Pengalaman/materi
pembelajaran yang baru saja diperoleh yaitu 1) Proses coaching sebagai
komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan
untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan
arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Dan 2) Paradigma
Berfikir Coaching: Tindakan untuk dapat membantu rekan sejawat untuk
mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, pentingnya perlu
memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu.
Apa
yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses
belajar Memaksimalkan potensi adalah memaksimalkan potensi dan
memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana
tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.
Apa
yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses
belajar Mengajukan pertanyaan berbobot adalah mengajukan pertanyaan dengan
tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang
coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi
pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan
sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong
coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi
- Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
Memunculkan
pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih
jauh. Sebagai coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang
dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi. Rencana
Aksi dimana pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan
dibuat. Tanggungjawab dimana membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk
langkah selanjutnya.
Mengolah
materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan
(insight) baru. Menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni
paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi
setiap individu. Melaksanakan prinsip supervisi akademik dengan paradigma
berpikir coaching meliputi kemitraan, proses kolaboratif antara supervisor dan
guru, konstrukti bertujuan mengembangkan kompetensi individu, terencana,
reflektif, objektif, informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah
disepakati, berkesinambungan, komprehensif: mencakup tujuan dari proses
supervisi akademik.
Video https://www.youtube.com/watch?v=nXRkua5xtos
Menganalisis
tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun
daerah). Pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan
sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan
supervisi, dan tindak lanjut. Tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan,
melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan
model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen.
Pengalaman
masa lalu setelah mempelajari modul ini lebih giat belajar mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin
banyak melakukan praktik coaching maka akan semakin terasah kemampuan kita
sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan
pertanyaan berbobot.
Penerapan
di masa mendatang. Menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan
murid atau rekan sejawat agar mendapatkan ketrampilan coaching untuk supervisi
akademik. Hal yang sudah baik adalah memperoleh pemahaman dan pencerahan
tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya.
Konsep
atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari. keterampilan
coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat
(potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun
anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru
dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan
peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan
potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya
tanpa membahayakan dirinya. Membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan
sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan kegiatan ini
dengan baik. Kedua, percakapan awal memberikan perasaan tenang mengenai tujuan
dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai mitra atau
rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Ketiga, kesepakatan yang dihasilkan
pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan diobservasi
memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan
keterlibatan aktif dalam proses. Guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan
rancangan pembelajaran dan apa yang menjadi target pengembangan untuk
diobservasi.
Informasi
yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
Pada dasarnya coacing adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir
yang memberdayakan. Maka lebih berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil
dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.
Keterampilan membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Inti
kegiatan kemitraan bersama coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan
profesional melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan
proses kreatif. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk
menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai
komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan
untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan memberdayakan potensi murid. Percakapan pasca-observasi,
supervisor dapat menggunakan model percakapan untuk refleksi dan percakapan
untuk kalibrasi dengan menggunakan data yang telah diambil pada saat kunjungan
kelas sesuai dengan kesepakatan akan aspek-aspek yang hendak diperhatikan.
Supervisor memberikan ruang bagi guru berefleksi pada saat analisis hasil data
observasi dan melalui percakapan coaching, guru dapat menemukan sendiri area
pengembangan selanjutnya. Saat guru, dengan dituntun oleh pertanyaan berbobot
dan proses pemberian umpan balik berbasis coaching, menemukan area pengembangan
dan perbaikan diri yang hendak dilakukan, guru akan merasakan kepemilikan akan
proses supervisi yang memberdayakan dirinya dan berkelanjutan.