Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

02 Januari 2016

Kecakapan Sosial (Sosial Skill)

1.    Kajian Tentang Kecakapan Hidup (Life Skills)
Banyak pakar, badan maupun lembaga yang memiliki kompetensi dan otoritas di bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengertian tentang konsep lifeskills. Menurut Francis (2007: 1) life skills adalah “the abilities for adaptive and positive behavior that enable individual to deal effectively with demands and challenges every day life. It further encompasses thinking skill, social skill and negotiation skill. It also helps the young people to develop and grow into well behaved adults”. Kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan untuk perilaku adaptif dan positif yang memungkinkan individu untuk secara efektif menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari. Kemampuan itu meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan negosiasi. Hal itu juga membantu orang-orang muda untuk mengembangkan dan tumbuh menjadi dewasa berperilaku baik.
Tim Broad Based Education (2002: 7) menyatakan bahwa pengertian kecakapan hidup (life skills) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara pro-aktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Berani menghadapi problema hidup merupakan sebuah kompetensi yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik dalam mempersiapkan diri mengarungi kehidupannya kelak. Untuk itu sekolah sebagai tempat menimba ilmu hendaknya memprioritaskan hal ini.
Definisi lain tentang kecakapan hidup (life skills) diusulkan dalam lifeskills-4kids (Nurohman, 2007: 14) bahwa secara esensial, kecakapan hidup (life skills)  didefinisikan sebagai petunjuk praktis yang membantu anak-anak untuk belajar bagaimana merawat tubuh, tumbuh sebagai seorang individu, bekerjasama dengan orang lain, membuat keputusan-keputusan yang logis, melindungi diri sendiri ketika seseorang harus mencapai tujuan dalam hidupnya. Dengan demikian, tolok ukur kecakapan hidup (life skills) pada diri seseorang terletak pada kemampuannya dalam meraih tujuan (goal) hidupnya. Kecakapan hidup (life skills) memotivasi anak-anak dengan cara membantunya untuk memahami diri dan potensinya sendiri dalam kehidupan, sehingga mereka mampu menyusun tujuan-tujuan hidup dan melakukan proses problem solving apabila dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup.
Depdiknas (2002: 10) menggambarkan komponen life skills dalam sebuah diagram klasifikasi sebagaimana tertera pada gambar berikut.
 












Gambar 1. Klasifikasi Life Skills (Depdiknas, 2012: 10)

Berdasarkan diagram klasifikasi di atas, kecakapan hidup dapat dipilah atas dua jenis. Kedua jenis itu adalah kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skills) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skills). Kecakapan hidup yang bersifat umum adalah kecakapan hidup yang harus dimiliki seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang bersifat umum. Kecakapan hidup yang bersifat khusus adalah kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang bersifat khusus. Dengan bekal kecakapan umum dan kecakapan khusus itu, dimungkinkan seseorang untuk dapat menghadapi kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekandan mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupannya.
Penelitian ini tidak mengkaji seluruh kecakapan hidup (life skills) tersebut tetapi hanya akan memfokuskan perhatian pada kecakapan sosial (social skills). Kecakapan sosial (social skills) sebagai bagian dari jenis kecakapan hidup (life skills) yang pertama yaitu general life skills oleh peneliti dipandang sebagai kecakapan yang sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik dengan karakter mereka seperti sekarang ini. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa SMP yang juga disebut sebagai remaja. Remaja sekarang sudah banyak mengadopsi budaya asing yang telah mencetak mereka menjadi pribadi yang individualis dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Untuk itulah peneliti bermaksud mengkaji lebih dalam tentang kecakapan sosial (social skills) saja.





2.    Kajian Tentang Kecakapan Sosial (Social Skills)
Kecakapan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain, baik secara verbal maupun non-verbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana kecakapan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan kecakapan sosial (social skills) akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain.
Menurut Hargie, Saunders, dan Dickson (1998: 54) kecakapan sosial (social skills) membawa remaja untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pendapat ini sangat sesuai untuk dikembangkan pada sekolah jenjang SMP. Siswa SMP berada pada masa remaja yang kebanyakan telah mengalami masa-masa transisi dan mencari jati diri. Mereka memerlukan tempat yang cocok sekaligus cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi.
Sementara itu Mu’tadin (2006: 24) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki kecakapan sosial (social skills) untuk dapat menyesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Kecakapan sosial (social skills) baik secara langsung maupun tidak akan membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya. Kecakapan sosial (social skills) tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.
Kecakapan sosial (social skills) disebut juga kecakapan antar personal (inter-personal skill) yang terdiri atas.
a.     Kecakapan Berkomunikasi
Yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi komunikasi dengan empati. Menurut Depdikdas (2002) empati, sikap penuh pengertian, dan seni komunikasi dua arah perlu dikembangkan dalam keterampilan berkomunikasi agar isi pesannya sampai dan disertai kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis. Berkomunikasi dapat melalui lisan atau tulisan. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Berkomunikasi lisan dengan empati berarti kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh lawan bicara. Kecakapan ini sangat penting dan perlu ditumbuhkan dalam pendidikan. Berkomunikasi melalui tulisan juga merupakan hal yang sangat penting dan sudah menjadi kebutuhan hidup. Kecakapan menuangkan gagasan melalui tulisan yang mudah dipahami orang lain merupakan salah satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan.
b.    Kecakapan Bekerjasama
Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu memerlukan dan bekerjasama dengan manusia lain. Kecakapan bekerjasama bukan sekedar “bekerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu. Kecakapan ini dapat dikembangkan dalam semua mata pelajaran, misalnya mengerjakan tugas kelompok, karyawisata, maupun bentuk kegiatan lainnya.





DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2006). Pendidikan kecakapan hidup (life skills education). Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. (2002). Pendektan kontekstual (contextual teaching and learning). Jakarta: Depdiknas
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual teaching and learning. California: Corwin Press, Inc
Gillespie, H, Gillespie, R. (2007). Science for primary school teachers. New York: Open University Press.
Guniati, Ni Nyoman. (2013). Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa. Artikel: Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Margaret Francis. (2007). Life skills education. Diakses tanggal 28 Desember 2011 dari http://changingminds.org/articles/lifeskillseducation.htm.
Nurhadi.  (2004).  Pembelajaran  kontekstual dan     penerapannya dalam KBK. Malang, Universitas Negeri Malang.
Marhaeni, AAIN. (2008). Pembelajaran berbasis asesmen otentik dalam rangka implementasi sekolah kategori mandiri (SKM). Makalah. Disampaikan  pada Workshop   guru   di   SMANegeri 1 Kediri tanggal 29 Desember 2008, di Tabanan.
Riduwan. (2007). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sabar Nurohman. (2007). “Peningkatan thinking skills melalui pembelajaran IPA berbasis kontruktivisme di Sekolah Dasar Alam”. Tesis, tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Santyasa, I W. (2008). Asesmen kinerja, portofolio dan kriteria Penilaian. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan tentang Pembelajaran dan Asesmen Inovatif bagi guru- guru Sekolah Menengah di KecamataNusa  Penida, dari tanggal 22- 24 agustus 2008 di Nusa Penida.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. ( 2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. (2008). Konsep dan makna pembelajaran untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.
Syah, M. (1998). Fsikologi pendidikan dengan model pembelajaran baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Utah State Board of Education. (2001). Life skills. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2009, dari www.caseylifeskills.org.
Yuliastuti, Tuti. (2014). “Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa”. Skripsi, tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.













21 Desember 2015

Suharsimi Arikunto penelitian kualitatif dan kuantitatif


PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

NO
ASPEK YANG MEMBEDAKAN
KUANTITATIF
KUALITATIF
1
Strategi penelitian (jenis metode)
·         Eksperimen
·         Non-eksperimen (survei)
·         Penelitian naratif                               • Grounded theory                      
·         Fenomenologi                                    • Studi kasus
·         Etnografi
2
Rancangan Penelitian
          Penelitian Kuantitatif merupakan metode-metode untuk mengkaji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Dan variabel ini di ukur dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri angka-angka dapat di analisis berdasarkan prosedur statistik. Laporan hasil akhir dari penelitian ini lebih ketat dan konsisten.

          Penelitian Kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang, di anggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Dalam proses pelitian kualitatif ini banyak hal yang harus  di upayakan, pertanyaan yang harus di ajukan yang prosedural untuk mengumpulkan data-data, dan menganalisis data yang terkumpul secara induktif melalui dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum. Hasil akhir memiliki struktur yang fleksibel.
3
Penggunaan literatur
ü  literatur digunakan secara deduktif sebagai dasar untuk mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian atau hipotesis
ü  digunakan dalam rangka memperkenalkan, menjelaskan dan membandingkan dengan temuan-temuan penelitian sebelumnya dan ditempatkan secara terpisah dalam rencana studi kuantitatif
ü  Literatur digunakan sebagai acuan, landasan teori dalam merumuskan masalah penelitian yang diletakkan dibagian pendahuluan hasil penelitian,
ü  Literatur ditempatkan pada bab terpisah sebagai suatu reviu atau analisis literatur,
ü  Literatur ditempatkan dibagian akhir hasil penelitian dan dijadikan sebagai dasar dan bahan acuan untuk memkontraskan dan membandingkan temuan penelitian dengan literatur tersebut.
4
Penempatan teori
Peneliti menggunakan teori secara deduktif dan meletakkannya di awal proposal penelitian.
Penelitian pada umumnya menggunakan model pengembangan induktif sehingga penempatan teori cenderung di akhir penelitian, jika teori diperkenalkan di awal penelitian, peneliti kualitatif mengubah atau menyesuaikan teori tersebut berdasarkan umpan balik dari informan dalam suatu penelitian
5
Tujuan penelitian
1.      Gunakan kata: Tujuan (Objective, intent, purpose) untuk mengawali paragraf seperti yang dijelaskan pada pendekatan kualitatif.
2.      Jelaskan secara umum tentang teori, model atau kerangka konseptual yang akan diuji dalam penelitian tersebut. Penjelasan secara rinci mengenai teori dapat diruaikan pada bab tersendiri.
3.      Kemukakan jenis metode tertentu yang akan digunakan dalam penelitian tersebut (Metode Survey atau eksperimen).
4.      Tempatkan variabel-variabel dalam kalimat hubungan atau perbandingan dari variabel independen ke variabel dependen.
5.      Sebutkan unit yang akan dianalisis dalam penelitian tersebut seperti : subjek, populasi, sampel dan jumlah individu yang diteliti.
6.      Kemukakan definisi secara umum tiap-tiap variabel utama dan gunakan definisi yangbaku.
1.      Dalam proposal penelitian rumusan tujuan ditulis dalam bentuk masa datang (The Future Tense), sedangkan dalam disertasi atau tesis ditulis dalam bentuk masa kini (The Present Tense) dan masa Lampau (The Past Tense).
2.      Gunakan kata-kata seperti: Menjelaskan, memahami, mengembangkan, menemukan. Untuk menggambarkan desain yang tidak kaku karena model proses penelitian dalam desain penelitian kualitatatif adalah induktif.
3.      Hindarkan penggunaan kata-kata yang mengarahkan orientasi penelitian seperti : Sukses, informasi, bermanfaat. Hindari juga penggunaan kata seperti : Hubungan, perbandingan dan lainnya yang menunjukkan model kuantitatif.
4.      Sebutkan secara tegas konsep inti atau fokus yang akan diteliti.
5.      Kemukakan definisi umum ide atau konsep atau fokus utama tersebut. Namun definisi ini tidak kaku dan bersifat sementara dan dapat berubah selama penelitian berlangsung berdasarkan informasi dari para responden.
6.      Kemukakan kata-kata yang menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data, analisis dan proses penelitian seperti : Penelitian Etnografi, Teori Dasar, Studi Kasus dan Fenomenologi.
7.      Jelaskan unit yang akan dianalisis atau diteliti apakah individual, program, budaya, kelas, organisasi atau peristiwa.
6
Rumusan masalah dan hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif seperti juga dalam penelitian kualitatif hipotesis atau pertanyaan penelitian merupakan gambaran yang lebih spesifik rumusan tujuan yang telah dikemukakan. Hanya dalam penelitian survey pernyataan kembali tujuan ini berbentuk pertanyaan dan tujuan, sedangkan dalam penelitian eksperimental berbentuk hipotesis.
1.      Kembangkan hipotesis, pertanyaan dan tujuan penelitian dari teori. Dalam proses penelitian kuantitatif yang secara metodologis bersifat deduktif, maka teori-teori yang dijadikan acuan merupakan proposisi yang dapat diuji yang dideduksi dari teori.
2.      Tempatkan variabel independen dan dependen terpisah dan ukur variabel tersebut secara terpisah sehingga memperkuat logika sebab akibat dari penelitian kuantitatif.
3.      Ketika menulis bagian ini agar tidak menggabungkan antara hipotesis, permasalahan dan tujuan, tetapi tetap dalam satu paragraf. Suatu hipotesis menggambarkan pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Pertanyaan atau permasalahan penelitian juga mengemukan hubungan, tetapi pernyataan tersebut dalam bentuk pertanyaan. Sedangkan tujuan juga menggambarkan hubungan dalam bentuk pernyataan.
4.      Jika hipotesis digunakan pertimbangkan bentuk-bentuk alternatif untuk menulis hipotesis dan tentukan pilihan berdasarkan audiens untuk penelitian tersebut.
5.      Terdapat beberapa jenis hipotesis yaitu : Hipotesis nul Literary, Hipotesis Alternatif Literary, Hipotesis Nul operasional, Hipotesis alternatif operasional.
Dalam penelitian kualitatif hanya ditemukan istilah Masalah atau Permasalahan untuk menujuk kepada sesuatu yang menjadi fokus penelitian. Dengan kata lain dalam penelitian kualitatif tidak mengajukan hipotesis.

1.      Rumuskan satu atau dua permasalahan pokok atau umum, kemudian jabarkan ke dalam pertanyaan penelitian atau masalah yang lebih spesifik (tidak lebih dari lima sampai tujuh pertanyaan penelitian).
2.      Format permasalahan atau pertanyaan penelitian disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif tertentu, seperti : Etnografi, Fenomenologi, Studi Kasus, dan Teori Dasar.
3.      Awali pertanyaan atau permasalahan penelitian dengan kata : Apa dan Bagaimana. Dalam permasalahan penelitian tergambar jenis penelitian yang akan dilakukan melalui kata-kata seperti : Menemukan (untuk teori dasar), Menjelaskan atau mencari pemahaman (untuk etnografi), Menemukan suatu proses (untuk Studi Kasus) dan Menjelaskan pengalaman (untuk penelitian Fenomenologi).
4.      Kemukakan permasalahan penelitian dengan menggunakan kata nondireksional. Dengan kata lain permasalahan lebih bersifat menjelaskan, bukan menghubungkan variabel atau membandingkan kelompok. Hindari kata-kata seperti : Menyebabkan, mempengaruhi, menentukan dan menghubungkan.
5.      Perkirakan bahwa permasalahan penelitian akan berkembang dan berubah selama penelitian berlangsung sesuai dengan asumsi desain kualitatif yang tidak kaku.
6.      Gunakan pertanyaan terbuka tanpa diarahkan oleh teori atau literatur, kecuali memang dituntut oleh jenis desain kualitatif
7.      Kemukakan tempat penelitian dalam permasalahan penelitian.

Paradigma pendidikan Indonessia; Literasi Prof, Dr. Sunarto

Paradigma pendidikan Indonessia; Literasi
Prof, Dr. Sunarto

 Literasi dalam Islam bukan hanya membanca kalam saja tetpinharus membaca alam.
Literasi berarti interaksi manusia dengan aolam.
Manusia akan merangsang alam dengan indera . bayi harus segera memberi rangsangan dengan cahaa, suara dan sinar > pertaa kali bayi menerima ragsangan salah bunyi darerah lanin melihat kerah yang lain > interaksi adalah respon sederhana dengan lingkungan
Interaksi ilmuan adalah bagaiman merespo alam denganperasaan dan fikiran > apa yang diinginkan oleh diri, kelompok, negara
Interaksi > berfikir dg perasaan, fakta, pertimbangan
Manusia denganmaklik memiliki kesamaan...
Berparadigma ini benar baik, Islam yang paling baik adalah akhlakul karimah > uapaya apa yang hrus begitu > jika semua aklakul karimah maka dunia ini akan aman.
Akhlak bijak da arif hanya milik a;lah > tugas kita adalh meniru Allah dengan makamnya
Berkomunikasi denga sesuatu yang dipeng , dilihat
Botol aqua suara jelek kalau ditabuh dengan seni buasa jadi bunyi yang indah
Pondasi sikap > berfikir kritis > analisis & Sintesis > disebut Penalaran > hasil dari Logika  # logika sekarang tidak diajarkan > beri pelajaran berfikir > thinking skill bisa di latih
Segitiga dimensi pendidikan
Peserta didik
Pendidik

Program pendidikan
Meteri, metode dan teknik disesuaikan degan kondisi dan keadaan
Media IT silahkan dan pake media alami
Pengaturan evaluasi dan tugas harus betul baik untuk merangsang pembelajaran untuk dapat menentukan tindak lanjut
Hal diatas dikemas menjadi model pembelajaran RPP LKS & evaluasi

Kurikulum dimanapun dunia akan merubah sesuai dengan perkembangan iptek > dunia usaha dan idustri > oleh kerena itu kurikulm harus seslalu melakukan penyesuain agar sesuai dengan –erkembangan keidupan
Jika sekolah berpatokan pada bakat dan minat semata maka akan meyulitkna pemeeintah menatanya > maka pemerintah mebuka pendidikan non-formal untuk melayani bakat minat siswa
Sekolah formal > persoalan yanh hakika adalah > akhlak yang utuh >
Setiap generasi ada ahli fikir > maka ia akan menarik peserta poendidikan formal ke pendidikan non formal > jangan menasilkan pelamar kerja tetapi hasilkan pembuka lapangan kerja.
Kalau ingin sukses jangan sekolah > ifan ilin > cara menilainya adalah orang tersendiri memiliki model tersendiri...
Sekolah non formal > sekolah bebas – mengalaminkejemuan ketika sekolah bebbas (free school di Inggris), musik, olehraga, kolam renang dan berubah menjadi > sekolah terbuka
Polisi tidur, polisi patung yg jujurugas