Potret Belajar Mandiri dan berkolaborasi CGP Angkatan 7 Kabupaten Aceh Jaya |
Sebagai pendidik tentunya sering dihadapkan dalam situasi dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi terjadi ketika seseorang harus memilih dua pilihan, kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan dengan yang lainnya. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.
Lokakarya 4 Ketrampilan Pengambilan Keputusan | Praktik Coaching dan Supervisi Akademik |
Berikut
ini penulis susun sintesis dari keseluruhan materi pendidikan guru penggerak
angkatan 7 Kabupaten Aceh Jaya. Penulis melakukan refleksi bersama fasilitator,
pengajar praktik dan rekan sejawat untuk mengambil makna dari pengalaman
belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan telah
mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses
pengambilan keputusan dilakukannya.
Supervisor Lucu Vs Coaching Profesional | Guna Berguna Berdaya Memberdaya Potensi Mitra |
Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan
Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
1.
Bagaimana filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki
Hajar Dewantara
dengan Pratap Triloka dalam pendidikan sebagai sistem among, ing ngarso sung tulodho, artinya seorang
guru menjadi teladan bagi muridnya. Ing
madyo mangun karso, artinya guru menjalin komunikasi yang baik diantara
muridnya. Tut wuri handayani, artinya
guru selalu memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya. Menurut penulis pengaruh pandangan Ki
Hajar Dewantara terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran, guru menyadari di sekolah ditemukan berbagai dilema etika dan
bujukan moral.
Filosofi Ki Hadjar Dewantara |
Guru harus menjadi sosok teladan positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Guru harus selalu mengacu pada 9 langkah pangambilan dan pengujian keputusan. Dalam situasi menantang bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses pengambilan keputusan. Setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karso. Guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.
Peran Penting Filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam Pembelajaran |
2.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Prinsip
pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang
tertanam dalam diri. Setiap guru memiliki nilai-nilai positif tertanam dalam
dirinya. Nilai-nilai positif mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan
pembelajaran dan pengambilan keputusan berpihak pada murid. Dalam pengambilan
keputusan, penulis mengenal ada tiga prinsip yang dapat dimbil yakni berpikir
berbasis hasil akhir (ends-based thinking),
berpikir berbasis peraturan (rule-based
thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).
Bocah Pejuang di Persimpangan Analisis Kasus Dilema Etika dengan 4 Paradigma, 3 Prinsip & 9 Langkah |
Nilai-nilai
dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah,
prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Guru yang memiliki empati yang
tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip berpikir
berbasis rasa peduli (care-based thinking).
Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen kuat untuk tunduk pada
peraturan cenderung memilih prinsip berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking). Sedangkan guru
yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip berpikir
berbasis hasil akhir (ends-based thinking).
Nilai-nilai
positif dalam diri guru mendorong pendidik untuk mengambil keputusan tepat dan
benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip dipegang
teguh ketika berada dalam posisi menuntut guru mengambil keputusan dari dua
pilihan secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika
(benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah
(bujukan moral) menuntut guru berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan.
Keputusan
tepat diambil dari nilai-nilai positif dipegang teguh dan dijalankan guru. Nilai-nilai
positif mengarahkan guru mengambil keputusan dengan resiko sekecil-kecilnya.
Keputusan memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai
positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid
adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi
social emosional (KSE) kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan
keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran
penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Observasi Pembelajaran Berdeferensiasi, KSE dan Budaya Positif di Sekolah |
3.
Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah
ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal
ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada
sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan dipelajari
penulis saat ini, ternyata memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching. Coaching
merupakan ketrampilan penting dalam menggali potensi coachee. Coaching dapat
dilakukan dengan langkah TIRTA. Langkah ini merupakan model coaching dikembangkan
dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki
keterampilan coaching. Mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan
potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA model coaching diperkenalkan
dalam Program Pendidikan Guru Penggerak, dikembangkan dari Model GROW, akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu
mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, Reality
(Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil
pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will
(Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.
TIRTA akronim dari : T : Tujuan, I :
Identifikasi, R : Rencana aksi, TA: Tanggung jawab. Konsep coaching TIRTA
sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan
dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap proses dan hasil pengambilan keputusan.
Pada proses coaching membantu coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri
maka dalam modul ini guru kembali melakukan refleksi apakah keputusan dibuat
tersebut dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan. Dalam pembelajaran
pengambilan keputusan, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip,
dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan, membuat suatu
keputusan semakin tajam dan matang. Pembimbingan dilakukan oleh pendamping
praktik dan fasilitator telah membantu penulis berlatih mengevaluasi pengambilan
keputusan. Keputusan harus berpihak kepada murid, sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan.
4.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema
etika?
Sebagai seorang pendidik, harus
mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas. Guru harus
mampu melaksanakan pembelajaran menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka
masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan tepat agar seluruh
kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan
emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat
mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka
belajar di kelas dan sekolah.
Supervisi Akademik, Praktik Coaching Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.3 |
Materi pengambilan keputusan dipelajari
penulis saat ini ternyata memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching pada
modul sebelumnya. Jika pada proses coaching membantu coachee dapat membuat
keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini guru kembali melakukan
refleksi apakah keputusan dibuat dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
pembelajaran pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan tentu
membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.
5.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus pada modul
ini memberikan contoh biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh
sebagian guru. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta
dari tangan pendidik mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan terjadi.
Pendidik harus mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dengan
tepat mampu membedakan apakah permasalahan dihadapi termasuk dilema etika
ataukah bujukan moral.
Sebagai seorang pendidik tentu akan
menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Ketika
dihadapkan dengan kasus-kasus fokus terhadap masalah moral dan etika, baik
secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai dianutnya.
Nilai-nilai dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah
keputusan. Konsep ini merupakan rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak
terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui
prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan
membuat guru semakin menyadari perilaku benar dan perilaku salah.
Jika nilai-nilai dianutnya positif
maka keputusan diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Begitupun
juga sebaliknya jika nilai-nilai dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral,
agama dan norma maka keputusan diambilnya lebih cenderung hanya benar secara
pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Nilai-nilai dianut Guru
Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada
anak didik. Nilai-nilai tersebut mendorong guru untuk menentukan keputusan
masalah moral atau etika tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan dapat merugikan semua pihak khususnya peserta
didik.
6.
Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan tepat tekait
kasus-kasus pada masalah moral atau etika dapat dicapai jika dilakukan melalui
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pengambilan keputusan memiliki
arti penting bagi maju atau mundurnya suatu sekolah. Pengambilan keputusan tepat
menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah lebih baik, terciptanya
lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun sebaliknya pengambilan keputusan
salah akan berdampak buruk pada perjalanan roda sekolah itu sendiri.
Jika pengambilan keputusan dilakukan
secara akurat melalui proses analisis kasus, cermat dan sesuai dengan 9 langkah,
maka keputusan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak terlibat,
maka berdampak pada terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.
7.
Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Kasus dilema etika terus menerus
muncul dan menjadi bagian dalam skenario di lingkungan sekolah. Menurut
penulis, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah
sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem kadang juga
memaksa guru untuk memilih pilihan kurang tepat dan tidak berpihak kepada
murid. Tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan
Bersama. Keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru
sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan
keputusan. Pelaku harus fokus pada proses dan langkah perubahan meskipun perubahan
tidak dapat dibangun dalam waktu semalam. Paradigma sudah tertanam begitu lama
di benak warga sekolah dan telah menjadi budaya tentu akan menjadi sebuah
tantangan dan sulit dihilangkan.
8.
Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan akan sangat
berpengaruh pada pengajaran diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik
cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran mempertimbangkan model
pembelajaran memandang keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga
dapat memerdekakan murid-murid baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun
afektifnya menjadi pembelajaran berpihak pada murid lebih nyaman dan
menyenangkan.
Menurut penulis, semua tergantung
kepada keputusan. Apabila keputusan sudah berpihak kepada murid metode, media
dan sistem penilaian dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal
ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat
berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila
keputusan tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan
lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid tidak tidak tercapai dan tidak berkembang
sesuai potensi dan kondratnya.
9.
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai pemimpin pembelajaran
melakukan pengambilan keputusan memerdekakan dan berpihak pada murid, maka muridnya
belajar menjadi oang-orang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil
keputusan menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka tumbuh
menjadi pribadi-pribadi matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil
keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Setiap pengambilan keputusan dilakukan
guru secara tepat dan bijak mempengaruhi masa depan muridnya. Mereka akan
tumbuh menjadi pribadi percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali
potensi dan kekuatan mereka. Keputusan berpihak kepada murid haruslah melalui
pertimbangan akurat dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar,
profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran
berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk.
10.
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini
dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimplan didapat dari pembelajaran
modul ini dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan
keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai
pemimpin pembelajaran. Pengambilan
keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
Dalam pengambilan keputusan seorang
guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam
perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, banyak dilema etika dan bujukan
moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
11.
Sejauh mana
pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini,
yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3
prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pengambilan keputusan diambil oleh
guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal-hal berkaitan
dengan murid. Filosofi pemikiran pandangan KHD dengan filosofi Pratap
Trilokanya. Nilai-nilai tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi
keputusan diambilnya serta pengambilan keputusan tepat dapat berdampak pada
lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan diambil seorang guru,
mempengaruhi pengajaran memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter
murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.
12.
Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa
yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini
pengambilan keputusan selalu mengacu pada peraturan yang berlaku, jika kasis dilema
etika, maka guru juga mengacu pada peraturan sekolah. Setiap pengambilan
keputusan tidak memahami paradigama, prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Setiap pengambilan keputusan, seorang guru tidak memahami
pemberian karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karso dan pada akhirnya
guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri.
13.
Bagaimana
dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi
pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran modul ini?
Sebagai pemimpin pembelajaran
tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran diberikan
kepada murid, apakah dengan metode klasik seperti ceramah cenderung membuat
murid statis ataupun pengajaran mempertimbangkan model pembelajaran memandang
keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan
murid-murid kita baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya.
Menjadi pembelajaran yang berpihak pada murid lebih nyaman dan menyenangkan.
14.
Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin?
Sebagai individu dan seorang
pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, berkat modul ini keputusan yang dibuat dapat
dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan atau
justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran
pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3
prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu
akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.