Peran penting teknologi pendidikan dalam pembelajaran abad ke-21 untuk realisasi lebih maksimal empat kompetensi inti “The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Kompetensi-kompetensi tersebut penting disinergikan dalam konteks learning to know, lerning to do, learning to be dan learning to live together. Melalui teknologi pendidikan guru lebih maksimal memberikan pembelajaran bermakna, berpusat pada siswa, dan mendorong berpikir kreatif. Berpikir kreatif merupakan bagian penting dalam pembelajaran menghasilkan gagasan, berpikir fleksibel, orisinil, elaborasi dan perumusan kembali melalui budaya literasi.
Berbicara
peran teknologi pendidikan dalam budaya literasi Aceh merupakan kunci
pembangunan bangsa, mengingat tragedi nol buku sebagai titik awal tugas besar
teknologi pendidikan berusaha keras merubah fenomena budaya baca bangsa
Indonesi tahun 90-an sangat rendah. Sedangkan budaya baca generasi pejuang Aceh
sangat mumpuni, sehingga mampu melahirkan strategi perang, deplomasi dan
penyebaran Islam ke nusantara karena budaya literasi sebagai satu diatara kunci
kehidupan para indatu (Dass, 2014).
Tantangan pembelajaran abad 21 menuntut generasi Aceh mampu berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif menjadi modal kunci siswa mampu bersanding dan bersanding di era revolusi industri 4.0. Berpikir kreatif merupakan kemampuan menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan baru, membuat sudut pandang baru dan membangkitkan ide baru (Asmani, 2010). Berpikir kreatif dapat dilihat dari lima indikator, yaitu; berpikir lancar, luwes, orisinil, elaborasi, dan re-defenisi. Kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan melalui berbagai media pembelajaran. Peran teknologi pendidikan dalam memfasilitasi media pembelajaran menarik, bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan visualisasi pesan lebih menarik dan tampilan gambar dapat bergerak merangsang berpikir kreatif siswa (Dzuanda, 2011).
Teknologi pendidikan memiliki potensi
yang menjanjikan untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Di Indonesia, lebih
dari 530,000 sekolah ditutup sebagai upaya mengurangi penyebaran virus korona
(COVID-19). Hal ini berdampak pada 68 juta siswa dari tingkat pra-sekolah
hingga perguruan tinggi dan menjadikan kebutuhan real terhadap teknologi
pendidikan yang efektif semakin mendesak. Situasi ini memaksa adanya
peningkatan secara cepat dan luas dari penggunaan teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan dapat meningkatakan
berpikir kreatif siswa dalam berkolaborasi, merancang, membuat dan
menggunakannya dalam pembelajaran, sebagai salah satu solusi dari tantangan pembelajaran
abad 21 menemukan cara meningkatkan keterampilan siswa berpikir kreatif. Menjawab
tuntutan abad 21 dengan mempersiapkan siswa mencapai indikator keberhasilan
pembelajarannya pada kemampuan berpikir kreatif sebagai modal dasar kemamampuan
berkomunikasi, menggunakan informasi dalam pemecahan masalah, mampu
beradaptasi, berkreasi dan menggunakan teknologi dengan baik di era revolusi
industri 4.0.
Berbagai studi tentang peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan berpikir
kreatif siswa telah menarik
perhatian banyak peneliti mengkaji dari berbagai aspek dikelompokkan dalam 3 kelompok
utama, yaitu: (1) Keterampilan dan kreatifitas siswa abad 21. (2) Media
pembelajaran di era revolusi industri 4.0. (3) Peningkatan berpikir kreatif
melalui media pembelajaran.
Pertama
studi tentang keterampilan dan kreatifitas siswa abad 21, antara lain: Pembelajaran
berbasis permainan melatih bakat siswa dalam memenuhi kebutuhan hidup abad 21
(Zambo, 2009). Pentingnya percaya diri dan semangat berpikir kreatif menuju
kemanjuran diri siswa berdasarkan visi abad 21 (Ait et al., 2015) Keterampilan abad 21 sebagai modal bersaing dalam era
digital (Dass, 2014). Hubungan antara keterampilan abad 21 dan
keterampilan digital, sebuah tinjauan literatur yang sistematis (Laar, et al.,
2017).
Kedua studi media
pembelajaran di era revolusi industri 4.0, antara lain: Keterampilan
belajar berbasis digital, bermain peran dalam game online, sebuah tinjuan
komprehensif dari tahun 2010-2016 (Sourmelis et al., 2017). Kajian ketertarikan
generasi muda belajar berbasis game (Qian dan Clark, 2016). Studi di Italia
belajar berbasis digital menarik minat generasi muda melalui game puzzle food (Palumbo et al., 2019).
Kajian keterampilan digital generasi pekerja professional abad 21 (Laar, et
al., 2018). Belajar di jaringan digital, sebuah penilaian novel tentang
keterampilan siswa abad 21 (Siddiq, et al., 2017). Menulis dengan sosial media
abad 21 di kelas sebagai sebuah literasi baru, genre, dan praktik menulis
(Elola, 2017). Ketiga studi peningkatan berpikir kreatif melalui media pembelajaran, yaitu kajian menulis
dan memajang karya di dinding melatih berpikir kreatif sebagai wujud mendukung
pembelajaran abad 21 (Annamary et al., 2016). Membina keterampilan abad 21
melalui inkuiri dan literasi ilmiah (Turiman, et al., 2012)
Lebih detil dapat dilihat dalam studi keprihatinan
tamatan sekolah menengah, diploma dan pendidikan tinggi masih kurang
berkompeten dibidang komunikasi oral maupun tertulis, berpikir kritis dan
mengatasi masalah, etika bekerja dan profesional, bekerja secara tim dan
berkolaborasi, bekerja dalam kelompok yang berbeda, menggunakan teknologi, dan
manajemen projek kepemimpinan (Trilling dan Fadel, 2009). Keterampilan hidup
abad 21 diperlukan siswa atas dasar empat pilar pembelajaran, yaitu: pertama way of thinking mencakup kreativitas, inovasi,
berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan, kedua way of working mencakup keterampilan
berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerjasama, ketiga tools for working mencakup kesadaran sebagai warga negara global
maupun lokal, dan keempat skills for
living in the world mencakup keterampilan literasi informasi, penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi, kemampuan belajar dan bekerja melalui
jaringan sosial digital (Griffin et al., 2012).
Keterampilan abad 21 disinergikan dalam
konteks pembelajaran learning to know
belajar untuk
memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan, lerning to do belajar agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat, learning to be belajar untuk memiliki keterampilan akademik dan kognitif pribadi
berkualitas dan beridentitas, dan learning
to live together belajar bekerja secara kooperatif (Delors, 2013).
Penekanan pembelajaran di era revolusi industri 4.0 semua individu perlu
belajar berkarya, memerlukan pengetahuan, keterampilan, berpikir kreatif dan
adaptif, mampu menghadapi atau mengatasi masalah, dan belajar untuk
berkolaborasi memberikan kesempatan bagi siswa terlibat aktif dalam diskusi dan
pencapaian berpikir kreatif.
Harapan utama keberhasilan siswa di era
revolusi industri 4.0 memiliki keterampilan berpikir kreatif dengan penuh
semangat berkreasi. Berpikir kreatif terlatih melalui kegiatan pembelajaran
dengan pembiasaan berpikir di luar kebiasaan, melibatkan cara berpikir yang
baru, memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi baru,
mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, mengajukan dugaan jawaban bervariasi,
berinovasi dan berkreasi.
Penggunaan teknologi pendidikan memiliki
potensi meningkatkan hasil pembelajaran, menawarkan sistem manajemen
pembelajaran untuk kolaborasi guru-siswa dan manajemen pengajaran daring, serta
alat ruang kelas interaktif untuk menyelenggarakan sesi pembelajaran secara
langsung dan interaktif.
Memperlacar gerak teknologi pendidikan
diperlukan adanya interaksi timbal balik yang lebih efektif antara sektor
pemerintah dan swasta. Perusahaan swasta perlu untuk lebih memahami kebutuhan
guru, sekolah dan orangtua. Sektor pemerintah perlu mengklarifikasi struktur
tata kelolanya dan mempromosikan kemitraan pemerintah-swasta untuk pengembangan
produk teknologi pendidikan. Meningkatkan kemampuan guru untuk menyampaikan
konten yang berfokus pada teknologi.
Guru dituntut menemukan cara membantu
semua siswa belajar secara efektif. Strategi pembelajaran kolaboratif. Mengasah
keterampilan abad 21 dengan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, mampu
beradaptasi dengan perkembangan teknologi mutakhir, dapat berkomunikasi secara
efektif, berinovasi dan berkreasi. Siswa harus dilatih menerapkan pengetahuan
baru dalam berbagai konteks, adaptasi dan integrasi pengetahuan baru dan
berkreasi (Rizal, 2017). Di antara ragam kompetensi dan keterampilan diharapkan
berkembang pada siswa abad 21 berupa keterampilan personalisasi, kolaborasi,
komunikasi, inkuiri, inovasi dan content
creation (Daryanto, 2009). Elemen tersebut merupakan kunci pembelajaran di
era revolusi industri 4.0 membutuhkan keterampilan personal (memiliki
inisiatif, keuletan, tanggung jawab, berani mengambil resiko, dan kreatif),
keterampilan sosial (bekerja dalam tim, memiliki jejaring, memiliki empati dan
rasa belas kasih), serta keterampilan belajar (mengelola, mengorganisir,
keterampilan metakognitif, dan tidak mudah patah semangat atau merubah
persepsi/sudut pandang dalam menghadapi kegagalan).
Kesimpulan:
Dari berbagai studi dapat disimpulkan peran teknologi pendidikan dalam
meningkatkan berpikir kreatif siswa, menemukan beberapa poin penting, yaitu:
1.
Berpikir kreatif siswa dengan
model konvensional hanya dapat mengaktifkan keterampilan mendengar saja, sangat
sempit akses bagi siswa berpikir
kreatif.
2.
Penggunaan
pengguanaan teknologi pendidikan dalam pembelajaran dapat meningkatkan berpikir
kreatif siswa secara signifikan.
Refernce
Ait, K., Rannikmäe, M., Soobard, R.,
Reiska, P., & Holbrook, J. (2015). “Students’ self-efficacy and values
based on a 21st century vision of scientific literacy - a pilot study” dalam Procedia - Social and Behavioral Sciences.
177, 491-495.
Annamary, L., Consalvo., & Ann D.
D. (2016). “Writing on the walls: Supporting 21st century thinking in the
material classroom” dalam Teaching and
Teacher Education. 60, 54-65.
Asmani, J. M. (2014). 7 Tips Aplikasi PAKEM: Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Yogyakarta: DIVA Press.
Daryanto. (2009). Panduan Proses
Pembelajaran Kratif dan Inovatif. Jakarta: Buku yang cerdas dan mencerdaskan.
Dass, R. (2014). Literature and the
21st century learner, Procedia - Social
and Behavioral Sciences. 123, 289-298.
Delors, J. (2013). The treasure
within: learning to know, learning to do, learning to live together and
learning to be. What is the value of that treasure 15 years after its
publication? International Review of
Education. 59 (3), 319-330.
Dzuanda. (2011). Design pop up child
book puppet figures series Gatotkaca. Jurnal
Library ITS.
Elola, I & Oskoz, A. (2017).
Writing with 21st century social tools in the L2 classroom: New literacies,
genres, and writing practices, Journal of
Second Language Writing. 36, 52-60.
Griffin, P., McGaw, B., & Care, E.
(2012). The Changing Role of Education and Schools. Assessment and Teaching of 21st Century Skills. 1-16.
Laar, E. F., Alexander, J. A. M.,
Deursen, A. G. M., & Dijk, J. H. (2018). 21st-century digital skills
instrument aimed at working professionals: Conceptual development and empirical
validation, Telematics and Informatics.
35 (8), 2184-2200.
Laar, E., Alexander J. A. M., Deursen,
A. G. M., Haan, D. J. (2017). The relation between 21st-century skills and
digital skills: A systematic literature review, Computers in Human Behavior. 72, 577-588.
Palumbo, R., Adinolfi, P., Annarumma,
C., Catinello, G., & Manna, R. (2019). Unravelling the food literacy
puzzle: Evidence from Italy, Food Policy,
In press, corrected proof. 3.
Qian, M & Clark, K. R. (2016).
Game-based Learning and 21st century skills: A review of recent research, Computers in Human Behavior. 63, 50-58.
Rizal, R. (2017). Mengajar Cara
Berpikir, Meraih Ketrampilan Abad 21. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FKIP UMS. 34, 390-406.
Siddiq, F., Gochyyev, P., &
Wilson, M. (2017). Learning in digital networks-ICT literacy: A novel
assessment of students' 21st century skills, Computers & Education. 109, 11-37.
Sourmelis, T., Ioannou, A., &
Zaphiris, P. (2017). Massively multiplayer online role playing games (MMORPGS)
and the 21st century skills: A comprehensive research review from 2010 to 2016,
Computers in Human Behavior. 67,
41-48.
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in
Our Times. San Francisco, CA: John Wiley & Sons.
Turiman, P., Omar, J., Daud, A. M.,
& Osman, K. (2012). Fostering the 21st century skills through scientific
literacy and science process skills, Procedia
- Social and Behavioral Sciences. 59, 110-116.
Zambo, D. (2009). Gifted students in the 21st century: Using vygotsky's theory to meet their literacy and content area needs, Gifted Education International, 25 (3), 270-280.