Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

19 Juli 2022

Penerapan Teori Belajar Behavioristik dan Cognifistik dalam Pembelajaran

 


A.    Pendahuluan

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Macam-macam teori belajar dan pembelajaran antara lain

Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimults yang bervariasi.

Salah satu teori belajar behavioristik adalah teori classical conditioning dari Pavlov yang didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorng serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Jika penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respons tersebut dapat muncul kembali.

Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.

 

B.     Penerapan dalam Pembelajaran

Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Macam-macam teori belajar dan pembelajaran antara lain

Teori Behavioristik Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimults yang bervariasi.

Salah satu teori belajar behavioristik adalah teori classical conditioning dari Pavlov yang didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorng serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Jika penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respons tersebut dapat muncul kembali.

Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.

Teori behaviorism dari Watson menyatakan bahwa stimulus dan respons yang menjadi konsep dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati. Interaksi stimulus dan respons merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.

Proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintanganrintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Dalam proses kognitif terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya secara simultan dan saling membutuhkan.

Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.

b. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.

c.  Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu. Model teori belajar kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model belajar penemuan dari Brunner, model belajar bermakna dari Ausebel, model pemrosesan informasi dan model peristiwa pembelajaran dari Rober Gagne, dan model “perkembangan intelektual” dari Jean Piaget.

 

Belajar dalam artian bergerak dalam proses menjadi manusia. Teori belajar sangat diperlukan dalam kegiatan guru dilapangan. Hal ini dikarena untuk membantu guru bagaimana dapat memahami bagaimana siswa belajar, bagaimana guru harus merancang dan merencanakan proses pembelajarannya, mengelola kelas, melakukan evaluasi dan menciptakan kelas yang efektif.

Selanjutnya dapat dirumuskan secara sekilas bahwa belajar adalah proses yang tidak dapat dibatasi oleh konteks kelembagaan. Masih menurut George, seseorang mungkin saja belajar secara mandiri (autodidak) atau dengan bantuan orang lain. Teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri.

Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya. Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar.

Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental.

 

C.    Manfaat Penerapan dalam Pembelajaran

1.      Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.

2.      Membantu guru untuk memahami orang lain, terutama muridnya, dan membantu dirinya sendiri.

3.      Mengkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk menghasilkan prosedur xang memungkinkan belajar menjadi produktif..

4.      Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya merupakan faktor yang saling berkaitan.

5.      Insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hamper sama. Dapat juga dikatakan insight adalah pemahaman terhadap suatu situasi secara mendalam. Insight terjadi dengan malihat kasus-kasus/kejadian yang terpisah, kemudian manggeneralisasikannya sehingga timbul pemahaman.

6.      Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respons adalah sebagai berikut. Teori kognitif menekankan pada fungsi-fungsi psikologis, sedangkan teori behaviorisme pada segi fisiknya saja. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini, sedangkan teori behaviorisme pada sejarah masa lalu.

Konsep Pembelajaran dalam Kurikulum K-13

 


A.    Konsep Pembelajaran dalam Kuriklum K-13. 

1)      Kurikulum 2013 berorientasi kepada usaha-usaha menyiapkan lahirnya Generasi Emas Indonesia

2)      Pembelajaran dengan kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik

3)      Sikap, yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab

4)      Pengetahuan, yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

5)      Keterampilan, yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri

 

2. Deskripsi Konsep Pembelajaran dalam Kurikulum K-13

Kurikulum 2013 berorientasi kepada usaha-usaha menyiapkan lahirnya Generasi Emas Indonesia 2045, yaitu peserta didik yang memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.

Pembelajaran dengan kurikulum 2013 ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia. Sesuai Permendikbud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan, kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik adalah:

Sikap, yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan, yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

Keterampilan, yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

 

B.     Evalasi dan Refleksi Konsep Pembelajaran dalan Kurikulum K-13

1.      Evaluasi

Konsep pembelajaran K-13, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman dimana dia hidup. Kurikulum 2013 (K-13) menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik, karena peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Oleh karena itu, maka pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.

Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan.

Kurikulum 2013 (K-13) mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung (direct teaching) dan proses pembelajaran tidak langsung (indirect teaching). Proses pembelajaran langsung adalah proses pembelajaran dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

Sedangkan proses pembelajaran tidak langsung adalah proses pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus, misalnya pembelajaran dalam rangka pengembangan nilai dan sikap peserta didik.

Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 (religius) dan KI-2 (sosial). Sedangkan pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

 


2.      Refleksi

Proses pembelajaran K-13 menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach), artinya pembelajaran yang logic, berbasis pada fakta, data atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika/penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, ataupun dongeng semata. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah ini ada lima. Diawali dengan kegiatan mengamati, menanya atau mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi atau melakukan eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.

Selain perubahan pada Sandar Kompetensi Lulusan dan Standar Proses, elemen lain yang mengalami perubahan dalam kurikulum 2013 adalah Standar Penilaian. Penilaian pembelajaran pada kurikulum 2013 ini diatur dengan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, yang diubah dari Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Mengacu kepada Permendikbud di atas, maka standar penilain pembelajaran menggunakan penilain otentik (authentic assessment), yaitu menilai kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Penilaian otentik merupakan proses pengamatan, perekaman, pendokumentasian karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak mandiri.

 

C.    Kelebihan dan Kekurangan Konsep Pembelajaran dalan Kurikulum K-13

1.      Kelebihan

Kelebihan konsep pembelajaran dalam kurikulum K-13 antara lain, yaitu:

1)      Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2)      Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

3)      Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4)      Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

5)      Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

6)      Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan.

7)      Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

8)      Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.

9)      Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

10)  Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

11)  Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

12)  Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk)

13)  Guru berperan sebagai fasilitator

14)  Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat

15)  Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat

16)  Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan supervise dari daerah

17)  Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang lebih bervariasi

18)  Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi

19)  Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

 

2.      Kekurangan

Kekurangan konsep pembelajaran dalam kurikulum K-13, antara lain yaitu:

1)      Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2)      Sebagian guru belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.

3)      Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific

4)      Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP

5)      Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik

6)      Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.

7)      Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

8)      Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.

9)      Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.

10)  Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

11)  Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.

12)  Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional

13)  Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.

14)  Guru tidak tiap dengan perubahan

15)  Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara holistic.

16)  Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang

17)  Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang

18)  Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum

19)  Tingkat keaktifan siswa belum merata

20)  KBM umumnya saat ini mash konvensional

21)  Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.

22)  Menambah beban kerja guru.

23)  Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013

24)  Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada unsur keterpaksaan.

 

D.    Kaitan Materi dengan Nilai Moderasi Beragama.

Konsep pembelajaran dalam kurikulum K-13 mengedepankan pendidikan karakter adalah Salah satu hal yang sederhana karena kata ‘karakter’ adalah semua pengembangan diri siswa dalam interaksi belajar hingga awal dan berakhirnya proses pengajaran bisa tercapai pembentukan siswa yang berkarakter.

Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda.

Pada saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik.

Model-Model dan Metode Pembelajaran dalam K-13

 


A.    Konsep dan Deskripsi Model Pembelajaran dalam K-13

1.      Konsep Model Pembelajaran dalam K-13

Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah:

1). Model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning).

2). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),

3). Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning),

Disamping model pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan model pembelajaran

4). Production Based Education (PBE) sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan

5). Sitak pembelajaran

2. Deskripsi Model Pembelajaran dalam K-13

1). Model Pembelajaran Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian)

Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning)adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

 

2).    Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan OnnSeng, 2000).

Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan(Norman and Schmidt).

 

 

3).    Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).

Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).

 

4). Model Production Based Training (PBT).

Model pembelajaran Model Production based Training (PBT) dapat digunakan model Production Based Training (PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production Based Trainingmerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan model pembelajaranPBT adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknisserta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi kerja.

 

B.     Evalasi dan Refleksi Model-model dan Metode Pembelajaran dalan K-13

1.      Evaluasi

1). Model Pembelajaran Discovery

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Sintak model Discovery Learning

1)   Pemberian rangsangan (Stimulation);

2)   Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);

3)   Pengumpulan data (Data Collection);

4)   Pembuktian (Verification), dan

5)   Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

 

 

 

 

2).    Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok. serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual. Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).

Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:

1)   Mengidentifikasi masalah;

2)  Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;

3)  Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;

4)   Melakukan tindakan strategis, dan

5)   Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.

3).    Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011). Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).

Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:

a.    Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);

b.    Mendesain perencanaan proyek;

c.    Menyusun jadwal (Create a Schedule);

d.  Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project);

e.    Menguji hasil (Assess the Outcome), dan

f.     Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

 

 

4). Model Production based Training (PBT).

Model pembelajaran Model Production based Training (PBT) dapat digunakan model Production Based Training (PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production Based Trainingmerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan model pembelajaranPBT adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknisserta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi kerja.

Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:

a.    Merencanakan produk;

b.    Melaksanakan proses produksi;

c.    Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan

d.    Mengembangkan rencana pemasaran. (G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).

 


Refleksi

Model Inquiry Learning Terbimbing dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice&Wells, 2003). Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya. Sintak/tahap model inkuiri meliputi: 1)   Orientasi masalah; 2)   Pengumpulan data dan verifikasi; 3)   Pengumpulan data melalui eksperimen; 4)   Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan 5)   Analisis proses inkuiri.

Model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas: 1)   Merumuskan uraian masalah; 2)   Mengembangkan kemungkinan penyebab; 3)   Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan 4)   Mengevaluasi.

 

C.    Kelebihan dan Kekurangan Model-model dan Metode Pembelajaran dalan K-13

1.      Kelebihan

Kelebihan model-model dan metode pembelajaran K-13 mengacu pada pendekatan saintifik, meliputi lima langkah sebagai berikut.

1). Mengamati,

Mengamati yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.

2). Menanya,

Menanya yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatanmenanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.

3). Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.

4). Mengasosiasi,

Mengorganisasi yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.

5). Mengomunikasikan,

Mengkomunikasi yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatanmengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

 

2.      Kekurangan

Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu.Oleh karenanya guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).

 

 

D.    Peran Strategis dan Kaitan Dengan Nilai Moderasi beragama.

Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan an tara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells). Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Prinsi-prinsip pembelajaran meliputi: (1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, (2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar, (3) proses pembelajaraan menggunakan pendekatan ilmiah, (4) pembelajaran berbasis kompetensi, (5) pembelajaran terpadu, (6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi, (7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, (8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills, (9)pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat, (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberiketeladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ingmadyomangunkarso), dan mengembangkan kreativitas pesertadidik dalam proses pembelajaran (tut wurihandayani), (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, (12) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran,  (13) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik, dan (14) suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Tujuan penggunaan model pembelajaran sebagai strategi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik mengembangkan dirinya baik berupa informasi, gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta komitmen (Joice& Wells). Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.  (Trianto, 2010).