Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

27 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Supervisi Akademik dan Praktik Coaching

 


A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh yaitu 1) Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Dan 2) Paradigma Berfikir Coaching: Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, pentingnya perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu.


Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar telah memahami konsep kemitraan dalam coaching, termotivasi dan lebih bersemangat menerapkan praktik posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara dalam coaching, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Dan Proses kreatif adalah dilakukan melalui percakapan, yang dua arah, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.

Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar Memaksimalkan potensi adalah memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.

Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar Mengajukan pertanyaan berbobot adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi


Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi Mendengarkan dengan aktif adalah kemampuan untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucap. Dan Kehadiran penuh (presence) adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh pada coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presense sehingga badan, pikiran, hati, selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.

 


  1. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh. Sebagai coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi. Rencana Aksi dimana pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat. Tanggungjawab dimana membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru. Menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Melaksanakan prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan guru, konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana, reflektif, objektif, informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, berkesinambungan, komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik.

Video https://www.youtube.com/watch?v=nXRkua5xtos

Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah). Pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen.

Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi. Melakukan observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Tahap tindak lanjut, berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching, kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai kegiatan.
C. Membuat keterhubungan

Pengalaman masa lalu setelah mempelajari modul ini lebih giat belajar mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin banyak melakukan praktik coaching maka akan semakin terasah kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Penerapan di masa mendatang. Menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat agar mendapatkan ketrampilan coaching untuk supervisi akademik. Hal yang sudah baik adalah memperoleh pemahaman dan pencerahan tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya.

Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari. keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan kegiatan ini dengan baik. Kedua, percakapan awal memberikan perasaan tenang mengenai tujuan dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Ketiga, kesepakatan yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan keterlibatan aktif dalam proses. Guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan rancangan pembelajaran dan apa yang menjadi target pengembangan untuk diobservasi.

Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP. Pada dasarnya coacing adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Maka lebih berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Keterampilan membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Inti kegiatan kemitraan bersama coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi murid. Percakapan pasca-observasi, supervisor dapat menggunakan model percakapan untuk refleksi dan percakapan untuk kalibrasi dengan menggunakan data yang telah diambil pada saat kunjungan kelas sesuai dengan kesepakatan akan aspek-aspek yang hendak diperhatikan. Supervisor memberikan ruang bagi guru berefleksi pada saat analisis hasil data observasi dan melalui percakapan coaching, guru dapat menemukan sendiri area pengembangan selanjutnya. Saat guru, dengan dituntun oleh pertanyaan berbobot dan proses pemberian umpan balik berbasis coaching, menemukan area pengembangan dan perbaikan diri yang hendak dilakukan, guru akan merasakan kepemilikan akan proses supervisi yang memberdayakan dirinya dan berkelanjutan.

 

Supervisi Akademik, Praktik Coaching Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.3

15 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional Oleh Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd

 


Pembelajaran sosial emosional (PSE) mengajarkan setiap individu dapat mengenal dan mengendalikan emosinya. PSE penting dipahami bagi setiap orang mengenal emosinya lebih dini agar mampu berpikir lebih jernih, bersikap lebih tenang, mampu membantu orang lain dan berempati serta mengambil keputusan bertanggung jawab. PSE adalah pembelajaran memahami, menghayati, mengelola emosi untuk mencapai tujuan positif. PSE menitikberatkan stimulus merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan mempertahankan hubungan positif agar terampil dalam mengambil keputusan bertanggung jawab.


Keterkaitan antara meteri di setiap modul, maka akan merefresh kembali materi-materi sebelumnya. Banyak hal baru didapatkan saat mempelajari materi setiap modul. Hal ini berdampak positif dengan apa yang dialami sebelumnya dibandingkan sekarang. PSE lebih fokus menumbuhkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi dan lainnya. Sehingga, murid dapat lebih siap dalam mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab.


PSE erat kaitannya dengan pembelajaran diferensiasi. Bagi pembelajar PSE dengan kesadaran penuh dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan cara pemenuhannya dapat dikolerasikan dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi. PSE dapat melahirkan pembelajar mampu berfikir dengan kesadaran penuh (mindfullnes) sehingga akan menjadi mudah bagi mereka untuk mewujudkan kesejahteraan hidup (well being).

Sebelum mempelajari modul ini berasumsi materi tentang sosial dan emosional tidak terlalu penting, sehingga kurang menggali materi tentang sosial emosional sebelumnya. Setelah mempelajari modul ini, ternyata berdampak besar dapat dirasakan secara langsung ketika mulai mempraktikan modul ini. PSE dapat dilatih atau dipraktikkan guru dalam bentuk 1) Pembelajaran eksplisit di lingkup kegiatan rutin (di luar kegiatan akademik), 2) Terintegrasi dalam mata pelajaran, dan 3) Protokol budaya positif (budaya atau tata tertib).


PSE berfokus memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan melalui implementasi 5 kompetensi yaitu; 1) kesadaran diri, 2) pengelolaan diri, 3) kesadaran sosial, 4) keterampilan berhubungan sosial dan 5) pengambilan keputusan yang bertanggung jawab agar mampu mencapai kesuksesan. Guru dituntut untuk menggabungkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran sosial emosional pentingnya kolaborasi akademik dengan pembelajaran sosial dan emosional.

PSE yang diterapkan berbasis kesadaran penuh (mindfullnes) dengan Latihan STOP. Adapun teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sosial emosional seperti bernafas dengan kesadaran penuh, identifikasi perasaan, melukis dengan jari, membuat jurnal diri, membuat puisi akrostik, membuat kolase diri, memeriksa perasaan diri, menuliskan ucapan terima kasih, mengidentifikasi emosi, mindful eating, cari teman baru, mengenali situasi menantang, latihan menyadari kondisi tubuh (Body Scanning), kegiatan menulis surat, kegiatan role play komunikasi aktif, dan kegiatan menulis pengalaman bekerjasama dalam kelompok.

Adapun koneksi antar materi PSE berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan aman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being).

1. Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu; 1) kesadaran diri, 2) manajemen diri, 3) kesadaran sosial, 4) keterampilan berelasi, dan  5) pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

2. Konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 kompetensi sosial emosional (KSE). Beberapa teknik melakukan mindfulness, yaitu; 1) Menyadari napas dengan tehnik STOP, 2) Melakukan hobbi, antara lain: a) Mengamati berbagai perasaan yang muncul, b) Ungkapkan terima kasih pada 3 hal yang disyukuri, c) Fokus pada 3 hal yang dapat dilihat, dengar dan rasakan, d) Menuliskan apapun yang dipikirkan dan dirasa tanpa harus menilainya (jurnal), e) Menggambar, membuat coretan atau mewarnai (fokus pada prosesnya), f) Dengar atau mainkan musik (fokus pada yang didengar).

3. Implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu; 1) Pengajaran eksplisit, 2) Integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, 3) Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan 4) Penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

4. Strategi Penerapan KSE

Menerapkan 5 KSE dalam pengajaran di kelas melalui integrasi praktik mengajar guru. Melakukan ice breaking sebelum pembelajaran. Memperkuat keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan kerja kelompok. Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, tindak lanjut dari budaya positif disekolah ditambah pembuatan papan penggambaran emosi yang ada di setiap kelas. Selalu berusaha menyapa murid dengan hangat dan penuh kasih sayang.

Bagi rekan sejawat berusaha menjadi teladan (menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, menerapkan teknik STOP dalam menajen diri, datang ke sekolah tepat waktu, menerapkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun), bekerjasama dengan semua komunitas di sekolah, bersikap peduli terhadap lingkungan sekitar, Menerapkan teknik POOCH dalampengambilan keputusan.

Belajar dan berkolaborasi (mengagendakan sesi berbagi praktik baik (Diseminasi). Kegiatan desiminasi di awali dengan ice beaking dan Well-Being. Belajar mengelola emosi dengan teknik STOP dan Mindfulnees. Belajar mempertimbangkan pandangan atau pemikiran orang lain. Belajar mengidentifikasi masalah dan mencari solusi terbaik sesuai dengan informasi data dan fakta yang diperoleh, serta penerapan POOCH. Diakhiri dengan pembuatan jurnal reflesksi di setiap kegiatan.