Konsep
kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki
kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka
sendiri dan dunia di sekitar mereka. Koneksi antar materi mengaitkan
modul-modul sebelumnya dalam tulisan reflektif ini.
1.
Bagaimana
perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?
Perasaan
saya setelah mempelajari materi pengelolaan program berdampak positif pada
murid, saya semakin memahami tugas guru adalah memfasilitasi, membimbing dan
menuntun murid agar mereka mampu menjadi pememimpin diri dalam proses
belajarnya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Semakin percaya diri untuk melakukan kegiatan pembelajaran berpusat pada murid untuk menguatkan
kepemimpinan murid (student agency).
Modul
ini sangat menari bagi saya mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Fokus
guru menjadi fasilitator yang mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri,
membuat pilihan-pilihan, merumuskan opini, mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi, mengkomunikasikan
pemahaman mereka dengan baik.
Guru
memfasilitasi murid dengan sadar dan terencana menguatkan kepemimpinan murid
(student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan
suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid.
Memberdayakan murid saat program sekolah direncanakan, dilaksanakan dan
dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan menumbuhkembangkan kepemimpinan
murid.
Guru
penggerak menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran,
mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah mendukung tumbuhnya murid-murid mampu
menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri dan menerapkan konsep
kepemimpinan murid dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila.
2.
Apa
intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
Intisari
modul ini unrgensinya kepemimpinan murid (student
agency) dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, berakhlak mulia,
berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Fokus
modul ini murid diarahkan menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran sebenarnya
memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Lewat
suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas
dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.
Penekanan
modul ini tagihantTugas guru menyediakan lingkungan menumbuhkan suasana murid
memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dari apa yang mereka pikirkan, semangat
yang mereka tetapkan, dan kepemilikan mereka melaksanakan dan bagaimana mereka
merefleksikan tindakannya yang terdidik.
Guru
memfasilitasi lingkungan belajar menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki
beberapa karakteristik; Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola
pikir positif dan merasakan emosi yang positif, Memfasilitasi keterampilan
berinteraksi sosial secara positif, Menumbuhkan keterampilan dalam proses
pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, Memfasiitasi penerimaan dan pemahaman
kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya,
Guru
membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang
manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok,
maupun golongan, Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif
dalam proses belajarnya sendiri, Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh
murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
3.
Apa
keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul
sebelumnya?
Keterkaitan
antar modul dapat di jabarkan bahawa pengelolaan program sekolah tentunya harus
berdampak pada murid. Dimulai dengan melakukan langkah-langkah berupa merancang
dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini
dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses
pembelajaran berpihak pada murid.
Keterkaitan
modul ini dengan modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran
strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka
dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola
program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan
memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga
dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya
dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.
Berikutnya
keterkaitan modul ini dengan modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak.
Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak
terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan
merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup
sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab
sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.
Selanjutnya
keterkaitan modul ini dengan modul 1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki
visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di
sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan
manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif
(IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid
dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan
terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset
atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang
berdampak pada murid.
Berikutnya
kaitan dengan modul 1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan
potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada
anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya
lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat
tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang
berdampak pada murid.
Kepemimpinan
murid sangat relevan dengan modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
belajar murid. Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk
memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran
berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan
kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang
guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil
belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang
dimiliki oleh murid.
Kaitan
modul ini dengan modul 2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan
diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik
kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi
sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan
mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.
Modul
ini juga singkron dengan modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching
sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak
dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan
keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam
pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai
strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan
murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu
keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.
Modul
ini juga sesuai dengan harapan modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan
nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin.
Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan
secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip,
paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama
berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.
Kepemimbinna
murid dapat disandingkan dengan modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber
daya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran
maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi
aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan
berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan
dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking).
Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah.
Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang
berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.
Karena
ruh dari semua modul berpihak pada murid, maka fokus modul 3.3 pun membahas
tentang pentingnya pengelolaan program yang berdampak positif pada murid.
Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki
sekolah. Modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal
finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau
sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa
memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan
pembelajaran di sekolah.
4. Setelah
melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah
perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana
seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak
positif pada murid?
Kepemimpinan
murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan
refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan.
Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan
membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar
menerima apa yang ditentukan oleh orang lain.
Program
yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan dan pengelolaan sekolah
yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan
mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan. Akhirnya terwujudkan rasa bahagia
dan sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. Kodrat anak memiliki
ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun menuju kepada kebahagian
setinggi-tingginya. Mengenali program atau kegiatan sekolah dengan perencanaan,
pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan
memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah. Akhirnya dampak
positif pada murid sebagaimana yang diharapkan terpenuhi secara menyeluruh.
Perencanaan
program dilaksanakan secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan murid dengan
mewujudkan lingkungan karakteristik yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid
didukung sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah
melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA,
memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan.
Pelaksanaan
program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam
proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan,
kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu
menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan
memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid.
Evaluasi
terhadap program atau kegiatan ini maka guru dan murid berkolaboratif melakukan
penilaian, refleksi evaluasi secara menyeluruh, sistematism, berkala dan
berkelanjutan untuk mengukur seberapa efektif dampak positif yang diharapkan
muncul. Kegiatan reflektif evaluasi untuk mengetahui apakah program atau
kegiatan sudah efektif memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah program atau
kegiatan telah mampu menumbuhkembangkan kepemimpian murid (suara, pilihan,
kepemilikan).
Ketika
murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka
berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka
mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih
mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini,
murid-murid akan secara alamiah
mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar).
Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang
dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup.