Pembelajaran sosial emosional (PSE) mengajarkan setiap individu dapat mengenal
dan mengendalikan emosinya. PSE
penting dipahami bagi setiap orang mengenal emosinya lebih
dini agar mampu berpikir lebih jernih, bersikap lebih tenang, mampu membantu orang lain dan berempati serta
mengambil keputusan bertanggung jawab. PSE adalah pembelajaran
memahami, menghayati, mengelola emosi untuk mencapai tujuan positif. PSE menitikberatkan stimulus merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan
mempertahankan hubungan positif agar
terampil dalam mengambil keputusan bertanggung jawab.
Keterkaitan antara meteri di setiap modul, maka akan merefresh kembali materi-materi sebelumnya. Banyak hal baru didapatkan saat mempelajari materi setiap modul. Hal ini berdampak positif dengan apa yang dialami sebelumnya dibandingkan sekarang. PSE lebih fokus menumbuhkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi dan lainnya. Sehingga, murid dapat lebih siap dalam mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab.
PSE erat kaitannya dengan pembelajaran diferensiasi. Bagi pembelajar PSE dengan kesadaran penuh dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan cara pemenuhannya dapat dikolerasikan dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi. PSE dapat melahirkan pembelajar mampu berfikir dengan kesadaran penuh (mindfullnes) sehingga akan menjadi mudah bagi mereka untuk mewujudkan kesejahteraan hidup (well being).
Sebelum mempelajari modul ini berasumsi materi tentang sosial dan
emosional tidak terlalu penting, sehingga kurang menggali materi tentang sosial emosional
sebelumnya. Setelah mempelajari modul ini, ternyata berdampak besar dapat dirasakan secara langsung ketika
mulai mempraktikan modul ini. PSE dapat dilatih atau
dipraktikkan guru dalam bentuk 1) Pembelajaran eksplisit di lingkup kegiatan rutin (di luar kegiatan
akademik), 2) Terintegrasi dalam mata pelajaran, dan 3) Protokol budaya positif (budaya atau tata tertib).
PSE berfokus memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan melalui implementasi 5 kompetensi yaitu; 1) kesadaran diri, 2) pengelolaan diri, 3) kesadaran sosial, 4) keterampilan berhubungan sosial dan 5) pengambilan keputusan yang bertanggung jawab agar mampu mencapai kesuksesan. Guru dituntut untuk menggabungkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran sosial emosional pentingnya kolaborasi akademik dengan pembelajaran sosial dan emosional.
PSE yang diterapkan
berbasis kesadaran penuh (mindfullnes)
dengan Latihan STOP. Adapun teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
sosial emosional seperti bernafas dengan kesadaran penuh, identifikasi
perasaan, melukis dengan jari, membuat jurnal diri, membuat puisi akrostik,
membuat kolase diri, memeriksa perasaan diri, menuliskan ucapan terima kasih,
mengidentifikasi emosi, mindful eating, cari teman baru, mengenali situasi
menantang, latihan menyadari kondisi tubuh (Body
Scanning), kegiatan menulis surat, kegiatan role play komunikasi aktif, dan
kegiatan menulis pengalaman bekerjasama dalam kelompok.
Adapun koneksi antar materi PSE
berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan aman
untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan
kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being).
1. Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja
CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang
bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
yaitu; 1)
kesadaran diri, 2) manajemen diri, 3) kesadaran sosial, 4) keterampilan berelasi, dan 5) pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab.
2. Konsep kesadaran penuh (mindfulness)
sebagai dasar pengembangan 5 kompetensi sosial emosional (KSE). Beberapa teknik
melakukan mindfulness, yaitu; 1) Menyadari napas dengan tehnik STOP, 2) Melakukan hobbi, antara lain: a) Mengamati berbagai
perasaan yang muncul, b) Ungkapkan terima kasih pada 3 hal yang disyukuri, c) Fokus pada 3 hal yang
dapat dilihat, dengar dan rasakan, d) Menuliskan
apapun yang dipikirkan dan dirasa tanpa harus menilainya (jurnal), e) Menggambar, membuat
coretan atau mewarnai (fokus pada prosesnya), f) Dengar atau mainkan musik (fokus pada yang
didengar).
3. Implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah
melalui 4 indikator, yaitu; 1) Pengajaran eksplisit, 2) Integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, 3) Penciptaan iklim kelas
dan budaya sekolah, dan 4) Penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK) di sekolah.
4. Strategi Penerapan KSE
Menerapkan 5 KSE dalam pengajaran di kelas melalui integrasi praktik
mengajar guru. Melakukan ice breaking
sebelum pembelajaran. Memperkuat keterampilan berelasi dan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab dengan kerja kelompok. Menciptakan iklim kelas
dan budaya sekolah, tindak lanjut dari budaya positif disekolah ditambah
pembuatan papan penggambaran emosi yang ada di setiap kelas. Selalu berusaha
menyapa murid dengan hangat dan penuh kasih sayang.
Bagi rekan sejawat
berusaha menjadi teladan (menyadari tugas dan tanggung
jawab sebagai pendidik, menerapkan teknik STOP dalam menajen diri, datang ke
sekolah tepat waktu, menerapkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan
santun), bekerjasama dengan semua komunitas di sekolah, bersikap peduli
terhadap lingkungan sekitar, Menerapkan teknik POOCH dalampengambilan keputusan.
Belajar dan berkolaborasi (mengagendakan sesi berbagi praktik baik
(Diseminasi).
Kegiatan desiminasi di awali dengan ice
beaking dan Well-Being. Belajar
mengelola emosi dengan teknik STOP dan Mindfulnees.
Belajar mempertimbangkan pandangan atau pemikiran orang lain. Belajar
mengidentifikasi masalah dan mencari solusi terbaik sesuai dengan informasi
data dan fakta yang diperoleh, serta penerapan POOCH. Diakhiri dengan pembuatan
jurnal reflesksi di setiap kegiatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar