Secara umum bentuk tes tertulis terdiri
atas, pertama,
tes dengan pilihan jawaban (non-constructed response test). Pada bentuk tes ini
peserta didik diberi kesempatan untuk memilih jawaban yang telah tersedia. Kedua test tanpa pilihan jawaban (constructed response test). Mengkonstruksi jawaban sendiri.
Sebetulnya hal ini tidaklah benar, soal tes dengan
pilihan jawaban juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi. (Klik disini download Rangkuman Taxonomi Revisi Terbaru pdf)
Namun dalam penyusunannya memang tidak mudah dan memerlukan kreativitas
dari pendidik. Sebaliknya tes tanpa pilihan jawaban (constructed response test)
dianggap dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. (Klik disini download PPT Pembelajaran dan Penilaian HOTS )
Akan tetapi apa bila soal tes tidak disusun dengan cermat, maka hanya akan mengukur berpikir tingkat rendah. Sehingga kedua bentuk tes tersebut potensial untuk mengukur berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi, tergantung kejelian guru dalam penulisan soal.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). (Klik disini download PPT Higher-Order Thinking Skills (HOTS) KECAKAPAN HIDUP ABAD 21).
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. (Klik disini download PPT HOTS PENYUSUNAN KISI-KISI, PENGEMBANGAN BUTIR SOAL).
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. (Klik disini download PPT HIGHER-ORDER THINKING SKILLS (HOTS).
Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. (Klik disini download PPT Pangembangan HOTS Kecakapan Hidup Abad 21).
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). (Klik disini download Pedoman Lengkap Penulisan Soal HOTS SMP/MTs Pdf).
Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. (download Kata Kerja Operasional Revisi pdf )
Akan tetapi apa bila soal tes tidak disusun dengan cermat, maka hanya akan mengukur berpikir tingkat rendah. Sehingga kedua bentuk tes tersebut potensial untuk mengukur berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi, tergantung kejelian guru dalam penulisan soal.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). (Klik disini download PPT Higher-Order Thinking Skills (HOTS) KECAKAPAN HIDUP ABAD 21).
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. (Klik disini download PPT HOTS PENYUSUNAN KISI-KISI, PENGEMBANGAN BUTIR SOAL).
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. (Klik disini download PPT HIGHER-ORDER THINKING SKILLS (HOTS).
Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. (Klik disini download PPT Pangembangan HOTS Kecakapan Hidup Abad 21).
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). (Klik disini download Pedoman Lengkap Penulisan Soal HOTS SMP/MTs Pdf).
Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. (download Kata Kerja Operasional Revisi pdf )
Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. (download Kata Kerja Operasional Revisi Lebih Lengkap Doc)
Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. (download Kata KerjaOperasional (KKO) Kurikulum 2013 Revisi 2016).
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. (download ppt Keterampilan berfikir tingkat tinggi)
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS. (download Bahan Lengkaop Pelatihan HOTS Vs LOTS)
B. Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan
untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru
menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan
karakteristik soal-soal HOTS. (SKL, KD, dan Indikator RPP lengkap semua mapel)
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi
The Australian Council for Educational
Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. (Perangkat Silabus Lengkap revisi 2017)
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. (Perangkat Silabus Lengkap revisi 2017)
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making).Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi
penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. (Download Perangkat Lengkap Semua Mapel SMP k13 Revisi 2017 RPP Semua Mata Pelajaran , Silabus, Prota, Prosem, KKM, SK&KD)
Kreativitas menyelesaikan permasalahan
dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
(Download Buku Lengkap Semua Mapel SMP k13 Revisi 2017)
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
(Download Buku Lengkap Semua Mapel SMP k13 Revisi 2017)
‘Difficulty’ is NOT same as higher order
thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak
sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills.Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills.Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat
dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh
karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang
berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik
diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah.Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat
dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang
angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai
aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana
keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan
(interprete), menerapkan (apply)dan mengintegrasikan(integrate) ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam
konteks nyata.
Relating, asesmen terkait langsung
dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
Experiencing, asesmen yang ditekankan
kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan
(creation).
Applying, asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
Communicating, asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan
konteks masalah.
Transfering, asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam
kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang
berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut.
Peserta didik mengonstruksi responnya
sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang tersedia;
Tugas-tugas merupakan tantangan yang
dihadapkan dalam dunia nyata;
Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya
memiliki satu jawaban tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban
benar atau semua jawaban benar.
3. Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam
sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA,
bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh
tentang kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar
penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif.Artinya hasil
penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan kemampuan peserta didik
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.Penilaian yang dilakukan secara
objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal
yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model
pengujian PISA), sebagai berikut.
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan
stimulus yang bersumber pada
situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri
dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang
benar atau paling benar.Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai
bahannya/materi pelajarannya dengan baik.Jawaban yang diharapkan (kunci
jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan.
Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan
stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta
menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban
yang salah diberikan skor 0.
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah,
atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks
bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik
terhadap suatu masalah secara
komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang
lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang
berbentukpilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada
situasi kontekstual.Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait
dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau
ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu
dengan yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak
secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.Susunan yang terpola
sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.Apabila pesertadidik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi
adalah soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara
mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian
singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
d. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau
pendek adalah soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap
suatu pertanyaan. Karakteristik soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat pertanyaan
langsung atau kalimat perintah;
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas,
agar mendapat jawaban yang singkat;
3) Panjang kata atau kalimat yang harus
dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama;
4) Hindari penggunaan kata, kalimat,
atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa
untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang tertulis dibuku. Setiap langkah/kata
kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan
skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal
yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal
yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
Dalam menulis soal bentuk uraian,
penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang
ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban,
atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang
lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan.
Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam
rumusan soalnya.
Dengan adanya batasan sebagai ruang
lingkup soal, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang
lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman
penskoran.
Untuk melakukan penskoran, penulis soal
dapat menggunakan rubrik atau pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci
yang dijawab benar oleh peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang salah
diberi skor 0. Dalam sebuah soal kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkah-langkah
penyelesaian soal lebih dari satu.Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian
dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang
dijawab benar oleh peserta didik.
Pemilihan bentuk soal hendaknya
dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu assessment of learning,
assessment for learning, dan assessment as learning.
Masing-masing guru mata pelajaran
hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD yang
memungkinkan dalam mata pelajaran yang diampunya.Wawasan guru terhadap isu-isu
global, keterampilan memilih stimulus soal, serta kemampuan memilih kompetensi
yang diuji, merupakan aspek-aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru,
agar dapat menghasilkan butir-butir soal yang bermutu.
Langkah-Langkah
Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS,
penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang
hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
Menganalisis KD yang dapat dibuat
soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD
yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan
model-model soal HOTS.Guru-guru secara mandiri atau melalui forum
MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan
untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara
umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD
yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang
terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d)
menentukan level kognitif.
Memilih stimulus yang menarik dan
kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya
menarik, artinya mendorong peserta didik untuk
membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan
kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai
dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah
penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau
kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis
hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau
kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Peran Soal HOTS dalam Penilaian
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi.Dalammelakukan Penilaian, guru dapat
menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran
soal-soal HOTS dalam meningkatkan mutu Penilaian.
Mempersiapkan kompetensi peserta didik
menyongsong abad ke-21
Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan
pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah
kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3
kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century
skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik (beriman dan taqwa, rasa
ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan berbudaya, mampu beradaptasi,
serta memiliki daya saing yang tinggi); b) memiliki sejumlah kompetensi
(berpikir kritis dan kreatif, problem solving, kolaborasi, dan
komunikasi); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan
auditori.
Penyajian soal-soal HOTSdalam
Penilaian dapat melatih peserta didik untuk mengasah kemampuan dan
keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui
penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir
kritis (creative thinking and doing), kreativitas (creativity)
dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui
kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari- hari (problem-solving).
Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap
kemajuan daerah
Dalam Penilaian guru diharapkan dapat
mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan
situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.Kreativitas guru dalam hal
pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan
pendidikan sangat penting.Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut
dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual.Dengan demikian stimulus yang
dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik
karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik.Di samping
itu, penyajian soal-soal HOTSdalam ujian sekolah dapat meningkatkan
rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.Sehingga
peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
Meningkatkan motivasi belajar peserta
didik
Pendidikan formal di sekolah hendaknya
dapat menjawab tantangan di masyarakat
sehari- hari.Ilmu pengetahuan
yang dipelajari di dalam kelas, agar terkait langsung dengan pemecahan masalah
di masyarakat.Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran
yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat.Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan
stimulus kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga munculnya
soal-soal berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan
dapat menambah motivasi belajar peserta didik.
Meningkatkan mutu Penilaian
Penilaian yang berkualitas akan dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan membiasakan melatih siswa untuk
menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan
kreatif. Ditinjau dari hasil yang dicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori
sekolah yaitu: (a) sekolah unggul, apabila rerata nilai US lebih kecil daripada
rerata UN; (b) sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan
rerata nilai UN yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh
rerata nilai UN juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata
nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN.
Masih banyak satuan pendidikan dalam
kategori sekolah yang perlu dibina.Indikatornya adalah rerata nilai US lebih
besar daripada rerata nilai UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru
level kognitifnya lebih rendah daripada
soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru selama ini,
kebanyakan hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab lainnya adalah
belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang menyebabkan
peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Di sisi
lain, dalam soal-soal UN peserta didik dituntut memiliki kemampuan mengerjakan
soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase soal-soal HOTS yang
disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai contoh pada UN tahun
pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS. Oleh
karena itu, agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai UN,
maka dalam penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal-soal HOTS.
Implementasi
Penyusunan soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai
berikut.
Kepala sekolah memberikan arahan teknis
kepada guru-guru/MGMPsekolah tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang
mencakup:
Menganalisis KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS;
Menyusunkisi-kisi soal HOTS;
Menulis butir soalHOTS;
Membuat pedoman penilaianHOTS;
Menelaah dan memperbaiki butir
soal HOT;
Menggunakan beberapa soal HOTS dalam
Penilaian.
Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang
Kurikulum Sekolah menyusun rencana kegiatan
untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil,pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS;
untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil,pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS;
Kepala sekolah menugaskan
guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai
rencana kegiatan;
Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan
sesuai penugasan darikepala sekolah;
Kepala sekolah dan wakasek kurikulum
melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
Kepala sekolah mengadministrasikan hasil
kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan
soal-soal HOTS.
Bahan Penunjang :
2. Focus Group Journal Writing Target International Link Ternama: Ayo Belanja Referensi Jurnal Sepuas-puasnya Tanpa Batas Sepcial Buat Para Pencita Imu, Penulis dan Peneliti (Cara tercepat, termudah dan terbanyak mengumulkan referensi journal international)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar