifikasi dengan aneka sumber. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data, triangulasi metode, dan triangulasi teori.

Hasil Penelitian

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

I.     Sumber Jurnal

Afiatin, T., & Andayani, B. (1998). Peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial. Jurnal psikologi, Universitas Gadjah Mada, No. 2.
Aghdaie, S. F. A., & Khatami, F. (2014). Investigating the Role of Self Confidence and Self-Image Proportion in Consumer Behavior. International Journal of Marketing Studies. Vol. 6. No. 4. Published by Canadian Center of Science and Education. 
Albrecht, K., Essen, E., Parys, J., & Szech, N. (2013). Updating,self-confidence, and discrimination. European Economic Review. Vol. 60. Contents lists available at Sci Verse Science Direct Journal homepage: www.elsevier.com/locate/eer
Alias, M., Hafir, M. (2009). The relationship between academic self-confidence and cognitive performance among engineering students. Proceedings of the research in engineering education symposium Johor, Malaysia: Universiti Tun Hussein Onn Malaysia. Palm Cove, QLD 1
Beattie, S., Hardy, L., Savage, J., Woodman, T., & Callow, N. (2011). Development and validation of a trait measure of robustness of self-confidence. Psychology of Sport and Exercise. Vol. 12. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com /locate/psychsport.
Chan, J. C. K., Fong, D. Y. T., Tang, J. J., Gay, K. P., & Hui, J. (2015). The Chinese Student Satisfaction and Self-Confidence Scale Is Reliable and Valid. Clinical Simulation in Nursing. Vol. 11. www.elsevier.com /locate/ecsn.
Chao, H. J., Chin, L. C., Yueh, H. M., Chun, K. Y., Chih, W. C., & Ying, C. C.  (2015). Larvae phobia relevant to anxiety and disgust reflected to the enhancement of learning interest and self-confidence. Learning and Individual Differences.Vol. 42. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/lindif.
Comeig, I., Grau, A., Gutiérrez, A. J., & Ramírez, F. (2016). Gender, self-confidence and preferences for competition. Journal of Business Research. Vol. 69 Contents lists available at Science Direct
Darma, S., Putu, L., Wayan, K., & Wayan. (2013). Pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar ditinjau dari minat belajar siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3.
Dwitantyanov, A., Hidayati, F., & Sawitri, D. R. (2010). Pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri, Jurnal Psikologi Undip, Universitas Diponogoro Semarang, Vol. 8. No. 2
Fallah, N. (2014). Communication self-confidence, motivation, shyness. Learning and Individual Differences.Vol. 30. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/lindif.
Filippin, A., & Paccagnella, M. (2012). Family background, self-confidence and economic outcomes. Economics of Education Review. Vol. 31. Contents lists available at SciVerse Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/econedurev.
Fleming, L. K., Rapp, C. G., & Sloane, R. (2011). Caregiver Knowledge and Self-Confidence of Stress. Journal of Pediatric Nursing. Vol. 26.
Florack, A., Rohman, A., Palcu, J., & Mazziotta, A. (2014). How initial cross-group friendships prepare for interculturalcommunication: The importance of anxiety reduction and self-confidence in communication. International Journal of Intercultural Relations. Vol. 43. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/ijintrel
Franklin, A. E., Burns, P., & Lee, C. S. (2014). Self-Confidence in Learning, Simulation Design Scale, and Educational Practices Questionnaire. Nurse Education Today. Vol. 34. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/nedt.
Freeman, D., Pugh, K., Dunn, G., Evans, N., Sheaves, B., Waite, F., Černis, E., Lister, R., & David. (2014). Fowlertrial testing the effect on persecutory delusions of using CBT to reduce negative cognitions about the self: The potential benefits of enhancing self confidence. Schizophrenia Research. Vol. 160. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/schres.
Hanton, S., Mellalieu, S. D., & Hall, S. (2004). Self-confidence and anxiety interpretation: A qualitative investigation. Psychology of Sport & Exercise. Vol. 5. www.elsevier.com/locate/psychsport.
Hatzigeorgiadis, A., Zourbanos, N., Mpoumpaki, S., & Theodorakis, Y. (2009). Mechanisms underlying the self talk performance relationship: The effects of motivational self talk on self-confidence and anxiety. Psychology of Sport and Exercise. Vol. 10. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/ psychsport.
Hendriana, H, Slamet, U. R., & Sumarmo, U. (2014). Mathematical connection ability and self-confidence. International journal of education. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hong, J. C., Hwang, M. Y., Tai, K. H & Chen, Y. L. (2014). Using calibration to enhance students’ self-confidence. Computers & Education. Vol. 72. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/compedu.
Idrus, M., & Rohmiati, A. (2008). Hubungan percaya diri remaja dengan pola asuh orang tua etnis Jawa, Jurnal psikologi Universitas Gadjah Mada, No. 4.
Kisac, I & Budak, Y. (2014). Metacognitive strategies of the students with respect to their perceived self-confidence levels about learning. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 116. Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Kleitman, S. & Gibson, J. (2011). Metacognitive beliefs, self-confidence and primary learning environment of students. Learning and Individual Differences. Vol. 21.  Learning and Individual Differences.Vol. 30. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/lindif.
Kleitman, S. & Stankov, L. (2007) Self-confidence and metacognitive processes. Learning and Individual Differences.Vol. 17. Available online at www. Sciencedirect.com. www.elsevier.com/locate/lindif
Maknde, B. O., & Akinteye, A. J. (2014). Effects of Mentoring and Assertivieness Trainong on Adolescents’ Self-Esteem in Lagos State Secondary Schools, International Jurnal of Sciense Studies, vol. 2, No. 3
Marcen, C., Gimeno, F., Gomez, C., Saenz, A., & Gutierrez, H. (2013). Socioeconomic Status, Parental Support, Motivation and Self-Confidence. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 82. Sciverse Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Naeem, M. H., Shabir, G., Umar, H. M., Shabir, S. A., Nadvi, N. A., Hayat, A., & Azher, M. (2014). Effects of social support on self-esteem  mongest the students of u.o.s Sargodha. International journal of academic research and reflection. Vol. 2, No. 2.
Ordonez, O., Carlos, J., Stoller, Friederike, Remmele, & Bernd. (2015). Promoting Self-Confidence, Motivation and Sustainable Learning Skills in Basic Education. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 171. Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Peduzzi, P., Guo, Z., Marottoli, R. A., Gill, T. M., Araujo, K., & Allore, H. G. (2007). Improved self-confidence was a mechanism of action in two  geriatric trials evaluating physical interventions. Journal of Clinical Epidemiology Vol. 60.
Poon, J. C. Y., Au, A. C. Y., Tong, T. M. Y., & Lau, S. (2014). The feasibility of enhancement of knowledge and self-confidence in creativity: Apilot study of a three hour Scamper workshop on secondary students. Thinking Skills and Creativity. Vol. 14. Contents lists available at Science Direct journal homepage: http://www.elsevier.com/locate/tsc.
Rabaz, F. C., Castuera, R. J., A., Arias, G., Echeverría, C. F.,  & Arroyo, M. P. M.  (2014). Self-confidence, perception of ability and satisfaction of the basic psychological need of competence in training. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 132. Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Safta, C. G. (2015). Career Decisions a Test of Courage, Responsibility and Self-Confidence in Teenagers. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 203. Science Direct Available online at www.sciencedirect.com.
Saputro, N. D., & Suseno, M. N. (2010). Hubungan antara kepercayaan diri dengan employability. Jurnal fakultas psikologi dan ilmu sosial budaya.Universitas Islam Indonesia.
Sar, A. H., Avcu, R., & Isiklar, A. (2010). Analyzing undergraduate self-confidence levels in terms of some variables. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 5. Science Direct. Available online at www.sciencedirect.com.
Sari, R. P., Rejeki, T., & Mujab, A. (2006). Pengungkapan diri tahun pertama pembelajaran ditinjau dari jenis kelamin dan harga diri, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, Vol.3 No. 2.
Sharma, S. & Sahu, D. (2013). Effect of Social Networking Sites on Self Confidence. International Journal of Information and Computation Technology. Vol.3. No. 11. International Research Publications House http://www. irphouse.com /ijict.htm.

Singh, T. & Kaur, P. (2008). Effect of meditation on self confidence of student- teachers in relation to gender and religion. Jurnal of exercise and physiotherapy. Universitas Pendidikan Indonesia.

Siska, Sudarjo & Purnamaningsih, E. H. (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal, Jurnal psikologi Universitas Gadjah Mada. No. 2
Suhardita, K. (2010). Efektivitas penggunaan teknik permainan dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan percaya diri siswa (penelitian quasi eksperimen pada sekolah menengah atas laboratorium percontohan). Jurnal pendidikan UPI Bandung.
Tosterud, R., Petzall, K., Hedelin, B., &  Lord, M. L. H.  (2014). Psychometric testing of the Norwegian version of the questionnaire, Satisfaction and Self-Confidence in Learning, used in simulation. Nurse Education in Practice.Vol. 14. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/nepr.
Waini, I., Hamzah, K., Said, R. M., Miswand N. H., Zainal, N. A., & Ahmad, A. (2014). Self-Confidence in Mathematics, International Journal for Innovation Education and Research, Vol. 2.
Woodman, T., Akehurst, S. Hardy, L., & Beattie. S. (2010).  Self-confidence and performance: A little self doubt helps. Psychology of Sport and Exercise. Vol. 11. Contents lists available at Science Direct journal homepage: www.elsevier.com/locate/psychsport.
Zlata, B. V. (2013). Cross-cultural Analysis of Factor Structures of Self-Confidence of Different Groups. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 86. Science Direct Available online at www. sciencedirect.com.
Zulkosky, K. D. (2012). Simulation Use in the Classroom: Impact on Knowledge Acquisition, Satisfaction, and Self-Confidence. Clinical Simulation in Nursing. Vol. 8. www.elsevier.com/locate/ecsn.
Zvolensky, M. J., Miller, M. O. B., Feldner, M. T., Feldner, E. L., McLeish, A. C., & Gregor, K. (2016). Anxiety sensitivity: Concurrent associations with negative affect smoking motives and abstinence self-confidence among young adult smokers. Addictive Behaviors. Vol. 31. Avallable online at www.sciencedirect.com.

II.  Sumber Buku
Ali, M. (2000). Guru dalam Proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo.
Al-Uqshari, Y. (2005). Pecaya diri pasti. Jakarta: Gema Insani.
Anthony, R. (1992). Rahasia membangun kepercayaan diri, terj. Rita Wiryadi, Jakarta: Binarupa Aksara.
Anwar, S. (2003). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, S., & Suhardjono, S. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Butler, T. (2007). Gatting unstuck; jangan mandek! ubah jalan buntu jadi jalan maju, Terjemahan Zia Anshor. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Creswell, J. W. (2012)Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Boston: Pearson Education.
Daradjat, Z. (1990). Kepribadian remaja. Jakarta: Bulan Bintang.
Davies, I. K. (1991). Pengelolaan pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Depdiknas. (2002). Pendektan kontekstual contextual teaching and learning. Jakarta: Depdiknas.
Edwards, C. D. (2006). Mengatasi anak yang sulit diatur. Terjemahan Oetih, P.D. Bandung: Penerbit Kaifa.
Hakim. (2002). Mengatasi rasa tidak percaya diri. Jakarta: Purwa Suara.
Hana, A. H. (1978). Bimbingan pendidikan dan pengajaran. Jakarta: Bulan Bintang.
Indrastoeti, Y. (1999). Strategi proses belajar mengajar. Bandung:Tarsito.
Ja'far, F. (2006). Road to the great success; meraih sukses tanpa batas dengan spiritual, emosianal intelektual empowerment. Bandung: Progessio.
Johnson, E. B. (2002). Contextual teaching and learning. California: Corwin Press, Inc.
Kartono, K. (1986). Psikologi anak. Bandung: Alumni.
Masrun & Martaniah. (1973). Psikologi pendidikan seri paedagogik. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM.
Nurhadi.  (2004).  Pembelajaran  kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Partowisastro, K. (1983). Dinamika dalam psikologi pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Pasiak, T. (2006). Manajemen kecerdasan memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk kesuksesan hidup.  Bandung: Mizan Pustaka.
Raharjo, B. (2003). Managemen berbasis sekolah. Jakarta: Dep. Pendidikan Nasional.
Riduwan. (2007). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2010). Model-model pembalajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Sagala, S. (2008). Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.
Santrock, J. (2003). Adolescena perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Seligman, M. E. P. (2005). Authentic happiness; menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif. Bandung: Penerbit Mizan.
Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana., & Ibrahim. (2007). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudrajat, H. (2002). Pedoman perumusan tujuan interaksional. Jakarta: Dirjrn Kelembagaan Agama Islam.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syah, M. (1998). Psikologi pendidikan dengan model pembelajaran baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibawa, B., & Mukti, F. (1991). Media pengajaran. Jakarta: Depdikbud Dirjend Dikti Proyek Pembinaan tenaga Kependidikan.
Wijaya, J. (1998). Psikologi bimbingan. Bandung: Eresco.
Winkle, W.S., (1982). Bimbingan penyuluhan di sekolah menengah. Jakarta: Gramedia.



[1] Percaya diri menurut Hakim (2002) adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Sedangkan menurut Ja’far (2006) percaya diri adalah keadaan pemikiran seseorang yang dihadirkan melalui perbuatan, seseorang dapat lebih percaya diri apabila ia memiliki tujuan dalam hidupnya dan biasanya seseorang yang tidak percaya diri akan cenderung pasif karena merasa tidak nyaman dengan diri mereka sendiri. Menurut Butler (2007) percaya diri adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap keberhasilan sesuatu. Sedangkan Al-Uqshari (2005) lebih singkat mengartikan percaya diri adalah pendapat yang seseorang miliki mengenai dirinya sendiri. Menurut Rahmat (2002) lebih komplek menyebutkan sikap percaya diri adalah sekumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita sendiri. Hal tersebut akan mempengaruhi motivasi, sikap, dan tingkah laku yang efeknya pada penilaian emosi. Menurut Winkle (1982) ia lebih menekankan pada pengalaman sehingga ia berpendapat bahwa sikap percaya diri adalah sebuah pengalaman dalam keberhasilan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang mendasar dan dalam mencapai kebahagiaan dari diri sendiri yang secara umum mengacu pada bagaimana merasa dan berdiri di atas prinsip sendiri.  
[2] Penelitian yang mempromosikan kepercayaan diri, motivasi dan keterampilan dalam pembelajaran (Ordonez, Carlos, Stoller, Friederike, Remmele, dan Bernd, 2015), (Franklin, Burns, dan Lee, 2014), (Zulkosky, 2012), (Poon, Au, Tong, dan Lau, 2014), (Hong, Hwang, Tai, dan Chen, 2014), dan (Chao, Chin, Yueh, Chun, Chih, dan Ying, 2015). Penelitian lain tentang percaya diri dalam berperilaku di kelas dapat dilihat dalam penelitian memperbaharui percaya diri dalam berperilaku dan analisis tingkat percaya diri di kelas (Albrecht, Essen, Parys, dan Szech, 2013), (Chan, Fong, Tang, Gay, dan Hui, 2015), (Sar, Avcu, dan Isiklar, 2010), dan (Tosterud, Petzall, Hedelin, dan Lord, 2014). Penelitian senada kepercayaan diri, persepsi kemampuan dan kepuasan dasar kebutuhan psikologis dalam pembelajaran (Rabaz, Castuera, Arias, Echeverría, dan Arroyo, 2014), metakognitif  strategi siswa sehubungan dengan tingkat kepercayaan diri yang dirasakan pembelajar (Kisac dan Budak, 2014), dan peningkatan percaya diri dan kemandirian siswa dalam pembelajaran (Widiyanti, 2014). Penelitian lain tentang percaya diri siswa dipengaruhi oleh sifat internal, terlihat dari beberapa penelitia, seperti peran kepercayaan diri dan citra diri proporsi dalam berperilakuberani, tanggung jawab pada remaja (Safta, 2015), (Beattie, Hardy, Savage, Woodman, dan Callow, 2011), (Kleitman dan Stankov, 2007), (Aghdaie, dan Khatami, 2014), (Peduzzi, Guo, Marottoli, Gill, Araujo, dan Allore, 2007), (Woodman, Akehurst, Hardy, dan Beattie, 2010), dan (Hanton, Mellalieu, dan Hall, 2004).
Penenlitian percaya diri siswa dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya dalam berinteraksi, dapat dilihat dari beberapa penelitian, yaitu kajian metakognitif keyakinan kepercayaan diri dan lingkungan belajar siswa (Kleitman, dan Gibson, 2011), efek dari situs jaringan social pada kepercayaan diri (Sharma, dan Sahu, 2013), komunikasi kepercayaan diri, motivasi, dan rasa malu (Fallah, 2014), analisis faktor struktur percaya diri dari antar budaya berbagai kelompok siswa (Zlata, 2013), dan bagaimana mempersiapkan awal persahabatan lintas kelompok untuk berkomunikasi antar budaya: pentingnya pengurangan kecemasan dan kepercayaan diri dalam komunikasi (Florack, Rohman, Palcu, dan Mazziotta, 2014). Penelitian lain menempatkan pengaruh lingkungan keluarga pada percaya diri siswa dalam kajian latar belakang keluarga, kepercayaan diri, dan hasil ekonomi (Filippin, dan Paccagnella, 2012), status sosial ekonomi, dukungan orang tua, motivasi dan kepercayaan diri dalam berkompetisi (Marcen, Gimeno, Gomez, Saenz, dan Gutierrez, 2013) dan mekanisme yang mendasari hubungan kinerja pembicar: efek dari motivasi pembicara pada kepercayaan diri dan kecemasan (Hatzigeorgiadis, Zourbanos, Mpoumpaki, dan Theodorakis, 2009).
Kajian percaya diri ditinjau dalam bentuk semi teraphi dalam pembelajaran dapat dilihat dari penelitian tentang efek dari meditisai terhadap percaya diri (Singh dan Kaur, 2008), dan percobaan menguji efek pada persecutory delusi menggunakan CBT untuk mengurangi kognisi negatif tentang diri: potensi manfaat dari meningkatkan kepercayaan diri (Freeman, Pugh, Dunn, Evans, Sheaves, Waite, Cernis, Lister, dan David, 2014), (Fleming, Rapp, dan Sloane, 2011), (Comeig, Grau, Gutiérrez, dan Ramírez, 2016), dan (Zvolensky, Miller, Feldner, Feldner, McLeish, dan Gregor, 2016). Penelitian tetang percaya diri siswa yang dituangkan dalam bidang psikologi pendidikan, antara lain: hubungan antara percaya diri akademik dan kinerja kognitif (Alias dan Hafir, 2009), kemampuan dan percaya diri (Hendriana, Rahmat, dan Sumarmo, 2014). Penelitan tentang percaya diri ditinjau dari aspek sosial telah dilakukan penelitian efek dukungan sosial pada kepercayaan diri remaja (Naeem, Shabir, Umar, Azhar, Nadvi, Hayat, dan Azher, 2014), (Afiatin dan Andayani, 1998), (Siska dan Purnamaningsih, 2003), (Saputro dan Suseno, 2010), (Sari, Rejeki dan Mujab, 2006), (Idrus dan Rohmiati, 2008), dan (Dwitantyanov, Hidayati, dan Sawitri, 2010). (Suhardita, 2011), dan (Muharomi, 2012).