Guru Inovatif Siswa Kreatif

Guru Inovatif Siswa Kreatif

Total Tayangan Halaman

06 Oktober 2018

Panduan Lengkap Penyusunan Soal Test K13 Berbasis HOTS (Lengkap Lampiran Bisa didownload)

Secara umum bentuk tes tertulis terdiri atas, pertama, tes dengan pilihan jawaban (non-constructed response test). Pada bentuk tes ini peserta didik diberi kesempatan untuk memilih jawaban yang telah tersedia. Kedua test tanpa pilihan jawaban (constructed response test). Mengkonstruksi jawaban sendiri. 

Tes dengan pilihan jawaban sering dianggap tidak dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill/HOTS). Bagaimana menurut anda? Apa itu HOTS dan mengapa harus HOTS? Apakah semua sola test dari no 1 sampai no xxx... harus HOTS?
Sebetulnya hal ini tidaklah benar, soal tes dengan pilihan jawaban juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. (Klik disini download Rangkuman Taxonomi Revisi Terbaru pdf)

Namun dalam penyusunannya memang tidak mudah dan memerlukan kreativitas dari pendidik. Sebaliknya tes tanpa pilihan jawaban (constructed response test) dianggap dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. (Klik disini download PPT Pembelajaran dan Penilaian HOTS )
Akan tetapi apa bila soal tes tidak disusun dengan cermat, maka hanya akan mengukur berpikir tingkat rendah. Sehingga kedua bentuk tes tersebut potensial untuk mengukur berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi, tergantung kejelian guru dalam penulisan soal. 
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). (Klik disini download PPT Higher-Order Thinking Skills (HOTS) KECAKAPAN HIDUP ABAD 21).
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. (Klik disini download PPT HOTS PENYUSUNAN KISI-KISI, PENGEMBANGAN BUTIR SOAL).
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. (Klik disini download PPT HIGHER-ORDER THINKING SKILLS (HOTS).
Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat. (Klik disini download PPT Pangembangan HOTS Kecakapan Hidup Abad 21).
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). (Klik disini download Pedoman Lengkap Penulisan Soal HOTS SMP/MTs Pdf).
 Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. (download Kata Kerja Operasional Revisi pdf )
Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. (download Kata Kerja Operasional Revisi Lebih Lengkap Doc)
Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. (download Kata KerjaOperasional (KKO) Kurikulum 2013 Revisi 2016).
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. (download ppt Keterampilan berfikir tingkat tinggi)
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS. (download Bahan Lengkaop Pelatihan HOTS Vs LOTS) 

B. Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS. (SKL, KD, dan Indikator RPP lengkap semua mapel) 
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. (Perangkat Silabus Lengkap revisi 2017) 
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. (Download Perangkat Lengkap Semua Mapel SMP k13 Revisi 2017 RPP Semua Mata Pelajaran , Silabus, Prota, Prosem, KKM, SK&KD)
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:

a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.

(Download Buku Lengkap Semua Mapel SMP k13 Revisi 2017)
‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak
sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills.Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh
karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply)dan mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut.
Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang tersedia;
Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.


3. Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif.Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik.Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik
terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentukpilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.Susunan yang terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.Apabila peserta
didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian

singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

d. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:

1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah; 
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat;
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama;
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang tertulis dibuku. Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.

Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.
Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.
Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah soal kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal lebih dari satu.Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik.
Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti Ujian Sekolah (US) bentuk soal HOTS yang disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk pilihan ganda dan uraian. Pemilihan bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta US umumnya cukup banyak, sedangkan penskoran harus secepatnya dilakukan dan diumumkan hasilnya. Sehingga bentuk soal yang paling memungkinkan adalah soal bentuk pilihan ganda dan uraian. Sedangkan untuk penilaian harian, dapat disesuaikan dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran.
Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning.
Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata pelajaran yang diampunya.Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan butir-butir soal yang bermutu.

Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang
hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS.Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk
membaca stimulus.  Stimulus  yang menarik umumnya baru, belum  pernah dibaca oleh  peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah
penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau
kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

Peran Soal HOTS dalam Penilaian
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi.Dalammelakukan Penilaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran soal-soal HOTS dalam meningkatkan mutu Penilaian.

Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter yang baik (beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan sosial dan berbudaya, mampu beradaptasi, serta memiliki daya saing yang tinggi); b) memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan kreatif, problem solving, kolaborasi, dan komunikasi); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTSdalam Penilaian dapat melatih peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (creative thinking and doing), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari (problem-solving).
Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
Dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat penting.Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual.Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta didik.Di samping itu, penyajian soal-soal HOTSdalam ujian sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.Sehingga peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di masyarakat
sehari- hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.Dengan demikian peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat.Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga munculnya soal-soal   berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan dapat menambah motivasi belajar peserta didik.
Meningkatkan mutu Penilaian
Penilaian yang berkualitas akan dapat  meningkatkan mutu pendidikan. Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau dari hasil yang dicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah yaitu: (a) sekolah unggul, apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b) sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN.

Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang perlu dibina.Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata nilai UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru
level kognitifnya lebih rendah daripada soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru selama ini, kebanyakan hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab lainnya adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang menyebabkan peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Di sisi lain, dalam soal-soal UN peserta didik dituntut memiliki kemampuan mengerjakan soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase soal-soal HOTS yang disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai contoh pada UN tahun pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS. Oleh karena itu, agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai UN, maka dalam penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal-soal HOTS.

Implementasi
Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.
Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMPsekolah  tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
Menyusunkisi-kisi soal HOTS;
Menulis butir soalHOTS;
Membuat pedoman penilaianHOTS;
Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT;
Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana kegiatan
untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil,pelaksana,  jadwal  pelaksanaan  kegiatan.Kepala  sekolah  menetapkan  dan  menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS;
Kepala  sekolah  menugaskan  guru/MGMP  sekolah  melaksanakan  kegiatan  sesuai  rencana kegiatan;
Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan darikepala sekolah;
Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.

Bahan Penunjang :
1. (download Rekap Tulisan di Journal International).
2. Focus Group Journal Writing Target International Link Ternama: Ayo Belanja Referensi Jurnal Sepuas-puasnya Tanpa Batas Sepcial Buat Para Pencita Imu, Penulis dan Peneliti (Cara tercepat, termudah dan terbanyak mengumulkan referensi journal international)



27 September 2018

Pembelajaran Aktif Bedah Kelas Proses dan Hasil Sekolah Terpencil Siap Bersanding dengan Sekolah Model SMP Negeri 3 Panga Aceh Jaya By Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd

Nurul Fazliah menuturkan kesenangannya yang luar biasa telah merubah kelas yang semulanya tidak rapih sekarang telah nyaman untuk dinikmati pembelajaran. (Klik Video Lengkapnya)

Mila Hayati dari kelompok Melati sangat gembira dan antusia mengukir berbagai karya dari berbagai mata pelajaran bukan hanya dapat nilai tapi didokumentasikan dalam dokumen portofolio dan karya terbaik kami juga dipajang di mading masing2 kelompok.  Kami juga memiliki mading umum dalam kelas untuk memajang karya kelompok dan juga karya terbaik kami semua.  Kami sangat senang belajar di kelas ini, dan kami tidak ingin pindah kelas walaupun kami nantinya naik kelas. 
(Klik Video Sebelum dibedah)
Kelompok Bintang tidak kalah kreatif dibandingkan kelompok lainnya.  Kami bangga dengan hasil karya kami,  kami senang memajang karya setiap hari dan nantinya akan dinilai oleh Bapak Ridwan dan dimasukkan dalam dokumen portofolio, kata Nadia. (Klik Video Presentasi Kordinasi dengan Wali Siswa)
Kelompok melati menunjukkan kreatifitasnya mengelola mading kelompok dalam kelas. 

Kelompok Mawar siap bersanding dan bersaing dengan kelompok manapun,  kami siap kami juga bias lebih kreatif, kami senang sekali bikan hanya basa basi tapi semu bernilai dan semua dinilai dalam kelas kami oleh Pak Ridwan,  pungkas Munasir. 
Siswa kelas VII Ibnu Sina SMP Negeri 3 Panga tidak dapat menyembunyikan kegembiraan mereka mengikuti proses pembrlajaran dan menikmati hasil pemajangan karya mereka. 

Kesenagan mereka tidak dapat diukur dengan benda, mereka membedah kelas dimulai dari gudang sekolah bukan dari barang mewah dari Cina

Papan Aku dan Cita2ku tertancap tinggi sebagai simbol semangat menggantung cita2 setinggi bintang di angkasa 

Beberapa karya dan dokumen portofolia mereka sangat unik cantik dan menarik dengan penuh rasa bangga siap di pamer dan dipajang terakhir di simpan di map masing2.

Sedikit cuplikan mereka lega usai membedah kelas yang tidak pernah terbayang dengan hasil yang begini

Kelompok mawar siap berkreasi di madingnya dan untuk umum maju maju maju terus, kata Nuriza Ayu

Kelompok Bintang kami siap bersaing kami lebih rapi lebih bersih nyaman dan indah juga,  kata Nurul Fazliah. 
Kami siap berkarya lebih banyak, bias menutupi kelas dengan karya kami, kata Ayuni. 

Karya kami upayakan yang terbaik dan rapi asli lagi bukan dibuat nenek,  Kata Wina Sarviani. 
selfi juga oke di kelas kami pokoknya serudeh.... 










09 September 2017

Penjelasan Detail dan Contoh-Contoh Kalimat 5W+1H

Penjelasan Detail dan Contoh-Contoh Kalimat 5W+1H -  Rumus itulah yang menjadi dasar dalam menulis dan mengembangkan sebuah berita. Namun, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan rumus 5W+1H itu ? Berikut ini adalah penjelasan dan contoh detail mengenai 5W+1H.
5W+1H adalah rumus yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mencari inti pokok berita, mengembangkan berita atau sebuah cerita. Mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan rumus 5W+1H berisi inti-inti penyusun berita atau cerita tersebut.
5W+1H  sendiri diambil dari kata-kata tanya dalam bahas Inggris seperti, What, Who, When, WhyWhere, dan How. Dalam bahasa Indonesia kata-kata tanya tersebut adalah Apa, Siapa, Kapan, Mengapa, Di mana, dan Bagaimana. Di bawah ini adalah contoh-contoh kalimat 5W+1H .
Kalimat 5W+1H
What (Apa)
Kata tanya yang pertama dari rumus ini adalah Apa. Kata tanya ini berisi pertanyaan mengenai permasalahan atau hal yang terjadi pada suatu peristiwa. 
Contoh :
Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa yang sedang dilakukan olehnya?
Apa yang dibawa oleh si pelaku ?
Apa yang digunakan oleh si pelaku?
Apa yang menyebabkan kejadian itu terjadi?
Apa yang didapatkan olehnya?
Apa permasalahannya?
Apa yang dikatakan olehnya?
Apa yang akan dilakukan olehnya?
Apa pandangan orang lain mengenai peristiwa itu?

Why (Mengapa)
Kata tanya mengapa mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai alasan atau motivasi terjadinya sebuah peristiwa.
Contoh:
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Mengapa dia melakukan itu?
Mengapa tidak ada yang mengetahui peristiwa itu?
Mengapa dia pergi ke tempat itu?
Mengapa hal itu bisa menjadi pemicu masalah ini?
Mengapa dia mengatakan seperti itu?
Mengapa dia memilih untuk melakukan perbuatan itu?
Mengapa peristiwa itu menjadi sangat heboh?
Mengapa dia tidak melakukan apa yang diperintahkannya?
Mengapa hari itu sangat mencekam?

Who (Siapa)
Kata tanya Siapa mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai pelaku atau orang lain dari sebuah peristiwa yang terjadi.
Contoh :
Siapa yang melakukan perbuatan itu?
Siapa yang menjadi korban dari perbuatan itu?
Siapa yang merasa dirugikan olehnya?
Siapa yang menyuruhnya melakukan perbuatan itu?
Siapa yang menemani dia melakukan perbuatan itu?
Siapa yang terlibat di dalam peristiwa itu?
Siapa yang memberinya alat itu?
Siapa yang tidak mengetahui berita itu?
Siapa yang mengatakan hal itu semua?
Siapa yang datang untuk menyelamatkan mereka?

When (Kapan)
Kata tanya Siapa berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai waktu terjadinya peristiwa, berita atau cerita yang terjadi.
Contoh:
Kapan peristiwa itu terjadi?
Kapan dia melakukan perbuatan itu?
Kapan peristiwa itu mulai terkuak di depan umum?
Kapan dia datang ke tempat itu?
Kapan dia tiba di lokasi kejadian?
Kapan dia bertemu dengan si korban?
Kapan dia menyelesaikan perbuatannya?
Kapan si korban ditemukan?
Kapan dia kembali ke rumahnya?
Kapan dia memanggil teman-temannya?
Kapan peristiwa itu dituntaskan?

Where (Di mana)
Kata tanya di mana mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai tempat atau lokasi sebuah peristiwa terjadi.
Contoh :

Di mana peristiwa itu terjadi?
Di mana berita itu dimuat?
Di mana dia bertemu dengan korbannya?
Di mana dia menyimpan barangnya?
Di mana dia bersembunyi?
Di mana dia tertangkap?
Di mana keberadaan si pelaku saat ini?
Di mana dia ketika kejadian itu berlangsung?
Di mana permasalahan itu pertama kali muncul?

How (Bagaimana)
Kata tanya bagaimana berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengandung cara atau proses berlangsungnya suatu peristiwa.
Contoh:
Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi?
Bagaimana dia melakukan perbuatan itu?
Bagaimana dia bertemu dengannya pertama kali?
Bagaimana reaksi dirinya ketika diberikan pertanyaan itu?
Bagaimana cara memecahkan masalah ini?
Bagaimana pendapat masyarakat tentang masalah ini?
Bagaimana caranya mengungkapkan peristiwa itu?
Bagaimana kisah dirinya?
Bagaimana dia menyelesaikan semua pekerjaannya?
Bagaimana caranya berita itu bisa terungkap?

Demikianlah kalimat-kalimat pertanyaan 5W+1H yang biasa digunakan untuk menemukan atau mengembangkan pokok-pokok atau inti dari sebuah berita atau peristiwa.


Cara Menjadi Diri Sendiri Guna Meraih Puncak Prestasi

Cara Menjadi Diri Sendiri Guna Meraih Puncak  Prestasi, Strategi Membangun Citra Diri, mengemukakan ciri-ciri orang yang berpikir positif (optimis) sebagai berikut:
a.       Menikmati hidupnya.
b.      Melihat masalah sebagai tantangan
c.  Mensyukuri apa yang dimilikinya dan bukan berkeluh kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.
d.      Mengenyahkan pikiran negatif setelah pikiran itu terlintas di benaknya.
e.       Tidak mendengarkan gosip yang tidak menentu.
f.       Tidak membuat alasan tapi langsung membuat tindakan.
g.      Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide.
h.      Menggunakan bahasa positif
i.   Menggunakan bahasa tubuh yang positif, seperti wajah yang ramah, senyum, berjalan dengan langkah tegap.
j.        Peduli pada citra diri sehingga orang yang optimis tampil dengan penampilan terbaik.

Orang yang memiliki sikap optimis, umumnya memiliki kualitas diri yang baik. Hal ini tercermin dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Diantaranya adalah:
a.       Punya fokus langkah yang selektif dan punya sasaran usaha yang jelas
b.      Bisa menerima fakta hidup dengan kesadaran tanpa banyak mengeluh atau memprotes
c.       Memiliki bentuk keyakinan yang membangkitkan
d.      Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan
e.       Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan
f.       Punya kemampuan dalam menggunakan akal sehatnya dalam menghadapi tantangan hidup
g.      Punya kemampuan untuk menjalankan agenda perbaikan diri secara terus menerus
h.      Punya penghayatan yang bagus terhadap praktek hidup yang dijalankan
i.        Punya kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya
j.        Punya perasaan yang bagus terhadap dirinya.

1)      Punya fokus langkah yang selektif dan punya sasaran usaha yang jelas.
            Orang yang mempunyai sikap optimis memiliki pemikiran dan pertimbangan yang matang dalam menentukan fokus atau sasaran usaha yang sedang dijalani atau yang akan dijalani. Orang yang optimis akan memperhitungkan segala akibat dan dampak (untung rugi) dari suatu kegiatan yang direncanakan. Orang yang optimis akan berjuang dan menghadapi segala rintangan yang ada.
2)      Bisa menerima fakta hidup dengan kesadaran tanpa banyak mengeluh atau memprotes
            Orang yang optimis memiliki jiwa juang yang tinggi dan akan menerima hasil atau realita yang terjadi dengan penuh kesadaran dan ketegaran tanpa mengeluh atau memprotes. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya perhitungan yang matang dan kesiapan mental yang kuat untuk menerima keputusan akhir dari suatu usaha.
3)      Memiliki bentuk keyakinan yang membangkitkan
            Optimis merupakan suatu sikap dan keyakinan seseorang. Keyakinan dan pemikiran yang tinggi mengantarkan seseorang untuk melakukan perubahan dan meningkatkan kinerja dalam berusaha. Keyakinan orang yang optimis tidak sekedar menyadari dan mengakui namun berada pada tingkat yang membangkitkan semangat dalam mencapai tujuan.
4)      Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan
            Keyakinan yang tinggi dan semangat juang yang kuat membuat orang yang optimis memiliki perasaan diberkati Tuhan, karena dia berjuang dengan tenaga dan rahmat Allah yang tercurah dalam dirinya. Kemudian dengan rahmat Allah pulalah dia merasakan manisnya perjuangan dan buah dari perjuangan mencapai tujuan (hasil yang tercapai)
5)      Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan
            Orang yang optimis berjuang dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki sehingga dengan segala daya upaya dia akan melakukan apa saja dan menghadapi setiap rintangan yang menghadang demi tujuan yang hendak dicapai. Sepanjang usaha dan pahit manisnya perjuangan, orang yang optimis sangat menikmatinya sehingga dia sangat merasakan arti sebuah perjuangan hidup.
6)      Punya kemampuan dalam menggunakan akal sehatnya dalam menghadapi tantangan hidup
            Orang yang optimis mempunyai pemikiran yang positif dan mengakui kelemahan yang ada dalam dirinya. Tantangan yang datang dihadapi dengan tenang dan menggantungkan  harapan pada Tuhan (iman) bukan pada realitas. Seperti pesan Einstein, orang optimis bisa melihat sinar di ujung kegelapan; bisa melihat tanda-tanda peluang di balik kesulitan.
7)      Punya kemampuan untuk menjalankan agenda perbaikan diri secara terus menerus
            Orang yang optimis memiliki kebiasaan untuk mengintrospeksi diri dan kegiatan yang telah dijalani. Dari hasil introspeksi ini, orang yang optimis dapat membuat rencana yang akan dilakukan ke depan sebagai tindak lanjut dari hasil yang telah tercapai. Kegemilangan  yang tercapai diiringi dengan evaluasi yang akan dijadikan sebagai tumpuan untuk bertindak di masa depan.
8)      Punya penghayatan yang bagus terhadap praktek hidup yang dijalankan.
            Orang yang optimis menjalani hidup dengan baik dan penuh perhitungan  sehingga bisa membedakan praktek yang salah dan praktek yang benar, praktek yang tepat dan praktek yang menyimpang.
9)      Punya kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya
            Orang yang optimis tampak dalam dirinya suatu kepercayaan yang tinggi terhadap potensi dan kemampuan yang dimiliki. Hal ini diawali dengan pengetahuan akan potensi dan keterampilan dalam mempergunakan potensi. Pengetahuan dan keterampilan ini digunakan untuk sebaik mungkin sesuai dengan yang diinginkan. Orang yang optimis juga memiliki kepercayaan bahwa dia akan dapat mencapai tujuan dengan menggunakan potensi tersebut. Jadi orang yang optimis sangat menyadari dan yakin akan kinerja kemampuan (potensi) dirinya dan mampu menyeimbangkan kelemahannya.
10)  Punya perasaan yang bagus terhadap dirinya

Orang yang optimis memiliki percaya diri yang bagus dan perasaan yang comfort terhadap dirinya. Dia dapat menerima keadaan diri dan cermat dengan lingkungan. Dia bangga dan senang dengan apa yang dimiliki dan yang diperolehnya dalam hidup.