Teunom, Aceh Jaya – Suasana berbeda terasa di UPTD Puskesmas Teunom, Aceh Jaya, baru-baru ini. Bukan pasien yang memenuhi ruang tunggu, melainkan para guru dan tenaga kesehatan dari 13 sekolah mitra di tiga kecamatan. Mereka mengikuti pelatihan "Docsan" (Dokter Santri), sebuah program inovatif binaan Pondok Pesantren Darun Nizham yang berkolaborasi dengan UPTD Puskesmas Teunom. Pelatihan ini merupakan realisasi dan diseminasi program Pangeran Docsan (Pembinaan Generasi Sadar Kesehatan Dokter Santri), sebuah gebrakan unik yang menggabungkan keahlian medis modern dengan nilai-nilai keagamaan dalam upaya meningkatkan kesehatan siswa.
Program Pangeran Docsan, yang digagas oleh Pondok Pesantren Darun Nizham, merupakan sebuah respon terhadap tantangan kesehatan di daerah pelosok. Melihat minimnya akses layanan kesehatan berkualitas dan pemahaman kesehatan yang masih terbatas di beberapa wilayah, Darun Nizham berinisiatif melatih para santri yang memiliki minat di bidang kesehatan untuk menjadi kader kesehatan di sekolah-sekolah mitra. Para santri, yang dikenal dengan sebutan "Dokter Santri," dilatih bukan hanya dalam aspek medis dasar, namun juga diberi bekal pengetahuan tentang kesehatan mental, gizi, sanitasi, dan pencegahan penyakit. Hal uniknya, pelatihan ini juga mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, sehingga para "Dokter Santri" mampu menyampaikan pesan kesehatan dengan pendekatan yang humanis dan mudah diterima masyarakat.
Pelatihan Docsan di Puskesmas Teunom ini diikuti oleh perwakilan dari 13 sekolah di tiga kecamatan, meliputi jenjang SD, SMP, dan SMA. Para peserta tampak antusias mengikuti pelatihan yang dipandu oleh tim medis dari Puskesmas Teunom dan para "Dokter Santri" dari Darun Nizham yang telah berpengalaman. Materi pelatihan mencakup berbagai aspek, mulai dari pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), pengenalan penyakit umum, pencegahan penyakit menular, higienitas diri dan lingkungan, serta penanganan kasus-kasus ringan.
"Kami ingin membekali para guru dan tenaga kesehatan sekolah dengan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam penanganan kesehatan siswa," ujar Ustaz Ridwan, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham dan inisiator program Pangeran Docsan. "Dengan pelatihan ini, diharapkan mereka mampu memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan atau kondisi kesehatan darurat di sekolah, serta mampu mensosialisasikan hidup sehat kepada siswa-siswi mereka."
Salah satu peserta pelatihan, Ibu Ani, guru SD Negeri 1 Teunom, mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini. "Selama ini, kami sering kebingungan ketika ada siswa yang sakit atau mengalami kecelakaan di sekolah. Dengan pelatihan ini, kami sekarang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk menangani situasi tersebut," ujarnya. "Selain itu, kami juga mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan penyakit, yang sangat berguna untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih sehat dan higieinis."
Yang membedakan pelatihan Docsan dengan pelatihan kesehatan pada umumnya adalah pendekatan yang holistik dan integratif. Tim pelatihan tidak hanya mengajarkan aspek medis, tetapi juga menekankan pentingnya nilai-nilai agama dan moral dalam menjaga kesehatan. Para “Dokter Santri” berperan penting dalam menjembatani aspek medis dengan nilai-nilai keagamaan, membuat pesan kesehatan lebih mudah dipahami dan diimplementasikan oleh siswa. Mereka juga dilatih untuk menjadi konselor dan pendengar yang baik bagi siswa yang mengalami masalah psikologis.
Keberhasilan program Pangeran Docsan tidak terlepas dari kolaborasi yang kuat antara Pondok Pesantren Darun Nizham, UPTD Puskesmas Teunom, dan sekolah-sekolah mitra. Kolaborasi ini menunjukkan sebuah model baru dalam pelayanan kesehatan di daerah, di mana lembaga pendidikan dan layanan kesehatan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
"Kerja sama ini sangat penting untuk keberhasilan program ini," kata dr. Dian Puspita Sari, Kepala UPTD Puskesmas Teunom. "Kami dari Puskesmas menyediakan tenaga ahli dan fasilitas, sementara Darun Nizham menyediakan kader kesehatan yang terlatih dan memahami kondisi di lapangan. Sekolah-sekolah mitra berperan sebagai wadah untuk implementasi program ini."
Ke depan, program Pangeran Docsan direncanakan untuk dikembangkan lebih luas lagi. Darun Nizham berharap program ini dapat menjadi model yang dapat diadopsi oleh lembaga-lembaga lain di seluruh Indonesia, sebagai solusi inovatif dalam meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
Keberhasilan pelatihan Docsan di Teunom membuktikan bahwa inovasi dalam pendidikan dan kesehatan dapat menciptakan dampak yang signifikan bagi masyarakat. Dengan menggabungkan keahlian medis, nilai-nilai keagamaan, dan kolaborasi antar lembaga, program ini tidak hanya meningkatkan kesehatan siswa, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan bermartabat. Inilah bukti nyata bahwa sebuah pondok pesantren tidak hanya menghasilkan santri yang cerdas secara akademis, tetapi juga santri yang peduli terhadap kesehatan masyarakat. Program Pangeran Docsan patut diapresiasi sebagai contoh nyata bagaimana pendidikan dan kesehatan dapat bersinergi dalam membangun Indonesia yang lebih sehat.