Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

20 April 2023

Sintesis dari Keseluruhan Materi Penting Pendidikan 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1

Potret Belajar Mandiri dan berkolaborasi CGP Angkatan 7 Kabupaten Aceh Jaya

Sebagai pendidik tentunya sering dihadapkan dalam situasi dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi terjadi ketika seseorang harus memilih dua pilihan, kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan dengan yang lainnya. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.
Lokakarya 4 Ketrampilan Pengambilan Keputusan | Praktik Coaching dan Supervisi Akademik

Berikut ini penulis susun sintesis dari keseluruhan materi pendidikan guru penggerak angkatan 7 Kabupaten Aceh Jaya. Penulis melakukan refleksi bersama fasilitator, pengajar praktik dan rekan sejawat untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan dilakukannya.

 

Supervisor Lucu Vs Coaching Profesional | Guna Berguna Berdaya Memberdaya Potensi Mitra

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1.       Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka dalam pendidikan sebagai sistem among, ing ngarso sung tulodho, artinya seorang guru menjadi teladan bagi muridnya. Ing madyo mangun karso, artinya guru menjalin komunikasi yang baik diantara muridnya. Tut wuri handayani, artinya guru selalu memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya. Menurut penulis pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru menyadari di sekolah ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral.

Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Guru harus menjadi sosok teladan positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Guru harus selalu mengacu pada 9 langkah pangambilan dan pengujian keputusan. Dalam situasi menantang bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses pengambilan keputusan. Setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karso. Guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

Peran Penting Filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam Pembelajaran

2.       Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Prinsip pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri. Setiap guru memiliki nilai-nilai positif tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran dan pengambilan keputusan berpihak pada murid. Dalam pengambilan keputusan, penulis mengenal ada tiga prinsip yang dapat dimbil yakni berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking).

Bocah Pejuang di Persimpangan Analisis Kasus Dilema Etika dengan 4 Paradigma, 3 Prinsip & 9 Langkah

Nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking). Sedangkan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking).

Nilai-nilai positif dalam diri guru mendorong pendidik untuk mengambil keputusan tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip dipegang teguh ketika berada dalam posisi menuntut guru mengambil keputusan dari dua pilihan secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) menuntut guru berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan.

Keputusan tepat diambil dari nilai-nilai positif dipegang teguh dan dijalankan guru. Nilai-nilai positif mengarahkan guru mengambil keputusan dengan resiko sekecil-kecilnya. Keputusan memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional (KSE) kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Observasi Pembelajaran Berdeferensiasi, KSE dan Budaya Positif di Sekolah

3.       Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan dipelajari penulis saat ini, ternyata memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching. Coaching merupakan ketrampilan penting dalam menggali potensi coachee. Coaching dapat dilakukan dengan langkah TIRTA. Langkah ini merupakan model coaching dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA model coaching diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak,  dikembangkan dari Model GROW, akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA akronim dari : T : Tujuan, I : Identifikasi, R : Rencana aksi, TA: Tanggung jawab. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap proses dan hasil pengambilan keputusan. Pada proses coaching membantu coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini guru kembali melakukan refleksi apakah keputusan dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan, membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang. Pembimbingan dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu penulis berlatih mengevaluasi pengambilan keputusan. Keputusan harus berpihak kepada murid, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan.

4.       Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang pendidik, harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas dan sekolah.

Supervisi Akademik, Praktik Coaching Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.3

Materi pengambilan keputusan dipelajari penulis saat ini ternyata memiliki hubungan erat dengan kegiatan coaching pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching membantu coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini guru kembali melakukan refleksi apakah keputusan dibuat dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan tentu membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.

5.       Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan terjadi. Pendidik harus mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Ketika dihadapkan dengan kasus-kasus fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai dianutnya. Nilai-nilai dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Konsep ini merupakan  rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat guru semakin menyadari perilaku benar dan perilaku salah.

Jika nilai-nilai dianutnya positif maka keputusan diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Begitupun juga sebaliknya jika nilai-nilai dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Nilai-nilai dianut Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6.       Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi maju atau mundurnya suatu sekolah. Pengambilan keputusan tepat menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah ke arah lebih baik, terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun sebaliknya pengambilan keputusan salah akan berdampak buruk pada perjalanan roda sekolah itu sendiri.

Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus, cermat dan sesuai dengan 9 langkah, maka keputusan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak terlibat, maka berdampak pada terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman.

7.       Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kasus dilema etika terus menerus muncul dan menjadi bagian dalam skenario di lingkungan sekolah. Menurut penulis, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem kadang juga memaksa guru untuk memilih pilihan kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan. Pelaku harus fokus pada proses dan langkah perubahan meskipun perubahan tidak dapat dibangun dalam waktu semalam. Paradigma sudah tertanam begitu lama di benak warga sekolah dan telah menjadi budaya tentu akan menjadi sebuah tantangan dan sulit dihilangkan.

8.       Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran mempertimbangkan model pembelajaran memandang keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya menjadi pembelajaran berpihak pada murid lebih nyaman dan menyenangkan.

Menurut penulis, semua tergantung kepada keputusan. Apabila keputusan sudah berpihak kepada murid metode, media dan sistem penilaian dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid tidak tidak tercapai dan tidak berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9.       Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan memerdekakan dan berpihak pada murid, maka muridnya belajar menjadi oang-orang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Setiap pengambilan keputusan dilakukan guru secara tepat dan bijak mempengaruhi masa depan muridnya. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka. Keputusan berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan akurat dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10.    Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan didapat dari pembelajaran modul ini dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.  Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

11.    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pengambilan keputusan diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal-hal berkaitan dengan murid. Filosofi pemikiran pandangan KHD dengan filosofi Pratap Trilokanya. Nilai-nilai tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan diambilnya serta pengambilan keputusan tepat dapat berdampak pada lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan diambil seorang guru, mempengaruhi pengajaran memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

12.    Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini pengambilan keputusan selalu mengacu pada peraturan yang berlaku, jika kasis dilema etika, maka guru juga mengacu pada peraturan sekolah. Setiap pengambilan keputusan tidak memahami paradigama, prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Setiap pengambilan keputusan, seorang guru tidak memahami pemberian karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karso dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri.  

13.    Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik seperti ceramah cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran mempertimbangkan model pembelajaran memandang keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid kita baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya. Menjadi pembelajaran yang berpihak pada murid lebih nyaman dan menyenangkan.

14.    Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu dan seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, berkat modul ini keputusan yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan atau justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, penulis diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.

18 April 2023

Wawancara Kepala Sekolah Analisis Pengambilan Keputusan Berdasarkan Paradigma, Prinsip, Pengambilan dan Pengujian Keputusan di Sekolah 3.1.a.6. Demontrasi Kontekstual - Modul 3.1

 

Dokumentasi Pra-Wawancara dengan Ibu Kepala TK Raudhatul Jannah Aceh Jaya

 Wawancara dengan pimpinan/kepala sekolah tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di sekolah bersama Ibu Kepala TK Raudhatul Jannah Aceh Jaya

1.      Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

Selama ini, bagaimana saya dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral melalui berkordinasi dengan berbagai pihak. Saya menganalisis suatu permasalahan yang terjadi, mengumpulkan informasi yang faktual, dan menentukan suatu keputusan mengacu berdasarkan peraturan dan berpihak pada murid.

 

2.         Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Selama ini, saya menjalankan pengambilan keputusan di sekolah saya, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan. Saya menggali berbagai pendapat dan masukan dari banyak pihak. Dalam pengambilan keputusan, harus selalu berpihak pada murid. Setiap pengambilan keputusan, saya selalu menjalin hubungan dengan rekan sejawat. Memastikan bahwa keputusan tersebut benar-benar dipahami, karena selalu ada alasan dibalik suatu kejadian. Saya sebagai kepala sekolah, harus melihat situasi dari berbagai sisi. Meskipun saya tidak mungkin dapat memuaskan semua pihak dihadapkan dengan dua kepentingan dan sama-sama benar.

Dokumentasi Wawancara dengan Ibu Kepala TK Raudhatul Jannah Aceh Jaya

3.         Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Selama ini langkah-langkah atau prosedur yang biasa saya lakukan selama ini adalah  mencari informasi terlebih dahulu. Wawancara dengan berbagai pihak, lalu saya menganalisisnya untuk diambil keputusan terbaik. Apabila tidak sesuai dan tidak menemukan keputusan bersama, maka dilakukan voting. Keputusan diambil dengan catatan, dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab setelah suatu hal disepakati.

 

4.         Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Selama ini, hal saya anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika dengan mengikuti prosedurnya. Menurut saya suatu keputusan itu efektif disepakati bersama bukan dengan spontanitas. Oleh karena itu, setiap ada permasalahan, saya berkoordinasi dengan tim kerja dan warga sekolah supaya dapat ditentukan keputusan berdasarkan kesepakatan bersama.

Dokumentasi Pasca Wawancara dengan Ibu Kepala TK Raudhatul Jannah Aceh Jaya

5.         Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Selama ini yang menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika tentang kesejahteraan pendidik. Bagaimana guru honorer belum sejahtera. Ini permasalahan bagaimana agar guru honorer bisa paling tidak setara dengan UMR, ini tantangan besar bagi saya.

 

6.         Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

Selama ini saya belum memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, saya berusaha langsung menyelesaikan di tempat dengan baik. pokoknya harus bisa diselesaikan dengan baik dan sebisa mungkin selesai tidak terlalu lama. Segala hal harus tuntas dan kalua bisa diselesaikan secepatnya tergantung dari ringan/beratnya permasalahan.

 

Dokumentasi Pasca Wawancara dengan Ibu Kepala TK Raudhatul Jannah Aceh Jaya

7.         Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Selama ini bagi saya seseorang atau faktor-faktor mempermudah atau membantu saya dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika yaitu koordinasi dan bantuan dari berbagai pihak. Saya mengambil panutan pada Rasulullah, bagaimana beliau selalu dihadapkan banyak masalah namun banyak hikmah di setiap kehidupannya. Faktor-faktor yang memudahkan saya berasal dari adanya dukungan keluarga dan tim di sekolah yang senantiasa mendukung dalam setiap pengambilan keputusan terkait penyelesaian kasus-kasus yang ada.

 

8.         Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman Pengalaman adalah guru terbaik, saya harus belajar dari berbagai kejadian untuk setiap kasus permasalahan yang terjadi di lapangan.

 

Dokumentasi Wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah Asal CGP SMP Negeri 3 Panga
Mengadakan wawancara dengan pimpinan/kepala sekolah tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di sekolah asal CGP bersama Ibu Kepala SMP Negeri 3 Panga

1.         Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

Saya mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral selama menjadi pimpinan sering menghadapi berbagai permasalahan sulit, namun, saya mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Namun, saya tidak serta merta langsung memutuskan sesuatu tanpa mengidentifikasi masalah dan mendengar berbagai masukan-masukan dari berabagai pihak.

 

2.         Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Selama ini saya menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan, saya mendengar berbagai pendapat dan masukan. Dampak suatu keputusan pasti ada yang tidak setuju atau tidak disukai. Namun harus ada keputusan, maka kita harus mengambil resiko terkecil.

Dokumentasi pra-wawancara bersama kepala sekolah SMP Negeri 3 Panga Aceh Jaya

3.         Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Selama ini saya menggunakan langkah-langkah atau prosedur komunikasi dengan tim kerja, mengambil resiko terkecil, dan prosedur diambil sesuai aturan.

 

4.         Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Selama ini saya anggap hal-hal efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika mengikuti prosedurnya. Meminta berbagai pendapat, dengan wakil kepala sekolah, dan komite sebagai perwakilan orang tua.

 

Dokumentasi wawancara bersama kepala sekolah SMP Negeri 3 Panga Aceh Jaya

5.         Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Hal yang selama ini bagi saya merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika yaitu tentang tenaga pendidik dan kependidikan. Selama ini  masalah kesejahteraan guru dan karyawan masih jauh dibawah UMR. Sehingga pengambilan keputusan, apabila kurang bisa diterima. Tentu saja saya harus bisa meyakinkan orang-orang yang terlibat dengan keputusan saya.

 

6.         Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

Saya tidak memiliki tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, saya langsung menyelesaikan di tempat, yang penting bisa diselesaikan dengan baik. Pokoknya harus bisa diselesaikan dengan baik dan sebisa mungkin selesai tidak terlalu lama.

 

Dokumentasi wawancara bersama kepala sekolah SMP Negeri 3 Panga Aceh Jaya

7.         Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Bagi saya seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu saya dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika yaitu bantuan dari berbagai pihak, kalau saya, mengambil panutan pada Rasulullah, bagaimana beliau selalu dihadapkan banyak masalah.

 

8.         Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Bagi saya dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman mengambil keputusan dilema etika adalah yang penting belajar dan terus belajar dari berbagai pengalaman. Jangan sampai suatu kejadian terulang kembali.

Dokumentasi pasca wawancara bersama kepala sekolah SMP Negeri 3 Panga Aceh Jaya

Daftar Tugas/Checklist Refleksi Wawancara: 

 

No.

Tugas

Ada (A)/

Tidak Ada (TA)

1.

Isi: Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?

A

2.

Isi: Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

A

3.

Isi: Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

A

4.

Isi: Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

A

5.

Teknis: Kejelasan suara/tulisan di video/blog naratif Anda, format apa yang akan gunakan, sudahkah Anda mengujinya/membacanya dan melihat hasilnya/membayangkan bila orang lain membaca tulisan Anda?

A

6.

Teknis: Durasi waktu/panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk maksimal dan minimal waktu berbicara, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan Anda, dan kepadatan/intisari  materi yang Anda ingin sampaikan?

A