PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penelitian tentang percaya diri telah
menarik perhatian banyak peneliti, beberapa penelitian yang dituangkan dalam
jurnal international dilakukan dalam bidang psikologi, antara lain; dalam aspek
interpersonal adanya penelitian effect of meditation on self confidence efek dari
meditisai terhadap percaya diri (Singh dan Kaur, 2008), the relationship
between academic self-confidence and cognitive performance hubungan antara percaya
diri akademik dan kinerja kognitif (Alias dan Hafir, 2009), ability and
self-confidence kemampuan dan percaya diri (Hendriana, Rahmat, dan
Sumarmo, 2014). Dari aspek sosial telah dilakukan penelitian effects of
social support on self-esteem efek dukungan sosial pada harga diri (Naeem, Shabir, Umar, Azhar, Nadvi, Hayat, dan Azher, 2014).
Sedangkan dari aspek akademik dan hubungannya dengan percaya diri telah
dilakukan penelitian students’ academic self-perception (Gibbons, Thorpe,
Snell dan Hoskins, 2014), Self-confidence in mathematics (Waini, Hamzah, Said, Miswand, Zainal dan Ahmad, 2014).
Beberapa
peneliti lain memfokuskan pembinaan percaya diri aspek struktur sosial dan lembaga
pendidikan, terlihat dari beberapa model peningkatan kepercayaan diri remaja
penganggur (Afiatin dan Andayani, 1998), kepercayaan
diri dan kecemasan komunikasi interpersonal (Siska dan Purnamaningsih, 2003),
dan pengungkapan diri (Sari, Rejeki dan Mujab, 2006), dan hubungan percaya diri remaja dengan pola asuh orang tua
etnis Jawa (Idrus dan Rohmiati, 2008). Sedangkan percaya diri yang erat
kaitannya dengan kapasitas diri terlihat dari penelitian hubungan antara kepercayaan diri dengan
employability (Saputro dan Suseno, 2010), pengaruh pelatihan
berpikir positif pada efikasi diri (Dwitantyanov, Hidayati, dan Sawitri, 2010),
Penelitian
yang memfokuskan studi pembinaan percaya diri siswa di sekolah telah dilakukan dengan
penggunaan teknik permainan dalam bimbingan siswa (Suhardita, 2011), hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi
berprestasi pada siswa (Hamdan, 2009). Sedangkan penelitian yang berkaitan
dengan pembinaan percaya diri dalam pembelajaran telah dilakukan penilitan
tentang peningkatan percaya diri dan
kemandirian siswa dalam pembelajaran melalui pembelajaran attention
relevance confidence satisfaction (Widiyanti, 2014), hubungan antara
tingkat kecemasan komunikasi dan konsep diri dengan kemampuan beradaptasi (Muharomi,
2012)
Dalam penelitian tesis ini peneliti
mencoba mengembangakan teori sosial David McClelland N-Ach
hasrat untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Oleh karena itu berbagai
penelitian yang berlatar belakang pentingnya percaya diri sebagai wujud nyata
dari motivasi untuk meraih prestasi penulis kaji dengan cermat. Menurut hemat
penulis penelitian tentang pembinaan percaya diri siswa sangat urgen dilakukan
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Pembelajaran IPS pada
dasarnya lebih difokuskan pada ranah afektif sebagaimana dituturkan Sapriya (2008)
pembelajaran IPS tingkat SMP/MTs dilakukan secara terpadu dan penekanannya
lebih besar ranah afektif dibandingkan dengan ranah psikomotor dan cognitif. Mengingat
penekanan pembelajaran IPS lebih difokuskan pada ranah afektif, maka menurut
penulis pembinaan percaya diri dalam pembelajaran IPS sangat mendesak untuk
segera dilakukan penelitian, karena percaya diri merupakan suatu proses
pengembangan diri dan hanya dapat diperoleh oleh orang yang betul-betul mahu
dengan segala kemampuan dan kreatifitasnya untuk tampil sebagai sosok yang
penuh percaya diri.
Dalam studi pembelajaran kontekstual telah banyak menarik
minat peneliti, antara lain; tinjauan aspek hasil belajar adanya penelitian pengaruh metode pembelajaran
kontekstual terhadap hasil belajar IPS Geografi ditinjau dari motivasi belajar
siswa (Kristanti, 2010). Aspek pengembangan pendekatan dilakukan penelitian
tentang bagaimana mengembangkan
pembelajaran IPS yang kontekstual di sekolah dengan memasukkan konsep etos
kerja, enterpreneurship, dan peningkatan rasa percaya diri siswa, (Atminingsih,
2010). Aspek nilai karakter telah dilakukan penelitian penerapan model
kontekstual pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan nilai karakter (Yunita,
Kuswadi dan Chumdari, 2013). Aspek peningkatan kreatifitas siswa telah
dipaparkan dalam penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah (Rokhman, Aman,
Mutiarsih, dan Sanjaya, 2013). Aspek peningkatan sikap demokrasi adanya
penelitian penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan sikap
demokrasi pada mata pelajaran IPS (Riati, 2015).
Dari berbagai penelitian di atas, peneliti mencoba
mengembangkan salah satu rekomendasi penelitian (Suhardita, 2010), dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan percaya diri
siswa setelah diberikan intervensi penggunaan teknik permainan dalam
bimbingan. Dari hasil penelitian tersebut Suhardita merekomendasi agar guru dapat
mengkolaborasikan bimbingan dengan teknik permainan agar suasana belajar yang
diciptakan menyenangkan. Sedangkan alasan lain yang memperkuat dorongan
peneneliti adalah rekomendasi kedua dari Suhardita untuk peneliti lanjutan jika
ingin meneliti tentang peningkatan percaya diri perlu juga mengkaji pola
pembinaan percaya diri dalam pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru
agar pembinaan dapat terpadu, bukan hanya tugas masalah percaya diri siwa serta
merta dilimpahkan tugas guru pembimbing. Perlu juga dikaji dalam sisi
pemebelajaran di kelas guru menggunakan media apa, model apa atau pendekatan
apa serta bagaimana bentuk penghargaan yang diberikan kepada siswa di sekolah,
sehingga penelitian yang dilakukan lebih baik dan lebih luas dikaji dari
berbagai disiplin ilmu.
Penelitian tesis ini berkaiatan dengan bagaiman
peningkatan percaya diri siswa dalam pembelajaran kontekstual materi interaksi
manusia mata pelajaran IPS, maka penekanannya adalah pada karakteristik pembelajaran
kontekstual yang mengintegrasikan pola pembinaan percaya diri siswa dan
bagaimana bentuk percaya diri siswa yang muncul dalam pembelajaran meteri
interaksi manusia mata pelajaran IPS. Lebih lanjut berkaitan dengan pendekatan
kontekstual, penulis juga mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh (Darma, Putu, Wayan dan Koyan, 2013) penelitian
mereka bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual
dan minat belajar terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian Darma dkk.
yaitu: (1) hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran
kontekstual lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran
konvensional (FA=21,29 < α=0,05), (2) terdapat pengaruh interaksi yang
signifikan antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil
belajar (FAB=71,32 < α=0,05), (3) untuk siswa yang memiliki minat belajar
tinggi, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual
lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional
(Qhitung=13,06 < α=0,05), (4) untuk siswa yang memiliki minat belajar
rendah, hasil belajar siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional
lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual
(Qhitung=3,83 < α=0,05). Atas dasar temuan di atas disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan pembelajaran dan minat belajar mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar.
Menurut analisa penulis
pengambilan kesimpulan hasil penelitan ini hanya berpatokan pada jawaban
rumusan masalah semata sehingga tidak menghasilkan teori baru, karena hanya
menjawab pengaruhnya signifikan atau tidak saja. Padahal penelitian ini menurut
penulis telah menghasilkan teori baru yang sangat berguna bagi semua guru pada
temuan penelitian poin ketiga dan keempat yaitu: (1) siswa yang tinggi minat
belajarlah pendekatan kontektual dapat mendorong hasil belajar lebih tinggi, (2)
siswa yang rendah minat belajar lebih baik menerapkan pendekatan konvesional
daripada pendekatan kontekstual.
Penelitian di atas sangat menarik
minat penulis untuk meneliti siswa yang minat belajar sedang menggunakan
pendekatan kontekstual melihat bagaimana peningkatan percaya diri siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Posisi penelitian ini tidak melihat hasil akhir yang
dicapai, tetapi lebih menspesifikasi penelitian pada proses pembelajaran
kontekstual dengan mengintegrasikan peningkatan percaya diri siswa dalam
pembelajaran. Meskipun percaya diri siswa dalam pebelajaran akan mempengaruhi
hasil belajar yang signifikan sebagaimana disebutkan dalam penelitian
terdahulu.
Berkaitan dengan kebutuhan manusia terhadap percaya diri,
Kartono (1986) menuturkan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang
bersifat vital, human, dan sosial dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan tersebut harus terpenuhi dengan baik agar tidak terjadi ketegangan
batin. Lebih luas Partowisastro (1983) merincikan kebutuhan yang harus
dipenuhi, yaitu: (1) kebutuhan fisik berupa makan, minum, tidur dan kesehatan,
(2) kebutuhan rasa aman bebas ancaman, (3) kebutuhan kasih sayang, (4)
kebutuhan percaya diri. Menurut analisa penulis semua kebutuhan di atas harus
terpenuhi dengan baik, namun yang paling penting harus terpenuhi kebutuhan
setelah fisik adalah manusia harus memenuhi kebutuhan percaya diri yang baik.
Pada dasarnya percaya diri yang baik terrefleksi dari pengenalan diri sendiri
yang baik, nilai diri, nilai percaya pada diri sendiri dan nilai percaya
kepada orang lain.
Masih berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan percaya diri
menurut penulis haruslah dapat terpenuhi dengan baik, jika pemenuhan kebutuhan
percaya diri terpenuhi dengan baik dan berkembang seimbang dengan perkembangan
fisik anak, maka anak tersebut tidak lagi merasa terhambat hidupnya dengan rasa
kelaparan, rasa ketakutan, kurang kasih sayang, rasa kurang pengakuan dan rasa
kuranya penerimaan dirinya oleh keluarga, sekolah dan masyarakatnya. Ditinjau
dari aspek kebutuhan Herawati (1996) memandang bahwa kebutuhan percaya diri
merupakan kebutuhan primer bagi manusia yang sangat mempengaruhi seluruh
kebutuhan dan perkembangan lainnya dalam kehidupan. Oleh karena itu, dapat
diasumsikan anak yang memiliki percaya diri yang baik berarti ia telah siap
untuk menghadapi dinamika kehidupan. Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri,
tidak menutup-nutupi kelemahan diri, dan berfikir realistis akan mengantarkan
sianak menjadi sosok manusia yang akan berkembang dengan baik menuju dewasa.
Namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki
tingkat percaya diri yang baik yang desebabkan oleh berbagai faktor antara
lain: (1) anak mengalami konflik keluarga, (2) ekonomi lemah, (3) ketelantaran
kasih sayang, (4) tantangan hidup yang meresahkan, (5) pola pengajar satu arah,
dan (6) penetapan tugas serta standar kemampun oleh guru di luar kesanggupan
siswanya. Hal ini semua akan membuat siswa mengalami krisis percaya diri.
Sangat berbahaya dan berdampak buruk terhadap siswa usia remaja. Masa remaja
merupakan masa yang rawan dan rentan bagi pertumbuhan dan perkembangan percaya
diri. Berkaitan dengan perkembangan remaja Pasiak (2006) memiliki pandangan
bahwa pada masa usia remaja siswa mengalami berbagai perubahan baik secara
fisik, sosial maupun mental. Seiring tuntutan lingkungan terhadap dirinya juga
semakin berat. Oleh karena itu, penulis berasumsi bahwa salah satu penyebab
guncang pribadi siwa karena pengaruh usia remaja yang membuat mereka mengalami
krisis identitas sebagai akibat dari kurangnya pengenalan dan pemahaman remaja
terhadap diri mereka sendiri. Dampak dari kurang cermat menilai diri dan
kemampuannya secara realistis akhirnya menimbulkan perasaan kurang percaya
diri.
Gejala emosional seperti rendah diri sangat berbahaya
jika dibiarkan begitu saja, karena kegagalan dalam faktor ini bisa
mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri. Pada dasarnya kebahagiaan dan
kesuksesan hanya diperoleh oleh orang-orang yang percaya diri. Kaitannya dengan
pendidikan telah banyak peneliti menemukan bahwa rasa percaya diri sangat
berpengaruh pada hasil belajar seseorang. Sebagai contoh adalah pada penelitian
yang dilakukan oleh (Santrock, 2003) ia menemukan adanya hubungan yang kuat
antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa. Kepribadian yang
dimiliki siswa ikut berperan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Peran pembina
atau pembimbing yang bersikap positif, memiliki kaitan dengan pembentukan
kepercayaan diri.
Menurut penulis perilaku siswa percaya diri tampak
dilihat dari kemampuan bekerja secara efektif, melaksanakan tugas dengan baik,
bertanggung jawab, tidak tergantung pada orang lain, optimis dan toleran.
Perilaku inilah yang mendorong siswa dapat berinteraksi dengan baik dalam
pembelajaran IPS yang bermuara pada pencapaian prestasi lebih baik. Siswa yang
memiliki percaya diri yang baik ia akan berusaha keras dalam pencapaian
prestasi belajar, sebaliknya siswa yang rendah diri menilai dirinya tidak
memiliki kemampuan dan penilaian rendah diri akan menghambat usaha yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan. Pandangan dan penilaian negatif tersebut
menyebabkan ia tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang ia
miliki, padahal sebenarnya kemampuan tersebut dimilikinya.
Dampak lain dari kurang percaya diri Sobur (1991)
menegaskan bahwa siswa yang kurang percaya diri juga menetapkan suatu tujuan diluar
kemampuannya, sebagai kopensasi terhadap perasaan kurang percaya diri. Hal
tersebut menyebabkan perasaan cemas dan tidak aman sehingga tujuan akan semakin
sulit tercapai. Dalam hal ini termasuk dalam kegiatan belajar maka dapat
mengakibatkan prestasi belajar kurang memuaskan. Lebih rinci Santrock (2003)
menuturkan bahwa sebahagian besar individu, rendahnya atau hilangnya rasa
percaya diri hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosiaonal yang
bersifat sementara, tetapi bagi beberapa individu lain, rendahnya atau hilangnya
rasa percaya diri dapat menyebabkan masalah depresi, kecemasan yang tidak
wajar, dan masalah penyesuaian diri lainnya.
Dalam kondisi demikian, pembelajaran kontekstual dapat
menjadi penuntun, pencerah dan penunjuk arah siswa dalam pembelajaran dengan
penuh percaya diri. Pembelajaran perlu dipikirkan
suatu pendekatan yang tepat dan dapat membangkitkan percaya diri siswa agar pembelajaran menjadi bermakna dan mudah
untuk dipahami. Percaya diri siswa akan mempengaruhi minat
balajar dan sangat berhubungan erat dengan pemusatan perhatian, dan keingintahuan. Mengingat begitu pentingnya pembelajaran
IPS
bagi siswa dalam rangka penyiapan anggota masyarakat
yang penuh percaya diri, diperlukan
suatu pendekatan yang tepat dalam pembelajaran IPS, agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai
sesuai dengan yang
diinginkan.
Mengacu pada perkembangan pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak secara
langsung
mengalami sendiri apa yang
dipelajari dan
bukan mengetahuinya semata. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap relevan dalam upaya peningkatan percaya diri siswa pembelajaran IPS
adalah pendekatan kontekstual. Penerapan
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS
merupakan dua sisi yang
saling mendukung
dalam pencapaian hasil belajar yang memuaskan dan siswa mengikuti pembelajaran
dengan penuh percaya diri.
Konsep
kebermaknaan dalam proses
pembelajaran
Slameto (1995) mengatakan bahwa kebermaknaan
tidak
hanya terletak pada
pembelajaran yang
digunakan, tetapi juga diartikan
sebagai kesesuaian
antara
perencanaan, pelaksanan, dan evaluasi
belajar. Oleh karena itu, menurut penulis selama proses belajar berlangsung guru hendaknya memantau partisipasi siswa secara terus
menerus agar terasah percaya diri siswa. Selnjutnya siswa juga
harus dimotivasi dengan teknik penilaian
di kelas yang lebih efektif dengan
menggunakan
berbagai cara.
Berkaitan
dengan pendekatan kontekstual Slameto
(1995) berpendapat bahwa pendekatan kontekstual
dapat
membangkitkan minat belajar siswa. Minat
siswa
mempengaruhi
kualitas pencapian
hasil belajar siswa dalam bidang
studi
tertentu. Minat berhubungan
erat dengan
pemusatan perhatian,
keingintahuan, dan
kebutuhan. Jadi menurut penulis
dapat ditarik benang merahnya minat belajar mempengaruhi percaya diri
siswa. Apabila pembelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan minatnya, siswa tidak
akan belajar
dengan baik
karena
tidak ada daya tarik baginya.
Berbicara
masalah minat dan percaya diri dalam
pembelajaran
adalah
penentu siswa dapat atau tidaknya memusatkan
perhatian. Pembelajaran yang dapat
membangkitkan percaya diri siswa akan menimbulkan
kegembiraan dan mendorong usaha belajar yang sungguh-sungguh penuh kegembiraan.
Hal ini, menjadi barometer yang dapat
memperbesar
daya kemampuan belajar
dan juga membantu
tidak melupakan
apa
yang dipelajarinya,
karena dapat
menimbulkan rasa kepuasan
dan kesenangan
tersendiri dalam belajar
IPS.
Percaya
diri dalam pembelajaran berhubungan
erat dengan
pemusatan
perhatian,
keingintahuan, dan
kebutuhan. Oleh karena itu, percaya
diri dalam pembelajaran akan mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa,
karena ia akan memusatkan perhatian lebih banyak.
Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi IPS
memungkinkan siswa untuk
belajar lebih
giat. Penerapan pembelajaran
kontekstual
merupakan konsep belajar yang
menunjang dasar
pemikiran lingkungan belajar
alamiah, dan
pola belajar mengalami.
Dari segi konsep Nurhadi (2004) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan konsep
pembelajaran yang membantu
guru mengaitkan materi
yang diajarkan dengan
situasi
dunia nyata
dan
mendorong siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka
sebagai anggota
keluarga dan masyarakat, sehingga hasil pembelajaran
lebih bermakna
bagi
siswa karena bekerja dan
mengalami.
Karakteristik
penerapan pembelajaran kontekstual Guniati (2013) menuturkan bahwa selalu berlandaskan
pada tujuh komponen
pembelajaran
kontekstual, yaitu:
(1) konstruktivisme
(constructivism),
(2) menemukan (inquiri), (3) bertanya
(questioning),
(4) masyarakat belajar (learning
community),
(5) pemodelan
(modeling), (6) penilaian
autentik (autentik assessment), dan
(7) refleksi (reflection). Penerapan
pembelajaran kontekstual
mendorong siswa dapat mempelajari materi pelajaran yang
disajikan
melalui konteks
kehidupan,
sehingga mereka dapat menemukan makna
pembelajaran serta
pembelajaran menjadi lebih bermakna,
menyenangkan dan penuh percaya diri. Di sisi lain,
pembelajaran yang dilakukan selama ini belum banyak memperhatikan percaya diri
siswa dalam pembelajaran, padahal percaya diri dalam pembelajaran sangat
penting karena membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya menjalani
kehidupan dengan baik dan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain
di sekitarnya.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi dan
komunikasi yang intensif antara siswa
dengan guru, siswa dengan siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang
berupa guru, siswa, kurikulum,
biaya, peralatan dan
hal-hal lainnya
dapat
dilakukan secara
harmonis, sehingga
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
sikap percaya diri, dan benar-benar mampu memberdayakan
peserta didik.
Sedangkan belajar secara konvensional Indriastuti (1999) berpendapat bahawa belajar dengan strategi konvensional yang komunikasinya satu arah, situasi belajar
terpusat pada guru
mengajar untuk memberikan
informasi secara lisan
kepada anak tidak adanya usaha mengembangkan
ketrampilan intelektual anak secara aktif. Oleh karena itu, semakin memperkuat alasan penulis
berasumsi bahwa menumbuhkan percaya
diri siswa dalam
pembelajaran sangat
penting. Pembelajaran yang
berpusat pada siswalah yang dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa. Dalam pembelajaran kontekstual dapat melatih
keterampilan informasi siswa, maka guru dituntut mengelola pembelajaran
kontekstual yang menarik dan berpusat kepada siswa aktif secara bervariasi untuk
merangsang
sikap percaya diri siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya yang harus
menjadi perhatian guru adalah kelemahan sebahagian
siswa yang kurang percaya diri, mereka terus menerus merasa selalu kalah bersaing, takut untuk
mencoba, merasa selalu ada yang salah dan sering khawatir yang tidak tepat
sasaran diakibatkan kurang cermat membaca informasi, mengolah,
menyaji dan menggunakan informasi tentang diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, tugas sekolah dan guru bukan hanya sekedar mengajarkan
materi kepada siswa, tetapi strategi mendorong siswa mampu mengatualisasi diri,
menghargai diri, mengeksistensikan dirinya melalui pembelajaran
kontekstual dalam setiap kegiatan
pembelajaran dengan penuh percaya diri sangat diperlukan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
tertarik untuk membahas tesis yang berjudul "Upaya Peningkatan Self Confidence Siswa Melalui Pembelajaran
Kontekstual Meteri Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sosial"
A. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan
sebagai berikut:
1.
Pendidikan
karakter belum sepenuhnya dapat dicapai melalui proses
pembelajaran yang saat ini dijalankan khususnya
pembinaan percaya diri siswa.
2.
Pada
umumnya siswa hanya diberikan seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap
diambil, sehingga kurang melatih siswa
dalam mencerna dan menyeleksi informasi.
3.
Pembelajaran
yang dilakukan selama ini masih banyak berorientasi pada capaian materi untuk mengejar nilai ujian akhir saja,
dengan mengabaikan proses pembentukan
karakter khususnya percaya diri siswa.
4.
Penggunaan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran IPS yang mengarah pada pembentukan karakter khususnya
percaya diri belum banyak dipraktekkan di sekolah.
5.
Pembelajaran
yang dilakukan selama ini belum banyak memperhatikan pembinaan percaya diri siswa dalam pembelajaran.
B. Pembatasan
Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan percaya diri siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran kontekstual meteri interaksi
manusia dengan lingkungan sosial mata
pelajaran IPS kelas VII SMPN 3 Panga Aceh Jaya.
C. Rumusan
Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana
peningkatan percaya diri siswa dengan
pendekatan pembelajaran kontekstual
materi interaksi manusia dengan lingkungan sosial di SMPN 3 Panga Aceh Jaya?
2.
Bagaimana
penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran IPS materi interaksi manusia dengan lingkungan sosisal di
SMPN 3 Paga Aceh Jaya?
D. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.
1.
Peningkatan percaya diri siswa dengan
pendekatan pembelajaran kontekstual
materi interaksi manusia dengan lingkungan sosial di SMPN 3 Panga Aceh Jaya
2.
Bagaimana
penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran IPS materi interaksi
manusia dengan lingkungan sosisal di SMPN 3 Paga Aceh Jaya
E. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran IPS secara teoritis
maupun praktis.
1.
Secara
teoritis
a.
Hasil
penelitian ini dapat menambah khasanah metode pembelajaran, khususnya pada mata
pelajaran IPS.
b.
Memberikan
wawasan dan berpikir ilmiah kepada peneliti khususnya dan berbagai pihak pada
umumnya yang selanjutnya menindaklanjuti penelitian ini berdasarkan
temuan-temuan hasil pembelajaran keterampilan informasi.
2.
Secara
Praktis
a.
Bagi
guru
Diharapkan dapat membantu mengatasi
permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan mendapat wawasan serta keterampilan
menggunakan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran IPS.
b.
Bagi
siswa
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar
IPS yang menarik dan memberikan kemungkinan bagi dirinya untuk memiliki percaya diri lebih baik.
c.
Bagi
sekolah
Diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya
mata pelajaran IPS.
F. Asumsi Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun asumsi tindakan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran materi interaksi manusia mata pelajaran IPS
dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam
pembelajaran.
2.
Penerapan
pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran materi interaksi manusia
mata pelajaran IPS untuk meningkatkan percaya diri siswa dapat
dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran.
G. Definisi
Operasional Variabel
Untuk menghindarkan terjadinya kesalah pahaman
dan kekeliruan pembaca, maka berikut ini penulis menjelaskan penjelasan istilah
yang terdapat dalam variabel judul tesis, sebagai berikut.
1.
Percaya
Diri Siswa dalam Pembelajaran
Percaya diri menurut (Anwar, 2003)
adalah meyakinkan diri pada
kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas
dan memilih pendekatan
yang efektif. Hal ini termasuk
kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan
kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sikap percaya diri dapat dilihat dari perbuatan atau perilaku
yang dapat menyesuaikan
diri dalam situasi sosial yang mencakup perasaan, penalaran dan tindakan siswa
terhadap aspek
diri dan lingkungan
di sekitarnya. Sikap tersebut muncul berdasarkan keyakinan diri sendiri dan
semangat berdiri diatas kaki sendiri.
Dalam tesis ini penulis akan membatasi pendalaman
pembahasannya pada percaya diri siswa dalam
pembelajaran berupa kemampuan siswa
berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi
sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab, penuh
pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap sesuatu degan cara yang baik.
2.
Pendekatan pembelajaran kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual menurut (Sanjaya, 2006)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dalam tesis ini penulis membatasi
pendalaman pembahasannya pada pendekatan pembelajaran kontekstual yang
bertujuan membantu siswa menemukan keterkaitan antara apa yang dipelajari di
kelas dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan nyata) yang mendorong mereka
penuh percaya diri dalam mengikuti setiap langkah pembelajaran IPS melalui
pendekatan kontekstual.